Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Umum

Dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pembinaan bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan secara bersama-
sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) sebagai
berikut :

1) Urusan Pemerintahan di bidang prasarana Jalan, oleh


kementerian yang bertanggung jawab di bidang
Jalan;

2) Urusan Pemerintahan di bidang sarana dan


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian yang bertanggung jawab di bidang
sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;

3) Urusan Pemerintahan di bidang pengembangan


industri Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian yang bertanggung jawab di bidang
industri;

1
4) Urusan Pemerintahan di bidang pengembangan
teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian yang bertanggung jawab di bidang
teknologi; dan

5) Urusan Pemerintahan di bidang registrasi dan


identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi,
Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pembagian kewenangan pembinaan tersebut


dimaksudkan agar tugas dan tanggung jawab setiap
pembina bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terlihat
lebih jelas dan transparan sehingga penyelenggaraan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dapat terlaksana dengan
selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat
dipertanggungjawabkan.

Terhadap hal-hal yang bersifat teknis operasional,


yang semula dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam
peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaannya, dalam
Undang-Undang tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang
berlaku sekarang telah diatur secara tegas dan terperinci
dengan maksud agar ada kepastian hukum dalam

2
pengaturannya sehingga tidak memerlukan lagi banyak
peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaannya.

Problema lalu lintas jalan yang terjadi seiring dengan


meningkatkan intensitas penggunaan jalan antara lain
kecelakaan lalu lintas, kemacetan lalu lintas dan
pelanggaran hukum lalu lintas.
Tugas Polri dalam Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
adalah sebagai pusat Komunikasi, Koordinasi, Komando
dan Pengendalian serta penyajian Informasi lalu lintas dan
angkutan jalan : Koordinator Forum Lalu Lintas : Koordinator
Pusat Pengendalian Sistem Informasi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Koordinator Keamanan dan Keselamatan
lalu Lintas dan Angkutan Jalan selain itu Polri/Polisi Lalu
Lintas juga memiliki tugas dalam pemberian rekomendasi
penggunaan jalan selain dari fungsi jalan rekomendasi
dalam penerbitan trayek angkutan umum, pengembangan
industri dan teknologi lalu lintas dan angkutan jalan serta
pemberian rekomendasi terhadap analisa dampak lalu lintas.
Keseluruhan tugas di atas adalah untuk mewujudkan dan
memelihara keamanan, dan keselamatan, ketertiban lalu
lintas, menurunkan pertumbuhan angka kecelakaan dan
meningkatkan keselamatan, mewujudkan budaya tertib
berlalu lintas dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.

3
Untuk mewujudkan dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban lalu lintas, menurunkan
pertumbuhan angka kecelakaan dan meningkatkan
keselamatan, mewujudkan budaya tertib berlalu lintas dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik, diperlukan upaya-
upaya yang berkesinambungan dalam penyiapan dan
pengadaan Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana
pendukung baik yang berupa peralatan khusus maupun
peralatan utama Polisi Lalu Lintas.

Polri merupakan komponen yang berperan dalam


pembangunan nasional harus terus meningkatkan proteksi,
pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam
peningkatan kinerja tersebut agar tetap mengacu pada 3
(tiga) peran konstritusional Polri, yaitu menjaga kamtibmas
(Law and order), memerangi kejahatan (figting crime) dan
melindungi, mengayomi, serta melayani masyarakat
(protecting and serving the people).

Seluruh jajaran Polri terus membangun kemitraan


dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan tugas-tugas
Kepolisian serta memantapkan kepercayaan masyarakat,
karena kepercayaan masyarakat sangatlah penting dalam
menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. Sesuai dengan
Grand Strategi Polri, tahun 2010 sudah akan memasuki
tahap Patnership Building, setelah sebelumnya pada tahun

4
2005-2009 adalah tahap membangun kepercayaan
masyarakat. Dalam implementasi kebijakan strategi
partnership building (membangun kemitraan), segenap
jajaran Polri sampai dengan lapis terdepan diharapkan
mampu menunjukkan perubahan kultur sebagai polisi yang
humanis dan protagonist serta mampu menjalin komunikasi
yang baik dengan komponen masyarakat khususnya dalam
bidang pengawalan.

b. Dasar

1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia.
2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/380/III/1999
tanggal 31 Maret 1999 tentang Buku Petunjuk Lapangan
Patroli Jalan Raya;

2. Permasalahan dan Persoalan

a. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka diajukan
permasalahan sebagai mana di ketahui : Optimalisasi
Personil Polri PJR Korlantas Polri dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat di bidang pengawalan.

