PENENTUAN DAN
PENGKAJIAN BLACK SPOT
i
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KORPS LALU LINTAS
tentang
Menimbang : 1. bahwa dalam rangka untuk menurunkan fatalitas kecelakaan lalu lintas
dan tercapainya keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu
lintas;
MEMUTUSKAN.....
iii
2 KEPUTUSAN KAKORLANTAS POLRI
NOMOR : KEP/ 43 /IX/2016
TANGGAL: 19 SEPTEMBER 2016
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
pada
ada tanng all : 19 September
a tanggal
da ta
angg
ng Septem
em
em 2016
KEPALA
KEP
KE
K EP
E PAL
ALA
A A KORPS
LA
L KO
KORRPS
RP
P
PS LALU
SLALU LINTAS
LIN
L
LII T POLRI
Tembusan :
1. Kapolri.
2. Wakapolri.
3. Irwasum Polri.
4. Kalemdikpol.
5. Kadivhumas Polri
6. Para Dirlantas Polda.
iv
BAB I
I. PENDAHULUAN
1
dengan ditetapkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4
Tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan
Jalan 2011-2020.
2
BAB II
II. PEMAHAMAN BLACK SPOT
3
lokasi yang berada di persimpangan atau ruas
jalan sepanjang 200 – 300 meter, memiliki
faktor penyebab yang relatif sama dengan ruang
dan rentan tertentu.
4
keberadaan kriteria penentuan black spot yang kurang
jelas, antara lain:
x kriteria black spot yang kurang jelas dalam definisi
milik Departemen Perhubungan RI (2007) adalah
jumlah minimal yang ditentukan;
x kriteria black spot yang kurang jelas dalam definisi
milik Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah RI (2004) adalah faktor penyebab yang
relatif sama dengan ruang dan rentan tertentu; dan
x kriteria black spot yang kurang jelas dalam definsi
milik Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga
Nomor 02 / IN / Db / 2012 adalah angka
kecelakaan yang tinggi serta terjadi secara berulang
dalam suatu rentan waktu.
5
x batasan ruas jalan
x batasan waktu; dan
x suatu nilai yang merepresentasikan kondisi
kecelakaan/keparahan.
6
KORLANTAS (2011) menyebutkan rentang waktu yang
digunakan sebagai penentuan lokasi black spot merupakan
data kecelakaan 1 (satu) tahun terakhir. Namun, dengan
adanya peningkatan kualitas pencatatan kejadian
kecelakaan oleh KORLANTAS menggunakan IRSMS,
KORLANTAS akan mengubah rentang waktu penentuan
black spot menjadi 2 (dua) tahun sesuai hasil Focus Group
Discussion (FGD) yang telah diadakan.
7
x memberikan nilai pembobotan sebesar 10 untuk
kecelakaan lalu lintas dengan korban terparah
meninggal dunia;
x memberikan nilai pembobotan sebesar 5 untuk
kecelakaan lalu lintas dengan korban terparah
mengalami luka berat; dan
x memberikan nilai pembobotan sebesar 1 untuk
kecelakaan lalu lintas dengan korban terparah
mengalami luka ringan.
8
x Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas,
x Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan,
x Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun
2014 tentang Marka Jalan, dan
x Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun
2004 tentang Rambu Lalu Lintas.
9
Gambar II.1 Diagram Alir Tahapan Penanganan
Lokasi Black Spot
10
II.3 Perhitungan Bobot Kecelakaan
Suatu ruas jalan dapat dikatakan sebagai black spot atau
lokasi rawan kecelakaan apabila dalam rentang panjang
jalan 0 sampai 500 meter memiliki nilai bobot kecelakaan
> 30 atau masuk dalam 10 lokasi dengan peringkat teratas
dalam kurung waktu 2 (dua) tahun. Sementara suatu
persimpangan dapat dikatakan sebagai black spot apabila
pada jarak 100 meter dari kaki simpang dan persimpangan
memiliki nilai bobot kecelakaan > 30 atau masuk dalam 10
lokasi dengan peringkat teratas dalam kurung waktu 2
(dua) tahun.
