KATA PENGANTAR
Laporan "Kajian Pengembangan Wilayah Pulau Wetar" ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Buku Laporan *PENGEMBAI\GAI\ APLIKASI BASISDATA
DAN KAJIAN WILAYAII3 KTI'. Selain wilayah Pulau Wetar, dua daerah lain yang
dikaji ialah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Sumba Timur yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda.
PT.Waindo SpecTei'i'a
Kajian Wlayah Pulau Wetar
I}AFTAR ISI
KATA PENGAI{TAR I
DAF'TAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.4. METODOLOGI 4
PT.Waindo SpecTerra
Kajian Wayah Pulau Wetar
BAB 3 PENUTUP 24
3.I. SARAN DAN REKOMENDASI 24
3.2. KESIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN l: FieidNote Peninjauan Lapangan
LAMPIRAN 2: Cita Landsat dan Citra SPOT
LAMPIRAN 3: Foto-Foto Lapangan
lil
PT.Waindo SpecTerra
Kajian ll/ilayah Pulau Wetar
Berriasarkan daia kewilayahan baik data primer maupun data sekunder, dilakukan
kajian geografis baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat numerik.
Kajian geografis ini bertujuan untuk memberikan pertiinbangan-pertimbangan bagi
p€rencan€um wilayah dengan penekanan pada pen<iayag':naan sumirerdaya
kelautan. Satu hal yang ntbnjadi prioritas khususnya di Pulau Wetar ialah meninjau
pengembangan peranan pelabuhan perikanan. Mengingat fasilitas pelabuhan yang
ada selama ini masih sangat minim dan belum dikembangkan.
Penggunaan Lahan
Ekosistem pesisir
ANALISN WILAYAI{
Seperti telah disebutkan di aks, sumber data yang paiing banyak ialah peta-
peta terrratik dan Peta Rupabumi lndonesia. Karena peta-peta tersebut tersedia
' Registrasi peta raster: dengan menggunakan titik-titik kontrol yang dapat
diambilkan dari Peta R-upabumi Indonesia (dalam hal ini Peta Rupabumi
Indonesia berlaku sebagai peta dasar referensi), sehingga peta raster akan
memiliki geometri yang benar dan berada pada suatu sistem koordinat
tertentu.
Gambar 2.1. Digitasi Peta dan Pemberian ID untuk setiap obyek tematik
data liputan lahan sudah dapat diperoleh dan didigitasi dari Peta Rupabumi
Indonesi4 tetapi karena informasi liputan lahan dari Citra Satelit
Penginderaan Jauh lebih aktual, maka Citra Satelit digunakan untuk
memutakhirkan data penggunaan lahan yang ada
' Ekstraksi infonnasi yang dilakuican dengan cara kombinasi antara metode
digital dan metode visual. ${etode digital dijalankan secara otomatis oleh
komputer dengan berpedornan pada nilai intensitas cahaya panhrlan,
Mangrove
Gambar 2.2. Proses ekstraksi informasi ekosistem pesisir mengg'.makan Citra Landsat
Hal yang sama dikerjakan untuk Ciha SPOT agar diperoleh kedetiian yang lebih
tinggi.
10
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wilayah Pulau lletar
Data Potensi Desa dari Badan Pusat Statistik menjadi sumber data yang
utama dalam membrikan data tekstual (tabular) kewilayahan. Data Potensi
Desa mempunyai kolom yang berjumlatr 240 dan berisi kode-kode yang
berrelasi dengan tabel demografi, sosio-ekonomi, status desa dan
keseluruhan data statistik yang ada. Sebagai unit wilayah terkecil adalah desa
atau kelurahan. Tentu saj4 hanya sebahagian kecil dari tabel yang ada
relevansinya sebagai bahan masukan bagi kajian wilayah, apalagi yang
berkaitan dengan pengembangan pelabuhan perikanan, karena itu dipilih
kolom-kolom tertentu saj a.
t1
tl
PT. VYaindc SpecTerra
Kajian Wilayah Pulau Wetar
pasti rute yang harus ditempuh, karenanya harus mef,gikuti kapal yang
bukan reguler. Rute yang ditempuh adalah :
Pulau-pulau
keciVAmbon
Kupeng
l2
FT. Waindo SpecTena
Kajian Wilayah Pulau l|'etar
Berdasarkan peta topografi, biarpun Pulau Wetar tidak terlalu luas yaitu
sekitar 260.000 H4 tetapi dipenuhi dengan pegunungan yang cukup tinggi.
