ABSTRAK
Untuk analisis penentuan lokasi dalam studi kelayakan ada beberapa metode yang dapat digunakan
seperti analisis keputusan berjenjang ( analytical hierarchy process = AHP). AHP yang dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty diaplikasikan pertama kali pada musim semi tahun 1970. Selain itu juga ada metode
Analisis Multi Kriteria (AMK)
Analisis Multi Kriteria adalah metode yang dikembangkan dan digunakan dalam masalah
pengambilan keputusan dan dimaksudkan untuk bisa mengakomodasi aspek-aspek di luar kriteria ekonomi
dan finansial serta juga bisa mengikut sertakan berbagai pihak yang terkait dengan suatu kegiatan secara
komprehensif dan scientific (kuantitatif maupun kualitatif).
Secara garis besar analisis Multi Kriteria (AMK) terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut :
Penentuan kriteria pemilihan, Pemilihan Kinerja Tiap Kriteria, Pembobotan Kriteria, Pembobotan sub kriteria,
Nilai Scoring dan penentuan Hasil Analisa Multi Kriteria
Dalam Studi kelayakan pelabuhan perikanan di Morotai , mempunyai subjek yang terbatas yaitu di
wilayah pantai Morotai Utara, yang meliputi wilayah pantai desa Kenari , Desa Bere-Bere dan desa Gorua.
Desa tersebut terletak di teluk Bere-Bere dan teluk Gorua kecamatan Morotai Utara.
Pemilihan lokasi pelabuhan perikanan di Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai
didasarkan pada empat kriteria dasar, yaitu
(1) Tata ruang dan pengembangan ekonomi wilayah;
(2) Sistem transportasi;
(3) Fisik dan teknis; dan
(4) Lingkungan, sosial dan budaya
Keywords : Analisis Multi Kriteria, Studi Kelayakan, Pelabuhan perikanan Morotai,
4
DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL
.00 Jl. Medan Merdeka Timur, Gd. Mina Bahari III, Lt.9, N o.16, Jakarta Pusat
20
0 .0
0
2 50 .00 # 37.50
35
Terumbu Karang
0
#
150 .0 0 Fisheries Technopark Industries
Ö
ÖÖÖ
#
87.50
#
25.00
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ
ÖÖÖÖ 1 : 30.000
400 0 400
Lahan kosong di utara kampung
800
270000 mU
270000 mU
P
& Desa Bere-bere ÖÖ ÖÖÖ
ÖÖ
m eter
P
& ÖÖÖÖÖ
P
& ÖÖ
ÖÖ ÖÖÖ
DermagaÖGorua
Bere-Bere, merupakan lahan milik
Pro ye k s i : . . .. .. .. . ... . . .. . . .. . . ... . .. .. U niv er s al T ra ns v er s e M erc a t or
200. 00
#
37.50 Sis tem G rid : . . .. .. .. . ... . . .. . . .. . . ... . .. .. G ri d Ge ogr af i (U T M )
x
| D at um
Zo ne U T M
: . . .. .. .. . ... . . .. . . .. . . ... . .. .. W G S 1 984
: . . .. .. .. . ... . . .. . . .. . . ... . .. .. 52 N or t h
375. 00
Altern
Sel ang Ja ra k : . . .. .. .. . ... . . .. . . .. . . ... . .. .. 200 00 m e te r
35
32 0 P
&
5 .0 .0 0
0
B
$
Gorua
'Q
Kem ent er ian K el aut an dan Per ik an an,
perorangan. Lahan tersebut
Pet a in i dite rbit k a n ole h D ire k to rat T at a R u ang Lau t, Pe s is ir d an P ula u-p ula u Ke c il
D irek t o rat J end er al Ke lau ta n, Pe s is ir da n Pu lau -pu lau Kec i l
17 # 75.00
atif 3 KETERANG AN :
30
P
& Je m ba t an J al an L ok al
b. A na k S un gai
#
175 .0 0 Zo na S em p ad an P antai ( 40 .6 75 h a)
KE DALAMAN LAUT (m )
25 .0 0 #
La u t Gar is Pa nt ai Zo na T e rum bu K ara ng (2 00 h a)
25.00 0 - 20
#
75.00 KKP 3K (20 1.72 7 ha )
20 - 20 0
Desa Sakita
Ake Bere-Bere
125 .0 0
# 37.50
Terumbu Karang
Hutan Rimba
Ka wa san Pem anfaa tan Umum
500 - 1 00 0
2 00. 00
0
Perm ukim an
22 5.
0 .0
Altern
#
0 Sem ak Beluk ar
00
25 0. 25.00
Ka wa san Alur
0
0 .0
Ö ÖÖÖÖ ÖÖÖÖ ÖÖ
20
atif 2
264000 mU
25 Ha.
d. K ab upa t en H a lm ah era T i m ur
Bere-Bere
5 0.00
b
HA LMA HERA UTA RA e. K ota T er na te
P
& CB
%$ c
HA LMA HERA B ARA T
f. Ko ta Ti dor e
Ake Moki d g. K ab upa t en H a lm ah era T e ng ah
0
h. K ab upa t en H a lm ah era S el at an
'Q Perikanan Budidaya Ö
37
KOTA T ERNAT E
i. K epu lau an S ula
62 .5
ÖÖÖÖÖÖ ÖÖÖ
ÖÖÖÖÖ
e KOTA T IDORE
HA LMA HERA TE NGAH
0
ÖÖÖÖÖÖ
f g
P
&
Kenari ÖÖÖÖÖÖ
ÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖ
D af t ar I s ti lah d ala m pet a :
ÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖÖ
ÖÖÖÖÖ
Tg : . . .. . . .. . . .. . . ... . .. . ... . . .. . . Ta nju ng
ÖÖÖÖ
h
S : . . .. . . .. . . .. . . ... . .. . ... . . .. . . Sun ga i
ÖÖÖÖ
ÖÖÖ
Altern
HA LMA HERA S ELA TAN
ÖÖÖ
Tl : . . .. . . .. . . .. . . ... . .. . ... . . .. . . Te luk
25.00 '
Q Ö
50.00
Ö
#
"´ ÖÖÖÖÖÖ
50 .00
P
&
ÖÖ
ÖÖ ÖÖ
ÖÖ ÖÖ
ÖÖ KKP3K
ÖÖÖÖ HA LMA HERA S ELA TAN
37
ÖÖ
ÖÖ ÖÖ
.5
Desa Tawakali
KE PULAUA N-S ULA
ÖÖ
0
P
& Ö
P
&
37.50
P
&
atif 1 Pulau Tabailenge
Kab up at en P ula u M or ot ai
Sum ber P et a :
50
1.Pe ny us un an M a s te r Pl an K aw as a n T ran s m igr as i M an dir i T erp adu Pu lau M o rot ai , P KS PL , I PB , B og or, T ahu n 20 07
.0
2. P eta R u pab um i I nd on es ia ( R BI )
0
5. P 2O -L IP I 2 006
459000 mT 462000 465000 468000 mT 6. R D T R K aw as a n Pe rba t as an P ul au M or otai , K em en t eria n Pe k er jaan U m um , D ire k to ra t J en de ral P ena t aan R uan g
6
alami Dari kriteria pemilihan lokasi di atas
4.3 Vegetasi Vegetasi dan fauna dilakukan penilaian terhadap ketiga
dan eksisting; tingkat alternatif lokasi yang ada dengan
fauna kerusakan yang dapat Analisis Multi Kriteria (AMK) yaitu
ditoleransi dengan cara sistem skoring.
4.4 Keselama Tingkat keselamatan
tan LL lalu lintas, khususnya Skor : Nilai dari masing-masing
thd kegiatan sub kriteria menurut
pelabuhan eksisting alternatif lokasinya.
terdekat Pemberian skor dilakukan
4.5 Dampak Potensi peningkatan dengan pemberian angka
sosial/ kerawanan keamanan; dari 1 - 5, dengan ketentuan
keresaha pengaruh pendatang :
n dari luar 1: Tidak Baik
masyarak 2: Kurang Baik
at 3: Cukup Baik
4.6 Pola Kemungkinan 4: Baik
hidup perubahan pola hidup; 5: Sangat Baik
masyarak kerentanan terhadap
at pengaruh buruk Bobot : Nilai yang menunjukkan
4.7 Peminda Perlu tidaknya tingkat kepentingan relatif
han resettlement; jumlah, antara kriteria utama,
pendudu jarak dan penyiapan dengan ketentuan nilai:
k/ lahan baru 1: Tidak Penting
resettlem 2: Kurang Penting
ent
3: Cukup Penting
4.8 Pencema Kemungkinan tingkat
4: Penting
ran air pencemaran air
minum; air untuk
5: Sangat Penting
keperluan MCK
Kriteria Utama yang ada
4.9 Ketersedi Jarak thd lokasi
merupakan kelompok besar penilaian
aan sumber air; ada
sumber tidaknya jaringan
kriteria yang penilaiannya terdiri dari:
air eksisting yang sudah Kelompok fisik dan teknis
ada, kapasitasnya dan Tata ruang dan pengembangan
potensi untuk ekonomi wilayah
pengembangannya. Sistem transportasi
4.10 Keamana Potensi konflik yang Lingkungan, sosial dan budaya
n dan terjadi akibat
potensi peningkatan Bobot maksimum ditetapkan
dengan nilai 10 dan bobot minimum
konflik pendatang dari luar,
adalah 0. Jadi, seandainya terdapat
keengganan suatu lokasi yang secara kriteria
penduduk untuk sempurna untuk dijadikan pelabuhan
pindah (masalah perikanan maka akan mendapatkan
pemindahan nilai tertinggi yaitu 10, dan berlaku
penduduk), sebaliknya.
peningkatan potensi Dari analisis dengan AMK yang
kriminalitas dan ada, dilakukan beberapa simulasi
untuk menguji apakah lokasi yang
keamanan
terpilih benar-benar merupakan lokasi
terbaik yang ada dipandang dari
seluruh kriteria.
7
Dari AMK yang ada terdapat 4 PENUTUP
simulasi kriteria, yaitu penilaian
terhadap: Kesimpulan
1. Kriteria utama sesuai kondisi 1. Metode AMK cukup bagus
lapangan, Bobot disesuaikan digunakan untuk pemilihan dari
kondisi lapangan. berbagai alternatif pilihan seperti
2. Kriteria utama dimaksimumkan, pemilihan lokasi pelabuhan
Bobot disesuaikan kondisi 2. Dalam Metode AMK semua
lapangan. komponen dilakukan
3. Kriteria utama sesuai kondisi pembobotan, kemudian dari
lapangan, Bobot dimaksimumkan. masing-masing komponen
4. Kriteria utama dimaksimumkan, tersebut pembobotan
Bobot dimaksimumkan. dijumlahkan
3. Nilai bobot yang tertinggi
Pada Tabel.2 sampai Tabel 5 di merupakan alternatif yang cukup
lampiran ini diberikan hasil penilaian bagus dibanding dengan
dengan Analisis Multi Kriteria (AMK) alternatif lainnya ditinjau dari
terhadap ketiga alternatif lokasi berbagai sisi.
pelabuhan perikanan yang ada. 4. Dari kasus pemilihan rencana
pelabuhan perikanan di Morotai
Resume Penilaian Allternatif 1 dan alternatif 2,
memiliki nilai yang cukup bagus
Pada Tabel 6 di bawah ini diberikan dibanding alternative 3.
resume penilaian AMK terhadap ketiga 5. Selain itu alternative 1 dan 2 juga
alternatif lokasi yang ada. mempunyai nilai yang berimbang.
6. ,Alternatif 3 kurang menjadi
Tabel 6. Resume Penilaian AMK pilihan, mengingat lokasi cukup
Terhadap Ketiga Lokasi Alternatif jauh dari ibukota kecamatan ,
kondisi jalan kurang bagus dan
daerah cukup jauh dari ibukota
No. Simulasi AMK Alter Alter Alter Kabupaten.
natif natif natif
1 2 3 Saran
Kriteria utama
sesuai kondisi 1. Dalam penggunaan Metode
1 lapangan, Bobot 5.89 5.80 5.25 AMK, pembobotan dan
disesuaikan kondisi pemberian skor harus obyektif.
lapangan 2. Berdasarkan contoh kasus dari
Kriteria utama uraian di atas yang memiliki
dimaksimumkan, score terbesar adalah
2 5.70 5.63 5.09
Bobot disesuaikan alternative 1, namun alternative
kondisi lapangan 2 juga perlu dipertimbangkan.
Kriteria utama
sesuai kondisi
3 7.47 7.35 6.72
lapangan, Bobot
dimaksimumkan DAFTAR PUSTAKA
Kriteria utama
dimaksimumkan, Golden, B., P. Harker dan E. Wasil.
4 7.22 7.13 6.49
Bobot 1989. The Analytic Hierarchy
dimaksimumkan
Process: Application and
Studies. Springer Verlag, the
Netherlands.
8
Mendoza, G.A. 1997a. Introduction to applications. Mathematical and
the Analytic Hierarchy Process: Computer Modelling. Vol 17.
Theory and Application to
Natural Resources RIWAYAT PENULIS
Management. Proceedings:
Joint Annual Meeting of the Suranto, Lahir di Ngawi pada tanggal 17
American Congress on Juni 1962.
Menamatkan trata 1 di Universitas
Surveying and Mapping Gadjah Mada Yogjakarta tahun 1988 di
(ACSM); American Association Fakultas Teknik
of Photogrammetry and remote Jurusan Teknik Sipil,
sensing (ASPRS), and bidang Studi
Teknik Sipil Hidro,
Resources Technology Institute dan menamatkan
(RTI). April 5-10. Seattle, WA. strata 2 di
universitas yang
Mendoza, G.A. dan R. Prabhu. 1998b. sama tahun 1997
Multiple Criteria Analysis for pada Fakultas
Assessing Criteria and Teknik, jurusan
Teknik Sipil
Indicators in Sustainable Forest dengan minat Teknik Pantai.
Management: A Case Study on
Participatory Decision Making – Saat ini bekerja sebagai Perekayasa
Part II. CIFOR, Bogor, Madya di Seksi Uji Fisik, Balai
Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP),
Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT)
Saaty, T. 1995. Decision Making for
Leaders: The Analytic Hierarchy
Process in a complex world.
RWS Publications, Pittsburgh,
PA.