11
Tabel II.1 Contoh Perhitungan Bobot Kecelakaan
Lalu Lintas di Lokasi A
Banyak Korban
No. Tanggal Kejadian Bobot
MD LB LR
1 2/4/2010 1 4 8 10
2 14/06/2010 2 0 0 10
3 6/8/2010 0 4 5 5
4 26/08/2010 0 1 3 5
5 7/10/2010 2 5 3 10
6 25/12/2010 0 0 3 1
Total 41
12
bobot 10 karena kondisi terparah dari korban adalah
meninggal dunia. Kecelakaan No 3 dan 4 diberikan nilai
bobot 5 karena kondisi terparah dari korban Luka Berat.
Nilai bobot untuk lokasi A total adalah 41 merupakan
penjumlahan nilai bobot dari setiap kejadian.
13
x Black Spot atau lokasi rawan kecelakaan berbasis
lokasi tunggal adalah lokasi rawan kecelakaan yang
berada di lokasi-lokasi yang spesifik, seperti
persimpangan, jembatan atau ruas jalan dengan
panjang 300-500 meter;
x Black Link atau lokasi rawan kecelakaan berbasis
ruas jalan adalah lokasi rawan kecelakaan yang
berada di ruas jalan dengan panjang antara 1-20
kilometer; dan
x Black Area atau lokasi rawan kecelakaan berbasis
wilayah adalah lokasi rawan kecelakaan yang
berada di kawasan-kawasan atau daerah tertentu
dengan karakteristik yang sama dan tidak hanya
terdiri dari 1 (satu) ruas jalan yang sama, misalnya:
wilayah kecamatan, kota/kabupaten sehingga dapat
dilakukan pengaturan dengan menerapkan strategi
manajemen lalu lintas.
14
BAB III
III. PENENTUAN BLACK SPOT
15
2. Masuk (log in) untuk mengakses IRSMS
IRSMS dapat diakses dengan nama pengguna (user
name) dan kata sandi (password), maka tidak semua
orang dapat mengakses data kecelakan lalu lintas yang
terdata di IRSMS. Untuk mendapatkan user name harus
mengajukan permohonan kepada instansi yang
berwenang, yaitu: Bid Gakkum KORLANTAS.
16
4. Memilih rentang waktu
Waktu dipilih berdasarkan keperluan pengguna. Ini bisa
dipilih dari tanggal tertentu sampai dengan tanggal
tertentu yang diinginkan.
17
III.1.2 Langkah Mengoperasikan Aplikasi IRSMS untuk
Mendapatkan Gambaran Keselamatan Jalan
18
x Tipe Kecelakaan Lalu Lintas dengan Waktu
Kejadian
x Tipe Kecelakaan Lalu Lintas dengan Tipe
Kendaraan
19
III.1.4 Langkah Mengoperasikan IRSMS untuk
Menentukan Black Spot
20
terletak di ujung kiri peta sampai tertulis angka 500
meter di skala. Maksud dari skala tersebut adalah 1 cm
(satu sentimeter) di peta sama dengan 500 meter dalam
kondisi sesungguhnya.
21
di kotak tadi dan akan terlihat laporan kecelakaan lalu
lintas yang lebih detil lagi.
22
adalah 2 tahun. Diagram ini dapat menyederhanakan
pola kecelakaan yang terjadi selama kurung waktu
tersebut.
23
dan lebar jalan kurang sesuai dengan kondisi
sesungguhnya karena prosesnya menjadi seperti gambar
manual. Sebelum membuat diagram tabrakan, perlu
dilakukan pemetaan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan
peta IRSMS yaitu dengan cara memilih detail
kecelakaan satu per satu lalu ditempelkan di peta.
24
Gambar III.1 Contoh Diagram Tabrakan Di Simpang
Harmoni, Jakarta Pusat
25
Gambar III.2 Pemetaan Diagram Tabrakan Sementara di
Simpang Harmoni, Jakarta Pusat
26
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
x setelah mengetahui lokasi black spot yang ingin
dianalisis dan telah mengakses IRSMS, langkah
selanjutnya adalah screen shot peta yang ada di
IRSMS dan dicopy ke microsoft World;
x kemudian memilih satu per satu titik kecelakaan
yang ada di peta dan screen shot lagi kemudian
dicrop hanya bagian detil kecelakaannya;
x selanjutnya dipaste di peta yang sudah kita
screen shot sebelumnya dan diletakkan di dekat
titik lokasi kecelakaannya; dan
x mengulangi langkah-langkah di atas sampai
masing-masing titik kecelakaan telah jelas
detilnya seperti pada Gambar III.1 atau Gambar
III.2.