Hampir tidak ditemui adanya dataran karena dari pantai iangsung
membentuk pegunungan. Puncak tertinggi mencapai 1.420 mets dari atas
permukaan laut. Hal ini dapat dirnengerti karena Pulau Wetar dan Aior
masih termasuk dalam Busur Banda Bergunungapi, akan tetapi gunungapi
yang masih giat tidak dijumpai. Struktur geologi yang terdapat di daerah ini
berupa sesar dan lipatan yang lemah. Dari Citra Landsat nampak adanya
kelurusan-kelurusan yang mungkin berupa sesar. Sesar di daerah ini
memiliki dua arah u*,ama yaitu timur laut - barat daya dan hampir timur -
barat atau sejajar pulau.
Sesar-sesar tersebut berupa sesar mengiri dan sesax turun. sesar geser
mengiri yang berarah timur - baratrnenyesarkan baftran Pra Miosen Akhir,
yair.r Formasi rihu dan Batuan Gunungapi Riotit. sedangkan sesar geser
1'ang berarah timur laut - barat daya menyesarkan batuan bemmur Pliosen
l3
PT. Waindo SpecTerra
Kajian l{ilayah Pulau lletar
Breksi andesit yang tersebar luas di da€rah ini dapat digunakan sebagai
bahan bangunaq tetapi saat ini belum banyak dimanfaatkan. Lempung
sebagai hasil pelapukaa tuff di sekitar terobosan granit di daerah
vegetasi alami yang tumbuh banyak yang berbentuk belukar atau hutan
rawang. Permukiman nelayan secara sporadis tersebar di sepanjang pantai
dengan transportasi darat yang belum berkembang, hampir semurr
l5
PT. Waindo SpecTerra
Kajtan lltlayah Pulau lletar
l5
PT. V/aindo SpecTerra
Kajian lllilayah Pulau iitetar
- Sebagai sumber devisa dari industri pariwisata bawah air dan ekowisata
lainnya
Gambar 2.5. Ekosistem pesisir dan habitat perairan dangkal diekstrak dari CiFa landsat
t7
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wila_yvh Pulau lletar
Tampak dengan jelas dalam Gambar 2.5. di atas batrwa pola wilayah pesisir
mirip dengan kebanyakan pulau-pulau kecil, tetapi dengan kondisi perairan
yang lebih curam. Rataan terumbu karang di sekitar Pulau Wetar memiliki
sebaran yang sangat terbatas dan lebih banyak berada di pantai utara dengan
lebar dari garis pantai ke tubir sekiter 150 meter, kecuali di Pulau Liran. Di
sekitar Pulau Liran, sebaran terumbu karang cukup lebar antara 450 -1500
meter. Sebaran mangroye jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Fulau
Sumba apalag dengan Kabupaten Tanah Bumbu yang mempunyai hutan
mangrove sangat tebal. Jusrnr sebaran terumbu karang di Pulau Liran ini
yang menjadi kendala bagi aksesibilitas dari dan ke pelabuhan Ustufirn.
Sebagian besar, lebih dari 90% dan seluruh jumlah keluarga yang tinggal di Pulau
Wetar dan Pulau Liraru adalah keluarga pertanian. Meskipun demikian, sektor
pertanian yang digeluti dalam hal ini adalah perikanan tangkap di laut. Mengingat
begitu terpencilnya daerah ini, data sekunder yang ada pun mempunyai validitas
yang rendalr, teruiarna yang berkisar pada besamya produksi perikanan dan
kontribusinya se€ra ekonomi. Data mengenai kependudukan, fasilitas kesehatan
dan fasilitas sosial serta lingkungan hidup disajikan dalam peta-peta tematik yang
tersedia pada album peta berukuran A3 sebagai iampiran bagi Laporan pekerjaan
ini.
l8
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wllayah Pulau lletar
Dari data kependu<iukan untuk beberapa desa besar di Pulau Wetar di atas, terlihat
bahwa lebih dari 92Yo kehwga menggantungkan hidupnya dari pertanian. Dalam
hal ini, seklor pertanian yang dimaksud adalah berladang dan menjadi nelayan.
