Anda di halaman 1dari 49

Kajian Wlayah Pulau Wetar

KATA PENGANTAR

Laporan "Kajian Pengembangan Wilayah Pulau Wetar" ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Buku Laporan *PENGEMBAI\GAI\ APLIKASI BASISDATA
DAN KAJIAN WILAYAII3 KTI'. Selain wilayah Pulau Wetar, dua daerah lain yang
dikaji ialah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Sumba Timur yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda.

Pengembangan wilayah Pulau Wetar makin bertambah urgensinya karena berbatasan


langsung dengan nega.ra tetangg4 sehingga hanrs memiliki ketahanan yang kuat di segala
bidang. Kami berharap bahwa hasil analisis ini dapat berguna bagi perencaniutn
pengembangan wilayah dan dapat membuka gagasan baru bagi penyusunan strategi
pembangunaa baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Jakart4 5 Desember 2003

PT. \Vaindo SpecTerra

PT.Waindo SpecTei'i'a
Kajian Wlayah Pulau Wetar

I}AFTAR ISI

KATA PENGAI{TAR I
DAF'TAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG I


1.2. TUruAN )
I.3. SUMBER DATA J

1.4. METODOLOGI 4

BAB 2 A}{ALIS$ WILAYAII 6

2.1. DATA YANG DIGUNAKAN 6


Z
2.1.1. Digitasi Peta t)

2.1.2. Pengolahan Citra Satelit 8

2.1.3. Kompilasi Data Potensi Desa 11

2.1.4. Kompilasi Data Lapangan 11

2.2. ANALISIS KONDISI FISIK l3


2.2.1. Topografi dan Geologi 13

2.2.2. Penggunaan Lahan t4


2.2.3. Ekosistem Pesisir t6
2.3. KONDISI DEMOGRAFI 18

2.4. ANALISIS JARINGAN TRANSPORTASI t9

PT.Waindo SpecTerra
Kajian Wayah Pulau Wetar

BAB 3 PENUTUP 24
3.I. SARAN DAN REKOMENDASI 24
3.2. KESIMPULAN 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
LAMPIRAN l: FieidNote Peninjauan Lapangan
LAMPIRAN 2: Cita Landsat dan Citra SPOT
LAMPIRAN 3: Foto-Foto Lapangan

lil
PT.Waindo SpecTerra
Kajian ll/ilayah Pulau Wetar

r Peta Lingkungan Laut Nasional lrmbar LLN-32 Timor Timur Skala


1:500.000.

. Peta Geologi Bersistem 1:250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan


Geologi - Bandung dengan nomor lembar:

o Lembar 123 - Alor dan Wetar Barat


o Lembar 128 - Wetar Timur

. Data hasil peninjauan lapangan dari tanggal 26 September 2003 sampai


tanggal I Oktober 2003 ke Pulau Wetar, dengan melihat kondisi fisik dan
sosial yang ada di lapangan. Salah satunya ialah untuk mengetahui rute
transportasi yang menghubungkan tempat-tempat permukiman dan pelabuhan
di Fuiau Wetar.

Berriasarkan daia kewilayahan baik data primer maupun data sekunder, dilakukan
kajian geografis baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat numerik.
Kajian geografis ini bertujuan untuk memberikan pertiinbangan-pertimbangan bagi
p€rencan€um wilayah dengan penekanan pada pen<iayag':naan sumirerdaya
kelautan. Satu hal yang ntbnjadi prioritas khususnya di Pulau Wetar ialah meninjau
pengembangan peranan pelabuhan perikanan. Mengingat fasilitas pelabuhan yang
ada selama ini masih sangat minim dan belum dikembangkan.

Kelayakan pengembangan pelabuhan perikanan ini memegang peftman penting


karena nantinya akan menjadi pusat pertumbuhan (6rowth center) bagi
pengembangan perekonomian secara keseluruhan di Pulau Wetar dan sekitarnya.
Apalagi jika potensi besar sumberdaya kelautan di pulau wetar akan
dikembangkan secara optimal dengan memanfaatkan transmigran nelayan yang
didatangkan dari daerah lain.

PT. Waindo SpecTerra


Kajian Wilqah Pulau Wetar

Analisis deskriptif kondisi fisik wilayatr akan menguraikan komponen-komponen


sektoral secara fisik dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah yaitu
meliputi:

Topografi dan Geologi

Penggunaan Lahan

Ekosistem pesisir

Sedangkan analisis kondisi sosio-ekonomis dilakukan dengan

mempertimbangkan masalah kependudukan dan kesiapan masyarakat dalam


mendayagunakan pctensi sumberdaya kelautan.

Analisis secara numeris dilaksanakan dengan membuat permodetran spasial yang


secara khusus mengulas masalah jaringan transportasi untuk memilih lokasi
pelabuhan yang telah ada yang paling ideal untuk dikembangkan.

. Model interaksi dalam numg dengan menggunakan potensi penduduk sebagai


indikator yang mendc.-cng pertumbtihan dan aksesibilitas tempat tersebut
secara reiaiif terhadap sekelili:ignya.

. Model konektiviias untuk menilai tingkat perkembangan ekononii suatu


wilayah berdasarkan indeks alfa.

PT. SJaindo SpecTerra


Kajian Wilayah Pulou Wetar

ANALISN WILAYAI{

2.1.1. Digitasi Peta

Seperti telah disebutkan di aks, sumber data yang paiing banyak ialah peta-
peta terrratik dan Peta Rupabumi lndonesia. Karena peta-peta tersebut tersedia

dalam format cetakan (hardcopy), maka terlebih dahulu harus didigitasi


secara manual atau semi otomatis agar dapat disusun menjadi suatu basisdata.

Penampilan di layar komputer serta permodelan menggunakan perangkat


lunak Sistem Informasi Geografis akan sangat membantu dalam proses

analisis wilayah. lnformasi tekstial diperoleh dari berbagai sumber tsrma-suk


dari peta temafik itu sendiri setelah dikompilasi. Adapun langrar'*-langkah
untuk melakukan digitasi peta itu adalah sebagai berikut:

. Scandng: terlebih dahulu peta cetakan dalam media kertas dilarik/di-scan


dengan menggunakan scanner color minimum 300 DPI. Langkah ini akan

menghasilkan peta raster, forrrat yang biasa digunakan iala.h TIFF.

' Registrasi peta raster: dengan menggunakan titik-titik kontrol yang dapat
diambilkan dari Peta R-upabumi Indonesia (dalam hal ini Peta Rupabumi
Indonesia berlaku sebagai peta dasar referensi), sehingga peta raster akan
memiliki geometri yang benar dan berada pada suatu sistem koordinat
tertentu.

PT. Waindo SpecTerra


Kajian lI'ilryah Fulau l{etar

Digitasi dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan perangkat


lunak R2V (Raster to Vector), atau dapat juga secara manual di layar
komputer menggunakan mouse.

Membangun data vektor yang terbentuk secara topologis yaitu dalam


bentuk titik (poin$, garis (line) atau area (polygon).

Memberi ID (identity) untuk setiap obyek yang didigitasi. Proses

pemberian ID dilakukan dengan meng-entry secara manual.

Bc Ed !&t{ Ilw GEC*. Ltrdq{ H*

Gambar 2.1. Digitasi Peta dan Pemberian ID untuk setiap obyek tematik

PT. Waincio SpecTerra


Kajian Wiixyah Pulau ll/etar

2.1.2. Pengolahan Citra Satelit

Pengoiahan Citra Landsat 7 ETM+ dan Citra SPOT-5 adalah untuk


mendapatkan inforrnasi tentang liputan lahan dan ekosistem pesisir. Memang,

data liputan lahan sudah dapat diperoleh dan didigitasi dari Peta Rupabumi
Indonesi4 tetapi karena informasi liputan lahan dari Citra Satelit
Penginderaan Jauh lebih aktual, maka Citra Satelit digunakan untuk
memutakhirkan data penggunaan lahan yang ada

Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan untuk menyadap data


dari Citra Satelit adalah sebagai berikut:

' Kcreksi geometri citra yang dijalankan untuk mengurangi distorsi


geometri yang terjadi sewaktu perekaman citra oleh sensor pada satelit.
Cara yang lazim ialah dengan menggunakan titik-titik kontrol yang
diidentifikasikan dengan bantuan peta referensi yaitu Peta Rupabumi
lndonesia skala 1:25.000. Suatu obyek yang dapat dikenali pada cifa
dicari koordinatnya pada pet4 begitu seterusnya sampai paling tidak
diperoleh i0 titik yarrg terietak merata pada seluruh liputan citra.