27
dan keterangan-keterangan yang mendukung data
kecelakaan tersebut, misalnya:
x tingkat kecelakaan;
x kondisi cahaya;
x bentuk diagram (diagram tabrakan);
x batas kecepatan di lapangan;
x kondisi permukaan jalan; dan
x kemiringan jalan.
28
sehingga nantinya akan didapatkan penanggulangan
yang efektif dan tepat sasaran.
29
Tabel III.1
Keterangan/No.
1 2 3 4 5 6
Kecelakaan
Tanggal kejadian 27/08/2012 08/12/2012 23/12/2012 02/02/2013 07/04/2013 01/06/2013
30
Sedan Sepeda Motor Mini Bus
Van penumpang
Kendaraan terlibat Penumpang vs vs Sepeda Jeep Sepeda Motor menabrak tiang
vs jeep
Mini Bus Motor listrik
Harmoni, Jakarta Pusat
Diagram tabrakan
Kondisi cahaya
Simpang
31
x ukur dan gambarkan pula jarak fasilitas jalan ke
badan jalan; dan
x jangan lupa catat nama surveyor, waktu, cuaca,
dan tanggal peninjauan lapangan.
32
III.3.2 Teknik Menggambar Sketsa Tabrakan
33
34
Gambar III.4 Contoh Sketsa Tabrakan di Jalan yang Lurus
35
Gambar III.5 Contoh Sketsa Tabrakan di Jalan yang
Melengkung
36
III.4 Teknik Menggambar Fasilitas Pelengkap Jalan
Kecelakaan dapat terjadi apabila pengemudi tidak
memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dengan baik di
jalan, terlebih lagi apabila pengemudi belum mengenal
kondisi jalan dengan baik. Oleh karena itu di suatu ruas
jalan sangat perlu dipasang tanda-tanda lalu lintas atau
fasilitas pelengkap jalan seperti rambu, marka, delineasi,
pagar pengaman jalan atau pagar keselamatan, dan
penerangan jalan umum (PJU). Tujuan dari pemasangan
fasilitas pelengkap jalan ini yaitu untuk memberikan
informasi atau tanda-tanda kondisi jalan dan juga untuk
meningkatkan keselamatan jalan. Fasilitas pelengkap jalan
ini harus menyatu dengan sketsa jalan, yang telah dibahas
di sub bab III.3.1.
37
x kondisi 2, menyatakan bahwa fasilitas pelengkap
jalan tidak berfungsi dengan baik sehingga
berpotensi menyesatkan pengguna jalan;
x kondisi 3, menyatakan bahwa fasilitas pelengkap
jalan berfungsi namun tidak optimal karena tidak
dapat terlihat dengan mudah oleh pengguna jalan
meskipun tidak ada obyek yang menghalangi;
x kondisi 4, menyatakan bahwa fasilitas pelengkap
jalan dapat berfungsi tetapi terhalang oleh obyek
tertentu; dan
x kondisi 5, menyatakan bahwa fasilitas pelengkap
jalan dapat berfungsi dengan baik.
38
Tabel III.2 Contoh Tabulasi Kondisi
Fasilitas Pelengkap Jalan
Fasilitas Kondisi Fasilitas
Kode
Jalan Jalan
Rambu
A Dilarang 1 2 3 4 5
Parkir
Rambu
B Dilarang 1 2 3 4 5
Berhenti
39
40
40
BAB IV
IV. ANALISIS DAN REKOMENDASI
PENANGANAN BLACK SPOT
41
mempunyai kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua
variabel dan menghitung harga-harga statistik beserta
ujinya. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara tipe
kecelakaan dengan jumlah korban meninggal dunia dan
korban cidera dengan pejalan kaki yang berumur kurang
dari 15 tahun. Namun, analisis tabulasi silang
menggunakan IRSMS belum bisa melakukan analisis
statistik terhadap variabel-variabel yang ditinjau sehingga
perlu tools lain untuk mendapatkan advance review.