5
b. Pokok-pokok Persoalan
1) Bagaimana kondisi saat ini dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat di bidang pengawalan?
2) Bagaimana cara mengoptimalkan kinerja personil dalam
pelayanan pengawalan kepada masyarakat?
3) Faktor-faktor apa saja yang menghambat dalam
mengoptimalkan kinerja personil dalam pelayanan
pengawalan masyarakat?
4) Bagaimana kondisi yang diharapkan dalam upaya
optimalisasi pelayanan pengawalan kepada masyarakat
5) Upaya-upaya yang dilakukan oleh Detasemen
Pengawalan PJR dalam membatasi faktor-faktor yang
mempengaruhi ?

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini di batasi pada kegiatan tugas-tugas
operasional Den Wal PJR Korp Lalu Lintas Polri yang telah
dilaksanakan selama tahun 2010 dan dilakukan dalam
melaksanakan pelayanan pengawalan kepada masyarakat
secara umum.

4. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Adapun maksud dari penulisan Karya Tulis Terapan ini
adalah untuk memenuhi kurikulum peserta didik SIP
Angkatan XL TA.2011 dan menjadikan peserta didik sebagai

6
“First Line Supervisor” yang mengerti, memahami serta
dapat menganalisa kejadian-kejadian di lapangan yang
berhubungan dengan upaya peningkatan optimalisasi dalam
memberikan pengawalan kepada masyarakat.

b. Tujuan
Tujuan penyusunan Karya Tulis Terapan ini bertujuan
untuk di jadikan bahan bacaan dan referensi serta dapat
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pengawalan.

5. Pengertian-pengertian

a. Pengaturan lalu lintas adalah sebagai pemberitahuan


kepada pemakai jalan, bagaimana dan dimana mereka
dapat atau tidak dapat bergerak atau berhenti terutama pada
waktu ada kemacetan atau keadaan darurat, dalam arti luas
pengaturan lalu lintas meliputi semua aktivitas dari polisi
dalam mengatur lalu lintas di jalan umum.

b. Penjagaan lalu lintas adalah suatu kegiatan/pengawasan


lalu lintas pada tempat-tempat tertentu yang diadakan
sesuai dengan kebutuhanerutamabersifat pencegahan,
perlindungan, pelayanan terhadap pengguna jalan, bila
menemukan adanya pelanggaran lalu lintas maupun

7
kecelakaan lalu lintas segera mengambil tindakan Represif
sesuai prosedur yang berlaku.

c. Patroli lalu lintas adalah suatu kegiatan perondaan yang


dilakukan pada ruas jalan tertentu dengan tujuan untuk
melakukan pengawasan terhadap arus lalu lintas dan
aktifitas masyarakat pemakai jalan guna menumbuhkan
dampak penangkalan (deterence effect) bagi pemakai jalan,
menemukan/menindak pelanggar lalu lintas serta
memberikan perlindungan dan pelayanan bagi masyarakat
yang membutuhkan.

d. Pengawalan lalu lintas adalah suatu kegiatan


penyelenggaraan pelayanan, pengamanan dalam rangka
melindungi setiap manusia dan harta benda serta kegiatan-
kegiatan masyarakat maupun kegiatan yang bersifat VVIP /
VIP / Kenegaraan secara terus menerus selama dalam
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan bermotor dalam keadaan aman,
tertib dan lancar.

e. Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP)


adalah serangkaian kegiatan penyidikan pertama di tempat
kejadian dengan tujuan untuk mengamankan TKP,
menangkap atau mengejar tersangka, mencari keterangan
dan selanjutnya disarahkan kepada Satuan Wilayah yang
berwenang sesuai tempat kejadian perkara.

8
f. Penegakan hukum Lalu Lintas merupakan salah satu
kegiatan darifungsi lalu lintas yang memiliki peranan agar
Per-undang-undangan serta peraturan-peraturannya di taati
oleh setiap pengguna jalan.

g. Rekayasa lalu lintas. memberikan masukan dan solusi bagi


masalah - masalah lalu lintas seperti masalah sarana
angkutan, prasarana jalan dan manusia serta
mengembangkan peraturan dan perundang - undangan
untuk menjaga keselamatan lalu lintas yang disesuaikan
dengan dinamika yang terjadi di lapangan

h. Dikmas lantas adalah segala kegiatan dan usaha untuk


menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikutsertaan
masyarakat secara aktif dalam usaha menciptakan
keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas melalui
proses pengajaran dan pelatihan.