Data produktivitas penduduk tidak dapat diperoleh tetapi memang menurut
pengamatan lapangan menunjukkan adanya keterbelakangan, karena pola
perekonomian yang masih bersifat subsisten yaitu hasil produksi untuk memenuhi
kebutuhan pangan sendiri sehari-hari. Dari data di atas juga terlihat bahwa jumlah
keluarga prasejahtera cukup bani-ak yaitu seki'ar 2l,&lyo dari seluruh keluarga.
l9
PT. Waindo SpecTerra
Kaiian lYilayah Pulau lletar
Salah satu indikator bagr penilaian perkembangan suatu wilayah ialah berkembang
sarana tansportasi. Tentunya ada suatu daya dcrong tersendiri untuk suatu daerah
Daya Dorong
lnteraksi =
Hambatan
Jika dalam ilmu fisika listrik, interaksi itu berupa kuat arus listrik (dinyatakan
dalam Ampere), maka sebagai daya dorong adalah beda potensial atau tegangan
listrik (dinyatakan dalam Volt),sedangkan yang mengharrrbat adalah resistansi
iistik (dinyatakan dalam Ohm). Dalam analisis jaringan transportasi, kekuatan
interaksi akandapat digunakan untuk menilai aksesibilitas, mobilitas dan pengaruh
ekonomi suatu daerah terhadap daerah yang lain. Dengan asumsi, sebagai daya
dorong adalah jumlah penduduk, maka nrmusannya:
P1 xP2
ln: & (1)
(Jrz)b
Dalam penerapao kajian wilayatu jika dalam suatu areal dijumpai beberapa lokasi
permukimarl maka untuk menentukan lokasi yang disarankan untuk menjadi pusat
pelayanan ialah dengan membandingkan nilai yang diperoleh dari rumus di bawah
ini:
P1 P2 Pn
PP1 =ax-+ax (2)
(0,5 J1.)b (J")b (J'n)b
-+..........+ax
Jr. = jarak terdekat pusat permukiman dengsn yang lain
Jrr= jarak antara areal 1 dan 2
f?> --+--+-
av ^t{
.v Y i.a
>+1 > t- ,
-)-: - (
, -
r - ^a
' ' l i_..on" ;t{
I ' et"r ti
I . , p. wetar ),/')
,-/ ';;!::l/
')/
L, /,,r
'l
-" rri's ,"/
/
l'
- -,
t\-::)/
' !
r&,rii"
P. Wetar
Gambar 2.6. Posisi areal permukiman: Ustutun, Erai, Ilwaki, Lerokis cian Arwala
21
PT. WainCo SpecTerra
KaJian Wlayah Pulou llew
PP Ustutun :2,156
PP Erai : 11595
PP Ilwaki :0,497
PP Lerokis :0,483
PP Arwala :0,383
Artinya bahwa dari segi potensi pengembangan, maka Ustuturr mempunyai nilai
tertinggi. Kenyataan menurliukkan hal demikian, meskipun ada ken<iala yang
cukup besar bagi pengembangan pelabuhan laut di desa ini. Kendala yang pertama
ialah sulitnya mendapatkan beberapa fasilitas pokok seperti air bersih dan yang
kedua ialah adanya perairan dangkal terumbu karang yang tidak dapat dilewati
oleh kapal dengan bobot kecil sekalipun pada waktu air surut. Jika air laut sedang
suruto kapal harus menunggu air pasang pada jarak sekitar 500 meter dari
pelabulian, jika tidak maka kapal akan kandas.
Untuk menilai secara umum tingkat perkembangan wiiayah Pulau Wetar dan
Puiau Liran, maka dapat digunakan Indeks Alfa dengan formula seperti berikut ini:
22
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wilayah Pulan Wetar
m-t+5
lndeks Alfa = x i00 (3)
2xt-5
/ -" - ---;- r/
',--
,J ,/
P.Wetar
-
--
Dari Kupang-NTT
Ke Dilli (Iimor-Timur)
,' ')'
lndeks Alfa identik dengan konektivitas suatu wilayah, jika nilainya 0, artinya
tidak ada konektivitas, jalur transportasi berbentuk pohon, sebaiiknya jika nilai
100, terjadi hubungan yang lengkap untuk setiap titik. Dari gambar di atas maka
nilai m:8 dan t:9 , sehingga Indeks Alfa untuk Pulau Wetar adalah 30.75% .
