Anda di halaman 1dari 146

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2009


TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

NUGROHO SUADI, A.TD, MT


UU NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LLAJ 2

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II ASAS DAN TUJUAN

BAB III RUANG LINGKUP PEMBERLAKUAN UU

BAB IV PEMBINAAN

BAB V PENYELENGGARAAN

BAB VI JARINGAN LLAJ

BAB VII KENDARAAN

BAB VIII PENGEMUDI

BAB IX LALU LINTAS


BAB X ANGKUTAN
BAB XI KEAMANAN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS
ANGKUTAN JALAN

BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN

BAB XIII PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI


SARANA DAN PRASARANA LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN

BAB XIV KECELAKAAN LALU LINTAS

BAB XV PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG CACAT,


MANULA, ANAK-ANAK, WANITA HAMIL, DAN
ORANG SAKIT

BAB XVI SISTEM INFORMASI LALU LINTAS DAN ANGKUTAN


JALAN
BAB XVII SUMBER DAYA MANUSIA

BAB XVIII PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN


LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XXI KETENTUAN PERALIHAN

BAB XXII KETENTUAN PENUTUP


BAB I KETENTUAN UMUM
 LLAJ
 LALU LINTAS  SEPEDA MOTOR
 ANGKUTAN  PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM
 JARINGAN LLAJ  PENGGUNA JASA
 SIMPUL  PENGEMUDI
 PRASARANA LLAJ
 KECELAKAAN LL
 RUANG LLJ
 KENDARAAN
 PENUMPANG
 KENDARAAN BERMOTOR  PEJALAN KAKI
 KENDARAAN TIDAK BERMOTOR  PENGGUNA JALAN
 KENDARAAN BERMOTOR UMUM  DANA PRESERVASI JALAN
 RUANG LALU LINTAS  MRLLJ
 JALAN
 KEAMANAN LLAJ
 TERMINAL
 HALTE  KESELAMATAN LLAJ
 PARKIR  KETERTIBAN LLAJ
 BERHENTI  KELANCARAN LLAJ
 RAMBU LLJ  SISTEM INFOKOM LLAJ
 MARKA JALAN
 PENYIDIK
 APILL
 PENYIDIK PEMBANTU
BAB II ASAS DAN TUJUAN

 asas transparan;
 asas akuntabel;
 asas berkelanjutan;
 asas partisipatif;
 asas bermanfaat;
 asas efisien dan efektif;
 asas seimbang;
 asas terpadu; dan
 asas mandiri.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan
dengan tujuan:
 terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan
kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa;
 terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya
bangsa; dan
 terwujudnya penegakan hukum dan kepastian
hukum bagi masyarakat.
BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG
Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan
menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:
 kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang
di Jalan;
 kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan
fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
 kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu
lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
BAB IV PEMBINAAN
Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan oleh instansi pembina sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya yang meliputi:
 urusan pemerintahan di bidang Jalan oleh kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang Jalan;
 urusan pemerintahan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang
sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
 urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang
industri;
 urusan pemerintahan di bidang pengembangan teknologi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang
pengembangan teknologi; dan
 urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
BAB IV PEMBINAAN
10

a. perencanaan;
Pelaksanaan Pembinaan oleh b. pengaturan;
Pemerintah c. pengendalian;
dan
d. Pengawasan.

PEMBAGIAN WEWENANG
1. Pemerintah Provinsi .
2. Pemerintah
Pemerintah Dpt
Dptdiserahkan
diserahkan Kabupaten/Kota.

a. kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang Jalan.


b. kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
c. kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industri.
d. kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan
teknologi.
e. Kepolisian Negara Republik Indonesia
BAB V PENYELENGGARAAN

Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan dalam kegiatan pelayanan langsung
kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, badan hukum, dan/atau
masyarakat.

Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Penyelenggaraan menurut bidang 12

I. Penyelenggaraan di bidang Jalan meliputi kegiatan


pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan
prasarana Jalan, yaitu:
1. inventarisasi tingkat pelayanan Jalan dan permasalahannya;
2. penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta
penetapan tingkat pelayanan Jalan yang diinginkan;
3. perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas
Jalan;
4. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan Jalan;
5. penetapan kelas Jalan pada setiap ruas Jalan;
6. uji kelaikan fungsi Jalan sesuai dengan standar keamanan dan
keselamatan berlalu lintas; dan
7. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang
prasarana Jalan.
II. Penyelenggaraan di bidang sarana dan Prasarana Lalu13
Lintas dan Angkutan Jalan meliputi:
1. penetapan rencana umum Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
2. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
3. persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor;
4. perizinan angkutan umum;
5. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang
sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
6. pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
7. penyidikan terhadap pelanggaran perizinan
angkutan umum, persyaratan teknis dan kelaikan Jalan
Kendaraan Bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau
peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.
14
III. Penyelenggaraan di bidang industri meliputi:
1. penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan
industri Kendaraan Bermotor;
2. pengembangan industri perlengkapan Kendaraan Bermotor yang
menjamin Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
3. pengembangan industri perlengkapan Jalan yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
IV. Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi meliputi:
1. Lalu penyusunan rencana dan program pelaksanaan
pengembangan teknologi Kendaraan Bermotor;
2. pengembangan teknologi perlengkapan Kendaraan Bermotor
yang menjamin Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
3. pengembangan teknologi perlengkapan Jalan yang menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Lintas dan Angkutan Jalan.
V. Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, 15

Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta


pendidikan berlalu lintas meliputi:
1. pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan
Bermotor;
2. pelaksanaan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor;
1. pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. pengelolaan pusat pengendalian Sistem Informasi dan Komunikasi
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
3. pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas;
penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan
penanganan Kecelakaan Lalu Lintas;
4. pendidikan berlalu lintas;
5. pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; dan
6. pelaksanaan manajemen operasional Lalu Lintas.
FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
16

BADAN AD HOC
1. Lembaga ad hoc yg
bertugas ;
a. menganalisis
PEMBINA LLAJ permasalahan;
b. menjembatani,
menemukan solusi,
dan meningkatkan
kualitas pelayanan;
dan
AKADEMISI MASYARAKAT
c. bukan sebagai aparat
penegak hukum.
2. Dibentuk di tingkat:
a. Pusat;
b. Daerah Provinsi;
PENYELENGGARA c. Daerah
LLAJ Kabupaten/Kota.
HIERARKHI
FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PUSAT PROPINSI KAB./KOTA

Ketua :
Ketua : Ketua :
Presiden/Wkl
Gubernur/Wakil Bup/Walikota
Anggota:
-Sekda -Sekda
-Menhub;
-KaDishub; -KaDishub;
-Men. PU;
-KaDis. PU; -KaDis. PU;
-Men. Perin;
-KaDis. Perin; -KaDis. Perin;
-Men. Diknas;
-KaDis Diknas; -KaDis Diknas;
-Men Kes.
-KaDis Kes. -KaDis Kes.
-MenRistek;
-KAPOLDA -KAPOLRES
-KAPOLRI
-PengDa -PengDa
-Pengurus Pusat
Asosiasi Asosiasi
Asosiasi

SEKRETARIAT SEKRETARIAT SEKRETARIAT


FORUM FORUM FORUM
BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN
18
ANGKUTAN JALAN
1. Rencana Induk JLLAJ (ps 14-18);

2. Ruang Lalu Lintas (ps 19-28);

3. Dana Preservasi Jalan(ps 29-32)

4. Terminal (ps 33-42)

5. Fasilitas Parkir (ps 43-44)

6. Fasilitas Pendukung (ps 45-46)


Bagian Pertama (Psl 14-18)
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

RENCANA INDUK RENCANA INDUK RENCANA INDUK


JLLAJ NASIONAL JLLAJ PROVINSI JLLAJ KAB/KOTA

 RENCANA INDUKLLAJ
 RENCANA INDUKLLAJ
 RENCANA INDUKLLAJ ANTAR KOTA YG
ANTAR KOTA YG
ANTAR KOTA YG BERADA DALAM
MELEBIHI WILAYAH
BERADA DALAM WILAYAH KAB :
PROVINSI :
WILAYAH PROVINSI :  RENCANA INDUK
a. Dalam satu pulau besar
 RENCANA INDUK JLLAJ PERKOTAAN YG
(jawa, Sumatra,
JLLAJ PERKOTAAN YG MELEBIHI WILAYAH
Kalimantan, Sulawesi,
MELEBIHI WILAYAH KAB;
b. Antar pulau
PROVINSI  RENCANA INDUK
c. Gugus pulau
JLLAJ PERKOTAAN
 RENCANA INDUK
DALAM WILAYAH KOTA
JLLAJ PERKOTAAN YG
MELEBIHI WILAYAH
PROVINSI