42
Gambar IV.1 Toolbox Tabulasi Silang IRSMS
43
keadaan tertentu yang dimaksudkan adalah keadaan
dimana sistem lalu lintas tidak berfungsi untuk
kelancaran lalu lintas yang dapat disebabkan karena:
x perubahan lalu lintas secara tiba-tiba atau
situasional;
x tidak berfungsinya alat pemberi isyarat lalu lintas
(APILL);
x adanya pengguna jalan yang diprioritaskan;
x ada pekerjaan jalan;
x adanya kecelakaan lalu lintas;
x adanya aktivitas perayaan hari-hari nasional
seperti peringatan hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia, hari ulang tahun suatu kota,
dan hari-hari nasional lainnya;
x adanya kegiatan olahraga, konfrensi berskala
nasional maupun internasional;
x terjadinya keadaan darurat seperti kurusuhan
massa, demonstrasi, bencana alam, dan
kebakaran; dan
x adanya penggunaan jalan selain untuk kegiatan
lalu lintas.
44
Pengaturan lalu lintas untuk mengatasi keadaan tertentu
tersebut, meliputi:
x memberhentikan arus lalu lintas dan/atau
pengguna jalan;
x mengatur pengguna jalan untuk terus jalan;
x mempercepat arus lalu lintas;
x memperlambat arus lalu lintas;
x mengalihkan arus lalu lintas; dan/atau
x menutup dan membuka arus lalu lintas.
45
x kerucut lalu lintas sebagai peringatan dan
petunjuk bagi pengguna jalan yang bersifat
multifungsi; dan
x rambu lalu lintas sementara yang berfungsi
sebagai peringatan, petunjuk, larangan dan
perintah bagi para pengguna jalan untuk diikuti
dan dipenuhi.
46
tersebut, pihak eksternal yang dimaksud bisa juga adalah
Forum LLAJ, Instansi penyantunan dana kecelakaan, dll.
Usulan penanganan berdasarkan penyebab kecelakaan
berdasarkan literatur yang ada, sebagai berikut:
47
x Konflik pejalan kaki dan kendaraan
Penanganan yang dapat diberikan yaitu
pemisahan pejalan kaki dan kendaraan,
fasilitas penyebrangan untuk pejalan kaki
dan fasilitas perlindungan pejalan kaki.
x Kehilangan kontrol
Penanganan yang dapat diberikan antara
lain yaitu marka jalan, delineasi,
pengendalian kecepatan dan pagar
keselamatan.
x Malam hari (gelap)
Penanganan yang dapat diberikan antara
lain yaitu rambu-rambu yang menentukan
cahaya, delineasi, marka-marka jalan dan
penerangan jalan.
x Jarak pandang buruk
Penanganan yang dapat diberikan antara
lain yaitu melakukan perbaikan alinemen
jalan, perbaikan jarak pandang misalnya
dengan pemotongan pohon-pohon tinggi
yang dapat mengurangi jarak pandang.
48
x Jarak pandang buruk pada tikungan
Penanganan yang dapat diberikan yaitu
perbaikan alinemen jalan, perbaikan
ruang bebas samping, perambuan dan
kanalisasi/marka jalan.
x Tingkah laku mengemudi atau disiplin
lajur buruk
Penanganan yang dapat diberikan yaitu
penambahan/perbaikan marka jalan,
median jalan dan penegakan hukum.
2. Persimpangan
Persimpangan adalah titik perkumpulan beberapa
ruas jalan dan apabila tidak diatur dengan Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) dan
dilengkapi dengan rambu dan marka lalu lintas
yang baik maka persimpangan tersebut bisa saja
menjadi lokasi rawan kecelakaan. Beberapa
penyebab kecelakaan yang sering terjadi di
persimpangan antara lain:
x Pergerakan membelok
Rekomendasi yang bisa diberikan antara
lain adalah penjaluran dengan membuat
49
kanal, menambahkan lampu-lampu
isyarat lalu lintas, larangan berbelok
dengan menggunakan rambu dan untuk
persimpangan yang belum dilengkapi
dengan APILL bisa dilakukan pembuatan
dan penambahan bundaran.
x Mendahului
Rekomendasi yang bisa diberikan antara
lain kanalisasi, dan menambahkan dan
atau melengkapi marka jalan.
x Konflik dengan pejalan
kaki/kendaraan
Menambahkan fasilitas penyebrangan
jalan sebidang (Zebra Cross), fasilitas
penyebrangan jalan tidak sebidang
(Jembatan Penyebrangan), rambu khusus
pejalan kaki dan lampu isyarat untuk
pejalan kaki.
x Jarak pandang yang buruk pada
persimpangan
Hal ini dapat ditangani dengan
meningkatkan jarak pandang melalui
50
perbaikan ruang bebas samping,
menghilangkan penghalang yang
mengganggu penglihatan pengemudi
(misalnya pohon besar), menghilangkan
aktivitas di sekitar persimpangan
(misalnya pedagang kaki lima) dari ROW
(Right of Way) atau rumija.
x Jarak pandang buruk karena
kendaraan parkir
Hal ini dapat ditangani dengan mengatur
perparkiran di sekitar persimpangan atau
menghilangan kegiatan parkir yang
menjadi gangguan.
x Malam hari/kondisi gelap
Rekomendasi yang bisa diberikan antara
lain adalah meningkatkan penerangan
jalan, memberikan atau mengganti rambu
dengan yang dapat memantulkan cahaya
dengan baik, memperbaiki atau
melengkapi rambu dengan yang dapat
memantulkan cahaya selain itu juga dapat
dilakukan delineasi.
51
3. Ruas jalan
Di ruas jalan perkotaan, kecepatan menjadi faktor
yang paling sering terjadi dalam kasus
kecelakaan lalu lintas. Terkadang pengemudi
juga sedang dalam pengaruh obat-obatan dan
atau alkohol. Berikut beberapa penanganan yang
dapat diusulkan, sebagai berikut:
x mengatur dan menempatkan rambu batas
kecepatan. Semakin banyak rambu yang
ditempatkan maka akan memberika efek
“aware” kepada pengemudi akan batas
kecepatan. Namun terlalu banyak juga
akan memberikan efek bosan sehingga
pengguna akan cenderung mengabaikan
informasinya;
x mengatur kecepatan pada lokasi-lokasi
yang ramai dengan pejalan kaki, misalnya
dengan penambahan rumble strip; dan
x penegakan hukum
52
4. Hubungan Koordinasi dengan Pihak Eksternal
Pelaksanaan rekomendasi yang baik adalah yang
tepat sasaran. Maksudnya adalah rekomendasi
yang diberikan dapat dijalankan oleh pihak yang
bersangkutan. Misalnya pada suatu ruas jalan
antar provinsi dengan status jalan Nasional,
diketahui bahwa salah satu lokasi rawan
kecelakaan terletak di tikungan jalan dan setelah
dilakukan kunjungan lapangan dan diidentiifkasi
ternyata penyebab kecelakaan yang sebenarnya
adalah tidak ada informasi peringatan tikungan
tajam yang disertai dengan turunan sehingga bagi
pengemudi yang belum menguasai medan jalan
sedikit kaget dengan kondisi ini. Maka dari itu
dapat diberikan rekomendasi penambahan rambu
peringatan tikungan tajam dan disertai dengan
rambu peringatan turunan yang curam. Untuk
penambahan rambu dan marka seperti ini adalah
tugas dari Kementerian Perhubungan, maka
sangat tepat apabila hasil laporan penanganan
lokasi black spot ini diinformasikan ke tingkat
pusat dan tingkat daerah.
53
54
54
BAB V
V. PENYUSUNAN LAPORAN BLACK SPOT
55
x Pendahuluan
Pendahuluan berisi mengenai gambaran umum
keselamatan di wilayah. Salah satu hal yang
dimasukan di dalam bagian ini adalah pemetaan
lokasi black spot yang berasal dari Langkah C-1
dan Langkah C-2. Dengan demkian, pembaca dapat
mengetahui gambaran mengenai lokasi-lokasi
black spot di wilayah beserta rincian informasinya.
x Identifikasi Permasalahan
Permasalahan utama adalah black spot. Dengan
demikian, bagian ini harus memaparkan secara
rinci karakteristik setiap black spot. Materi untuk
bagian ini berasal dari Langkah B-1, Langkah B-2,
dan Langkah B-3. Dengan demikian, pembaca
dapat mengetahui alur berpikir tim kajian black
spot melakukan penentuan lokasi yang didasarkan
dari kondisi keselamatan di lokasi tersebut.
Permasalahan turunan adalah kondisi infrastruktur
jalan belum berwawasan keselamatan dan
keruwetan kondisi lingkungan sosial di lokasi black
spot. Materi ini berasal dari Langkah B-3 dan
56
Langkah B-4. Permasalahan sosial bisa menjadi
pemicu lokasi black spot. Beberapa kondisi
lingkungan di sekitar jalan yang perlu diperhatikan
antara lain:
9 tata guna lahan di sekitar lokasi;
9 kegiatan yang ada di sekitar lokasi; dan
9 jenis kendaraan yang melintas.
57
dan sangat perlu membawa form check list
verifikasi ketika kunjungan ke lapangan dan juga
mendokumentasikan lokasi yang diidentifikasi.
x Lampiran
Lampiran bersifat opsional yang berfungsi untuk
memberikan gambaran secara rinci mengenai fakta
data dan fakta lapangan. Dengan demikian, isi dari
lampiran disesuaikan dengan kebutuhan, antara
lain:
9 Surat Keputusan dari instansi terkait
mengenai status jalan yang ditinjau;
58
9 Copy Laporan Polisi mengenai pelaporan
kecelakaan lalu lintas beserta sketsa
tabrakannya di lokasi-lokasi black spot;
9 Copy Formulir Survey Lapangan yang telah
dilakukan; dan
9 Dokumentasi (sesuai kebutuhan).
59
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KORPS LALU LINTAS
LAPORAN
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PENGKAJIAN BLACKSPOT
DI WILAYAH POLDA KALTIM TAHUN 2013
TANGGAL 20 S.D 24 MEI 2013
61
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KORPS LALU LINTAS
LAPORAN
HASIL PELAKSANAAN KAJIAN BLACKSPOT DI POLDA KALTIM
TANGGAL 20 S.D 24 MEI TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
1. Dasar
c. Surat Perintah Kakorlantas Polri Nomor : Sprin/29/V/ 2013 tanggal 6 Mei 2013
tentang penunjukan Tim Kajian Blackspot T.A. 2013;
a. Maksud
1) maksud dari pada laporan ini adalah untuk melakukan pendataan
Blackspot berupa kegiatan survey lapangan dengan maksud untuk
memperoleh data yang akurat sesuai fakta yang ditemukan secara
langsung di lapangan;
b. Tujuan
1) tujuan dari pada laporan ini adalah sebagai bahan adanya analisa secara
akademis terkait lokasi yang sering terjadi kecelakaan dan segala
permasalahannya harus dicari solusi secara proforsional;
62
II. PELAKSANAAN
3. Tempat pelaksanaan. :
4. Tim II :
5. Metode
a. peninjauan lapangan;
b. pengumpulan data (kualitatif dan kuantitatif);
c. pembobotan/scoring kejadian laka lantas;
d. rapat koordinasi (internal dan eksternal);
e. dokumentasi dan penyusunan rekomendasi.
laporan ini merupakan hasil Kajian Blackspot Korlantas POLRI dengan Tim
Laboratorium Transportasi Universitas Indonesia untuk mengatasi daerah blackspot
yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Tim ini dipimpin oleh KBP Drs. Agus
Sukamso, M.Si. Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 20-24 Mei 2013 di wilayah
studi Provinsi Kalimantan timur dan 5 (lima) lokasi yang dijadikan tempat pelatihan.
a. Permasalahan 1
Lokasi : Jalan Soekarno-Hatta KM 3.5, Ruas Balikpapan – Samarinda
(Koordinat: -1.21999, 116.84843)
Waktu : Selasa / 21 Mei 2013 pukul 14:00 WITA
Ringkasan :
Lebar badan jalan sekitar 10,00 meter, tidak dilengkapi dengan marka jalan,
namun ada beberapa rambu, seperti rambu penyeberang jalan di sisi jalan arah
ke Samarinda dan tanda peringatan. Kondisi badan Jalan Soekarno Hatta di
KM 3.5 (depan Detasemen Zeni tempur) mengalami penurunan (amblas)
mencapai sepanjang 26 meter, dengan kedalaman 20 cm. Saat ini, hanya
63
separo jalan yang bisa dimanfaatkan. Lebarnya hanya berkisar 6 meter, tidak
begitu ideal untuk lalu lintas kendaraan dari arah berlawanan, terutama
kendaraan dengan tonase besar.