PENUTUP
Dari hasil sralisis dengan membuat model interaksi dalam nnng untuk menilai
potensi pusat pengembangarg maka Desa Ustutun di Puiau Liran mempunyai nilai
potensi tertinggi. Hal ini mudah sekali dipatrami karena aksesibilitas daerah ini
memang melalui simpul Pulau Liran tersebut. Akan tetapi, akan ditemui kendala-
kendala yang menghambat pengembangan Desa ustutun di antaranya yaitu:
- Perairan di depan Desa Ustutun adalah perairan dangkal dengan kondisi koral
yang masih bagus dan berinteraksi secara dinamis dengan ekosistem lain
seperti hutan mangrove dan padang lamun. Jika air surut, maka kapai dengan
bobot yang tidak terlalu besar pun sudah tidak dapat mendarat dan herus
menunggu air pasang lagi.
Karena alasan tersebut, maka pilihan kedua dengan nilai kedua tertinggi yaitu
Desa Erai malahan mungkin lebih masuk akal untuk dikembangkan. Hal pertama
yang perlu diperhitungkan ialatr batrwa Desa Erai mempunyai sumberdaya air
yang dinilai termasuk baik untuk kondisi di Pulau Wetar. Karena itu perlu
dilalcukan survei yang mendalam sarpai menyentuh hal-hal yang sifahya
kerekayasaan dalam pembangunan pelabuhan.
Hal lain yang patut diperhatikan ialah bahwa Desa llwaki sebagai ibukota
kecamatan juga mernpunyai urgensi yang tinggr. Ilwaki berlokasi di pantai selatan
Puiau Wetar yang berhadapan langsung dengan negara Timor Leste.
DAFTARPUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. (2003). Sumba Timur Dalam Angka
2002. Waingapu: Badan Pusat Statistik.
Cicin-Sain,8., Robert \1r. Knecht. (1998). Integrated Coastal and Ocean Management.
Washington D.C.: island Press-
Dixon, J.A. (1989). Vaiuation of Mangnoyes. Tropical Coastal Area Management, Vol.
a(3):2-6.
Liliesand, T.M. and R.W. Kiefer. (1994). Remote Sensing and Image Interpretation,
Third Edition. New York: John Wiley & Sons, [nc.
PT.Waincjo SpecTerra 26
Kajian Wlayah Pulau Wetar
Odgen, J.C. and E.H. Gladfelter. (1983). Coastal Reefs, Seagrass Beds and Mangroves:
Pulumahuny, F.S. (1997). Study on Mangrove Community in the Kayeli Bay, Buru
island Maluku Regency. N{S Thesis, Graduate Programme of Hasanuddin
University.
Gonzales Jose Mari B. (2002). Remote Sensing Application and Spatial Database
Design for Sustainable Management of Corel Reefs in Banda Island, South
Maluku, Indonesia. Bogor Agricultural University- Graduate Program: Thesis
Tim Litbang Harian Kompas. (2003). Pro{il Daerah Kabupaten dan Kota. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara-
PT.'f/aindo SpecTerra 27
Kajian Wlayah Pulau Wetar
PT.Waindo SpecTerra 28
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Field Note Peninj au an Lapangan
v P ;1frin V ? We +a r
--::7
Frnr,n OBsnnvarloN
Date xb 5n\- "-)
P Lr[atr. Time i cz wiTA.
ll.S. Image SG,r i \ntl5il Team # \I,'at i'Po '
Estimated Position
MaP Datum: tv'15 8'1
UTM 7.onez ST c 'l
Latitude : D- q )t r Easting :
Loneitude i>su t5' 41, 8t' Northine :
Field Measurement:
WPT # : Uf TY >t"
Position: Sketch:
Datum ^---r-\
,;--* __f .v.Clar Ah
UTM 7-one /\ '
ir- ----/
Latitude : $" Oo 9t t 5 '' .---;'.:q
- - *--, -G|\f Fr\+o
Longitude : \2-5> 491 11'8"
or
vr'\
.t'
Easting : o8o41,79
lrut'J
Northine z 5\.I7ogq
St.Dev: PDOP: SQ: W
Note: ?5ipl- No 1 Kf drz,h- No-6 -) kt a-h ? ta<ltcc
follr,n \-tU^rn \ vgrlv*6r VItW).
Land Cover
flzlrtV ri < Ttmt',| R-ahv wral{t)
Vegetation
?r'rkclU.
Y&\r H{k,rrn I
View
Nort,h-vard : ?- WAFfAT Pq%af
Eastward View , IJNT I (Utt+ W'W
southward view z )A46 M5tutU,n^
wesrward View r Qqi<ti- ( ?ot.\o "' kY, fqt+ f)
P @ \\qir KU)nft-
Team Leader:
Ltv:
. - Fp'K16{anr" Yada s rrir,lpn )u 81,'5'-'---=::-= [WLq-ryft.
Estimated Position
Map Datum:
UTM 7-onel
Latitude : t{6, }0, }' Easting :
tude ;'lW gtt LTt\t' Northine :
Field Measurement:
Position:
WPT # : t[.i[crn
Datum : rySS t4'
UTM 7,one :
Latitude
Lonsitude
or
Easting
Northine
t St.Dev: PDOP: SO:
m
I tgt'e lJz : 76 Fiut, 1.. i
Soii
?nr Panfai
iTur"cr*:
rl
ll
Finr,u OnspnvnrroN
#
Plot : Date
Area : Time
R.S.Image : Team #
lnternretation : Surwevor
Estimated Position
Map Datum:
UTM 7-one:
Latitude I VQ q6t )t', )' Easting :
Lo t'lS gnt 2|1{1t Northine :
Field Measurement:
wPT # : tt6-r6n-
Position:
Datum : r"u63 t4'
UTM 7,one :
Latitude :
Lonsitude :
or
Easting
Northins
St.Dev: PDOP: SQ:
Note:t
De*^ efu:r*n,
lJe ^.
Soil
Ynr Parrtai
FrBro OnSERVATToN
Plot # l3lAr {f.wt{ar Date TA ;L{t O.4,
Area Time ) -.9. Ltjr'\
R.S.Image Team #
Internretation Su
Estimated Position
Map Datum:
UTM 7,one:
Latitude : 7n {{ ' )1'')'I Easting
Longitude . lLtb 54' 5L" Northin
Field Measurement:
WPT#:
Position:
Datum :
UTM Znne z gl
or
Easting : 8I I G) o
Northins z gI { rg (J
St.Dev: PDOP: SO:
tiiL,ultf(,.rr\
Southxsrd \ rerr
Westward View
Frnr,o OnsrRvATroN
Plot # Date
Area Time
R.S.Image Team #
Interpretation Su
Estimated Position
Map Datum:
UTM Zonez
Latitude : Easting
Loneitude : Northin
Field Measurement:
WPT#: .tllDlc ?nl-a Lopttt'
Position: Sketch:
Datum :
UTM 7.one t 4*9
Latitude , 7ottt 1(,)",,
Longitude : I>5,' 4?,t (i l', o
or
Easting :
Northins :
St.Dev: PDOP: SO:
Land Cover
u-a lir f'cn frt
Vegetation
Iiorthward View
itAJ- Le-ia; k
Eastward View (Itlul\a'
I
Southivard View
l
fe i LLr \i i fcrtr W?i"'r
it Vlt
l
t-s
I
'
Team Leader:
)
Frnr,o OnsrRVATroN
#
Plot : Date >9 sq+ o
Area : Time bh o o !vi'{
R.S.Image : Team #
Interoretation : SurueYor
Estinrated Position
Map Pslu-'
UTM Tnne:
Latitude : Easti ng
Nortl
Field Measurement:
wPT # : lLtt''nt.ct
Position:
Datum
UTM 7,one
Latitude : 70 56' 0 9. 3 "
Loneitude : lA6' L5' 94' lt'
or
Easting
Northing
$t.Dev: PDOP: SQ:
[La*i C,i' *t
I
i_-__*__
l\/cgetation
, l"ir
t_ _ _-_
Estimated Positiion
Map Datum:
UTM -Lane:
Latitude : Easting :
Loneitudc Northins :
Field Measurement:
DtSa P(irVtt
WPT # : [.eRoKi v RtngphaX,
Position:
Datum . uJ\35 U
Easting : o)-06119 \-
Northine z 9lgo),4o. iL:t[t
r L>,
St.Dev: PDOP: SQ:
i
AI
Note: Dosa Pr,nt<r\ L Pt'trti"i\0,n [X)b.P]'
I
^ 1 sr.
)
Land Cover ?qi' r ?at A | [ofo,r 'TD,$aq,r
Vegetation
t, tsi,l Rtctf a
Soil
?qA, t"l l tu,
i:,:'a
,r!.+.+i,
tr(.ii. '1":
l'
q\\.{
t'h