19
MATERI MUATAN RENCANA INDUK LLAJ

a. Prakiraan perpindahan orang dan/atau barang


menurut asal tujuan perjalanan

b. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan nasional dalam keseluruhan moda
transportasi untuk :

c. Rencana lokasi dan kebutuhan (kapasitas) Simpul

d. rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas


Fungsi Jalan di Jawa Timur
Bancar
Tambakboyo
Jenu
Tg. Bulupandan
Jatirogo Cerme
Brondong Batu Putih
TUBAN Ujung Pangkah Sepulu Ketapang Sotabar Pasongsongan Tg. Lapak

P. Gili Iyang P. Payangan


Pakah SUMENEP
Kokop
Robatal
Bungah BANGKALAN Palengaan Kalianget
P. Sulumanuk
Temangkar
Parengan
Babat
LAMONGAN
Manyar Tanah Merah Tambelangan Larangan
Saronggi Keterangan :
Galis Omben
Widang Kamal P. Puteran P. Sapudi
GRESIK P. Raas

Padangan BOJONEGORO Duduksampean


Ibukota Propinsi
SAMPANG PAMEKASAN
P. Genteng
Ngimbang Balongpanggang SURABAYA P. Raja
Ngraho Dander Ibukota Kabupaten/Kota
Dawarblandong Wonokromo
Mantingan P. Kambing
Widodaren Waru
NGAWI
Karangjati
Temayang
Kabuh Ibukota Kecamatan
SIDOARJO
Sumobito MOJOKERTO
Ngrambe
Caruban JOMBANG Tanggulangin Garis Pantai
Bagor
Maospati Baron Kertosono Sooko Bangsal
Bangil

MADIUN
NGANJUK Gempol
PASURUAN
Tg. Pacinan
Batas Propinsi
Pacet
sjn

Ngoro Pandaan Nguling


MAGETAN Pasir Putih SITUBONDO
Tarokan Pare
Tg. Ketapang
PROBOLINGGO
BESUKI Jangkar
Batas Kabupaten/Kota
Dolopo Paiton Panarukan
Tongas
KEDIRI Kandangan Kasembon Purwosari Kraksaan Prajekan
Badegan Purwodadi
Wringin Banyuputih Tg. Sedang Jalan Tol
PONOROGO Pujon
BONDOWOSO Tg. Canding

Sawoo
Bendungan Kras Sukapura
Jalan Arteri Primer
Nawangan Sumber
Sendang Tumpang Ranuyoso Tiris
Slahung Tamanan Sukosari
Nglegok MALANG Wongsorejo
TRENGGALEK
BLITAR
Jalan Kolektor Primer
Arjasa
Donorojo Kesamben Senduro
TULUNGAGUNG
PACITAN
Rejotangan
Kepanjen
Turen
Candipuro
LUMAJANG Tanggul
JEMBER Jalan Lokal
Pronojiwo
Tulakan
Bandung Dampit BANYUWANGI
Binangun
Watulimo Pucanglaban Yos owilangun Kabat
Tl. Pacitan Gedangan Silo
Panggul Munjungan Bakung Kencong
Tg. Pacitan Tl. Pacitan Tl. Popoh
Tl. Sene Tempurejo
Tl. Ligit Tg. Popoh Tl. Serang Glenmore Rogojampi
Tl. Sumbeno
Tl. Prigi Tl. Tapeh

Tl. Sipulot Tg. Pelindu Ambulu


Tl. Lenggasana Muncar
Tl. Pisang Tg. Sembulungan
P. Sempu P. Nusabarung
Tl. Banjeli
Tl. Meru
Tl. Sukamade
Tl. Rajekwesi

Tg. Grajakan
Tl. Grajakan
Blambangan
Tg. Purwo
Bagian Kedua
Ruang Lalu Lintas

Paragraf 1
Kelas Jalan (Psl 19 dan 20)

KELAS JALAN

JALAN KELAS JALAN KELAS JALAN KELAS JALAN KELAS


I II III KHUSUS

F : Ar /Kol; F : Ar /Kol/lok/ling; F : Ar /Kol/lok/ling; F : Ar /Ko;


L: <= 2.500 mm; L: <= 2.500 mm; L: <= 2.100 mm; L: >= 2.500 mm;
P: <=18.000 mm; P: <=12.000 mm; P: <=9.000 mm; P: >=18.000 mm;
T: <= 4.200 mm; T: <= 4.200 mm; T: <= 3.500 mm T: <= 4.200 mm;
MST : 10 TON MST : 8 TON MST : 8 TON MST : > 10 TON
Paragraf 1
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan (Psl 19 dan 20)
(Penentuan Batas Kecepatan)
BATAS KECEPATAN
Ps. 21 NASIONAL

Maks Tanpa Min


Rambu

JALAN
KAWASAN KAWASAN JALAN
BEBAS
PERMUKIMAN PERKOTAAN ANTAR KOTA
HAMBATAN

Dengan
Rambu

Batas Kecepatan
PEMDA Max setempat
MANAJEMEN
KECEPATAN
Ps. 23 PENYELENGGARA
& 24 JALAN
Koordinasi dg :
1. Unsur Hub
2. Unsur POLRI

Preservasi jalan & KAMSELTIB


Peningkatan jalan LANCAR

PASANG YA
RUSAK
RAMBU/TANDA

TIDAK

OPERASIKAN
Ps. 25
JENIS WEWENANG
PERLENGKAPAN JALAN

PEMERINTAH
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan; JALAN NASIONAL

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;


d. alat penerangan Jalan; PEMPROV
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan JALAN PROVINSI

penyandang cacat; dan


h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan PEMKAB/KOT
Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan di luar
badan Jalan.
JALAN KAB/KOT
Ps. 29-32 Bagian Ketiga
Dana Preservasi Jalan

Pengguna jalan

Dana Preservasi UNIT PENGELOLA


Jalan DANA PRSERVASI JALAN

PEMELIHARAAN,
REHABILITISASI, DAN MEMPERTAHANKAN
REKONSTRUKSI KONDISI JALAN
Bagian Keempat
Ps. 33-36
Terminal

Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TERMINAL

PENUMPANG BARANG

TIPE KELAS UTAMA

A I PENGUMPUL
B II
PEGUMPAN
C III
Ps. 37 Penentuan Lokasi Terminal

Rencana Induk Jaringan LLAJ

Rencana lokasi dan kebutuhan


(kapasitas) Simpul

a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;


b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja
jaringan Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat LOKASI
kegiatan; TERMINAL
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
dan/atau
i. kelestarian lingkungan hidup.
Ps. 38-41
LOKASI
TERMINAL

LINGKUNGAN
KERJA

JASA
PEMBANGUNAN PENGOPERASIAN TER

a. rancang bangun; a. perencanaan;


b. buku kerja rancang bangun;
c. rencana induk Terminal; b. pelaksanaan; dan
d. analisis dampak Lalu Lintas; dan c. pengawasan operasional
e. analisis mengenai dampak lingkungan.
Terminal.
Bagian Kelima
Ps. 43-44
Fasilitas Parkir

FASILITAS
PARKIR PEMDA

1. WNI; DI LUAR
2. B.H ; DI DALAM
RUMIJA
RUMIJA

USAHA PENUNJANG
KHUSUS USAHA RAMBU/
POKOK MARKA
Bagian Keenam
Ps. 45-46
Fasilitas Pendukung
WEWENANG

JENIS
FASILITAS PENDUKUNG
PEMERINTAH

JALAN NASIONAL

a. trotoar;
b. lajur sepeda; PEMPROV
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau JALAN PROVINSI
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan
manusia usia lanjut.
PEMKAB/KOT

JALAN KAB/KOT
BAB VII
KENDARAAN 34

1. Jenis dan Fungsi Kendaraan (ps 47);

2. Peryaratan Teknis dan Laik Jalan (ps 48);

3. Pengujian Kendaraan Bermotor (ps 49-56)

4. Perlengkapan Kendaraan Bermotor (ps 57-59)

5. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor (ps 60)

6. Kendaraan Tidak Bermotor (ps 61-63)

7. Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor (ps 64-75)

8. Sanksi Administratif (ps 76)


1. Jenis dan Fungsi Kendaraan (ps 47);

KENDARAAN

JENIS FUNGSI

KB KTB UMUM PERS

a. Sepeda Motor; a. Tenaga


b. mobil penumpang; Manusia;
c. mobil bus; b. Tenaga Hewan
d. mobil barang; dan
e. kendaraan khusus.
Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau
tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “mobil penumpang” adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari
3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
 
Huruf c
Yang dimaksud dengan “mobil bus” adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat
duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga
ribu lima ratus) kilogram.
 
Huruf d
Yang dimaksud dengan “mobil barang” adalah Kendaraan Bermotor yang digunakan untuk angkutan
barang.
 
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Kendaraan khusus” adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang khusus yang
memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain:
 Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia;
 Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia;
 alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane;
serta
 Kendaraan khusus penyandang cacat.
2. Peryaratan Teknis dan Laik Jalan (ps 48);

TEKNIS LAIK JALAN

a. susunan; a. emisi gas buang;


b. perlengkapan; b. kebisingan suara;
c. ukuran; c. efisiensi sistem rem utama;
d. karoseri; d. efisiensi sistem rem parkir;
e. rancangan teknis e. kincup roda depan;
Kendaraan sesuai dengan f. suara klakson;
peruntukannya; g. daya pancar dan arah sinar lampu
f. pemuatan; utama;
g. penggunaan; h. radius putar;
h. penggandengan Kendaraan i. akurasi alat penunjuk kecepatan;
Bermotor; dan/atau j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi
i. penempelan Kendaraan ban; dan
Bermotor. k. kesesuaian daya mesin penggerak
terhadap berat Kendaraan.
Yang dimaksud dengan “susunan” terdiri atas:
rangka landasan;
motor penggerak;
sistem pembuangan;
sistem penerus daya;
sistem roda-roda;
sistem suspensi;
sistem alat kemudi;
sistem rem;
sistem lampu-lampu dan alat pemantul cahaya terdiri atas:
lampu utama dekat, warna putih atau kuning muda;
lampu utama jauh, warna putih atau kuning muda;
lampu penunjuk arah, warna kuning tua dengan sinar kelap-kelip;
lampu rem, warna merah;
lampu posisi depan, warna putih atau kuning muda;
lampu posisi belakang, warna merah;
lampu mundur, warna putih atau kuning muda;
komponen pendukung terdiri atas:
pengukur kecepatan (speedometer);
kaca spion;
penghapus kaca kecuali sepeda motor;
klakson;
sepakbor;
bumper kecuali sepeda motor.
Yang dimaksud dengan “ukuran” adalah dimensi utama kendaraan
bermotor, antara lain panjang, lebar, tinggi, julur depan (front over
hang), julur belakang (rear over hang), dan sudut pergi (departure
angle).
 
Huruf d
Yang dimaksud dengan “karoseri” adalah badan kendaraan, antara
lain kaca-kaca, pintu, engsel, tempat duduk, tempat pemasangan
tanda nomor kendaraan bermotor, tempat keluar darurat (khusus
bus), tangga (khusus bus), dan perisai kolong (khusus mobil
barang).
 
Huruf e
Yang dimaksud dengan “rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya” adalah rancangan yang sesuai dengan fungsi:
 kendaraan bermotor untuk mengangkut orang; atau
 kendaraan bermotor untuk mengangkut barang.
3. Pengujian Kendaraan Bermotor (ps 49-56)

UJI TIPE UJI BERKALA


(Ps 50-52) (Ps. 53- 56)

UP TIPE
UP BERKL
PEMERINTAH
PEMERINTAH MBL PNP UMUM

MBL BUS
DIIMPOR UP BERKL
ATPM MBL BARANG
DIBUAT/
DIRAKIT
KERETA
UP BERKL
MODIFIKAS TEMP/KERETA
SWASTA
I GANDENGAN
Psl 50-51
UNIT PELAKSANA UJI TPE

UJI FISIK PENELITIAN RB &REK

RUMA-RUMAH KERETA GAN


LANDASAN
BAK MUATAN KERETA TEMP
KB LENGKAP
KB DIMODIFIKASI

SERTIFIKAT SERTIFIKAT
LULUS UJI TIPE PRODUSEN/IMPORTIR LULUS UJI TIPE

PRODUKSIN/IMPOR UJI SAMPEL

SERTIFIKAT UNIT
REGISTRASI PELAKSANA
UJI TIPE UJI BERKALA
MODIFIKASI Psl 52

KENDARAAN
BERMOTOR

PERSYARATAN DIMENSI

MODIFIKASI MESIN
PERSYARATAN
KONSTRUKSI DAN
D.A
MATERIAL

BERUBAH

YA REGISTRASI
UJI TIPE

UJI TIPE
IDENTIFIKASI
ULANG
Psl 53-55
UNIT PELAKSANA UJI BERKALA
(PEMERINTAH/ATPM/SWASTA)

UJI FISIK PETUGAS PENGESAHAN HASIL UJI


(PEM/SWAS)

PERSY. TEK PERSY. LAIK JALAN

a. emisi gas buang Kendaraan Bermotor; BUKTI


b. tingkat kebisingan; LULUS
a. susunan; c. kemampuan rem utama; UJI
b. perlengkapan; d. kemampuan rem parkir;
c. ukuran; e. kincup roda depan;
d. karoseri; dan f. kemampuan pancar dan arah sinar lampu
a. rancangan utama; KARTU
teknis KB g. akurasi alat penunjuk kecepatan; dan UJI
h. kedalaman alur ban.
TANDA
  UJI
4. Perlengkapan Kendaraan Bermotor (ps 57-59)

Perlengkapan Kendaraan Bermotor

SPD MOTOR RODA =>4

HELM
STD
a. sabuk keselamatan;
b. ban cadangan;
c. segitiga pengaman;
d. dongkrak;
e. pembuka roda;
f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi
Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda
empat atau lebih yang tidak memiliki
rumah-rumah; dan
g. peralatan pertolongan pertama pada
Kecelakaan Lalu Lintas
Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b
diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil
barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan
di Jalan.
 
Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
pengesahan hasil uji.
 Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh:
a. unit pelaksana pengujian Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin
dari Pemerintah; atau
c. unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari
Pemerintah.
 Pengujian terhadap persyaratan laik jalan kereta gandengan dan
kereta tempelan meliputi uji kemampuan rem, kedalaman alur ban,
dan uji sistem lampu.

 Bukti lulus uji berkala hasil pemeriksaan dan pengujian fisik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian kartu uji
dan tanda uji.

 Kartu uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (5) memuat


keterangan tentang identifikasi Kendaraan Bermotor dan identitas
pemilik, spesifikasi teknis, hasil uji, dan masa berlaku hasil uji.

 Tanda uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (5) memuat


keterangan tentang identifikasi Kendaraan Bermotor dan masa
berlaku hasil uji.
Pengesahan hasil uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2)
huruf b diberikan oleh:

petugas yang memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh


Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atas usul
Gubernur untuk pengujian yang dilakukan oleh unit
pelaksana pengujian Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

petugas swasta yang memiliki kompetensi yang


ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan untuk pengujian yang dilakukan oleh unit
pelaksana pengujian agen tunggal pemegang merek dan
unit pelaksana pengujian swasta.
 
Kompetensi petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan sertifikat tanda lulus pendidikan dan pelatihan.
LAMPU ISYARAT 49

WARNA LAMPU KEGUNAAN


biru dan sirene untuk Kendaraan Bermotor petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia
merah dan sirene untuk Kendaraan Bermotor tahanan, pengawalan Tentara
Nasional Indonesia, pemadam kebakaran, ambulans, palang
merah, rescue, dan jenazah
kuning tanpa sirene digunakan untuk Kendaraan Bermotor patroli jalan tol,
pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum,
menderek Kendaraan, dan angkutan barang khusus.
5. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor (ps 60)

1. Bengkel umum Kendaraan Bermotor berfungsi untuk memperbaiki dan


merawat Kendaraan Bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan.

2. Bengkel umum yang mempunyai akreditasi dan kualitas tertentu dapat


melakukan pengujian berkala Kendaraan Bermotor.

3. Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang industri.

4. Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


harus mendapatkan izin dari Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan
rekomendasi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5. Pengawasan terhadap bengkel umum Kendaraan Bermotor sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
6. Kendaraan Tidak Bermotor (ps 61-63)

KTB

a. Tenaga
Manusia;
b. Tenaga Hewan

PERSYARATAN PERSYARATAN &


TEKNIS TTCR MUAT

a. konstruksi;
b. sistem kemudi; a. Dimensi;
c. sistem roda; b. berat
d. sistem rem;
e. lampu dan pemantul cahaya; dan
f. alat peringatan dengan bunyi.
8. Sanksi Administratif (ps 76)

PETUGAS
SETIAP SETIAP PENGESAH
PETUGAS
PENGUJI/PENGE
ORANG ORANG SWASTA SAH BERKALA

Ps 54 Ps Ps 54 Ps 54
(1),
Ps (2) Ps 63 (2) , (2) ,
53 53
(1) (1)
(3 ) (3 ) (3 )

a. peringatan
a. peringatan a. peringatan
tertulis
tertulis; tertulis;
b. pembayaran
b. pembayaran b. pembayaran
denda; Sesuai
denda; denda;
c. pembekuan
c. pembekuan dan/atau dengan
sertifikat
izin; peraturan
pengesah;
dan/atau c. Penutupan perundang-
dan/atau
d. pencabutan bengkel
d. pencabutan undangan
izin. umum;
sertifikat
pengesah.
BAB VIII 53
PENGEMUDI

1. Surat Izin Mengemudi (SIM)-(ps 77-86);

2. Penerbitan dan Penandatangan SIM (ps 87-89);

3. Waktu Kerja Pengemudi (ps 90-32)

4. Sanksi Administratif (ps 33-42)


BAB VIII PENGEMUDI

 Surat Izin Mengemudi


 Persyaratan Pengemudi
 Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
 Bentuk dan Penggolongan Surat Izin Mengemudi
 Fungsi Surat Izin Mengemudi
 Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi
 Penerbitan Surat Izin Mengemudi
 Pemberian Tanda Pelanggaran pada Surat Izin Mengemudi

 Waktu Kerja Pengemudi


 Sanksi Administratif
PENGEMUDI
Ps. 77
UNTUK MENDAPATKAN SIM
1. PERSYARATAN PENGEMUDI HARUS MEMILIKI KOMPETENSI
BAGIAN I  MELALUI DIKLAT ATAU
SIM 2. PENDIDIKAN + PELATIHAN BELAJAR SENDIRI
PENGEMUDI
UNTUK MENDAPATKAN SIM
3. BENTUK + PENGGOLONGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM
SIM  WAJIB MENGIKUTI DIKLAT
PENGEMUDI ANGKUTAN UMUM
4. FUNGSI SIM
Ps. 78
DIKLAT DISELENGGARAKAN OLEH
KARTU ELEKTRONIK/BENTUK LEMBAGA YG MENDAPAT IJIN &
LAIN TERAKREDITASI
DARI PEMERINTAH

Ps. 80

POLRI
NORMA, STANDAR,
PROSEDUR DAN
KRITERIA
MENTERI YG
MEMBIDANGI
SARANA&PRASARA
NA JALAN
BAB IX
56
LALU LINTAS
1. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (93-98)

2. Analisis Dampak Lalu Lintas (ps 99- 100)

3. Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu


Lintas, Marka Jalan, dan Petugas yang Berwenang (ps 103-
104)

4. Tata Cara Berlalu Lintas (ps 105-126)

5. Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu


Lintas (ps 127-129)

6. Hak dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu


Lintas (ps 131-132)

7. Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (ps 133)

8. Hak Utama Pengguna Jalan untuk Kelancaran(ps 133-135)

9. Sanksi Administratif (ps 136)


1. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (93-98)
57

REN TUR REK PEMB WAS

UNSUR
UNSUR P.U
PERHUBUNGAN
UNSUR POLRI

PENETAPAN KEBIJAKAN MAN & REK OPS


PENINGKATAN DAN
DAN PENGADAAN &
PERBAIKAN PHISIK
PENEMPATAN DAN PENEGAKAN
JALAN PERLENGKAPAN JALAN HUKUM

a. penetapan prioritas angkutan massal melalui


penyediaan lajur atau jalur atau jalan
khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan mengoptimalkan TINGKAT
kenyamanan Pejalan Kaki; penggunaan jaringan
c. pemberian kemudahan bagi penyandang
PELAYANAN
Jalan dan gerakan YG DITUJU
cacat;
d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus
Lalu Lintas
Lalu Lintas berdasarkan peruntukan lahan,
mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
f. pengendalian Lalu Lintas pada
persimpangan;
PERENCANAAN (Ps 94 (1))
KEGIATAN HUB PU POL

a. identifikasi masalah Lalu Lintas; HUB PU POL

b. inventarisasi dan analisis situasi arus Lalu HUB PU POL


Lintas;
c. inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang HUB
dan barang;

d.inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya PU


tampung jalan;

e. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya HUB


tampung Kendaraan;

f. inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan POL


Kecelakaan Lalu Lintas;

g. inventarisasi dan analisis dampak Lalu Lintas; HUB PU POL

h.penetapan tingkat pelayanan; dan HUB PU

i. penetapan rencana kebijakan pengaturan HUB PU POL


penggunaan jaringan Jalan dan gerakan LL.
PENGATURAN (Ps 94 (2))
KEGIATAN HUB PU POL

a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan HUB


dan gerakan Lalu Lintas pada jaringan Jalan
tertentu; dan

b.pemberian informasi kepada masyarakat dalam HUB


pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.
PEREKAYASAAN (Ps 94 (3))
KEGIATAN HUB PU POL

a. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan PU


serta perlengkapan Jalan yang tidak berkaitan langsung
dengan Pengguna Jalan;

b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan HUB


perlengkapan Jalan yang berkaitan langsung dengan
Pengguna Jalan; dan

c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas POL


dalam rangka meningkatkan ketertiban, kelancaran, dan
efektivitas penegakan hukum.
PEMBERDAYAAN (Ps 94 (4))
KEGIATAN HUB PU POL

a. arahan; HUB

b. bimbingan; HUB

c. penyuluhan; HUB

d. pelatihan; dan HUB

e. bantuan teknis. HUB


PENGAWASAN (Ps 94 (5))
KEGIATAN HUB PU POL

a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan; HUB

b. tindakan korektif terhadap kebijakan; dan HUB

c. tindakan penegakan hukum. POL


2. Analisis Dampak Lalu Lintas (ps 99- 100)

PENGEMBANG PEMDA

RENCANA
PEMBANGUNAN : KOMITMEN IZIN
a. PUSAT KEGIATAN; PENGEMBANG PEMBANGUNAN
Kriteria
b. PEMUKIMAN;
c. INFRASTRUKTUR

Analisis Dampak Lalu Lintas

a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu REKOMENDASI


konsultan

Lintas dan Angkutan Jalan;


b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa
dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana
implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan PEMBAHASAN INSTANSI
pengembang atau pembangun DAN TERKAIT
dalam penanganan dampak; dan PERSETUJUAN
e. rencana pemantauan dan evaluasi.
3. Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan,
dan Petugas yang Berwenang (ps 103-104)

Syarat dan Prosedur Pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,


Rambu Lalu Lintas, dan Marka Jalan

Rencana
Kebutuhan i. penetapan rencana kebijakan pengaturan
Perlengkapan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan LL.
Jalan

a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan


dan gerakan Lalu Lintas pada jaringan Jalan
tertentu; dan
<= 60
Hr
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan
pemeliharaan perlengkapan Jalan yang berkaitan
langsung dengan Pengguna Jalan; dan

>= 30
Hr
PEMBERLAKUAN
c. optimalisasi operasional
rekayasa Lalu Lintas KEGIATAN LALU LINTAS
c. tindakan penegakan hukum.
65

Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas,


Marka Jalan, dan Petugas yang Berwenang

1. Petugas
2. Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas
3. Rambu Lalu Lintas
4. Marka Jalan
4. Tata Cara Berlalu Lintas (ps 105-126)
66

1. Ketertiban dan Keselamatan.


2. Penggunaan Lampu Utama.
3. Jalur atau Lajur Lalu Lintas.
4. Belokan atau Simpangan.
5. Kecepatan.
6. Berhenti.
7. Parkir.
8. Kendaraan Tidak Bermotor.
9. Tata Cara Berlalu Lintas bagi Pengemudi Kendaraan
Bermotor Umum.
5. Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu
Lintas (ps 127-129)

MASYARAKAT/
INSTANSI

PENGGUNAAN
JALAN SELAIN
KEGIATAN LL

JALAN JALAN JALAN JALAN


NASIONAL PROVINSI KAB/KOT DESA

KEPENTINGAN UMUM BERSIFAT


SEMUA KEPENTINGAN
NASIONAL

JLN
POLRI PEMBERIAN IZIN ALTERNATIF
PENUTUPAN

PENEMPATAN TANGGUNG JAWAB


PETUGAS KEGIATAN PENGGUNA
6. Hak dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu
Lintas (ps 131-132)

PEJALAN KAKI

HAK KEWAJIBAN

1. Ketersediaan Fasilitas 1. menggunakan bagian Jalan yang


pendukung; diperuntukkan bagi Pejalan Kaki atau
2. Mendapat prioritas; Jalan yang paling tepi; atau
3. Menyeberang pada 2. menyeberang di tempat yang telah
tempat yg dipilih ditentukan.
3. memperhatikan Keselamatan dan Kelancaran
Lalu Lintas.
7. Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (ps 133)

RESTRIBUSI
MANAJEMEN KEB PEM/PEMPROV/
LL PEMKAB/KOT

a. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan


pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan
Jalan tertentu; KRITERIA

b. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada


koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan
Jalan tertentu;

c. pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor


atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan
tertentu;

d. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum EVALUASI


sesuai dengan klasifikasi fungsi Jalan;

e. pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan


batasan ruang Parkir maksimal; dan/atau

f. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor


Umum pada koridor atau kawasan tertentu pada
waktu dan Jalan tertentu
8. Hak Utama Pengguna Jalan untuk Kelancaran(ps 133-135)

PENGGUNA JALAN YG PUNYA HAK UTAMA

a. Kendaraan pemadam kebakaran


yang sedang melaksanakan tugas;
b. ambulans yang mengangkut orang
sakit; DAPAT TIDAK DIKAWAL
c. Kendaraan untuk memberikan
pertolongan pada Kecelakaan Lalu
Lintas;

d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara


Republik Indonesia;
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat
negara asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu HARUS DIKAWAL PETUGAS
negara; POLRI
f. iring-iringan pengantar jenazah; dan
g. konvoi dan/atau Kendaraan untuk
kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
9. Sanksi Administratif (ps 136)

SETIAP
ORANG

Ps 128

Ps 100 (1) Ps 99 (1)

a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pelayanan umum;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. denda administratif;
e. pembatalan izin; dan/atau
f. pencabutan izin.
BAB IX LALU LINTAS
 Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
 Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
 Tanggung Jawab Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

 Analisis Dampak Lalu Lintas


 Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
Rambu Lalu Lintas,
 Marka Jalan, dan Petugas yang Berwenang
 Syarat dan Prosedur Pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,

 Rambu Lalu Lintas, dan Marka Jalan


 Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dan Rambu Lalu Lintas
 Pengutamaan Petugas
 Tata Cara Berlalu Lintas
 Ketertiban dan Keselamatan
 Penggunaan Lampu Utama
 Jalur atau Lajur Lalu Lintas
 Belokan atau Simpangan
 Kecepatan
 Berhenti
 Parkir
 Kendaraan Tidak Bermotor
 Tata Cara Berlalu Lintas bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum
 Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas
 Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas yang Diperbolehkan
 Tata Cara Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas
 Tanggung jawab
 Hak dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu Lintas
 Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
 Hak Utama Pengguna Jalan untuk Kelancaran
 Pengguna Jalan yang Memperoleh Hak Utama
 Tata Cara Pengaturan Kelancaran
 Sanksi Administratif
BAB x
74
ANGKUTAN
1. Angkutan Orang dan Barang (Ps 137)

2. Kewajiban Menyediakan Angkutan Umum (ps 138-139)

3. Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum (ps


140-159)

4. Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor


Umum (ps 160-168)

5. Angkutan Multimoda (ps 165)

6. Dokumen Angkutan Orang dan Barang


dengan Kendaraan Bermotor Umum (ps 166-168)

7. Pengawasan Muatan Barang (ps 169-172)

8. Pengusahaan Angkutan (ps 173-180)

9. Tarif Angkutan (ps 181-185)


10. Subsidi Angkutan Penumpang Umum (ps 185) 75

11. Kewajiban, Hak, dan Tanggung Jawab Perusahaan


Angkutan Umum (Ps 186-196)

12. Tanggung Jawab Penyelenggara (ps 160-168)

13. Industri Jasa Angkutan Umum (ps 198)

14. Sanksi Administratif (ps 199)


BAB X ANGKUTAN
 Angkutan Orang dan Barang
 Kewajiban Menyediakan Angkutan Umum
 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
 Standar Pelayanan Angkutan Orang
 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
Trayek
 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek
 Angkutan Massal
 Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor Umum
 Umum
 Angkutan Barang Umum
 Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat
 Angkutan Multimoda
 Dokumen Angkutan Orang dan Barang dengan Kendaraan Bermotor
Umum
 Pengawasan Muatan Barang
 Pengusahaan Angkutan
 Perizinan Angkutan
 Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang dalam Trayek
 Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak dalam Trayek
 Izin Penyelenggraan Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat
 Tarif Angkutan
 Subsidi Angkutan Penumpang Umum
 Kewajiban, Hak, dan Tanggung Jawab Perusahaan
Angkutan Umum
 Kewajiban Perusahaan Angkutan Umum
 Hak Perusahaan Angkutan Umum

 Tanggung Jawab Penyelenggara


 Industri Jasa Angkutan Umum
 Sanksi Administratif
1. Angkutan Orang dan Barang & 2. Kewajinan
Pemerintah (Ps 137-139)
ANGKUTAN

ANGKUTAN
ANGKUTAN
MENURUT
MENURUT OBYEK
PENYELENGGARAAN

KB KTB
TIDAK
UMUM UMUM
/PRIBADI
ORG BRG

MBL BRG
PENYELENGGARA
ketersediaan
ANGKUTAN UMUM
SPD MTR

MBL PNP
PERSYARATAN
BUS PELAYANAN
ANGKUTAN UMUM
Mutu
pelayanan ANGKUTAN ORANG KENDARAAN
KENDARAAN BERMOTOR UMUM

DALAM TIDAK
TRAYEK KRITERIA
DALAM TRAYEK

1. Angkutan lintas 1. angkutan orang dengan


batas negara; menggunakan taksi;

2. Angkutan antarkota
antarprovinsi; 2. angkutan orang dengan
tujuan tertentu;
3. Angkutan antarkota
dalam provinsi ;
3. angkutan orang untuk
keperluan pariwisata;
4. Angkutan perkotaan

4. angkutan orang di
5. Angkutan perdesaan kawasan tertentu.
DASAR RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK

1. LBN MENSP

2. AKAP MENSP

3. AKDP GUB

4. APK
a. Melebihi wil prov. MENSP
b. Dalam wil prov. GUB

b. Dalam wil kab/kot. BUP/WK


5. APD
a. Melebihi wil prov. MENSP

b. Dalam wil prov. GUB

b. Dalam wil kab/kot. BUP/WK


Kebutuhan Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum di Kawasan
Perkotaan.

DALAM TIDAK
TRAYEK DALAM TRAYEK
158

ANGKUTAN ANGKUTAN BKN


MASSAL MASSAL 1. Taksi

Syarat : 2. Non Formal


a. mobil bus yang berkapasitas angkut
massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak
berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.
ANGKUTAN ORANG KENDARAAN
KENDARAAN BERMOTOR UMUM
TIDAK DALAM TRAYEK

1. angkutan orang dengan


menggunakan taksi;

Wilayah kota WALIKOTA


Wilayah kab BUPATI
>wil kab/kot dlm prov GUB
>provinsi MENSP

2. angkutan orang dengan BUPATI


tujuan tertentu; WALIKOTA

MENSP
3. angkutan orang untuk
keperluan pariwisata;

BUPATI
4. angkutan orang di
WALIKOTA
kawasan tertentu.
4. Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor
Umum (ps 160-168)

PERSYARATAN

BARANG BARANG
UMUM KHUSUS &
ALAT BERAT

DG PENGAWALAN
PENGUMUDI POLISI UNTUK
DIMENSI >

PERSYARATAN
KOMPENTENSI
5. Angkutan Multimoda (ps 165)

 Angkutan umum di Jalan yang merupakan bagian angkutan


multimoda dilaksanakan oleh badan hukum angkutan multimoda.

 Kegiatan angkutan umum dalam angkutan multimoda dilaksanakan


berdasarkan perjanjian yang dibuat antara badan hukum angkutan
Jalan dan badan hukum angkutan multimoda dan/atau badan hukum
moda lain..