9
6. Sistematika

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Permasalahan Persoalan
a. Permasalahan
b. Persoalan
3. Ruang Lingkup
4. Maksud dan Tujuan
5. Pengertian-Pengertian
6. Sistematika

BAB II PEMBAHASAN
7. Kondisi Awal
8. Faktor yang mempengaruhi
9. Kondisi Yang diharapkan
10. Upaya-upaya yang dilakukan

BAB III PENUTUP


11. Kesimpulan
12. Saran
Daftar Pustaka

10
BAB II
PEMBAHASAN

7. Kondisi Awal

Sebagai bahasan umum mengenai wilayah hukum Detasemen


PJR Kors Lantas Polri meliputi seluruh jajaran wilayah
Indonesia, tetapi secara khusus memiliki 8 (delapan) unit Induk
yang terdiri dari :

a. Induk Bitung
Terletak di wilayah Tangerang Propinsi Banten membawahi
Tol Jakarta – Tangerang ± 30 Km wilayah meliputi :
1) Jakarta – Barat
2) Kota Tangerang
3) Karawaci
4) Bitung

b. Induk Serang
Terletak di Wilayah Serang Propins Banten membawahi Tol
Tangerang – Merak ± 75 km wilayah meliputi :
1) Belaraja
2) Serang
3) Cirebon
4) Merak

11
c. Induk Jagorawi
Terletak di wilayah Jakarta – Bogor Jawa Barat membawahi
Tol Jakarta – Bogor – Ciawi ± 47 km wilayah meliputi :
1) Jakarta Timur
2) Bogor
3) Ciawil

d. Induk BORR / Bogor Out Ring Road


Terletak diwilayah Bogor ± 11 km wilayah meliputi wilayah
Bogor dan sekitarnya.

e. Induk JLB / Jalan Lingkar Barat


Terletak di wilayah Jakarta – Tangerang ± 15 km wilayah
meliputi :
1) Jakarta Barat
2) Bandara Soekarno – Hatta

f. Keadaan Personel Den PJR Korlantas Polri


1) Jumlah Personel Den PJR Korlantas Polri

No Pangkat DEN PJR Ket


1 PAMEN 1
2 PAMA 15
3 BINTARA 240
4 TAMTAMA 0
5 PNS 14
JUMLAH 281

12
2) Personil menurut kepangkatan Den PJR Korlantas
Porli

No Pangkat DEN PJR Ket


1 KOMBES 1
2 AKBP 3
3 KOMPOL 6
4 AKP 1
5 IPDA 4
6 IPTU 3
7 AIPTU 31
8 AIPDA 22
9 BRIPKA 55
10 BRIGADIR 30
11 BRIPTU 60
12 BRIPDA 72
13 PNS 4
JUMLAH 281

3) Personel Den PJR Korlantas Polri yang telah


mengikuti pendidikan kejuruan dan yang belum

YANG SUDAH YANG BELUM


NO SAT/INDUK KET
PA BA PA BA

1 DEN PJR 36 160 238 110

13
g. Sarana dan Prasarana
1) Jumlah Alat Komunikasi Den PJR Korlantas Polri

BASE STATION UNIT HT


NO INDUK/SAT
B RR RB B RR RB B RR RB

1 DEN PJR 35 0 4 151 3 0 263 7 2

JUMLAH 35 0 4 151 3 0 263 7 2

2) Jumlah Kendaraan Opsnal Den PJR Korlantas Polri

SEDAN JEEP/DKABIN/MB MOTOR


NO INDUK/SAT
B RR RB B RR RB B RR RB

1 DEN PJR 106 1 1 17 0 0 40 5 0

JUMLAH 106 1 1 17 0 0 40 5 0

3) Inventaris kelengkapan Den PJR Korlantas Polri

SENPI LAIN-
NO KESATUAN
GENGGAM PINGGANG BAHU LAIN

1 DEN PJR 61 0 17 0

JUMLAH 61 0 17 0

14
8. Faktor yang mempengaruhi

a. Faktor Internal :

Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya-upaya peningkatan


optimalisasi dalam bidang pengawalan sebagai berikut :

1) Masih terbatasnya jumlah Personil Detasemen


Pengawalan Kors Lantas Polri, hal ini terasa sangat
menyulitkan apabila banyaknya event-event nasional
bantuan pengawalan pada suatu even-event
internasional, juga permintaan pengawalan dari
masyarakat karena masih belum seimbangnya antara
petugas Detasemen pengawalan PJR dengan jumlah
permintaan pengawalan dari masyarakat umum.

2) Tidak adanya pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang


secara berkala terus menerus dan kontiyu selama ini.

3) Jumlah sarana – prasarana yang ada tersedia dimana


jumlah kendaraan R4 dan R2 yang masih kurang dalam
melayani.

4) Dukungan operasional seperti uang makan, uang saku


dan BBM serta biaya harwat juga sarana – prasarana
yang kurang optimal, belum lagi peralatan Alkom yang
digunakan masih dirasakan kurang memadai.

15
b. Faktor Eksternal

1) Masih terdapat anggapan pada sebagian masyarakat


untuk meminta pengawalan memerlukan biaya yang
besar, serta akomodasi, administrasi yang sulit dan
bertele-tele sehingga masyarakat malas untuk meminta
pengawalan.

2) Masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang kurang


menyadari tentang pentingnya meminta pengawalan
untuk menjaga, keselamatan, keamanan dan kelancaran.

9. Kondisi yang diharapkan

Adapun kondisi yang diharapkan dalam terwujudnya


pelayanan pengawalan kepada masyarakat di jajaran
detasemen pengawalan PJR Korlantas Polri meliputi sebagai
berikut :

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat secara umum


terhadap pentingnya meminta pengawalan untuk menjaga
keselamatan, keamanan dan kelancaran.

16
b. Memberikan kemudahan bagi masyarakat yang meminta
pengawalan dengan cara persyaratan dan prosedur-
prosedur yang mudah dan tidak berbelit-belit, sehingga
dapat meningkatkan keinginan masyarakat dalam meminta
pengawalan.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam tertib berlalu


lintas.

d. Hilangnya kesan negatif terhadap pelayanan polri sebagai


akibat dari penyalahgunaan wewenang oleh beberapa
oknum polri khususnya dalam minta pengawalan yang di
anggap memerlukan biaya.

e. Menumbuhkan rasa simpati masyarakat terhadap polri


sehingga mempermudah polri dalam menjalankan tugas.

10. Upaya-upaya yang dilakukan

Untuk mngatasi kendala-kendala dan hambatan-hambatan


yang dihadapi dalam upaya optimalisasi personil Detasemen
pengawalan PJR Korlantas Polri dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sebagai berikut :

a. Dalam mengatasi keterbatasan Personil Detasemen


Pengawalan penambahan anggota dan meningkatkan

17
kemampuan personil khususnya anggota Detasemen
pengawalan PJR untuk mengikuti pendidikan kejuruan
maupun pelatihan, khusus pengawalan di pusdik lantas Polri
Serpong dalam setiap tahun.

b. Sarana – prasarana yang masih di rasakan kurang dalam


hal harwat kendaraan R4 – R2 secara rutin, berkala, dengan
melakukan perbaikan sehingga dapat di pergunakan secara
optimal, efektif, efisien dalam menunjang pelaksanaan tugas
pengawalan dan mengusulkan pergantian R4 – R2 yang
sudah mengalami rusak berat dalam pengusulan Dipa dan
Renja ke Depan.

c. Menginformasikan kepada masyarakat bahwa pengawalan


yang dibutuhkan di perlukan tidak memerlukan
mengeluarkan biaya alias “GRATISS”.

d. Memberikan pengawalan yang terbaik dengan sebaik-


baiknya dalam melayani masyarakat yang membutuhkan
pengawalan.

18
BAB III
PENUTUP

11. Kesimpulan

Kesimpulan atas pelaksanaan Optimalisasi Personil PJR


Korlantas Polri dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat di bidang pengawalan,di jajaran fungsi lalu lintas
khususnya Patroli Jalan Raya.

Den PJR Korps Lalu Lintas Polri beserta Sat PJR Polda
senantiasa mengoptimalkan tugs-tugas Turjawali, TPTKP Laka
Lantas, Penegakan hukum lantas dan mengantisipasi terjadinya
gangguan kamtibmas secara optimal diwilayah tugasnya.

Pada umumnya pelaksanaan tugas di Den PJR Korlantas


harus melaksanakan tugs-tugas pokok sesuai dengan situasi
dan kondisi kewilayahan serta akan terus berupaya untuk
meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja sesuai dengan
sarana dan prasarana yang dimili saat ini.

12. Saran

a. Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana yang


mendukung program PJR Pengawalan misalnya

19
penambahan kendaraan bermotor baik kendaraan bermotor
roda 2 maupun roda 4.

b. Perlu diadakan sosialisasi kembali kepada polisi lalu lintas


khususnya yang bertugs di lapangan atau petugas patroli
jalan raya tentang program pengawalan sehingga akan
dihasilkan satu persepsi tentang pelayanan terhadap
masyarakat.

c. Perlu peningkatan waskat untuk menghindari


penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan tugas
patroli jalan raya (PJR).

Demikian Karya tulis ini kami buat dengan sangat sederhana


dan kami pun menyadari masih banyak kekurangan mengingat
keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi institusi Polri yang kami cintai khususnya PJR
Korlantas Polri sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara
optimal dan professional sebagaimana yang diharapkan.

Wassalamualaikum, Wr, Wb

Sukabumi, September 2011


PENULIS

DEVI YANUARTO, SH
Nosis. 1102020304

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia.

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan.

3. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/380/III/1999 tanggal


31 Maret 1999 tentang Buku Petunjuk Lapangan Patroli
Jalan Raya;

4. Hanjar MOP Lantas

5. Laporan Bulanan Detasemen PJR Korlantas Polri periode


Januari sampai dengan Mei.

21

Anda mungkin juga menyukai