' Koreksi radiometri yang dilalcukan karena data perekaman pantulan


speknal obyek terpengaruh oleh noise dan efek atrnosfer. Cara yang
paling sering digunakan ialah dark pixei calibration methcd yang
berasumsi bahwa partikel atmosfer memendarkan cahaya matahari dan
menambatr intensitas cahaya yang tertangkap oieh sensor, sehingga
dengan membandingkan terhadap obyek yang seharusnya tidak
memantulkan cahaya, nilai-nilai pixel dapat dibebaskan dari efek
atrnosfer. Yang menjadi masalah pada metode ini ialah bahwa sebenarnya
efek atmosfer tidak terjadi seczra linear dan merata pada seluruh citra.

' Ekstraksi infonnasi yang dilakuican dengan cara kombinasi antara metode
digital dan metode visual. ${etode digital dijalankan secara otomatis oleh
komputer dengan berpedornan pada nilai intensitas cahaya panhrlan,

PT. Waindo SpecTerra


Kajian Wilayah Pulau Wetar

sedangkan metode visual ialah dengan melakukan penafsiran


mernpertimbangkan unsur interpretasi seperti wama/ron4 tekstur,
bayangarq benflrk, ukuran, pola dan lain sebagainya. Karena masing-
masing metode memiliki keunggulan maka jalan terbaik ialatr dengan
memadukan kedua metode tersebut. Informasi yang diperoleh adalah:

o Ekosistem pesisir yang di daerah tropis mempunyai ciri tersendiri


yaitu terdiri dari hutan mangrove, pantai berpasir, terumbu karang,
padang lamun dan estuari.

o Penggunaan lahan seperti permukiman, hutan, sawah dan


khususnya penggunaan lahan di kawasan pesisir seperti tambatq
areal pariwisata pantai dan sebagainya.

' Formulasi digital khusus untuk mengekstrak dan memetakan informasi


ekosistem pesisir dari Citra Landsat 7 ETM+ adalah : dengan
menggunakan kanal spekral @and) l, 2, 3,4 dan 5 dibuat kombinasi
sebagai berikut:

o Nilai max d Band diletakl,ran pa<!a Layer I GREEN

Nilai max Band 4 Band diletakkan pada Layer I ngO

Nilai max Band 2 Band diletakkan pada Layer nfUl:


I

Identifikasi Mangrove Terumbu Karang


Padang Lamun
Pasir

PT. Waindo SpecTerra


KaJian ll'ilryah Pulau Wetor

Mangrove

Gambar 2.2. Proses ekstraksi informasi ekosistem pesisir mengg'.makan Citra Landsat

Hal yang sama dikerjakan untuk Ciha SPOT agar diperoleh kedetiian yang lebih
tinggi.

10
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wilayah Pulau lletar

2.1.3. Kompilasi Data Potensi Desa

Data Potensi Desa dari Badan Pusat Statistik menjadi sumber data yang
utama dalam membrikan data tekstual (tabular) kewilayahan. Data Potensi
Desa mempunyai kolom yang berjumlatr 240 dan berisi kode-kode yang
berrelasi dengan tabel demografi, sosio-ekonomi, status desa dan

keseluruhan data statistik yang ada. Sebagai unit wilayah terkecil adalah desa

atau kelurahan. Tentu saj4 hanya sebahagian kecil dari tabel yang ada
relevansinya sebagai bahan masukan bagi kajian wilayah, apalagi yang
berkaitan dengan pengembangan pelabuhan perikanan, karena itu dipilih
kolom-kolom tertentu saj a.

Kolom-kolom yang diambil di antaranya ialah jumlah penduduk, jumlah


keluarg4 jumlah keluarga nelayan, jumlah produksi ikan, fasiiitas
pendidikan dan fasilitas kesehaten serta gambaran lingkungan hidup yang
terekam dalam statistik desa. Kolom-kolom tersebut diklasifikasi
berdasarkBn tema atau mendukung suatu tema tertentu dan disimpan dalam

suatu file terpisah.

2.1.4. Kompilasi Data Lapangan

Peninjauan ke lapangan dilaksanakan pada tanggd 26 September 2003


sampai tanggal I Oktober 2003 yang pada pokoknya dilaksanakan untuk
meninjal secaia umum kondisi fisik di lapangaq kondisi sosial ekonomi cian

perkembangan sistem transportasi yang ada di lapangan.

Mengingat aksesibilitas ke Pulau Wetar yang sangat rendah. ditemui


kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan transportasi. Tidak ada jadwal

t1
tl
PT. VYaindc SpecTerra
Kajian Wilayah Pulau Wetar

pasti rute yang harus ditempuh, karenanya harus mef,gikuti kapal yang
bukan reguler. Rute yang ditempuh adalah :

- Dari Kupang menuju Ustutun dengan waktu ternpuh 23 jam


menggirnakan kapal kecil. Ustutun merupakan suatr-r permukiman
yang paling akses dan strategis, tetapi sebetulnya tidak terletak di
Pulau Wetar itu sendiri , melainkan di Pulau Liran. Pulau Liran
me.rupakan terumbu karang sehingga sulit ditemui air bersih.

- Dari Usttrtun menuju Erai dan slnggah di Desa Claran. Erai


merupakan pelabuhan nelayan yang cukup besar untuk ukuran Pulau
V/etar. Di srni terdapat sumber air yang memenuhi syarat bagi
pengembangan k-awasan. Perjalanan dengan berlayar dari Ustutun
menuju Erai ditempuh selama I jarn.

Pulau-pulau
keciVAmbon

Kupeng

Gambar 2.3. P.ute perjalanan penirrjauan lapangan

- Dari Ushrtun menuju Ilwaki di pantai seiatan Pulau Wetar yang


ditempuh dengan berlayar selama 8 jam. Ilwaki merupakan Kota
Kecamatan.

l2
FT. Waindo SpecTena
Kajian Wilayah Pulau l|'etar

- Rute terakhir adalah dari Ustutun menuju Lerokis di pantai utara


Pulau Wetar. Di Lerokis dijumpai bekas pelabuhan untuk
penambangan emas.

- Dari Lerokis menuju ke Arwala )'ang merupakan desa pantai dengan


pemandangan tipikal seperti halnya permukiman nelayan lain di Puiau
Wetar-

2.2.1. Topografr dan Geologi

Berdasarkan peta topografi, biarpun Pulau Wetar tidak terlalu luas yaitu
sekitar 260.000 H4 tetapi dipenuhi dengan pegunungan yang cukup tinggi.
Hampir tidak ditemui adanya dataran karena dari pantai iangsung
membentuk pegunungan. Puncak tertinggi mencapai 1.420 mets dari atas
permukaan laut. Hal ini dapat dirnengerti karena Pulau Wetar dan Aior
masih termasuk dalam Busur Banda Bergunungapi, akan tetapi gunungapi
yang masih giat tidak dijumpai. Struktur geologi yang terdapat di daerah ini

berupa sesar dan lipatan yang lemah. Dari Citra Landsat nampak adanya
kelurusan-kelurusan yang mungkin berupa sesar. Sesar di daerah ini
memiliki dua arah u*,ama yaitu timur laut - barat daya dan hampir timur -
barat atau sejajar pulau.

Sesar-sesar tersebut berupa sesar mengiri dan sesax turun. sesar geser
mengiri yang berarah timur - baratrnenyesarkan baftran Pra Miosen Akhir,
yair.r Formasi rihu dan Batuan Gunungapi Riotit. sedangkan sesar geser

1'ang berarah timur laut - barat daya menyesarkan batuan bemmur Pliosen
l3
PT. Waindo SpecTerra
Kajian l{ilayah Pulau lletar

Awai. Sesar turun berarah barat laut - tenggara menyesarkan bafuan


berumur Miosen Akhir. Khusus di Danau Tihu dijumpai dua buah sesar
turun yang mengapit danau itu. Sesar tersebut diduga merupakan sistem
terban yang munglfln terjadi pada Pasca Miosen Akhir yang kemudian
membentuk Danau Tihu. Kegiatan gunungapi yang terjadi pada Miosen
Awal - awal Miosen Tengah telah menghasilkan Formasi Tihu dan Batuan

Gunungapi Riolit; kemudian terjadi pengangkatan disertai penerobosan


diorit, granit, granodiorit dan dasit pada Miosen Tengah. Pada awal Miosen
AkhL terjadi lagi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan
bersusunan dasit dan membentuk Formasi Naumatang, serta bafuan
bersusunan andesit sampai basal Formasi Alor. Pada kala Plio-Pleistosen
terjadi lagi pengangkataru dan kemudian diperkirat an terjadi kegiatan
gunungapi di pantai selatan barat barat Lembar, yang menghasilkan batuan
gunungapi tua. Ketika itu Pulau Wetar merupakan daratan. Pengangkatan
tersebtrt berlangsung hingga sekarang.

Breksi andesit yang tersebar luas di da€rah ini dapat digunakan sebagai
bahan bangunaq tetapi saat ini belum banyak dimanfaatkan. Lempung
sebagai hasil pelapukaa tuff di sekitar terobosan granit di daerah

pegunungan,. Lalaitumungkin dapat digunakan sebagai bahan keramik.


Pemineralan didaerah ini ditunjukkan oleh adanya pirit dalam batuan dasit.
Di Desa Lrhak tidak jauh dari Danau Tihu, riitemukan cadangan enus yang

pornah ditambang secara intensif oleh sebuah perusahaan. Tidak jelas


mengapa kegiatan penambangan tersebut berhenti.

2,2.2. Penggunaan Lahan

Hutan masih mendominasi hampir seluruh daratan Puiau Wetar dengan


vegetasi yang masih terpengaruh ciri Australia. Karena pembentukan ianah
yang kurang berkembang dan perlindian oleh air hujan yang kuat, m aka
solum tanah yang tipis dari baf.ran induk yang kurang subu menyebabkan
kan
l4
PT. Waindo SpecTerra
Kqjian lfilayoh Pulou Wetar

vegetasi alami yang tumbuh banyak yang berbentuk belukar atau hutan
rawang. Permukiman nelayan secara sporadis tersebar di sepanjang pantai
dengan transportasi darat yang belum berkembang, hampir semurr

perhubungan melalui perairan. Ladang dengan tanaman palawija dan umbi-

umbian banyak dibuka oleh masyarakat untuk kebutuhan sendiri.


:
.';
Pelabuhan yang ada digunakan untuk melayani nelayan tradisional dan
hampir tanpa fasilitas yang memadai untuk kegiatan perhubungan
penumpang maupun pendaratan ikan Pelabuhan yang ramai dan paling
akses di Pulau Wetar berada di Usttrtun (di Pulau Liran), Erai, Ilwaki,
lrrokis dan Arwala

Gambar 2.4.Peta Penggunaan Lahan Pulau Wetar

l5
PT. Waindo SpecTerra
Kajtan lltlayah Pulau lletar

2.23. Ekosistem Pesisir

Ekosistem utama yang b€rkembang di wilayah pesisir perairan Indonesia


pada umumnya didominasi oleh ekosistem bakau (mangrove), padang
lamun (sea grass) dan terumbu karang (coral reeJ) yang merupakan
ekosistem khas daerah beriklim tropos. Di kawasan Indonesia bagran barat,
biasanya terdapat hanya satu atau dua kombinasi dari ketiga ekosistem
utama tersebut" ruImun di kawasan Indonesia bagian timur, terutama di
pulau-pulau kecil, ketiga ekosistem tersebut kerap dijumpai hidup
berdampingan secara harmonis.

Peranan penting dari masing-masing ekosistem su<iah banyak dipelajari.


Ogden dan Gladfelter (1983) menyatakan bahwa tiga ekosistem tersebut
berinteraksi sebagai berihat: Terumbu karang adalah penghasil aktif bahan
kerangka kap.tr. Kemarnpuan menghasilkan kerangka kapur dengan cepat
menyebabkan terbangunnya konstruksi kapur yang masif dan rumit.
Konstruksi tersebut menjadi pengiralang yang efektif guna meredanr energi
gelombang yang besar dan arus yang kencang, sehingga mencegah erosi
dan abrasi pantai. Energi besar yang diredarnnya menghasilkan energi
lemah yang akan menguntungkan ekosistem di belakangnya, yakni padang
lamun dan hutan mangrove. Padang lamun berfungsi sebagai perangkap dan
penstabil sedimen, di mana proses tersebut sangat penting bagi ekosistem
terumbu karang dari gangguan sedimen dan suspensi ulang sedimen yang
dapat mematikan mereka" terutama pada saat angin kencang. Hutan
mangrove berkembang di wilayah pesisir yang tergenang air iaut. Sistem
perakarannya berfungsi sebagai pengikat sedimen dan pengatur aliran air
tawar, yang menyebabkan muakn sedirnen dan salimtas rendah dari air
tawar yang akan mencapai pantai dapai dikurangi- Di samping interaksi
ketiga ekosistem tersebut di atas, masih banyak lagi peranannya yang secara
r:rnum dapat dirangl!:um sebagai berikut ini :

l5
PT. V/aindo SpecTerra
Kajian lllilayah Pulau iitetar

' Sebagai sumber batran makanan, sumhr protein, sumkr mata


pencaharian bagi masyarakat pesisfu yang hidup dekat dengan ekosistem
ini seperti berbagai macam ikan, moluska (kerang-kerangan), Krustasea

(kepiting dan udang), ekhinodermata (teripang, bulu babi dsb), rumput


laut (makro-algae) dan belakangan mulai diketahui banyak

biota/organisme yang berpotensi sebagai bahan obat-obatan ftioactive


substance, anti kanker, anti virus dsb.).

- Sebagai habitat atau tempat tinggal, tempat berlindung, tempt mencari


makan, tempat pemijahan dan tempat asuhan bagi berbagai biota pesisir
dan laut (ikan, moluska" krustase, ekinodermata" algae, dsb.).

- Sebagai sumber devisa dari industri pariwisata bawah air dan ekowisata

lainnya

- Sebagai tempat penelitian dan pendidikan

- Sebagai gudang keaneka-ragaman ftiodiversitas) dan plasnra nutfah


biota iaut

- Sebagai indikator sehatnya wilayah pesisir.

Cod FeC/Teunbu K*ang


I lm4ata--
lse4tc/PddrqLru plrs3-
lS--{t6./P€da.rg Lry lo.rren-
ls6'd/Pdn it8&.ffi

Gambar 2.5. Ekosistem pesisir dan habitat perairan dangkal diekstrak dari CiFa landsat

t7
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wila_yvh Pulau lletar

Tampak dengan jelas dalam Gambar 2.5. di atas batrwa pola wilayah pesisir
mirip dengan kebanyakan pulau-pulau kecil, tetapi dengan kondisi perairan
yang lebih curam. Rataan terumbu karang di sekitar Pulau Wetar memiliki
sebaran yang sangat terbatas dan lebih banyak berada di pantai utara dengan

lebar dari garis pantai ke tubir sekiter 150 meter, kecuali di Pulau Liran. Di
sekitar Pulau Liran, sebaran terumbu karang cukup lebar antara 450 -1500
meter. Sebaran mangroye jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Fulau
Sumba apalag dengan Kabupaten Tanah Bumbu yang mempunyai hutan
mangrove sangat tebal. Jusrnr sebaran terumbu karang di Pulau Liran ini
yang menjadi kendala bagi aksesibilitas dari dan ke pelabuhan Ustufirn.