 Pelayanan angkutan multimoda harus terpadu secara sistem dan mendapat


izin dari Pemerintah
6. Dokumen Angkutan Orang dan Barang
dengan Kendaraan Bermotor Umum (ps 166-168)

DOKUMEN

ANGKUTAN ORG DLM ANGKUTAN BRG DG KB


TRAYEK LB, AKAP, AKDP UMUM

SPP SM
TIKET TP BAGASI MANIFES

PENGEMUDI
PNP PENGEMUDI
7. Pengawasan Muatan Barang (ps 169-172)

alat
penimbangan

alat penimbangan yang alat penimbangan yang


dapat dipindahkan dipasang secara tetap

PEMERIKSAAN Penetapan
PEMERINTAH lokasi
& PENYIDIKAN

PEMPROV Pengoperasian
PETUGAS PEMERIKSA & perawatan

PETUGAS PETUGAS
DISHUB DISHUB
A. Perizinan Angkutan Orang
87
Pemberi Dalam Trayek Tidak Dalam Trayek
Izin
Menteri 1. lintas batas negara 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
2. antarkabupaten/kota melampaui wilayah 1 provinsi melampaui 1 daerah provinsi;
3. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 provinsi 2. angkutan dengan tujuan tertentu; atau
4. Perdesaan melewati wilayah 1 provinsi. 3. angkutan pariwisata
Gubernur 1. Antarkota melampaui wilayah 1 kab/kota dalam 1 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
provinsi melampaui lebih dari 1 daerah kab/kota
2. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 kab/kota dalam 1 provinsi
dalam 1 provinsi 2. angkutan taksi dan angkutan kawasan
3. perdesaan yang melampaui wilayah 1 kab dalam 1 tertentu yang wilayah operasinya berada
provinsi dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus
4. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Ibukota Jakarta
penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek
yang seluruhnya berada dalam wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bupati 1. perdesaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten taksi dan angkutan kawasan tertentu
2. perkotaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten yang wilayah operasinya berada dalam
wilayah kabupaten.
Walikota perkotaan yang berada dalam 1 wilayah kota. taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah
kota.
88

B. Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat

Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus berikan oleh


Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan rekomendasi
dari instansi terkait.
C. pengangkutan orang sakit dengan menggunakan
ambulans atau pengangkutan jenazah tidak memerlukan
izin
TARIF ANGKUTAN 89
PENUMPANG

Dalam Trayek
1. tarif kelas ekonomi; dan
 Menteri Perhubungan
 gubernur
 bupati
 walikota
2. tarif kelas nonekonomi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum.

Tidak Dalam Trayek

1. Taksi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum atas persetujuan


Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
2. tujuan tertentu, pariwisata, dan di kawasan ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara Pengguna Jasa dan Perusahaan Angkutan Umum.

BARANG

kesepakatan antara Pengguna Jasa dan Perusahaan Angkutan Umum


BAB XI
KEAMANAN DAN KESELAMATAN 90

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

1. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( 200-202)

2. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( 203-205)

3. Pengawasan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan ( 206-207)

4. Budaya Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan ( 208)
1. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( 200-202)

BUDAYA KEAMANAN LLAJ

a. penyusunan program nasional Keamanan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan;
b. penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan
perlengkapan Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
c. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembimbingan,
penyuluhan, dan penerangan berlalu lintas dalam
rangka meningkatkan kesadaran hukum dan etika LLAJ YG
masyarakat dalam berlalu lintas; AMAN
POLRI d. pengkajian masalah Keamanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
e. manajemen keamanan Lalu Lintas;
f. pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan/atau patroli;
g. registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi; dan
h. penegakan hukum Lalu Lintas;

PENGAWASAN KEAMANAN LLAJ


2. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( 203-205)

BUDAYA KESELAMATAN LLAJ

RENUM NASIONAL KESELAMATAN LLAJ

a. penyusunan program nasional kegiatan


Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
b. penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan
perlengkapan Keselamatan Lalu Lintas dan LLAJ YG
Angkutan Jalan; SELAMAT
PEMERINTAH
c. pengkajian masalah Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan; dan
d. manajemen Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

Audit

Inspeksi

Pemantauan PENGAWASAN KESELAMATAN LLAJ


&pengamatan
BAB XI KEAMANAN DAN
KESELAMATAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN

 Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


 Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Pengawasan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
 Budaya Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN 94

1. Perlindungan Kelestarian Lingkungan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (ps 209);

2. Pencegahan dan Penanggulangan Dampak


Lingkungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (ps
210-212)

3. Hak dan Kewajiban (ps 213-217)

4. Sanksi Administratif (ps 218)


Pencegahan dan Penanggulangan
1. Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
2. Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan
Angkutan Umum :
a. wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.
b. wajib melakukan perbaikan terhadap kendaraannya jika terjadi
kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara
dan kebisingan

Hak dan Kewajiban


1. Pemerintah wajib:
a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi, dan program
pembangunan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang ramah
lingkungan;
b. membangun dan mengembangkan sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang ramah lingkungan;
c. melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Perusahaan
Angkutan Umum, pemilik, dan/atau Pengemudi Kendaraan
Bermotor yang beroperasi di jalan; dan
d. menyampaikan informasi yang benar dan akurat tentang
kelestarian lingkungan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2. Perusahaan Angkutan Umum
a. Hak 96
1) Perusahaan Angkutan Umum berhak memperoleh
kemudahan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang ramah lingkungan. 
2) Perusahaan Angkutan Umum berhak memperoleh informasi
mengenai kelestarian lingkungan di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

b. Kewajiban
1) melaksanakan program pembangunan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang ramah lingkungan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah;
2) menyediakan sarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
ramah lingkungan;
3) memberi informasi yang jelas, benar, dan jujur mengenai
kondisi jasa angkutan umum;
4) memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan sarana angkutan umum; dan
5) mematuhi baku mutu lingkungan hidup.
97

3. Masyarakat
a. Hak
1) Masyarakat berhak mendapatkan Ruang Lalu Lintas
yang ramah lingkungan.
2) Masyarakat berhak memperoleh informasi tentang
kelestarian lingkungan bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
b. Kewajiban
Masyarakat wajib menjaga kelestarian lingkungan bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN

 Perlindungan Kelestarian Lingkungan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan
 Pencegahan dan Penanggulangan Dampak
Lingkungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Hak dan Kewajiban
 Kewajiban Pemerintah
 Hak dan Kewajiban Perusahaan Angkutan Umum
 Hak dan Kewajiban Masyarakat

 Sanksi Administratif
BAB XIII
PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI SARANA 99
DAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

1. Umum (ps 219);

2. Pengembangan Rancang Bangun Kendaraan


Bermotor (ps 220-221)

3. Pengembangan Industri dan Teknologi


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(ps 222)

3. Pemberdayaan Industri Prasarana Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (ps 223-224)

4. Pengaturan Lebih Lanjut (ps 218)


1. Umum (ps 219);

Pengembangan industri dan teknologi sarana dan Prasarana LLAJ


a. rancang bangun dan pemeliharaan Kendaraan Bermotor;
b. peralatan penegakan hukum;
c. peralatan uji laik kendaraan;
d. fasilitas Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
e. peralatan registrasi dan identifikasi Kendaraan dan Pengemudi;
f. teknologi serta informasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
g. fasilitas pendidikan dan pelatihan personel Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
dan
h. komponen pendukung Kendaraan Bermotor.
Pemberdayaan industri dan pengembangan teknologi LLAJ
a. pengembangan riset dan rancang bangun Kendaraan Bermotor;
b. pengembangan standardisasi Kendaraan dan/atau komponen Kendaraan
Bermotor;
c. pengalihan teknologi;
d. penggunaan sebanyak-banyaknya muatan lokal;
e. pengembangan industri bahan baku dan komponen;
f. pemberian kemudahan fasilitas pembiayaan dan perpajakan;
g. pemberian fasilitas kerja sama dengan industri sejenis; dan/atau
h. pemberian fasilitas kerja sama pasar pengguna di dalam dan di luar negeri.
2. Pengembangan Rancang Bangun Kendaraan
Bermotor (ps 220-221)

a. dimensi utama dan konstruksi Kendaraan


Bermotor;
b. kesesuaian material;
c. kesesuaian motor penggerak;
d. kesesuaian daya dukung jalan;
e. bentuk fisik Kendaraan Bermotor;
f. dimensi, konstruksi, posisi, dan jarak tempat
duduk;
g. posisi lampu;
h. jumlah tempat duduk;
i. dimensi dan konstruksi bak muatan/volume tangki;
j. peruntukan Kendaraan Bermotor; dan
k. fasilitas keluar darurat. 
Pemerintah Pemerintah
Pemerintah Daerah
Pengembangan
pengesahan Rancang Bangun Badan Hukum
Kendaraan Bermotor lembaga penelitian
perguruan tinggi
3. Pengembangan Industri dan Teknologi Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (ps 222)

a. pengatur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;


b. penegakan hukum;
c. uji kelaikan Kendaraan;
d. Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, serta
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
e. pengawasan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
f. registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor
dan Pengemudi

