Anda di halaman 1dari 38

Muhammad Fakhri Fadlurrahman

1501212

Teknologi Transportasi Darat


UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN


KARAKTER PERUBAHAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
KONDISI SAAT INI ADALAH KEBIJAKAN YANG DIAMBIL
DAMPAK DARI KEBIJAKAN SEKARANG AKAN
MASA LAMPAU BERDAMPAK TERHADAP
KONDISI MASA YANG AKAN
DATANG
KEADAAN SEKARANG ADALAH MERUPAKAN DAMPAK DARI
SELURUH KEBIJAKAN YANG TELAH DIAMBIL

1965 1992 2009


LATAR BELAKANG PERTIMBANGAN PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

MASA YANG
1965 1992 2009 AKAN
DATANG

Latar belakang lahirnya UU RI No.3 Th.1965


Werverkeersor don natie (steelislad 1933
no.86) sebagai mana telah diubah dan
ditambah terakhir dengan UU No.7 Th.1951
tidak sesuai lagi dengan perkembangan lalu
lintas di jalan raya dan kemajuan dibidang
teknik kemdaraan bermotor
Latar belakang lahirnya UU RI No.14
Th.1992, antara lain disebabkan tingginya
jumlah kecelakaan yang terjadi dijalan
Abubakar Isk (1995 ; 19)
a. transportasi memiliki peran penting dan
strategis untuk mewujudkan wawasan
nusantara, memperkokoh ketahanan
nasional dan mempunyai hubungan antar
bangsa dalam usaha mencapai tujuan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD
1945
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN


Latar belakang lahirnya UU RI No.20 Tahun
2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan
a. lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai
peran strategis dalam mendukung
pembangunan dari integrasi nasional
sebagai bagian dan upaya memajukan
kesejahteraan umum sebagai mana
diamanatkan oleh UUD 1945 Negara RI
Tahun 1945
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai
peran strategis dalam mendukung pembangunan dan
integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian


dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan
potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan
Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan wilayah;
c. bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional
dan internasional menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta
akuntabilitas penyelenggaraan negara;

d. bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sudah tidak sesuai lagi
dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan
kebutuhan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-
undang yang baru;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-
Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Mengingat:

• Pasal 5 ayat (1) serta Pasal 20 ayat


(1) dan ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


DAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN.
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Isi dari BAB 1 : Tentang ketentuan


umum lalu lintas dan angkatan jalan,
definisi Angkutan jalan, jaringan lalu lintas,
angkutan jalan, kendaraan, ruang lalu
lintas, terminal, halte, parkir, berhenti,
rambu, marka jalan, pengemudi, dll

Pasal 1 ada 40 Ayat


BAB II

ASAS DAN TUJUAN


Pasal 2 – Pasal 3

Isi dari BAB II : Tentang asas –asas yang


harus diperhatikan dalam penyelenggaraan lalu
lintas dan angkutan jalan.
Tujuan lalu lintas dan angkutan jalan
diselenggarakan.

Pasal 2 : Huruf a-i


Pasal 3 : Huruf a-c
BAB III

UANG LINGKUP KEBERLAKUAN


UNDANG-UNDANG
Pasal 4

Isi dari BAB III : Tentang


pembinaan dan penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan yang aman, selamat,
tertib dan lancar

Pasal 4 : Huruf a-c


BAB IV
PEMBINAAN
Pasal 5 – Pasal 6

Isi dari BAB IV: Tentang pembinaan lalu


lintas dan angkutan jalan.
Instansi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembinaan lalu lintas
dan angkutan jalan

Pasal 5 : 4 Ayat
Pasal 6 : 4 Ayat
BAB V
PENYELENGGARAAN
Pasal 7 – Pasal 13

Isi dari BAB V : Tentang yang


penyelenggarakan lalu lintas dan angkutan
jalan, yang memberikan pelayanan
langsung pada masyarakat,
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan di berbagai bidang. Seperti bidang
pengembangan teknologi dan bidang
registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi.
BAB V

• Pasal 7 : 2 ayat
• Pasal 8 : Huruf a-g
• Pasal 9 : Hurug a-g
• Pasal 10 : Huruf a-c
• Pasal 11 : Huruf a-c
• Pasal 12 : Huruf a-i
• Pasal 13 : 5 Ayat
BAB VI

JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN


Pasal 14-Pasal 46

• Bagian kesatu tentang rencana induk lalu lintas dan


angkutan jalan
• Bagian kedua tentang ruang lalu lintas
• Bagian ketiga tentang Dana dan preservasi jalan
• Bagian keempat tentang terminal
• Bagian kelima tentang fasilitas parkir
• Bagian keenam tentang fasilitas pendukung
BAB VII
KENDARAAN
PASAL 47-PASAL 76

• BAGIAN 1 JENIS DAN FUNGSI KENDARAAN


• BAGIAN 2 PERSYARATAN DAN LAIK JALAN KENDARAAN
BERMOTOR
• BAGIAN 3 PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
• BAGIAN 4 PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR
• BAGIAN 5 BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR
• BAGIAN 6 KENDARAAN TIDAK BERMOTOR
• BAGIAN 7 REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN
BERMOTOR
• BAGIAN 8 SANKSI ADMINISTRASI
BAB VIII

PENGEMUDI
PASAL 77-PASAL 92

• BAGIAN 1 SURAT IZIN MENGEMUDI


• BAGIAN 2 PENERBITAN DAN
PENDANAAN SURAT IZIN MENGEMUDI
• BAGIAN 3 WAKTU KERJA PENGEMUDI
• BAGIAN 4 SANKSI ADMINISTRATIF
BAB IX
LALU LINTAS
PASAL 93-PASAL 136

• BAGIAN 1 MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS


• BAGIAN 2 ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
• BAGIAN 3 PENGUTAMAAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU
LINTAS, RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN, DAN
PETUGAS YANG BERWENANG
• BAGIAN 4 TATA CARA BERLALULINTAS
• BAGIAN 5 PENGGUNAAN JALAN SELAIN UNTUK KEGIATAN
LALU LINTAS
• BAGIAN 6 HAK DAN KEWAJIBAN PEJALAN KAKI DALAM
BERLALU LINTAS
• BAGIAN 7 MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
• BAGIAN 8 HAK UTAMA PENGGUNA JALAN UNTUK
KELANCARAN
PASAL 106 Ayat 8
SETIAP ORANG YANG MENGEMUDIKAN
SEPEDA MOTOR DAN PENUMPANG SEPEDA
MOTOR WAJIB MENGENAKAN HELM YANG
MEMENUHI STANDAR NASIONAL INDONESIA

PASAL 110
PENGEMUDI YANG BERPAPASAN DENGAN
KENDARAAN LAIN DARI ARAH
BERLAWANAN PADA JALAN DUA ARAH
YANG TIDAK DIPISAHKAN SECARA JELAS
WAJIB MEMBERIKAN RUANG GERAK YANG
CUKUP DISEBELAH KANAN KENDARAAN.
PASAL 134
PENGGUNA JALAN YANG MEMPEROLEH HAK UTAMA UNTUK DI
DAHULUKAN SESUAI DENGAN URUTAN BERIKUT :
a) Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan
tugas
b) Ambulans yang mengangkut orang sakit
c) Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu
lintas
d) Kendaraan pimpinan lembaga negara republik Indonesia
e) Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu negara
f) Iring-iringan pengantar jenazah
g) Konvoi atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian negara republik Indonesia
BAB X

ANGKUTAN
PASAL 137-PASAL 199

TENTANG ANGKUTAN ORANG/ BARANG,


ANGKUTAN ORANG DENGAN
KENDARAAN BERMOTOR UMUM,
ANGKUTAN ORANG DENGAN
KENDARAAN BERMOTOR UMUM DALAM
TRAYEK
BAB XI
KEAMANAN DAN KESELAMATAN LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PASAL 200-PASAL 208

TENTANG KEAMANAN LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN, KESELAMATAN LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN,
PENGAWASAN, BUDAYA KEAMANAN
DAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XII

DAMPAK LINGKUNGAN
PASAL 209-PASAL 218

TENTANG PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN DAMPAK LINKUNGAN,
HAK & KEWAJIBAN PERUSAHAAN
ANGKUTAN UMUM, SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 210 ayat 1


Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi
dijalan wajib memenuhi persyaratan ambang
batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
BAB XIII
PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN
TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PASAL 219-PASAL 225

TENTANG RANCANG BANGUN


KENDARAAN BERMOTOR,
PEMBERDAYAAN INDUSTRI
PRASARANA LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XIV

KECELAKAAN LALU LINTAS


PASAL 226-PASAL 241

TENTANG PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS,


PENGGOLONGAN DAN PENANGANAN PERKARA,
PERTOLONGAN DAN PERAWATAN KORBAN, PENDATAAN
KECELAKAAN LALU LINTAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG
JAWAB

PASAL 240
Korban kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan:
c. santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
BAB XV
PERLAKUAN KHUSUS BAGI
PENYANDANG CACAT, MANUSIA USIA
LANJUT, ANAK ANAK, WANITA HAMIL,
DAN ORANG SAKIT
PASAL 242-PASAL 244

TENTANG PERLAKUAN KHUSUS


PENYANDANG CACAT, MANUSIA USIA
LANJUT, ANAK ANAK, WANITA HAMIL,
DAN ORANG SAKIT, SANKSI
ADMINISTRATIF.
BAB XVI

SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI


LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PASAL 245-PASAL 252

TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM


INFORMASI DAN KOMUNIKASI,
PENGELOLAAN, PENGEMBANGAN,
PUSAT KENDALI SISTEM INFORMASI
DAN KOMUNIKASI.
BAB XVII

SUMBER DAYA MANUSIA


PASAL 253-PASAL 255

TENTANG PEMBINA LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN WAJIB
MENGEMBANGKAN SUMBER DAYA
MANUSIA SEPERTI PEMERINTAH,
KEPOLISIAN, LEMBAGA SWASTA YANG
TERAKREDITASI
BAB XVIII

PERAN SERTA MASYARAKAT


PASAL 256-PASAL 258

TENTANG MASYARAKAT YANG WAJIB BERPERAN


DALAM PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN, PEMANTAUAN, MASUKAN,
PENDAPAT DAN PERTIMBANGAN, DUKUNGAN.

Pasal 256 ayat 1


Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
BAB XIX

PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN


PELANGGARAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
PASAL 259-PASAL 272

TENTANG KEWENANGAN PENYIDIK


KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA,
PENYIDIK PNS, TATA CARA PENYIDIKAN,
PENANGANAN BENDA SITAAN
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
PASAL 273-PASAL 317

TENTANG HUKUMAN DAN BESARAN


DENDA YANG WAJIB DI BAYAR BAGI
SETIAP PELANGGARAN, DENDA
PERUSAKAN MARKA JALAN, RAMBU
LALU LINTAS, DENDA KENDARAAN
TANPA TANDA KENDARAAN BERMOTOR,
DENDA PENGENDARAN
MENGEMUDIKAN KENDARAAN
BERMOTOR TANPA SIM, dll
BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN
PASAL 318-PASAL329

TENTANG KEBERLANGSUNGAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENGEMUDI YANG DISELENGGARAKAN
OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN DENGAN JANGKA WAKTU.
BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP
PASAL 320-PASAL 326

TENTANG PEMBERLAKUAN UNDANG-


UNDANG NO.20 TAHUN 2009,
PENCABUTAN UNDANG-UNDANG NO.14
TAHUN 1992 DINYATAKAN TIDAK
BERLAKU
Disahkan di Jakarta
Pada 22 Juni 2009
Ttd Presiden Repunlik Indonesia dan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Anda mungkin juga menyukai