Kondisi oseanografis di sekitar Pulau Wete.r sryrgat kompleks dengan pola-


pola arus yang juga rumit. Pola arus demikian diduga memiliki potensi
sumberdaya ikan yang tinggi, terutama ikan pelagis, baik ikan pelagis kecil
maupun ikan pelagis besar seperti jebis-jebis tuna. Perlu kajian khusus
untuk mempelajari stok ikanyang ada di sekitar Pulau Wetar.

Sebagian besar, lebih dari 90% dan seluruh jumlah keluarga yang tinggal di Pulau

Wetar dan Pulau Liraru adalah keluarga pertanian. Meskipun demikian, sektor
pertanian yang digeluti dalam hal ini adalah perikanan tangkap di laut. Mengingat
begitu terpencilnya daerah ini, data sekunder yang ada pun mempunyai validitas
yang rendalr, teruiarna yang berkisar pada besamya produksi perikanan dan
kontribusinya se€ra ekonomi. Data mengenai kependudukan, fasilitas kesehatan
dan fasilitas sosial serta lingkungan hidup disajikan dalam peta-peta tematik yang
tersedia pada album peta berukuran A3 sebagai iampiran bagi Laporan pekerjaan
ini.

l8
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wllayah Pulau lletar

Tabel 2.l.DataKependudukan Beberapa Desa di Pulau Wetar dan Liran

No. Nama Desa Jumlah Jumlah Yo Keluaqa Jumlah Keluarga


Penduduk Keluaroa Pertanian Fraseiahlera
I Ustutun 651 148 96 24
2 Karbubu 303 63 92 16
3 llmamau 257 55 99 16
4 Telemar 1ZZ 21 99 6
5 Amau 267 ot! 100 10
6 Erai 375 66 100 4
7 Hiav 207 I 92 11
I llwaki 461 94 99 35
9 Masaoun 410 65 100 20
10 Uhak 223 38 98 4
11 llDokil 311 49 95 I
12 Arwala 185 48 100 12
TOTAL 3772 761 166
Sumber: Potensi Desa- BPS (2002)

Dari data kependu<iukan untuk beberapa desa besar di Pulau Wetar di atas, terlihat
bahwa lebih dari 92Yo kehwga menggantungkan hidupnya dari pertanian. Dalam
hal ini, seklor pertanian yang dimaksud adalah berladang dan menjadi nelayan.
Data produktivitas penduduk tidak dapat diperoleh tetapi memang menurut
pengamatan lapangan menunjukkan adanya keterbelakangan, karena pola
perekonomian yang masih bersifat subsisten yaitu hasil produksi untuk memenuhi
kebutuhan pangan sendiri sehari-hari. Dari data di atas juga terlihat bahwa jumlah
keluarga prasejahtera cukup bani-ak yaitu seki'ar 2l,&lyo dari seluruh keluarga.

Transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan suatu wilayah.


Kebetulan dalam hal ini, areal kajian yaitu Pulau wetar dan Pulau Liran
mempunyai aksesibilitas yang rendah baik secara internal dalam Pulau itu sendiri
maupr:n dengan daerah-daearah lain. Hubungan antar permukiman di daiam Pulau
Wetar sendiri belum terjalin dengan baik, karena moda angkutan yang berkembang
hanya transportasi lewat perairan menggunakan krpal.

l9
PT. Waindo SpecTerra
Kaiian lYilayah Pulau lletar

Salah satu indikator bagr penilaian perkembangan suatu wilayah ialah berkembang

sarana tansportasi. Tentunya ada suatu daya dcrong tersendiri untuk suatu daerah

berinteraksi dengan daerah lain.

Daya Dorong
lnteraksi =
Hambatan

Jika dalam ilmu fisika listrik, interaksi itu berupa kuat arus listrik (dinyatakan
dalam Ampere), maka sebagai daya dorong adalah beda potensial atau tegangan
listrik (dinyatakan dalam Volt),sedangkan yang mengharrrbat adalah resistansi
iistik (dinyatakan dalam Ohm). Dalam analisis jaringan transportasi, kekuatan
interaksi akandapat digunakan untuk menilai aksesibilitas, mobilitas dan pengaruh
ekonomi suatu daerah terhadap daerah yang lain. Dengan asumsi, sebagai daya
dorong adalah jumlah penduduk, maka nrmusannya:

P1 xP2
ln: & (1)
(Jrz)b

Irz: interaksi area i dan 2

Pl dan pe : jumlatr penduduk di areal I dan2

Jrz: Jmak antara areal I dan 2

a: suatu konstanta empirik (biasanya a:l)


b: suatu konstan+a empirik (mengikuti rumus fisika b:2)

Dalam penerapao kajian wilayatu jika dalam suatu areal dijumpai beberapa lokasi
permukimarl maka untuk menentukan lokasi yang disarankan untuk menjadi pusat
pelayanan ialah dengan membandingkan nilai yang diperoleh dari rumus di bawah

ini:

PT. Waindo SpecTerra


Kajian llila_vah Pulau lletar

P1 P2 Pn
PP1 =ax-+ax (2)
(0,5 J1.)b (J")b (J'n)b
-+..........+ax
Jr. = jarak terdekat pusat permukiman dengsn yang lain
Jrr= jarak antara areal 1 dan 2

a = suatu konstanta empirik (biasanya a=1)


b = suatu konstanta empirik (mengikuti rumus fisika b=2)

Untuk kasus jaringan transportasi di Pulau Wetar dibandinkan 5 buah lokasi


permukiman yang mempunyai pelabuhan tradisional dengan potensi yang baik
yaitu: Ustutun, Erai, Ilwaki, lrrokis dan Arwala.

f?> --+--+-
av ^t{
.v Y i.a
>+1 > t- ,
-)-: - (
, -
r - ^a
' ' l i_..on" ;t{
I ' et"r ti
I . , p. wetar ),/')
,-/ ';;!::l/
')/
L, /,,r
'l
-" rri's ,"/
/
l'
- -,
t\-::)/
' !
r&,rii"
P. Wetar

Gambar 2.6. Posisi areal permukiman: Ustutun, Erai, Ilwaki, Lerokis cian Arwala

21
PT. WainCo SpecTerra
KaJian Wlayah Pulou llew

Tabr,l 2.2..Iarak Antar Permukiman dan Jumlah Penduduk

Ustutun Erai llwaki Lerokis Arwala iml. Penduduk


Ustutun 38.171 76.478 92.564 160.728 651
Erai 38.171 112.249 56.505 121.623 375
llwaki 76.478 112.249 141.358 78.848 461
Lerokis 99.59 59.72 141.358 61.02 223
Anvala 160.728 121.623 78.848 61.02 185

Catatan : Jarak iniditempuh dengan menggunakan kapal nelayan bermotor.

Dari tabel di atas, dengan menerapkan rumus (2), akan diperoleh:

PP Ustutun :2,156

PP Erai : 11595

PP Ilwaki :0,497

PP Lerokis :0,483

PP Arwala :0,383

Artinya bahwa dari segi potensi pengembangan, maka Ustuturr mempunyai nilai
tertinggi. Kenyataan menurliukkan hal demikian, meskipun ada ken<iala yang
cukup besar bagi pengembangan pelabuhan laut di desa ini. Kendala yang pertama
ialah sulitnya mendapatkan beberapa fasilitas pokok seperti air bersih dan yang
kedua ialah adanya perairan dangkal terumbu karang yang tidak dapat dilewati
oleh kapal dengan bobot kecil sekalipun pada waktu air surut. Jika air laut sedang
suruto kapal harus menunggu air pasang pada jarak sekitar 500 meter dari
pelabulian, jika tidak maka kapal akan kandas.

Untuk menilai secara umum tingkat perkembangan wiiayah Pulau Wetar dan
Puiau Liran, maka dapat digunakan Indeks Alfa dengan formula seperti berikut ini:

22
PT. Waindo SpecTerra
Kajian Wilayah Pulan Wetar

m-t+5
lndeks Alfa = x i00 (3)
2xt-5

m = jumlah rantai transportasi


t : jumlah titik dalam jaringan

/ -" - ---;- r/
',--
,J ,/
P.Wetar
-

--

Dari Kupang-NTT
Ke Dilli (Iimor-Timur)

Gambar 2.7. Janrryan transportasi laut di Pulau Wetar

,' ')'
lndeks Alfa identik dengan konektivitas suatu wilayah, jika nilainya 0, artinya
tidak ada konektivitas, jalur transportasi berbentuk pohon, sebaiiknya jika nilai
100, terjadi hubungan yang lengkap untuk setiap titik. Dari gambar di atas maka
nilai m:8 dan t:9 , sehingga Indeks Alfa untuk Pulau Wetar adalah 30.75% .

PT. \r'Jaindo SpecTer.'a


Kajian Wilayah Pulau l{elar

PENUTUP

Mengingat urgensi pengembangan Pulau Wetar dan potensi perikanan iautny4


maka perlu diadakan suatu kajian yang lebih detil dan komprehensif menyangkut
berbagai aspek tennasuk kemungkinan untuk mendatangkan transmigran nelayan
dari daerahdaerah perkampungan nelayan lain di Indonesia yang terlatu padat
penduduknya. Kendala terbesar bagi pengembangan wilayatr Pulau Wetar adalah
justru karena aksesibilitasnya yang rendah. Tidak ada lagi rute pelayaran yang
terjadwal rqec?r& reguler menuju dan dari Pulau Wetar, sehingga untuk menarik
perhatian rrungkin perlu dihidupkan lagi pelayaran dengan jadwal yang pasti.

Dari hasil sralisis dengan membuat model interaksi dalam nnng untuk menilai
potensi pusat pengembangarg maka Desa Ustutun di Puiau Liran mempunyai nilai
potensi tertinggi. Hal ini mudah sekali dipatrami karena aksesibilitas daerah ini
memang melalui simpul Pulau Liran tersebut. Akan tetapi, akan ditemui kendala-
kendala yang menghambat pengembangan Desa ustutun di antaranya yaitu:

- Pulau Liran merupakan terumbu karang sehingga akan kesulitan


mendapatkan daya dukung yang lain seperti pertanian atau sumber air ircrsih.

- Perairan di depan Desa Ustutun adalah perairan dangkal dengan kondisi koral
yang masih bagus dan berinteraksi secara dinamis dengan ekosistem lain
seperti hutan mangrove dan padang lamun. Jika air surut, maka kapai dengan

PT. Vv'aindo SpecTerra 24


Kajtan Wilayah Pulau Wetar

bobot yang tidak terlalu besar pun sudah tidak dapat mendarat dan herus
menunggu air pasang lagi.

Karena alasan tersebut, maka pilihan kedua dengan nilai kedua tertinggi yaitu
Desa Erai malahan mungkin lebih masuk akal untuk dikembangkan. Hal pertama
yang perlu diperhitungkan ialatr batrwa Desa Erai mempunyai sumberdaya air
yang dinilai termasuk baik untuk kondisi di Pulau Wetar. Karena itu perlu
dilalcukan survei yang mendalam sarpai menyentuh hal-hal yang sifahya
kerekayasaan dalam pembangunan pelabuhan.

Hal lain yang patut diperhatikan ialah bahwa Desa llwaki sebagai ibukota
kecamatan juga mernpunyai urgensi yang tinggr. Ilwaki berlokasi di pantai selatan
Puiau Wetar yang berhadapan langsung dengan negara Timor Leste.

Urrfrik nengembangkan Fuiau Wetar sekaligus membuka keterasingannla serta


memacu pembangunan ekonami masyarakat yang berbasis pada seklor
tangkap, maka perlu dilakukan kajian yang menda.lam dan komprehensif,
Rekomendasi awal yang disusun dalam pekerjaan ini y*tu untuk mengembangkan
Desa Erai sebagai lokasi pelabuhan dapat ditindaklanjuti dengan mengadakan
survei yang lebih detil menyangkut berbeagai aspek.

Aspek yang penting bagi pengembangan pelabuhan ialah aspek hidro-oceanografi


yang meliputi kondisi dan karakteristik lokasi seperti pasang-surut, gelombang.
salinitas, temperatur, kecerahan" kecepatan dan arah angin serta bathymetri. Hai
lain yang perlu diperoleh datanya agar pengembangan dapat berlangsung optimal
ialatr tentang keberadaan stok ikan atau fisiring ground yang mencukupi serta
kondisi alarn yang sesuai bagr para calon transmigran.

PT. Waindo SpecTerra 25


Kajian Wilayah Pulau Wetar

DAFTARPUSTAKA

Bintarto, Prof.R. dan Surastopo Hadisumarno. (1982). Metode Analisa Geograll


Jakarta: Lembaga Penelitian, Pencii<iikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(r,P3S).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. (2003). Sumba Timur Dalam Angka
2002. Waingapu: Badan Pusat Statistik.

Burrough, P.A. (1986). Principles of Geographical Information Systems for Land


Resources Assessment. Oxford, Great Britain: Clarendon Press.

Cicin-Sain,8., Robert \1r. Knecht. (1998). Integrated Coastal and Ocean Management.
Washington D.C.: island Press-

Clark, J.R. (1995). Coastal Tnne Management HANDBOOIC Boca Raton-Florida


USA: CRC Press, Lewis Publisher.

Dixon, J.A. (1989). Vaiuation of Mangnoyes. Tropical Coastal Area Management, Vol.
a(3):2-6.

Liliesand, T.M. and R.W. Kiefer. (1994). Remote Sensing and Image Interpretation,
Third Edition. New York: John Wiley & Sons, [nc.

PT.Waincjo SpecTerra 26
Kajian Wlayah Pulau Wetar

Odgen, J.C. and E.H. Gladfelter. (1983). Coastal Reefs, Seagrass Beds and Mangroves:

Their Interaction in The Coastal 7,one of The Caribbean. UNESCO Reports in


Marine Science No. 23 : 133.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor l0 Tahun 2000 Tingkat


Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah. Jakarta: Sekretariat Negara -
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara - Lembaran Negara
Republik Indonesia Tatrun 1997 Nomor 96.

Pulumahuny, F.S. (1997). Study on Mangrove Community in the Kayeli Bay, Buru
island Maluku Regency. N{S Thesis, Graduate Programme of Hasanuddin
University.

Rokhmin Dahuri" J. Rais, Ginting S.P., Sitepu. (1996) Pengelolaan Sumberdaya


Wilayah Pesisir dan Lautan Secaru Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Keputusan Menteri No. Kep.34/Men/2002 QAA\. Pedoman Umum Penataan Ruang


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Iak*,a:. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Gonzales Jose Mari B. (2002). Remote Sensing Application and Spatial Database
Design for Sustainable Management of Corel Reefs in Banda Island, South
Maluku, Indonesia. Bogor Agricultural University- Graduate Program: Thesis

Tim Litbang Harian Kompas. (2003). Pro{il Daerah Kabupaten dan Kota. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara-

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Pembentukan


Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan
Selatan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia - Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 22.

PT.'f/aindo SpecTerra 27
Kajian Wlayah Pulau Wetar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2fiX) Tentang Pembentukan


Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara
BaraL Jakarta: Sekretariat Negara Repubiik Indonesia - Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2000 Nomor 73.

PT.Waindo SpecTerra 28
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Field Note Peninj au an Lapangan
v P ;1frin V ? We +a r
--::7

Frnr,n OBsnnvarloN
Date xb 5n\- "-)
P Lr[atr. Time i cz wiTA.
ll.S. Image SG,r i \ntl5il Team # \I,'at i'Po '

Interpretation Surveyor fun, chur"tn, t{Ki '

Estimated Position
MaP Datum: tv'15 8'1
UTM 7.onez ST c 'l
Latitude : D- q )t r Easting :
Loneitude i>su t5' 41, 8t' Northine :

Field Measurement:
WPT # : Uf TY >t"
Position: Sketch:
Datum ^---r-\
,;--* __f .v.Clar Ah
UTM 7-one /\ '
ir- ----/
Latitude : $" Oo 9t t 5 '' .---;'.:q
- - *--, -G|\f Fr\+o
Longitude : \2-5> 491 11'8"
or
vr'\
.t'
Easting : o8o41,79
lrut'J
Northine z 5\.I7ogq
St.Dev: PDOP: SQ: W
Note: ?5ipl- No 1 Kf drz,h- No-6 -) kt a-h ? ta<ltcc
follr,n \-tU^rn \ vgrlv*6r VItW).
Land Cover
flzlrtV ri < Ttmt',| R-ahv wral{t)
Vegetation
?r'rkclU.

Y&\r H{k,rrn I

View
Nort,h-vard : ?- WAFfAT Pq%af
Eastward View , IJNT I (Utt+ W'W
southward view z )A46 M5tutU,n^
wesrward View r Qqi<ti- ( ?ot.\o "' kY, fqt+ f)
P @ \\qir KU)nft-

Team Leader:

Ltv:
. - Fp'K16{anr" Yada s rrir,lpn )u 81,'5'-'---=::-= [WLq-ryft.

3 r,!a q tvtV;ui v- l^ ba n'/r,t i{tr;1 \: ti ?rcqOt


! t ,l W#t c, \<', 1n

& *'J -ft nJJ 'i ai r 1afu"1


v Air- jurht . baryat yrry h.?duy S+t kftz icdran alr
,J\ firtlr, /1rr-' -- jr.f fO{r'rH/ a.r,rrtiil-
Finr,n OgsBnvA,TroN
Date
Time
R.S.Image Team #
Internretation Su

Estimated Position
Map Datum:
UTM 7-onel
Latitude : t{6, }0, }' Easting :
tude ;'lW gtt LTt\t' Northine :

Field Measurement:

Position:
WPT # : t[.i[crn
Datum : rySS t4'
UTM 7,one :
Latitude
Lonsitude
or
Easting
Northine
t St.Dev: PDOP: SO:

m
I tgt'e lJz : 76 Fiut, 1.. i

Land Cover &.rlut lr*On Pairrti


Vegetation

Soii
?nr Panfai

Northward View ftr-buKitro & rauf \t?o5

Eastward View Pt\k fciNV'


Southward View f t (mr'
V/estward View
l
L(dt lfra4

iTur"cr*:
rl
ll
Finr,u OnspnvnrroN
#
Plot : Date
Area : Time
R.S.Image : Team #
lnternretation : Surwevor

Estimated Position
Map Datum:
UTM 7-one:
Latitude I VQ q6t )t', )' Easting :
Lo t'lS gnt 2|1{1t Northine :

Field Measurement:
wPT # : tt6-r6n-
Position:
Datum : r"u63 t4'
UTM 7,one :
Latitude :
Lonsitude :
or
Easting
Northins
St.Dev: PDOP: SQ:

Note:t
De*^ efu:r*n,
lJe ^.

Land Cover F,tr"lut t rq1n. Pairvi


Vegetation

Soil
Ynr Parrtai

Northward View ItrbLtkitar ! kru,l- tth,


Eastward View FIlk [atr$a'

Southward View f I irur'


Tlestward View
I
L{dt Waj
Team Leader:
0

FrBro OnSERVATToN
Plot # l3lAr {f.wt{ar Date TA ;L{t O.4,
Area Time ) -.9. Ltjr'\
R.S.Image Team #
Internretation Su

Estimated Position
Map Datum:
UTM 7,one:
Latitude : 7n {{ ' )1'')'I Easting
Longitude . lLtb 54' 5L" Northin

Field Measurement:
WPT#:
Position:
Datum :
UTM Znne z gl

or
Easting : 8I I G) o
Northins z gI { rg (J
St.Dev: PDOP: SO:

Note: \Cr no qc, F rr i


Fl" , l4 , L \-, T4;)) FirN I .

Pcflcx kp[ctf/ '

North$:.nl \ icn 1) i 9,rlr $41,


i )-(i Df-fpi
Hssi*rnt Vicrr'
vw

tiiL,ultf(,.rr\
Southxsrd \ rerr

Westward View

Sun'eyor: Team Leader:


\

Frnr,o OnsrRvATroN
Plot # Date
Area Time
R.S.Image Team #
Interpretation Su

Estimated Position
Map Datum:
UTM Zonez
Latitude : Easting
Loneitude : Northin

Field Measurement:
WPT#: .tllDlc ?nl-a Lopttt'
Position: Sketch:
Datum :
UTM 7.one t 4*9
Latitude , 7ottt 1(,)",,
Longitude : I>5,' 4?,t (i l', o
or
Easting :
Northins :
St.Dev: PDOP: SO:

Land Cover
u-a lir f'cn frt
Vegetation

Soil 'Tc,'t,r \Ur|r

Iiorthward View
itAJ- Le-ia; k
Eastward View (Itlul\a'
I

Southivard View
l
fe i LLr \i i fcrtr W?i"'r

it Vlt
l

Wesfu ard Vicn' [:

t-s
I
'
Team Leader:
)

Frnr,o OnsrRVATroN
#
Plot : Date >9 sq+ o
Area : Time bh o o !vi'{
R.S.Image : Team #
Interoretation : SurueYor

Estinrated Position
Map Pslu-'
UTM Tnne:
Latitude : Easti ng
Nortl

Field Measurement:
wPT # : lLtt''nt.ct
Position:
Datum
UTM 7,one
Latitude : 70 56' 0 9. 3 "
Loneitude : lA6' L5' 94' lt'
or
Easting
Northing
$t.Dev: PDOP: SQ:

Note:: ?st,1>di{,n rtr,,nhi (P. ,n,tk'.1


Fotr't l) " '. ", T,(|^ ,l-,

[La*i C,i' *t
I
i_-__*__
l\/cgetation

, l"ir
t_ _ _-_

I X,r.rtt"rr.l \ r.w -f .t\jun4

Eastward View ii:I--$S


Southward Vicw

Westward Vier'v ttUrralv

Suneyor: Team Leader:


Frsrn OsssnvATIoN
Date
Time
R.S. Imagc i Team #
lnterpretation Surveyor
I

Estimated Positiion
Map Datum:
UTM -Lane:
Latitude : Easting :
Loneitudc Northins :

Field Measurement:
DtSa P(irVtt
WPT # : [.eRoKi v RtngphaX,
Position:
Datum . uJ\35 U

UTM 7,one t S)- .r' I


Latitude : 7b 4or 4 [, ]" (r,n
Longitude : 116o Ao' (9, ott
or tn
\n 'h t\Lr
Atts,

Easting : o)-06119 \-
Northine z 9lgo),4o. iL:t[t
r L>,
St.Dev: PDOP: SQ:
i
AI
Note: Dosa Pr,nt<r\ L Pt'trti"i\0,n [X)b.P]'
I

^ 1 sr.

)
Land Cover ?qi' r ?at A | [ofo,r 'TD,$aq,r
Vegetation
t, tsi,l Rtctf a

Soil
?qA, t"l l tu,

Northward View Lcrrit \,l(t,

Eastward View Dg+(t Lorctrl t krbtthrih^' V'"'ni uy

Southward View {-0 lbc ik tt-"-

Westward View \,dri+ \.ofd9

Surveyor: Team Leader:


LAMPIRAN2
Citra Landsat dan Citra SPOT
Liputan Ciha SPOT-S Resolusi S-meter Pulau We-rar
r K/J 324-365/366 SAT Tanggal20 Agustus 2003
;i .. !

i:,:'a
,r!.+.+i,

tr(.ii. '1":

Liputan Landsat 7 ETM+ Pulau Wetar


r Path/Row 109/065 Tanggal l8-Agustus-2000
r Path,/Row I 10/055 Tanggal l6-September Z0A2
GROUP :
LPGS MH'IADA'I'A l'1LE
GROUP : METADATA FILE INFO
REQUEST_rO : "6250103090139_00021 "
PRODUCT CREATION TIME = 2001--0-3-13TC7: A1 :292
STATION ID : "EDC'
LANDSATT XBAND _ N1''
GROUND SFATION : ''EDC'
LPS PROCESSOR NUMBER : 2
DATEIiOUR_CONTECT_PERIOD = "OO23iO4 "
SUBINTERVAL-NUMBER _ T'O3I'
END GROUP : METADATA FILE_ INFO
GROUP : PRODUCT METADATA
PRODUCT TYPE = 'L1G'
EPHEMERIS TYPE = nDEFINITfVE"
SPACECRAFi ID : "Lancisat?"
SENSOR_ID : rETM+r
ACQUISITION_DATE = 2000-08-18
wRS PATH : 109
STARTING ROW : 065
ENDING nOW = OeS
BAND COMBTNATIoN -- "7234566'78"
PRODUCT UL CORNER LAT - -6.28A4223
PRODUCT Ur,tOmrn LON : i25-9294338
PRODUCT Un COnNSR LAT : -6.2886977
PRODUCT Ua COnNen LON : 128 -1,194612
PRODUCT ll, COn*llen LAT : -8.I'7't2984
PRODUCT LL CORNER LON:125.9165839
PRODUCT LR CORNER-LAT : -8.1881023
PRODUCT Ln*COmler. LON : 128. 1157698
PP.ODUCT Ul, CORNER-I{CPX : 160200.000
PRODUCT_UL_CORNER-MAPY : 9304800. OOO
PRODUCT LlF. CORNER MAPX : 402600.000
PRODUCTIR COnlren MApy : 9304800.000
PRODUCT LL-CORNER MAPX : 160200.000
PRODUCT LL_CORNER I{APY : 9O948OO.OOO
PRODUCT Lr. COnnBn MAPX : 402600.000
PR.ODUCT LRTORNER_MAPY : 9094800. OOO
PRODUCT SAMPTES PAN : 16161
PRODUCT LINES PAN : 14001
PRODUCT SAMPLES REF : 8081
PF.ODLICT LINES FEE : ?001
PRODUCT SAMPLES THM : 4041
PRODUCT LINES THM : 3501
BAND1 g'ir,e Welle : ,'L11109065 06520000918 B10.L1Gr
BANDZ FILE NAME :'Lf1109065-06520000818-B20.Lic"
BAND3 FILE-NAME ='L71109065-06520000818-830. L1G"
BAND4 FILE-NAI4E : "L71109065-06520000818-840 -L1c"
BAND5 FIIE-NAI4E : "L?1109065-06520000818-850.L1G"
BAND61 FILE NAME : "L71109065 06520000818 861.L1G"
BAND62 FILE NAME = "L72!A9065-06520000818-B62.Ltc"
BAND? FrLs NAME = "L72LA9065 0652C000818 e;0.L1e"
BAND8 FILE NAME : "L?2109065_065200008iE-BB0.t1c"
I{ETADETA LFGS FiLE NAME : "L71109065 065Z0000818 MTL.LlG''
HDF DrR. Frr,n Nel,re = "i,71109065 c6520oooere HDF.Llcw
END GROUP-: PRODUCT METADATA
GROUP : MIN I'IAX RADiANCE
MAX DETECTED RADIANCE LEVEL BAND1 = 191.60C
MIN-DETECTED-RADIANCE LEVEL BAND1 : -6.200
MAX DETECTED RADIANCE LEVEL BAND2 : 196.500
MIN_DETECTED RADIANCE LEVET BAND2 = -6.40C
MF.)( DETECTED-RADIANCE LEVEL BAND3 = 152.900
MIN DETECTED RADIANCE LEVEL BAND3 : -5.000
MAX DETECTED RADIANCE-LEVEL BAND4 : 241.100
MIN DETECTED RADIANCE TEVEL BAND4 : *5.100
MAX-DETECTED RADIANCE r,EVel BAND5 = 31.060
MIN DETECTED RADIANCE TEVEL BAND5 : -1.000
MAX DETECTED RADIANCE-LEVEL-BAND61 = 1?.040
MIN DATECTED RADIANCE LEVEL BAND61 = 0.000
MAX DETECTED RADIANCE LEVEL*BAND62 : l-2.650
MIN DETECTED-RADiANCE-LEVEL-BAND62 : 3.200
MAX DETECTED RADIANCE LEVEL BANDT = l-0.800
MIN DETECTED RADIANCE-LEVEL-BAND7 = -0.350
MAx DETECTED RADIANCE-LEVEL BANDS : 243.100
MIN DETECTED RADIANCE LEVEL-BAND8
_ : -4.?00
END GROUP = MIN MAX RADTANCE
GROOP : MIN MAX_PIXEL VAI,UE
MAX PIXEL VALOE BANbI = 255.0
MIN PIXEL-VALUE-BAND1 = 1.0
MAX-PIXEL Var,Ur-eAND2 = 255.0
l,lIN PIXEL-VALUE-BAND2 = 1.0
MAX PIXELIAT,UE_EAND3 = 255.0
MIN PIXEL VAIUE BAND3 = 1.0
MAX PIXEL VALUE BAND4 = 255.0
MIN PIXELIET,UN-NAND4 : 1. O
MAX-PIXEL-VALUE BAND5 : 255.0
MIN PIXEL-VAIUE-BAND5 = 1.0
MAX PIXEL-VALUE-BAND61 = 255.0
MIN PIXEL VALUE BAND61 : 1.0
MAX PIXEL Var,Ue-eAND62 : 255.0
MIN PIXEL-VAIUE-BAND62 : 1.0
MAX PIXEL vaLUe-eAND7 = 255.0
IUIN PIXEL VaLUe-eAND7 : 1.0
MAX PIXEL VALUE BANDB : 255.0
MIN PIXEL-VAIUE-BAND8 : 1.0
END GROUP : MIN MAX FTXEL VALUE
GROUP : PRODUCT-penallnrenS
CORRECTION METHOD GAIN BAND1 : ''CPF"
CORRECTION METHOD GAIN BAND2 : WCPF'
CORRECTION METHOD-GArN BANDI : rr6ppw
CORRECTION METHOD-GAIN BAIJD4 : "CPF'
CORRECTION-METHOD-GAIN BANDS : "CPF'
CORRECTION t{StriOD GAIN BAND61 : "CPF*
CORRICTIONTETHOD_GAIN BAND62 : I'CPFU
(:ORRECTION METHOD-GAIN BANDI : rrgppr
CORKECTION IASTHOC GAIN BANDS - ilCPFr
CORRECTION l,IetHOO Bl[g-: rrlgn
BAND1 GAIN : 'rHn
BAND2 GAIN : 'H'
BAND3 GAIN : 'H'
BAND4 GAIITJ : rtrn
BAND5 GAIITJ : rrlirr
BAND6 GAIN1 : "L'
BAI.ID6 GAIN2 : "H'
BANDT GAIN : rH'
BANDS GAIN - "L'
SUN AZIMUTH : 56.8951334
SUN ELE'/ATION : 52.9'135349
OUTPUT FORMAT : 'HDF*
END GROUF = PRODUCT PARAMETERS
GROOP : CORRECTIONS_APPL]ED
STRIPING BAND1 = EN'
STRIPING BAND2 : 'N'
STRIPING BAND3 : r!r"
STRIPING BAND4 : ON'
STRIPING BAND5 : 'N'
STRIPING BAND61 = 'N'
STRIPING BAND62 : '}.J'
STRIPING_BAND7 _ ''NII
STRIPING BANDB : 'rNw
BANDING : "N"
COHERENT NOISE : rN'r
I'IEMORY EFTECT : 'N'
SCAN CORRELATED SHIFT : 'N'
INOPERABLE_DETEETORS : ON"
DROPPED LINES _ INII
END GROUP-: CORRECTIONS APPTIED
GROUP = PROJECTION PARAMETERS
REFERENCE DATUM : "WGS84"
REFERENCE ELLIPSOID : 'WGS84"
GRID CELL SIZE PAN - 15.OOO
GRID CELL SIZE THM : 60.000
GRID CELL SIZE REF : 30.000
ORIENTATION : ;NUP"
RESAMPLING OPTION : rrNNrr
MAF PROJECTION : ''UTM'
END GROUP : PROJECTTON PARAMEIERS
GROUP = UTM PARAMETERS
ZONE NUMBnn : -SZ
END GROUP : UTM PARAMETERS
END GROUP : LPGS METAOATA TTT,E
END
n!trlrl!trInlnnltrlnlllnnllr--]ull!![!trlnnnllllnnttnrnlll!tr!!trulttmtrInlttDlrn
!trtrDtrlDtrntrn!trtrll!!trtr!tr!trtrlln!trtrtrntrtrn!!ntrntrtrtrtr!trnnn!!!trtrtrtr!ntrniltrxntrtrtr!tr!n
!1trtr!rtrnDtrtrtr!trnntrtr!tr!ntrtr!nutrtrtrtrtrtr!!tr!trtrtrtrtrtrtr!trtrtrn!!tr!trtrtrmn!trnnttrtrt!!nml
trtr!tr!trtrntrtrtrtrtrtr1!tr!trntrnntrtr1ntrtrtrtrtrnnntrtrtr!trD!trntrtrtrtrntrDlt!Dtrtr!ntttrnnn!tr!trn!tr
trlllntrntrlXtr!tr!trtrntrtrnllilntrtrilnntrtrtrDilnnDtrtrDtrllaDDDtrnlltrnilLnn!trtrntrn!trnnL-]Dntrt]
nnnnrnrltllliltrtriltriintrnlDtrtrDntr!trtrDDtrtrtrn!!trll!!trtrlllDtr!!tr!!trllttttrlntntrnllltl
Iiili rliaJllntrnntrn!trltrnrltrtrllll]nnLnlDtr!!trtrtr!trt!trDntrllnnnllnrllDnlntrtrnntrtrtt
!trtrlntrtrirnniill lr-]mlXllln-rllDtr!trDtrllntrtrlnn!trDtr!trX1trlnlDnllllr-rlln!trntn-n!trnlnl
l,lUUUUUl-lL-IULJLJI-II ll rL ir lt ll lt-11- ll ll-lt-ll- l-lULJ1lllUU1lUUi-lll!trtrtrLilL5Dtr[llnnnnllnltrlnltrDtrtrtrnMll
Itr!trntrnlln!trnlLrn[lnrtrr!Dn!xntrtriltrtrtr!uxtrtrnntt!nttrtr!n!trtr!trtrntrn!trtrtrrxr!!ntr!tr!
!li'rrD!!trtrtrnnmltrntrDDnDxln!!trtrtrlttrtr!trtrntrtr!tr!Itllf!tr!r!!!!trtrutrtrtrtrtrtnnntrtr!!trt!
!tr!!tr[!nlUtrtrtrtrnlDlntrllUlltrIllLtriltr!n|]l]tltr!trtrI1!tr!nnntrnnDtrntt!trDtrntrntrItnttrn
lnnntrtrllnlDtrtr!!trlD!trtrlrxnlrnl-]trtrntr!!trtrtrtrDtrttrnr rrrr!trtrtrtrtnDf !Dtr!t!!tl!n!trnD!!
Dtl!!!trln!trtrtrnlnnnffiIDffi!il!!trtrtrtrntrllnDtrltrnllTltrll-rlUDUilt-lLlillllllUtrtrtrnntr!
!trtrntrtrInDtrn!trtrtrnn!!Dtr!!!trlMntrtr!!tr!n!Utrtrll![!1tr1tr[Xn!trntr!nItr-L]!!U!!l!nln
DtrtrlnlDnltrn!tr!n!!!!!!tr!trtrn11DtrtrtrtrDtrDtrtr[!n!trn!trtrDtrt]trntr!!ntntrtrtr!trDtrr]!!trnDI
[!trtrtrD!!rln!trtrntrtrnltrtrllntrrn!trtrtrtrnnDUn!Dtrnn!n!!trtrttr!tr!D!!!trn!trtrrtnn!tr!!!n
trnf,trn!trntrtr!!trxx!!!tr!trtrtrtrtrntrniltrtrDtrntn!ttrnntntr!xrrtr!trntr!!ntrnDnnnDDtrtrnxrt!
nlmltriln!trtr1trtr1n!!!!trntrtrntr!lllnDtr!n[!!!trtrtrtrtr!!ntrn!ttr-r!!!ntm]nDrttttnnnnt!
, lltll!tr[lrntrrtrtrtrln!tr1!triltrtrtrtrtrLtrtrn!!nntrnm]trltrtr!rntntrtr!trnnttrtrntrtrtntrn!trnntr
trDnDtrn!trntrDlrltrnnn!nlDn!!!DCtril-n!tr!trnttr!trtrrnntr!!trn!!trDtnnxttrmxD!utrntr!ntr
Itr!trtrDtrtrtrlUnlDf,alllInlnnn!l:'rDilntrntr!tttnxntr!xtt!trtr!t!!!utrt!!trtn!tr!trluixtr-r
!trnlnlllDtrtrlll.-nllntrnlrlXlcnlnilltrtrtrlllll!trlnltntrtntrtlDtrn![lllD innrur=t!trnl;
!tr!trtr!|]nnlnDnnnnilltr!ntr[]D!!nl|tntriltnnI]!!It[][]n!!trtrilnnnntt]!D!!trnxntrtr!xxrtr!
iltr[!l!trtrntr!!!!!!!lTrntrntrtrlntrlm!trtrttrDntrtrtrtrntrnnntrxttntr!trn!!!tr[trf]!tr!trn!!-r!
tr!trtrtrtrtr11x![nr!trfl!!nnlxlrnr!1ntrtr!!!!tr!trtr!!trtrttr!!nnttrtrtruIn!trtrtr!nm]t!!!!n*
lllD!!!trtrtr1!trnnD[]ntrnl!tr[!trntr!!trtrtrDtrtrtr!!nntm]ntrntD!!n!!!trtrutru!!trnr!!n!!tr!!
trt]trtrtrn!I]rn!tr1!nn![!lltrtrlntrnltriltrnltrntrn!!ntrtrnnttr!!utr!tr!!u!!trtrtr!!!!!trtrtrtrtr!r]
tr[lllilnllltrxilnlf]ulfrlDltr-llDtr!trDDttlnnit!!trlnrllr]DDtnl!tr!trt]lnDtrtrtrnutrttlintr
alr!ntr!lDtrnlnrmil!trtrtr!!!x,!r!r[ilil!!trDnDntrnrtrtutttntr!trxi]!!trrn!!ttr!tr!rn[!!ti
!nDtr!Xl!!nXn!XlltrtrnX!,llnnllln[Iltrii]tr[trnnlli]nnLrDIn!!trllDDlln![trtr]!trl[ltrlX!
!1trllntrLll]trnlnnnllXtrUlllllirnXDltrllUl]Ufilllnii tnl-lillllllUtrDnllllUDDi-rlL]i[XD
LAMPIRAN3
Foto-Foto Lapangan
Lokasi : Dermaga cian pantai Ustutun, Pulau Liran dan P. Wetar
Posisi Koordinat : X : 125'45'49.8" BT
Y: 8"0'51.5'LS
Pandangan Arah : Timur Laut.

Lokasi : Pohon Kelapa diPantai Ustutun, Pulau Liran.


Posisi Koordinat : X: 125"45'49.8'BT
Y : 8'0'51.5" LS
f;r
t,'
Y
,F/n

l'

q\\.{
t'h

Gambar: Sumur kering yang ada diDesa Ustutun.

Lokasi : Tubir (Pantai Landai, di P" Wetar)


Posisi Koordinat : X: 125"48'07'BT
Y: 7"52'11.3" LS
Pandangan arah : Barat.
Lokasi : Desa Glaran (P. Wetar)
Posisi koordinat : X = 125"51'27 -4" B'f
Y = 7o46'30.3" LS
Pandangan Arah : Timur.

Lokasi : Dermaga Erai(P. Wetar)


PosisiKoordinat: X: 125"54'56" BT
Y :7"44'39.9" LS
Pandangan Arah : Utara
Dermaga lhi/aki, P. Wetar.

Posisi Koordinat :X: 126'25'34.1' BT


Y :7"56'5.3" LS
Pandangan Arah : Utara.

Lokasi: Desa Lerokis, P. Wetar.


Posisi Koordinat : X ; 126o20'15"
Y : -7"4Q'41.7"
Pandangan arah : Selatan
Lokasi : Desa Arwala, P. Wetar.
Posisi Koordinat :X: 126.8134900'
Y :-7.67&4200'
Pandangan arah : Barat.

Anda mungkin juga menyukai