Pengembangan Industri dan Teknologi Prasarana LLAJ

pemahaman teknologi pengalihan teknologi fasilitasi riset teknologi


3. Pemberdayaan Industri Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (ps 223-224)

pemberian standar produk


insentif
fasilitas peralatan LLAJ

Pemberdayaan Industri
Prasarana
a. rekayasa;
KEARIFAN b. produksi;
LOKAL
c. perakitan; dan/atau
d. pemeliharaan dan
perbaikan.
BAB XIII PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN
TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN

 Umum
 Pengembangan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor
 Pengembangan Industri dan Teknologi Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
 Pemberdayaan Industri Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
 Pengaturan Lebih Lanjut
BAB XIV 105
KECELAKAAN LALU LINTAS

1. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas (ps


226);

2. Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas (ps 227-


233)

3. Kewajiban dan Tanggung Jawab (ps 234-239)

4. Hak Korban (ps 240-241)


1. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas (ps 226);

PENCEGAHAN LAKA

a. partisipasi para pemangku


FORUM kepentingan;
LLAJ
DIBAWAH b. pemberdayaan masyarakat;
KOORDINASI c. penegakan hukum; dan
POLRI
d. kemitraan global.

JANGKA JANGKA JANGKA


PENDEK MENENGAH PANJANG
2. Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas (ps 227-233)

PETUGAS
PENGEMUDI LAKA
POLRI

a. menghentikan Kendaraan yang dikemudikannya;


a. mendatangi tempat kejadian
b. memberikan pertolongan kepada korban; dengan segera;
c. melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara b. menolong korban;
Republik Indonesia terdekat; dan c. melakukan tindakan pertama di
d. memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian
kecelakaan. tempat kejadian perkara;
d. mengolah tempat kejadian
perkara;
a. memberikan pertolongan e. mengatur kelancaran arus Lalu
kepada korban Kecelakaan Lintas;
Lalu Lintas; f. mengamankan barang bukti; dan
SETIAP ORG b. melaporkan kecelakaan
tersebut kepada Kepolisian
g. melakukan penyidikan perkara.
Negara Republik Indonesia;
dan/atau
c. memberikan keterangan kepada
Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas

LAKA

KECELAKAAN KECELAKAAN KECELAKAAN


BERAT SEDANG RINGAN

KERUSAKAN KERUSAKAN KERUSAKAN

CACAD/ LUKA
MENINGGAL LUKA RINGAN
BERAT

acara acara acara


pemeriksaan biasa pemeriksaan pemeriksaan cepat
singkat
Pendataan Kecelakaan Lalu Lintas

LAPORAN LAKA
RS

POLRI LAPORAN FORMAT

INSTANSI
TERKAIT
3. Kewajiban dan Tanggung Jawab (ps 234-239)

Kewajiban dan
Tanggung Jawab

PENGEMUDI,
PEMERINTAH
PEMILIK, PERSH
(Psl 238)
(Psl 234 -237)

Hak Korban

(Psl 240)
BAB XIV KECELAKAAN LALU LINTAS
 Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
 Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas
 Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas
 Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
 Pertolongan dan Perawatan Korban
 Pendataan Kecelakaan Lalu Lintas
 Kewajiban dan Tanggung Jawab
 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengemudi,
 Pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan
 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah

 Hak Korban
112
BAB XV
PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG CACAT, MANUSIA
USIA LANJUT, ANAK-ANAK, WANITA HAMIL, DAN ORANG SAKIT

PEMERINTAH, PEMDA, PERSH ANGKUTAN

a. Aksesbilitas
b. Prioritas pelayanan

b. Fasilitas pelayanan

GUGATAN
MASYARAKAT
2. Sanksi Administratif (ps 244)

PERUSAHAAN
ANGKUTAN
UMUM

Ps 244

a. peringatan
tertulis; PP
b. denda ADM;
c. pembekuan
izin; dan/atau
d. pencabutan
izin.
BAB XV PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG
CACAT, MANUSIA USIA LANJUT, ANAK-ANAK,
WANITA HAMIL, DAN ORANG SAKIT

 Ruang Lingkup Perlakuan Khusus


 Sanksi Administratif
BAB XIV 115
SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
1. Penyelenggaraan Sistem Informasi dan
Komunikasi (ps 245-246);

2. Pengelolaan Sistem Informasi dan


Komunikasi (ps 247)

3. Pengembangan Sistem Informasi dan


Komunikasi (ps 248)

3. Pusat Kendali Sistem Informasi dan


Komunikasi (ps 249-250)

4. Pengaturan Lebih Lanjut (ps 252


STRUKTUR SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PEMBINA PERENCANAAN
LLAJ
PENGATURAN

SUB
SISTEM PENGENDALIAN
INFORMAS
I SARANA
sistem terstruktur & PENGAWASAN
PRASARAN
A LLAJ
jaringan informasi, OPERASIONAL

PUSAT
jaringan KENDALI
komunikasi SISTEM
INFORMA
pusat data SI DAN SUB
KOMUNIK SISTEM
SUB ASI INFORMASI
SISTEM REGIDENT,
INFORMAS PENGEMUD
I I, GAKKUM,
PRASARAN OPMRLL,
A JALAN DIKLL
STRUKTUR SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
SARANA DAN PRASARANA LLAJ

1. SUB-SUB SISTEM INFOKOM PENGUJIAN

2. SUB-SUB SISTEM INFOKOM ANGKUTAN

3. SUB-SUB SISTEM INFOKOM ALAT PENIMBANGAN

4. SUB-SUB SISTEM INFOKOM PERLENGKAPAN JALAN

5. SUB-SUB SISTEM INFOKOM MRLL

5. SUB-SUB SISTEM INFOKOM SOSIOEKONOMI


HIERARKHI SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI LLAJ

SISTEM INFORMASI DAN


KOMUNIKASI LLAJ

NASIONAL PROVINSI PROVINSI

PEMKAB/
PEMERINTAH PEMPROV PEMKOT
BAB XVI SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

 Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Komunikasi


 Pengelolaan Sistem Informasi dan Komunikasi
 Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi
 Pusat Kendali Sistem Informasi dan Komunikasi
 Pengaturan Lebih Lanjut
BAB XVII SUMBER DAYA MANUSIA

 Pembina Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib


mengembangkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan petugas yang profesional dan
memiliki kompetensi di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
  Pengembangan sumber daya manusia di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
pendidikan dan pelatihan oleh:
 a. Pemerintah;
 b. Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau
 c. lembaga swasta yang terakreditasi.
BAB XVIII PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berupa:
 pemantauan dan penjagaan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban,
dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
 masukan kepada instansi pembina dan penyelenggara Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan di tingkat pusat dan daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
 pendapat dan pertimbangan kepada instansi pembina dan
penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di tingkat pusat dan
daerah terhadap kegiatan penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang menimbulkan dampak lingkungan; dan
 dukungan terhadap penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Penyidikan
 Kewenangan Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia
 Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
 Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan
 Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
 Tata Cara Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

Penanganan Benda Sitaan


BAB XIX
123
PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Penyidikan dilakukan:
a. POLRI (Penyidik dan Pembantu Penyidik);
b. PPNS
Kewenangan PPNS:
c. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus;
d. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan/atau barang dengan
Kendaraan Bermotor Umum;
e. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor di
tempat penimbangan yang dipasang secara tetap;
f. melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan;
g. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan
Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian Kendaraan
Bermotor, dan perizinan; dan/atau
h. melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan
umum atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c dengan
membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan.
124

Penyidikan oleh PPNS dilakukan di:

a. Terminal.
b. Jembatan Timbang.
c. Jalan harus didampingi POLRI.
125

PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR


DI JALAN
I. Pemeriksaan dilakukan oleh:
a. POLRI;
b. PPNS.
II. Objek Pemeriksaan:
a. Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
b. tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
c. fisik Kendaraan Bermotor;
d. daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang; dan/atau
e. izin penyelenggaraan angkutan.
126

Pelaksanaan Pemeriksaan:

a. Berkala – dilakukan gabungan PPNS dan POLRI;


b. Insidentil oleh PPNS didampingi POLRI,
 Objek yang diperiksa dalam pemeriksaan insidentil:
 tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
 fisik Kendaraan Bermotor;
 daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang;
dan/atau
 izin penyelenggaraan angkutan.
BAB XX KETENTUAN PIDANA
 
 Pasal 273
 
 Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan
yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) sehingga menimbulkan korban luka ringan dan/atau
kerusakan Kendaraan dan/atau barang dipidana dengan penjara paling lama 6
(enam) bulan atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). 

 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka
berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). 

 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).

 Penyelenggara Jalan yang tidak memberi tanda atau rambu pada Jalan yang rusak
dan belum diperbaiki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)
 
 Pasal 274
 Setiap orang yang menggunakan Jalan dengan cara yang dapat merintangi,
membahayakan Keselamatan Lalu Lintas, atau yang dapat menimbulkan
kerusakan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 105
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling
banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 
 Pasal 275

 Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada


fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah).

 Setiap orang yang merusak Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan
sehingga tidak berfungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
 Pasal 276
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek tidak
singgah di Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 277
 Setiap orang yang memasukkan Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta
tempelan ke dalam wilayah Republik Indonesia, membuat, merakit, atau memodifikasi
Kendaraan Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe, kereta gandengan, kereta
tempelan, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di dalam negeri yang tidak memenuhi
kewajiban uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00
(dua puluh empat juta rupiah).

 Pasal 278
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan
yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga pengaman,
dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) bulan atau denda paling paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah).
 Pasal 279
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang dipasangi perlengkapan yang
dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah).

 Pasal 280
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 281
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin
Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

 Pasal 282
 Setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Pasal 283
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain
atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda
paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 284
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan tidak mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki
atau pesepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
(dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 285
 Setiap orang yang mengendarai Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang
meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur
kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) jo. Pasal 48 ayat (2)
dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi
persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi
badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur
kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) jo. Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama
2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
 Pasal 286
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) jo. Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
 
 Pasal 287 
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan
Rambu Lalu Lintas dan Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama
2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas, tata cara berhenti dan Parkir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling
banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama bagi
Kendaraan yang menggunakan alat peringatan dengan bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 106 ayat (4) huruf
d, dan Pasal 134 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah).

 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e dan Pasal 115 huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua)
bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan
dengan Kendaraan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf f dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Pasal 288
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor, atau surat tanda coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin
Mengemudi yang sah Kendaraan Bermotor yang dikemudikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5)
huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan
kereta tempelan yang tidak dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 289
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor atau Penumpang yang duduk di samping Pengemudi yang
tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (6) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 290
 Setiap orang yang mengemudikan dan menumpang Kendaraan Bermotor selain Sepeda Motor yang tidak
dilengkapi dengan rumah-rumah dan tidak mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (7) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) bulan atau denda paling
banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Pasal 291
 Setiap orang yang mengendarai Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Setiap orang yang mengendarai Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak
mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah).

 Pasal 292
 Setiap orang yang mengendarai Sepeda Motor tanpa kereta samping yang mengangkut
Penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 293
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu
utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat
(1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 Setiap orang yang mengendarai Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama
pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah).
 Pasal 294
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang akan membelok atau berbalik arah,
tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 112 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 295 
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang akan berpindah lajur atau bergerak ke
samping tanpa memberikan isyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah).

 Pasal 296
 Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor pada perlintasan antara kereta api dan Jalan
yang tidak berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai ditutup,
dan/atau ada isyarat lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 huruf a dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah).
 
 Pasal 297
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor berbalapan di Jalan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 115 huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
 Pasal 298
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman,
lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan
darurat di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 299
 Setiap orang yang mengendarai Kendaraan Tidak Bermotor yang dengan sengaja berpegang pada
Kendaraan Bermotor untuk ditarik, menarik benda-benda yang dapat membahayakan Pengguna
Jalan lain, dan/atau menggunakan jalur jalan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122
huruf a, huruf b, atau huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau
denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
 
 Pasal 300
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), setiap pengemudi Kendaraan Bermotor Umum
yang:
 tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan atau tidak menggunakan lajur paling kiri, kecuali
saat akan mendahului atau mengubah arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) huruf c;
 tidak memberhentikan kendaraannya selama menaikkan dan/atau menurunkan Penumpang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) huruf d; atau
 tidak menutup pintu kendaraan selama Kendaraan berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124
huruf e
 Pasal 301
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor angkutan barang yang tidak menggunakan
jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 302
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum angkutan orang yang tidak berhenti selain
di tempat yang telah ditentukan, mengetem, menurunkan penumpang selain di tempat pemberhentian,
atau melewati jaringan jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal
126 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah).
 
 Pasal 303 
 Setiap orang yang mengemudikan mobil barang untuk mengangkut orang kecuali dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 ayat 4 huruf a, huruf b, dan huruf c dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
 
 Pasal 304 
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan
atau menurunkan Penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan Kendaraan angkutan tidak
sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah).
 Pasal 305
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus yang tidak memenuhi
ketentuan tentang persyaratan keselamatan, pemberian tanda barang, Parkir, bongkar dan muat, waktu operasi
dan rekomendasi dari instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, atau huruf f dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 306 
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Angkutan Umum Barang yang tidak mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
169 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 307 
 Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan barang yang tidak dilengkapi surat muatan dokumen
perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

 Pasal 308 
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:
 tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal
173 ayat (1) huruf a;
 tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 173 ayat (1) huruf b;
 tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c; atau
 menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173.
 Pasal 309
 Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian kerugian yang
diderita oleh Penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
189 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 310
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
 Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain
mati, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
 Pasal 311
 Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan cara
atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah).
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan
Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan
Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00
(delapan juta rupiah). 
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan
lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4),
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain
mati, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau
denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
 Pasal 312
 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas dan dengan
sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan
Kecelakaan Lalu Lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 231 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c tanpa alasan yang patut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

 Pasal 313 
 Setiap orang yang tidak mengasuransikan awak Kendaraan dan penumpangnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 237 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

 Pasal 314 
 Selain pidana penjara, kurungan, atau denda, pelaku tindak pidana lalu lintas dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa pencabutan Surat Izin Mengemudi atau ganti kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana lalu
lintas.

 Pasal 315 
 Dalam hal  tindak pidana dilakukan oleh Perusahaan Angkutan Umum, pertanggungjawaban pidana
dikenakan terhadap Perusahaan Angkutan Umum dan/atau pengurusnya.
 Dalam hal tindak pidana lalu lintas dilakukan Perusahaan Angkutan Umum, selain pidana yang dijatuhkan
terhadap pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dijatuhkan pula pidana denda paling banyak
dikalikan 3 (tiga) dari pidana denda yang ditentukan dalam setiap pasal dalam Bab ini.
 Selain pidana denda, Perusahaan Angkutan Umum dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pembekuan
sementara atau pencabutan izin trayek atau izin operasi bagi kendaraan yang digunakan.
 Pasal 316
 (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 274, Pasal 275 ayat (1),
Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal 280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283,
Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290,
Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, Pasal 296, Pasal 297,
Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal 302, Pasal 303, Pasal 304,
Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308, Pasal 309, dan Pasal 313 adalah
pelanggaran.

 (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 273, Pasal 275 ayat (2),
Pasal 277, Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal 312 adalah kejahatan. 

 Pasal 317 
 Dalam hal nilai tukar mata uang rupiah mengalami penurunan, besaran nilai
denda sebagaimana dimaksud dalam Bab XX dapat ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
BABXXI KETENTUAN PERALIHAN
 KETENTUAN PERALIHAN
 
Pasal318
 
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, pendidikan dan pelatihan
Pengemudi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan
pelatihan Pengemudi tetap berlangsung sesuai dengan izin yang
diberikan dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) tahun wajib disesuaikan dengan Undang-Undang ini.
 
Pasal319
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, audit yang sedang
dilaksanakan oleh auditor Pemerintah tetap dijalankan sampai
dengan selesainya audit.
BAB XXII KETENTUAN PENUTUP
 
Pasal 320
 
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
 
Pasal 321
 
Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dibentuk paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
 
Pasal 322
Pusat kendali Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dibentuk paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku.
 
Pasal 323
 
Unit Pengelola Dana Preservasi Jalan harus berfungsi paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
 
 
Pasal 324
 
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.
 
 
Pasal 325
 
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 326
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Undang Undang ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
146

Anda mungkin juga menyukai