Menurut petugas dari Dinas PU, ruas itu longsor karena dibangun di atas tanah
urukan. Salah satu bahan urukannya adalah sampah dan sisa-sisa kayu
tebangan. Setelah sekian lama, sampah membusuk, begitu pula kayunya.
Tekanan bobot material di atasnya membuat jalan turun. Menurut petugas
polisi, pada saat malam hari, kawasan ini sangat rawan terjadi kecelakaan lalu
lintas lantaran minimnya lampu penerangan. Sekedar informasi, kerusakan
jalan KM 3,5 ini sudah berlangsung lima tahun lebih. Sebelumnya sempat
beberapa kali diupayakan perbaikan, tapi hasilnya nihil. Belakangan, ada
informasi kandungan batu bara di bawahnya, sehingga mempengaruhi kontur
tanah dan konstruksi badan jalan.
64
Gambar 2. Kondisi Eksisting lokasi Rawan Kecelakaan
Jl. Soekarno-Hatta KM 3.5, Ruas
Balikpapan – Samarinda
Rekomendasi Penanganan:
b. Permasalahan 2
Lokasi : KM 57, Taman Hutan Raya (Tahura), Ruas Balikpapan – Samarinda.
(Koordinat: -00.83819, 117.01149)
Waktu : Selasa / 21 Mei 2013 pukul 16:20 WITA
Ringkasan :
Lokasi ini terletak di KM 57, jalan ini berada di ruas Balikpapan – Samarinda,
masuk dalam wilayah Polres Kutai Kartanegara.
Secara geometrik, lebar badan jalan sekitar 6,00 meter dengan 2 lajur 2 arah,
dan tidak terdapat bahu jalan di kedua sisi jalan, hanya tebing (sisi jalan
menuju Samarinda) dan jurang (sisi jalan menuju Balikpapan). Pada tikungan,
lebar badan jalan menyempit menjadi 5.5 meter. Faktor utama penyebab
kecelakaan lalu lintas ada kurangnya jarak pandang dikarenakan tikungan
tajam menanjak (dari arah Balikpapan) dan tikungan menurun (dari arah
Samarinda), sehingga kendaraan tidak dapat melihat dari kendaraan dari arah
yang berlawanan. Selain itu, sering terjadi longsor, khususnya pada sisi jalan
menuju Balikpapan.
65
Gambar 3. Lokasi Rawan Kecelakaan KM 57, Tahura, Ruas Balikpapan –
Samarinda
Pada bulan September 2012, terjadi kecelakaan antara mobil dan truk dengan
korban meninggal dunia 9 orang. Keterangan sementara, sopir truk dari arah
Samarinda lalai terlalu mengambil jalur kanan, sedangkan dari arah
berlawanan dari Balikpapan, ada mobil. Dari lokasi, truk terlalu ke kanan
setelah berupaya menghindari longsoran di sebelah kirinya. Kedua truk dan
mobil itu dalam kecepatan tinggi.
66
Rekomendasi Penanganan:
c. Permasalahan 3
Lokasi Pertama : Jl. Cipto Mangunkusumo, Jembatan Mahakam, Kota
Samarinda
(Koordinat:- 00.31182, 117.07165)
Waktu Survey : Rabu / 22 Mei 2013, pukul 10:30 WITA
Ringkasan :
Lokasi ini terletak di Kota Samarinda, dengan karakteristik tipe jalan 4 lajur 2
arah dengan marka median, lebar badan jalan 12 meter, lebar bahu jalan 2
meter di kedua arah, dan terdapat trotoar di kedua arah dalam kondisi baik.
Kecelakaan sering terjadi di daerah ini dikarenakan superelevasi jalan ke arah
yang salah, seharusnya superelevasi jalan bernilai postif namun dijalan ini
nilainya negatif. Kondisi perkerasan badan jalan dalam kondisi baik.
67
Gambar 5. Lokasi Rawan Kecelakaan Jl. Cipto Mangunkusumo,
Jembatan Mahakam, Kota Samarinda
Rekomendasi Penanganan:
Permasalahan rawan laka yang terjadi karena superelevasi jalan berada di arah
yang salah. Kendaraan dari jembatan Mahakam yang ingin ke arah
Tenggarong terlempar ke arah luar akibat dari gaya sentrifugal dan
superelevasi jalan yang salah. Rekomendasi yang disarankan adalah perbaikan
superelevasi saat dilapis ulang (overlay).
68
d. Permasalahan 4
Ringkasan :
Simpang ini memiliki 2 lajur untuk 2 arah tanpa ada median (2/2UD) untuk
setiap kaki simpang, dengan lebar masing-masing lajur selebar 3,5 meter.
Menurut anggota, kecelakaan sering terjadi di daerah ini dikarenakan tikungan
yang cukup tajam dan jarak pandang yang minim sehingga kecelakaan yang
terjadi di lokasi ini adalah kecelakaan depan-depan dan kecelakaan tunggal
akibat menghindar dari kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Simpang
tiga ini memiliki kemiringan jalan yang cukup ekstrim, hingga mencapai 18%.
Marka dan rambu dalam keadaan baik.
69
Gambar 8. Ir. Alan sedang memberikan arahan kepada anggota
wilayah mengenai Blackspot
Rekomendasi Penanganan:
Rekomendasi yang diberikan berupa penanganan berbiaya tinggi, hal ini
dikarenakan kemiringan jalan yang cukup ekstrim (hingga 18%). Penanganan
yang perlu dilakukan adalah memperbaiki geometrik jalan yang ada.
Kemiringan ini harus disesuaikan dengan standar kemiringan maksimum yang
telah ditentukan.
70
e. Permasalahan 5
Ringkasan :
Jalan Pelita merupakan jalan penghubung antara Jl. Cipto Mangunkusumo dan
Jl. HAMM Rifaddin, Loa Janan Ilir. Menurut anggota, kecelakaan sering
terjadi di daerah ini dikarenakan tikungan yang cukup tajam dan jarak
pandang yang minim sehingga kecelakaan yang terjadi di lokasi ini adalah
kecelakaan depan-depan. Secara geometrik, lebar badan jalan 6,00 meter
sebelum tikungan, serta tidak memiliki bahu jalan. Jalan menanjak menuju
pusat Kota Samarinda dan terdapat rambu hati-hati sebelum tikungan. Turunan
yang cukup curam, di turunan jalan ini biasanya kecelakaan kerap terjadi.
Kebanyakan kecelakaan dialami kendaraan berat. Terdapat beberapa rumble
strip untuk mengurangi kecepatan kendaraan.
71
Gambar 10. Kondisi Eksisting Lokasi Rawan Kecelakaan Jalan
Pelita, Ruas Samarinda – Balikpapan
Rekomendasi Penanganan :
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta didukung dengan data
anatomi kecelakaan, didapatkan hasil bahwa kondisi geometrik untuk lokasi
ini cukup memenuhi standar yang ada dari sisi lebar jalan. Kecelakaan yang
sering terjadi di lokasi ini adalah tabrak depan-depan dan kecelakaan tunggal.
Perlu dibuat jalur pendakian untuk menampung trek yang bermuatan berat
atau kendaraan lain yang lebih lambat supaya kendaraan lain yang berada
dibelakangnya dapat mendahului kendaraan yang lebih lambat itu tanpa
menggunakan lajur lawan. Kemudian sedikitnya rambu-rambu lalu lintas yang
membuat pengguna jalan kurang mendapat informasi mengenai jalan yang
sedang dilalui. Penambahan rambu akan membantu mengurangi jumlah
kecelakaan. Rambu yang ditambahkan dapat berupa rambu tanjakan, marka
chevron. Dapat dipertimbangkan untuk melebarkan jalan sesuai standar 3,5
meter di setiap lajur. Kemudian lajur pendakian untuk kendaraan berat juga
dapat ditambahkan untuk memberikan ruang bagi pengguna jalan lain yang
sedang menanjak.
72
III. PENUTUP
Demikian laporan hasil pelaksanaan kegiatan pengkajian Blackspot ini dibuat dalam rangka
menyamakan persepsi dan cara mengidentifikasi permasalahan yang ada pada masing-masing
blackspot serta cara penanganannya berbasis Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, sehingga
dapat menghasilkan Rekomendasi kepada semua pihak guna menentukan kebijakan lebih
lanjut.
KETUA TIM IV
73