Anda di halaman 1dari 24

Kementerian Perhubungan

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat


Direktorat Angkutan Jalan
DASAR HUKUM :
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
2. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan;
3. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan;
4. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK :
727/AJ.302/DRJD/2004 tanggal 30 April 2004 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Barang Umum di Jalan;
5. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.5311/
AJ.410/DRJD/2018 tanggal 12 November 2018 tentang Pedoman Teknis
Alat Pemantul Cahaya Tambahan Pada Kendaraan Bermotor, Kereta
Gandengan, Dan Kereta Tempelan.
LATAR BELAKANG :
Undang – Undang Nomor Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pasal 307 menyebutkan : "Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor Angkutan Umum Barang yang tidak mematuhi ketentuan mengenai tata
cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 169 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan
atau denda paling banyak Rp500.000,00 (Lima Ratus Ribu Rupiah)."

Sedangkan Pasal 169 , berbunyi :


(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan pengawasan muatan angkutan barang.

PERLU ADANYA PENGATURAN


PROSEDUR & TATA CARA MUAT ANGKUTAN BARANG
KLASIFIKASI ANGKUTAN BARANG :
BARANG UMUM :

ANGKUTAN
 BARANG BERBAHAYA;
BARANG  BARANG KHUSUS;
 PETI KEMAS;
 ALAT BERAT

Dapat menggunakan
Pengangkutan barang Sepeda Motor, Mobil
Untuk Sepeda Motor :
dengan Kendaraan Penumpang dan Bus 1. Mempunyai ruang muatan
dengan lebar tidak melebihi stang
Bermotor dilakukan dengan Ketentuan Jumlah
kemudi;
dengan menggunakan Barang yang diangkut tidak
melebihi Daya Angkut 2. Tinggi ruang muatan tidak
Mobil Barang Kendaraan
melebihi 900 mm dari atas
tempat duduk pengemudi

Catatan : Pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan;
Angkutan barang umum adalah angkutan barang pada
umumnya, yaitu barang yang tidak berbahaya dan tidak
memerlukan sarana khusus.
CIRI – CIRI PELAYANAN :
(1) Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;
(2) Tersedianya tempat memuat dan membongkar barang;
(3) Dilayani dengan kendaraan bermotor jenis mobil barang;
PERSYARATAN ANGKUTAN BARANG UMUM
(Pasal 161 UU No.22 Tahun 2009 ttg LLAJ)

1. PRASARANA
Sesuai kelas jalan
yang di lalui

2. TERSEDIA PUSAT
DISTRIBUSI LOGISTIK
(Tempat bongkar
muat barang)

3. MENGGUNAKAN
MOBIL BARANG
KETENTUAN TATA CARA MUAT
ANGKUTAN BARANG UMUM :
(1) Dilakukan pada tempat-tempat yang tidak mengganggu keamanan,
kelancaran dan ketertiban lalu lintas;
(2) Pemuatan barang umum dalam ruangan kendaraan pengangkutnya
harus ditutup dengan bahan yang tidak mudah rusak dan diikat
dengan kuat;
(3) Pemuatan Barang Umum dalam ruang muatan barang harus disusun
dengan baik sehingga beban terdistribusi secara proporsional pada
sumbu-sumbu kendaraan;
(4) Distribusi muatan barang harus memenuhi persyaratan muatan sumbu
terberat untuk masing-masing sumbu, daya dukung jalan serta jumlah
berat yang diperbolehkan.
POSISI PEMUATAN BARANG YANG BENAR

TIDAK BENAR BENAR


TIDAK BENAR BENAR
ANGKUTAN PETI KEMAS

Pengangkutan Peti Kemas harus dilakukan dengan kendaraan khusus


pengangkut Peti Kemas. Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas maka ditetapkan jaringan lintas angkutan
peti kemas dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Ciri-Ciri Pelayanan Pengangkutan Peti Kemas :


1. Melalui Lintas Angkutan Peti Kemas yang telah ditetapkan;
2. Tersedia tempat, fasilitas perlengkapan memuat dan
membongkar;
3. Dilayani oleh rangkaian kendaraan yang terdiri dari satu
kendaraan penarik (tractor head) dan satu kereta tempelan;
4. Pelayanan lambat;
KETENTUAN TATA CARA MUAT
ANGKUTAN PETI KEMAS :

(1) Menggunakan alat bongkar muat berupa Forklift atau Crane;

(2) Dilakukan pada tempat-tempat yang telah ditetapkan dan tidak


mengganggu keamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas;

(3) Peti Kemas yang diangkut dengan kendaraan khusus pengangkut peti
kemas harus diikat dengan menggunakan kunci putar yang khusus
diperuntukkan untuk mengikat peti kemas pada kendaraan
pengangkutnya.
ILUSTRASI TENTANG POSISI & TATA CARA PENGIKATAN
ILUSTRASI TENTANG PEMASANGAN TERPAL (PENUTUP)
ILUSTRASI TATA CARA MUAT DAN ANTISIPASI :

Contoh :

Tata Cara Muat dan


Pengangkutan
Traktor Pertanian :
ILUSTRASI TATA CARA MUAT DAN ANTISIPASI :

Detail dapat dilihat pada SK Dirjen Perhubungan Darat No. SK : 727/AJ.307/ DRJD/2004
tanggal 30 April 2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan
ILUSTRASI TATA CARA MUAT DAN ANTISIPASI :

Detail dapat dilihat pada SK Dirjen Perhubungan Darat No. SK : 727/AJ.307/ DRJD/2004
tanggal 30 April 2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan
Alat Pemantul Cahaya Tambahan
Alat Pemantul Cahaya Tambahan adalah alat berupa stiker yang dapat
memantulkan cahaya atau bersifat Retro Reflektif yang dipasang di bagian
tertentu pada kendaraan.

PEMASANGAN ALAT PEMANTUL CAHAYA TAMBAHAN


(SK.5311/ AJ.410/DRJD/2018)
Pasal 4
(1) Alat Pemantul Cahaya Tambahan wajib dipasang di:
a. Kendaraan Bermotor;
b. Kereta Gandengan; dan
c. Kereta Tempelan.
MOBIL BARANG BAK MUATAN TERBUKA
MOBIL BARANG DENGAN SUMBU BELAKANG GANDA ATAU LEBIH
MOBIL BARANG BAK MUATAN TERTUTUP
MOBIL TANGKI
MOBIL PENARIK
KARETA GANDENGAN DAN TEMPELAN

KERETA GANDENGAN

KERETA
TEMPELAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai