Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan tanah dalam suatu proyek merupakan salah satu bagian yang sangat vital.
Pekerjaan tanah di sini meliputi pekerjaan galian, timbunan, pengangkutan, dan pemadatan
tanah. Pada umumnya pekerjaan tanah dikerjakan dengan bantuan alat berat. Tujuan dari
penggunaan alat – alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan
pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu
yang relatif lebih singkat.
Manajemen alat berat sangat diperlukan, sehingga dapat menunjang kelancaran dari
pekerjaan tersebut. Sasaran dari manajemen alat berat yang merupakan bagian dari
manajemen proyek terdiri dari tiga faktor, yaitu ; faktor waktu, mutu, dan biaya. Dalam hal
ini yang diterapkan dalam manajemen alat berat adalah mengenai pemilihan, pengaturan, dan
pengendalian alat berat yang digunakan dalam suatu proyek. Pemilihan alat berat yang akan
dipakai merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu proyek.
Alat berat yang dipakai haruslah tepat sehingga proyek dapat berjalan lancar. Kesalahan
di dalam pemilihan alat berat dapat mengakibatkan manajemen pelaksanaan proyek menjadi
tidak efektif dan efisien. Dengan demikian keterlambatan penyelesaian proyek dapat terjadi
yang menyebabkan biaya akan membengkak. Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu
yang dibutuhkan untuk pengadaan alat lain yang lebih sesuai merupakan

1.2 Kajian Tugas


1. Melakukan analisis berbagai alat berat yang ada dilapangan ?
2. Melakukan analisis produktivitas alat berat backhoe dan dumptruck?
3. Bagaimana cara menentukan harga satuan pekerjaan (HSP) ?
4. Bagaimana menentukan rencana anggaran biaya pekerjaan (RAB) ?
5. Bagaimana cara menentukan waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing alat
untuk menyelesaikan pekerjaannya?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari survey alat berat pada proyek ini, yaitu :

1. Mempelajari informasi terhadap produktivitas dan waktu alat berat backhoe dan
dumptruck?
2. Dapat menghitung produktifitas kerja masing-masing alat berat backhoe dan dumptruck.

3. Mengetahui pelaksanaan atau pengoperasian alat berat backhoe dan dumptruck di


lapangan.
4. Mempelajari cara menghitung harga satuan pekerjaan alat backhoe dan
dumptruck di lapangan.
5. Mempelajari cara menentukan time scedhule dari penggunaan alat berat.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan survey alat berat pada proyek ini, yaitu :
1. Dapat mempelajari informasi terhadap produktivitas dan waktu alat berat backhoe
dan dumptruck.
2. Dapat menghitung produktivitas kerja masing-masing alat berat backhoe dan
dumptruck di lapangan.
3. Dapat mengetahui pelaksanaan atau pengoperasian alat berat backhoe dan
dumptruck di lapangan.
4. Dapat menghitung harga satuan pekerjaan alat backhoe dan dumptruck.
5. Kita bisa membuat time scedule dari penggunaan alat berat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal
dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga
membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek
adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara
dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan / mewujudkan sasaran-sasaran proyek
dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. Pembangunan Perumahan, 2003).
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan
umumnya berjangka waktu pendek. Suatu rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek. Kegiatan rutin adalah suatu
rangkaian kegiatan terus-menerus yang berulang dan berlangsung lama, sementara kegiatan
proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya dalam
jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2002).

2.2 Definisi Alat Berat

Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan
fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan, konstruksi bangunan, perkebunan,
dan pertambangan. Alat berat dalam ilmu teknik sipil merupakan alat yang digunakan untuk
membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu infrastruktur di bidang
konstruksi. Alat berat merupakan faktor penting dalam pelaksaan proyek terutama proyek besar
yang tujuannya untuk memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaanya sehingga hasil
yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat dan
diharapkan hasilnya lebih baik (Rostiyanti, 2002)

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan alat berat antara lain


(Wilopo, 2009) :
a. Waktu pekerjan lebih cepat, mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, terutama
pada pekerjaan yang sedang dikejar target penyelesaiannya.
b. Tenaga besar, melaksanakan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh manusia
c. Ekonomis, karena efisien, keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan factor factor
ekonomis lainnya.
d. Mutu hasil kerja yang lebih baik, dengan memakai peralatan berat

2.3 Klasifikasi Alat Berat

Di dunia yang semakin modern ini, berbagai penemuan manusia telah sangat membantu
pekerjaan manusia. Seperti penemuan berbagai alat yang perannya mengantikan peran
manusia atau juga yang digunakan untuk alat pembantu. Khusus dalam dunia teknik sipil,
pengerjaan suatu proyek tentunya menggunakan bermacam-macam alat untuk membantu
pengerjaan proyek sehingga dapat mempermudah pengerjaan. Bermacam-macam alat yang
digunakan utamanya alat berat dalam suatu proyek, tentunya masing-masing sudah memiliki
fungsi atau kegunaan. Berikut klasifikasi alat berat berdasarkan fungsinya:

2.3.1 Alat Pengolahan Lahan


Pada saat suatu proyek baru
memasuki tahap awal atau
pembukaan lahan, terkadang lahan
tersebut masih merupakan lahan
asli yang belum tersentuh sama
sekali. Itu artinya lahan tersebut
perlu dipersiapkan sebelum diolah.
Misalnya jika suatu lahan masih
terdapat pepohonan dan semak
belukar, maka alat yang tepat untuk dugunakan membuka lahan adalah dozer. Sedangkan
untuk mengangkat pengangkatan tanah paling atas dapat menggunakan scraper. Untuk
membuat permukaan tanah menjadi rata bisa menggunakan dozer atau bisa juga
menggunakan motor grader.
2.3.2 Alat Penggali
Dalam suatu proyek, pekerjaan
tidak akan lepas dari yang namanya
menggali tanah. entah itu galian
dalam jumlah yang besar ataupun
kecil. salah satu alat berat yang
dapat difunsikan dalam menggali
adalah excavator. Selain digunakan
menggali tanah alat yang ini juga biasanya dapat menggali batuan. yang termasuk dalam
kategori alat berat ini yaitu front shovel, backhoe, dragline dan clamshell.

2.3.3 Alat Pengangkut Material


Pada saat pengerjaan proyek sudah
berlangsung, tentunya
membutuhkan berbagai material
atau juga mengangkut material
yang berlebihan. Salah satu alat
berat yang difungsikan untuk
mengangkut material adalah crane.
Alat ini dapat mengangkut material
kemudian memindahkannya ke
suatu tempat yang berjarak relatif kecil. Sedangkan untuk mengangkut material lepas
dengan jarak yang cukup jauh, biasanya digunakan alat berat seperti belt, truck dan
wagon. Alat ini memerlukan alat bantu untuk membantu memuat material untuk diangkut
seperti loader, danlain-lain.

2.3.4 Alat Pemindahan Material


Alat berat yang sering digunakan
memindahkan material adalah
loader dan dozer. Kedua alat ini
sering digunakan untuk
memindahkan material dari suatu
alat ke alat lain.

2.3.5 Alat Pemadat


Jika pada suatu lahan dilakukan
penimbunan, maka pada lahan
tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan pada proyek pembuatan
jalan, baik itu jalan dengan perkerasanlentur maupun jalan perkerasan kaku. Alat yang
paling tepat sering digunakan dalam proses pemadatan yaitu tamping roller, pneumatic-
tired roller, compator, vibrating roller,danlain-lain.

2.3.6 Alat Pemproses Material


Dalam pengerjaan suatu proyek,
tentunya dibutuhkan material yang
memiliki ukuran yang ideal atau
yang tepat untuk digunakan. Untuk
menghasilkan ukuran yang
diinginkan, dibutuhkan proses
pengubahan ukuran material. Untuk
proses menghasilkan material
dengan ukuran tertentu, dibutuhkan alat seperti crusher. Selain itu dibutuhkan juga alat
yang berfungsi untuk mencampur material-material dalam pengerjaan suatu proyek.
misalnya untuk menghasilkan campuran beton dibutuhkan alat berat yang disebut
concrete batch plant. sedangkan untuk campuran asphal diproses menggunakan lat yang
disebut asphalt mixing plant atau AMP.

2.3.7 Alat Penempatan Terakhir Material


Untuk Penempatan terakhir material pada tempat yang telah ditentukan, dibutuhkan alat
berat khusus sesuai dengan materialnya. di tempat atau lokasi tyang telah ditentukan itu,
material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan. Misalnya untuk beton digunakan alat berat seperti concrete spreader, asphalt
paver, motor grader dan alat pemadat.

2.4 Manajemen Alat Berat


Manajemen alat berat merupakan suatu proses manajemen terhadap semua aspek alat
berat sepanjang usia hidupnya mulai dari proses pemilihan sampai peremajaan.

Menurut Rostiyanti (2002), Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan,
dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat merupakan faktor-faktor penentu. Tidak setiap
alat berat dapat dipakai untuk setiap proyek konstruksi. Oleh karena itu pemilihan alat
berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan alat
berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang
membengkak dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana.

Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat antara lain sebagai berikut:

1. Fungsi yang Harus Dilaksanakan


Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk menggali,
mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain
2. Kapasitas Peralatan
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara Operasi
Alat berat dipilh berdasarkan arah (horisontal maupun vertikal) dan gerakan,
kecepatan, frekuensi gerakan dan lain-lain.
4. Pembatasan dari Metode yang Dipakai
Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain peraturan lalulintas,
biaya dan pembongkaran. Selain itu, metode konstruksi yang dipakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharan
merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis Proyek
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyekproyek
tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan
hutan, dam dan sebagainya.
7. Lokasi Proyek
Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang
berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan Daya Dukung Tanah
Jenis tanah di lokasi proyek dan material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi
alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras atau
lembek.
9. Kondisi Lapangan
Kondisi dengan medan yang sulit dengan kondisi yang baik merupakan faktor lain
yang mempengaruhi pemilihan alat berat

2.5 Alat Berat Excavator

Excavator adalah alat


berat yang terdiri dari
batang, tongkat,
keranjang (bucket) dan
kabin dalam sebuah
wahana putar yang
digunakan untuk
penggalian (akskavasi).
Bagian kabin diletakkan diatas tracker yang dilengkapi roda rantai atau roda. Excavator
pertama kali diciptakan pada tahun 1835 oleh William Smith Otis, seorang ahli mekanik
asal Amerika Serikat. Pada awalnya excavator dijalankan dengan menggunakan mesin
uap dan digunakan sebagai alat penggalian untuk membangun kereta api.

Pekerjaan penggalian tanah awali dengan excavtor bucket dijulurkan kedepan galian.
Kemudian apabila bucket telah pada posisi yang diinginkan bucket diayunkan atau
dicangkulkan kebawah dngan lengan bucket diputar kearah atas. Setelah bucket terisi
penuh dengan tanah maka bucket diangkat dan dilakukan swing ketempat
pembuangannya. Pada penggalian parit, letak track excavator harus sedemikian rupa
sehingga arahnya sejajar dengan arah memanjang parit, kemudian excavator berjalan
mundur.
2.5.1 Adapun penggunaan dari excavator ini adalah :
a. Menggali parit, lubang, pondasi bangunan
b. Penanganan material
c. Memotong semang dengan alat khusus
d. Pekerjaan kehutanan
e. Penghancur
f. Perataan tanah
g. Angkut material berat
h. Pertambangan, terutama pertambangan pit terbuka
i. Pengerukan sungai
j. Menancapkan batang pondasi

2.5.2 Bagian Bagian Excavator:


Excavator memiliki tiga bagian utama, yaitu:

a. Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit)


b. Bagian bawah untuk berpindah tempat ( travelling unit)
c. Bagian-bagian tambahan ( attachment ) dapat diganti sesuai pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Bagian bawah excavator ada yang digunakan roda rantai (track/crawler) dan ada yang
dipasang di atas truck (truck mounted ). Pada umumnya excavator memiliki tiga pasang mesin
penggerak pokok, yaitu:

a. Penggerak untuk mengendalikan attachment , misalnya gerakan untuk menggali,


mengangkat, dan sebagainya.
b. Penggerak untuk memutar revolving unit  berikut attachment  yang dipasang.
c. Penggerak untuk menjalankan excavator yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

2.6 Dump Truck

Dump truck (dump truk) adalah kendaraan jenis yang digunakan untuk mengangkut
bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Dump truck
dapat memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500 meter – up). Isi
muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya alat berat
ini dapat bekerja sendiri dengan mengangkat bagian bak dengan menggunakan teknologi
hidrolik.
Secara umum, dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan
bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas dan bagian belakang bak
berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan material yang
diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan. Dump truck biasa digunakan
dalam industri pertambangan untuk memindahkan material hasil tambang ataupun material
tanah. Kapasitas sebuah Off-Road Mining Dump Truck ditentukan oleh kapasitas dump
body-nya.
2.6.1 Bagian Bagian Dump Truck

1. Dump Body

2. Rock Ejector

3. Final Drive

4. Oil retarder Tank

5. Steering & Hois tank

6. Front Wheel

7. Turn Signal lamp

8. Head lamp

9. Radiator

10. Canopy Spill Guard

2.6.2 Pemilihan Dump Truck


Kapasitas truck yang dipilih harus berimbang dengan alat pemuatnya (loader),
jika perbandingan ini kurang proporsional, maka ada kemungkinan loader ini banyak
menunggu atau sebaliknya.

Beberapa pertimbangan (keuntungan dan kerugian) yang harus diperhatikan


dalam pemilihan ukuran truck adalah sebagai berikut.
 Truck Kecil
Keuntungan dengan menggunakan truck kecil adalah sebagai berikut:

1)  Lebih lincah dalam beroperasi


2)  Lebih mudah mengoperasikanya
3)  Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
4)  Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
5)  Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
6)  Jika salah satu truk dalam satu unit tidak bekerja, tidak bermasalah terhadap total
produksi.

Sedangkan kerugiannya sebagai berikut:


1) Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang beroperasi, terutama waktu
pemuatan (loading)
2)  Excavator lebih sukar untuk memuatnya karena kecilnya bak
3)  Lebih banyak sopir yang diperlukan
4)  Biaya pemeliharaan lebih besar karena lebih baanyaknya truck
5)  Meningkatkan investasi karena jumlah truk yang banyak.

 Truck Besar
Keuntungan dengan menggunakan truck besar adalah sebagai berikut:
1)  Untuk kapasitas sama dengan truck kecil, jumlah unit truck besar lebih sedikit
2)  Sopir atau crew yang digunakan lebih sedikit
3)  Cocok untuk angkutan jarak jauh
4)  Pemuatan loader lebih mudah sehingga waktu yang hilang lebih sedikit
5)  Waktu antre (ST) akan berkurang.
Sedangkan kerugianya sebagai berikut:
1)  Jalan kerja harus lebih diperhatikan karena kerusakan jalan kerja relative lebih cepat
akibat berat truck yang besar
2)  Pengoperasiannya lebih sulit karena ukuranya lebih besar
3)  Produksi akan berkuran bilang salah satu truck tidak jalan
4)  Maintenance lebih sulit dilaksanakan
5)  Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada truk besar.
6)  Jumlah truk yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat.

2.7 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Berat


Dari penulisan rumus-rumus diatas, terlihat jelas bahwa produksi suatu peralatan
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Kecermatan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi dan ketelitian memberi nilai
atas faktor-faktor terasebut akan menghasilkan ketepatan perhitungan produksi peralatan
sekaligus memberi ketepatan waktu penyelesaian dan ketepatan biaya produksi
Dari pengalaman dan atau penelitian diperoleh 6 (enam) faktor uatama yang
mempengaruhi produksi peralatan, ada yang berdiri sendiri dan ada yang secara
terkombinasi yaitu :
2.4.1. Faktor Kondisi Peralatan
Produksi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Sejalan dengan
penurunan kondisinya maka kondisi peralatan pun akan turun. Semakin tinggi jumlah jam
operasi yang sudah dicapai, maka kondisi pun akan semakin turun akibat keausan
komponen-komponen mesin/peralatan yanng bergesekan.
Kondisi peralatan layak operasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah antara :
K = 100 % sebagai kondisi umum, dan
K = 60 % sebagai kondisi minimum.
Pada pengoperasian normal 2000 jam per tahun, maka penurunan kondisi peralatan per jam
secara garis lurus ( straight line ) adalah :

K = ( 100 – 60 ) / UE ……… ( % / jam )

di mana : UE = adalah umur ekonomis peralatan dalam satuan jam ( lihat tabel )

Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang sudah dicapai adalah :
K = 100 - K.t ( % )
= 100 – ( (100-60)/UE ) x t ( % )
di mana : UE = umur ekonomis alat dalam jam.
t = jam operasi yang sudah dicapai.
Bahwa kemungkinan tiap jenis peralatan yang digunakann lebih dari satu dan masing-
masing mempunyai nilai kondisi dapat dilakukan dengan menetapkan kondisi rata-rata per
jenis peralatan sebagai berikut :

K rata-rata = 1/n  kondisi alat per jenis


1

Kondisi rata-rata tersebut supaya ditampilkan dalam bentuk format spt dibawah ini :
KONDISI ( K )
No JENIS ALAT K rata-rata
1 2 3 4 dst
1. Bulldozer 0,85 0,80 0,75 0,72 - 0,78 ( contoh )
2. Back Hoe
3. Scraper
4. Loader
dst Dan lain-lain

Berdasarkan tabulasi diatas kondisi diatas selanjutnya kondisi peralatan dikelompokkan


dalam klasifikasi kondisi sebagai berikut :
KLASIFIKASI KONDISI PERALATAN
No Klasifikasi Kondisi Nilai Kondisi ( % )

1 Prima 100 – 90

2 Baik 90 – 80

3 Cukup 80 – 70

4 Sedang 60

2.4.2. Faktor Kondisi Medan dan Lingkungan.


Prestasi suatu peralatan akan berbeda pada kondisi medan lapangan (topografi)
dan lingkungan yang berbeda. Tetapi kondisi medan yang sama akan memberikan
pengaruh yang tidk sama terhadap peralatan yang berbeda jenis atau berbeda fungsi.
Misalnya suatu kondisi medan disebut berat untuk dump truck, tetapi untuk bulldozer,
excavator, dan atau peralatan lain dapat disebut ringan.
Jadi suatu kondisi medan disebut ideal, ringan, sedang dan berat bergantung pada jenis
peralatan yang dioperasikan dilapangan bersangkutan. Penilaian atas klasifikasi medan
apakah ideal, ringan, sedang dan berat terhadap sesuatu jenis peralatan didasarkan pada
prestasi maksimum yang dapat dicapai dibandingkan pada prestasi ideal seperti
ditampilkan dalam tabel dibawah ini :
KONDISI MEDAN
KLASIFIKASI
KONDISI KRITERIA
LAPANGAN
- Lapangan datar kering
- Jalan hantar lurus, keras/aspal, datar
IDEAL
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas
- Lapangan datar lembab
- Jalan hantar lurus, bergelombang, perkerasan kering
RINGAN (alam) lembab
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas
- Lapangan kering bergelombang
- Jalan hantar tidak lurus, bergelombang, tanpa
SEDANG perkerasan (alam) lembab
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas
- Lapangan bergelombang dan becek
- Jalan hantar berbelok-belok tajam dan bergelombang
BERAT tidak terawat ( alalm ) dan becek
- Ruang gerak sempit
- Lingkungan terbatas

Bahwa peralatan dengan kondisi tertentu akan beroperasi diatas lapangan atau medan
dengan klasifikasi seperti tersebut diatas, karena itu perlu diketahui faktor yang harus
diperhitungakan dalam hubungan antara peralatan dengan kondisi medan seperti matrik di
bawah ini :
Faktor Gabungan Alat dan Medan
No. KONDISI KONDISI ALAT
MEDAN PRIMA BAIK CUKUP SEDANG
1 Ideal 0,95 0,90 0,85 0,80
2 Ringan 0,90 0,852 0,805 0,757
3 Sedang 0,85 0,805 0,760 0,715
4 Berat 0,80 0,715 0,715 0,673

Disamping atas penilaian atas kondisi medan perlu juga diketahui besarnya angka
Rolling Resistance dan Koefisien Traksi di medan bersangkutan dengan cara penyesuaian
dengan standar industri faktor rolling resistance dan koefisien traksi seperti yang
ditampilkan pada tabel dibawah ini :
STANDARD INDUSTRI FAKTOR ROLLING RESISTANCE
No KONDISI JALAN HANTAR ROLLING RESISTANCE
( Kg/ton )
1 Jalan permanen diaspal, halus dan keras
tanpa penetrasi dibawah muatan, dirawat, 20
kering dan datar.
2. Jalan bergelombang, halus dan lurus
dengan permukaan tanah atau aspal tipis
35
melentur sedikit dibawah roda beban atau
naik turun, dirawat teratur.
3. Jalan tanah penuh bekas roda, melentur
dibawah roda beban, kurang terawat, 50
penetrasi ban 1 in sampai 2 in.
4. Jalan tanah penuh bekas roda, lembek
tidak terawat tidak permanan penetrasi 75
ban 4 in sampai 6 in.
5. Pasir gembur kering atau kerikil gembur. 100
6. Jalan penuh berlumpur, penuh bekas
100 – 200
roda, tidak terawat.
STANDARD INDUSTRI KOEFISIEN TRAKSI
KOEFISIEN TRAKSI ( KT )
No. JENIS PERMUKAAN
BAN KARET TRACK
1 Beton 0,90 0,45
2 Tanah liat, kering 0,55 0,90
3 Tanah liat, basah 0,45 0,70
4 Tanah liat penuh bekas roda 0,40 0,70
5 Pasir kering 0,20 0,30
6 Pasir basah 0,40 0,50
7 Jalan kerikil gembur 0,36 0,50
8 Tanah padat 0,55 0,90
9 Tanah gembur 0,45 0,60

2.4.3. Faktor Operator dan Mekanik.


Besar kecilnya prestasi kerja suatu peralatan sangat tergantung pada kemampuan
operator mengendalikan dilapangan dan kemampuan mekanik menyiapkan peralatan siap
operasi.
Kemampuan Operator dan Mekanik dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
- terampil
- cukup
- sedang
- kurang
Nilai kemampuan pada masing-masing klasifikasi didasarkan atas curriculum vitae ( CV )
operator dan mekanik sebagai berikut :
No. KUALIFIKASI IDENTITAS
( CURRICULUM VITAE )
1 Terampil Pendidikan STM/Sederajat
Sertifikat SIMP/SIPP(III) dan atau
Pengalaman lebih dari 6000 jam
Pendidikan STM/Sederajat
2 Baik Sertifikat SIMP/SIPP(II) dan atau
Pengalaman lebih dari 4000 - 6000 jam
Pendidikan STM/Sederajat
3 Cukup Sertifikat SIMP/SIPP(I) dan atau
Pengalaman 2000 - 4000 jam
Pengalaman STM/Sederajat
4 Sedang Sertifikat dan atau Pengalaman kurang dari
3000 jam.
Mengingat pekerjaan akan dilakasanakan oleh operator dengan menggunakan peralatan
maka para estimator baik owner maupun rekanan dituntut harus mampu menentukan
klasifikasi operator dan mekanik yang bagaimana dibutuhkan, berdasarkan tingkat
kesulitan pekerjaan dan tingkat keamanan yang diterjemahkan dari kriteria kondisi medan
dan tinjauan lapangan.

2.4.4. Faktor Cuaca.


Keadaan cuaca yaitu kelenghasan dan temperatur udara sangat mempengaruhi prestasi
kerja operator. Operator membutuhkan waktu untuk keperkuan pribadinya seperti makan,
minum, merokok, melap keringat, dan lain-lain dan hal ini merupakan waktu yang hilang.
Waktu-waktu hilang dari setiap 1 jam kerja yang tersedia akan semakin besar sebagai
akibat dari keadaan cuaca yang semakin jelek.
Keadaan cuaca dapat dibagi 4 klasifikasi, yaitu :
- Terang, segar
- Terang, panas, berdebu
- Mendung, gerimis, dingin
- Gelap
Prestasi operator sebagai akibat dari pengaruh cuaca dapat diukur dan dinyatakan dalam
satuan menit/jam atau % yaitu perbandingan antara waktu efektif kerja dari tiap jam kerja
dengan tiap jam waktu kerja tersedia.
Untuk keperluan perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator perlu
ditetapkan seperti matrik sebagai berikut ini :
FAKTOR GABUNGAN CUACA DAN OPERATOR
OPERATOR DAN MEKANIK
No CUACA
Terampil Baik Cukup Sedang

1 Terang, segar 0,90 0,85 0,80 0,75

Terang, panas,
2 0,83 0,783 0,737 0,691
berdebu

Dingin, mendung,
3 0,75 0,708 0,666 0,624
gerimis

4 Gelap 0,666 0,629 0,592 0,555

2.4.5. Faktor Material ( Em )


Kapasitas produksi atau pay load aktual per siklus suatu peralatan tidak selalu sama
dengan kapasitas spesifikasi tang dinyatakan pabrik. Hal ini disebabkan faktor sifat dan
kondisi meterial yang akan dikerjakan, ada yang mudah dan ada yang sulit masuk mengisi
bucket atau blade secara penuh, munjung tanpa rongga.
Faktor pengisian ( fill factor ) adalah perbandingan antara kapasitas ( pay load ) aktual
dengan kapasitas spesifikasi. Mengingat pengerjaan tanah akan merobah kondisi tanah dari
keadaan asli (bank) menjadi lepas ( gembur ) dan atau padat ( compack ), maka kapasitas
produksi alat selalu dinyatakan dalam notasi, asli, lepas, atau padat mengikuti kehendak
dalam perencanaan dan perhitungan.

Volume tanah dari keadaan asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat yang sama
dan perbedaan itu disebut faktor konversi atau conversion factor.
Berikut ini ditampilkan fill factor dan conversion factor yang dapat digunakan untuk
perhitungan seperti tabel berikut :
Tabel Faktor Material ( Em )
TINGKAT FAKTOR KONDISI DAN JENIS
PENGERJAAN
KESULITAN MATERIAL MATERIAL
Dapat digusur secara
sempurna penuh blade,
kadar air rendah, bukan
Mudah 1,10
tanah pasir dipadatkan,
tanah biasa, onggokan
material.
Tanah lepas tetapi tdk.
Digusur sepenuh blade,
DOZING Sedang 0,90
tanah kerikil, pasir, batu
pecah halus.
Kadar air tinggi, liat lengket,
Agak Sulit 0,70 tanahliat keras kering, pasir
kerikil.
Batu hasil peledakan atau
Sulit 0,60 batu berukuran kasar dan
lumpur.
Kondisi alam, tanah biasa
Mudah 1,20
atau tanah lunak
Kondisi alam tanah liat,
Sedang 1,10 tanah liat, tanah pasir atau
EXCAVATING pasir kering.
Kondisi alam tanah pasir
Agak Sulit 0,90
dengan kerikil.
Onggokan batu hasil
Sulit 0,80
peledakan, lumpur.
LOADING Mudah 1,00 – 1,10 Onggokan material, hasil
galian dapat munjung, pasir,
tanah pasir, tanah liat
lembek basah ( kadar air
sedang ).
Onggokan tanah material
tetapi untuk mengambilnya
Sedang 0,85 – 0,95 agak diforsir, pasir kering,
tanah liat, batu pecah, kerikil
halus.
Batu pecah halus, tanah liat
keras, sirtu, tanah pasir,
Agak Sulit 0,80 – 0,85
tanah liat yang semuanya
sulit di sodok dan lumpur.
Batu pecah kasar, hasil
peledakan, batu kali, sirtu,
Sulit 0,75 – 0,80 tanah pasir, tanah liat yang
semuanya sulit disodok dan
lumpur.
Semua material yg. diangkut
adalah material lepas.
Pengisian
HAULING 1.10 – 1,20 Alat hanya berfungsi
oleh Loader
pengangkutan, bukan
pengisian.

2.4.6. Faktor Manajemen ( EM )


Prestasi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemantapan suatu manajemen.
Tetapi manajemen adalah seni untuk mendapatkan seluruh kegiatan dalam suatu sistem
untuk dapat :
- berjalan lancar - ekonomis
- sesuai arah - aman
- efektif - terpadu dan terkoordinir
Hal-hal diatas merupakan tanggung jawab seorang manajer, yang setiap saat harus
melakukan evaluasi atas tiap komponen dan atas keseluruhan sistem.
Karena merupakan seni menjadi sangat sulit menilai tahap awal baik buruknya suatu
manajemen sebelum kegiatan berjalan atau selesai.
Tetapi sejak tahap awal atau tahap kegiatan belum dimulai sudah harus ada kepercayaan
bahwa seluruh kegiatan akan terlaksanan memenuhi hal-hal tersebut diatas secara tepat
waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
N0. KUALIFIKASI CURRICULUM VITAE NILAI
FAKTOR ( % )
Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
1. Sangat baik 1. Large project management 0,95
2. Management audit
3. Project administration
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 1 M.
2. Proyek dengan nilai 1,5 M.

Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
2. Baik 1. Contraction management 0,90
2. Engineering management
3. Similar project management
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 0,50 M
2. Proyek dengan nilai 1 M

Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
3. Cukup 1. Engineering management 0,85
2. Similar project management
3. …………………………..
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 0,25 M
2. Proyek dengan nilai 0,50 M
4. Sedang Pendidikan : 0,80
a. Formal : SM – teknik
b. Informal :
1. Engineering management
2. …………………………..
3. …………………………..
Pengalaman :
4. Proyek dengan nilai 0,10 M
5. Proyek dengan nilai 0,25 M

2.4.7. Job Factor ( ETOT )


Job faktor sering juga disebut dalam buku-buku lain sebagai job efisiensi yang
sebenarnya pengertiannya sangat berbeda. Dalam modul ini kata job efisiensi tidak dipakai
karena pengertian, job efisiensi dapat diartikan perbandingan antara besaran sumber daya
yang dikerahkan dengan keluaran sumber daya yang nilainya baru dapat diketahui setelah
pekerjaan selesai. Sebagai penggantinya digunakan kata job faktor (ETOT), yang arti adalah
kombinasi dari faktor-faktor yang telah diuraikan dimuka/diatas secara bersama-sama dan
saling terikat mempengaruhi produksi peralatan.
Besarnya nilai gabungan faktor-faktor tersebut diformulasikan atau dinyatakan dengan :
ETOT = ECO x EAM x Em x EM
Mengingat job faktor berbeda untuk tiap jenis peralatan yang digunakan dalam suatu
medan, maka niali job faktor untuk tiap jenis peralatan harus ditampilkan dalam bentuk
farmat seperti dibawah ini :

TABULASI JOB FAKTOR


FAKTOR
No. JENIS ALAT E Total
ECO EAM Em EM
1 2 3 4 5 6 7=3x4x 5x6

2.5. Waktu Siklus


Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk 1 ( satu ) kali produksi.
Perhitungan waktu siklus diberlakukan hanya untuk alat-alat yang tidak setiap saat
berproduksi secara terus menerus. Alat yang akan ditinjau dalam survey kali ini adalah :
a. Excavator
Waktu siklus terdiri dari 4 ( empat ) komponen waktu yaitu :
- waktu muat bucket ( digging time ), tm
- waktu putar bermuatan ( swing loaded time ), tpb
- waktu buang muatan ( dumping time ), tb
- waktu putar kosong/kembali ( swing empty time ), tpk

Jadi waktu siklus atau cycle time adalah :


Ct = tm + tpb + tb + tpk  menit.
Waktu siklus masih dipengaruhi oleh faktor kedalaman galian yaitu :
R = ( digging depth / Max. Spec. digging depth )
Sehingga waktu siklus diperhitungkan adalah :
Cta = Ct x R  menit.
Dari rumus waktu siklus diatas terlihat bahwa :
- waktu muat sangat mempengaruhi jenis material ( lunak/keras ) dan kondisi
galian.
- waktu putar sangat dipengaruhi oleh beban dan jarak buang ( 900 – 1800 ).
- waktu buang sangat dipengaruhi oleh cara pembuangan ( bebas atau tertentu).
Jadi menentukan waktu siklus cukup rumit dan besarnya angka waktu siklus berbeda
untuk alat yang berbeda merk walaupun kapasitas bucket sama, karena pertimbangan
yang berbeda waktu perencanaan alat dimaksud.

Karena itu, berikut ini diberikan tabel waktu siklus dan tabel faktor R sebagai pegangan
untuk keperluan perhitungan dalam perencanaan seperti dibawah ini :
TABEL WAKTU SIKLUS

Satuan : menit

KAPASITAS BUCKET ( M3 )
SUDUT

BUAN
0,25 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,20 1,50 1,70
G
90 0,20 0,20 0,23 0,23 0,23 0,26 0,26 0,26 0,26 0,28 0,30 0,31 0,33

180 0,25 0,25 0,28 0,28 0,28 0,31 0,31 0,31 0,31 0,33 0,35 0,36 0,38

TABEL FAKTOR

R(%) Mudah Sedang Agak sulit Sulit


< 40 0,70 0,90 1,10 1,40
40 – 75 0,80 1,00 1,30 1,60
> 75 0,90 1,10 1,50 1,80
Pada tabel R diatas, yang dimaksud dengan :
Mudah  - tanah lunak
- galian dangkal
- kehati-hatian menggali tidak perlu

b. Sedang  - pembuangan bebas


- tanah biasa
- kedalaman sedang
- kehati-hatian menggali tidak perlu

c. Agak sulit  - pembuangan tertentu


- tanah keras, liat
- perlu kehati-hatian menggali

d. Sulit  - pembuangan tertentu


- tanah liat, keras dan membatu
- galian kedalaman maksimum
- perlu kehati-hatian menggali
b. Dump Truck
Waktu siklus terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :
- Waktu muat : tm = qdt/ql x Cu ( menit )
- Waktu angkut muatan : tam = D/Vam ( menit )
- Waktu kembali ( kosong ) : tk = D/Vk ( menit )
- Waktu buang muatan : tb = ( menit )
- Waktu tunggu dimuati : tt = ( menit )
Jadi waktu siklus adalah :
Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt ( menit )
dimana :
qdt = kapasitas bak dump truck ( m3 )
ql = kapasitas bucket pemuat ( m3 )
Ctl = waktu siklus pemuat ( menit )
D = jarak angkut ( m )
Vam = kecepatan angkut ( m/menit )
Vk = kecepatan kembali ( m/menit )

Selanjutnya waktu tunggu dan waktu buang yang angkanya dipengaruhi oleh metode
kerja, kondisi lapangan, dan kondisi alat perlu diketahui.

Untuk memudahkan perhitungan berikut ini diberikan angka-angka untuk tb dan tt seperti
tabel berikut :

No. Kondisi Wkt. Buang, tb (menit) Wkt. Tunggu, tt (menit)


1 Baik 0,50 – 0,70 0,10 – 0,20
2 Sedang 1,00 – 1,30 0,25 – 0,35
3 Kurang 1,50 – 2,00 0,40 – 0,50
Kriteria kondisi baik, sedang dan kurang pada tabel diatas adalah sbb :
Baik : - pembuangan bebas
- tidak perlu manuver mengatur posisi pembuangan atau unloading dan
pengisian
- antrian tidak terjadi
Sedang : - pembuangan bebas.
- perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian
- antrian sekejap ( tidak lebih dari 1 unit )
Kurang : - pembuangan tidak bebas
- perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian
- antrian menumpuk ( lebih dari 2 unit )

2.6. Analisa Biaya Pengunaan Alat

Biaya penggunaan peralatan dihitung berdasarkan keperluan biaya untuk

mengoperasikan alat per 1 ( satu ) jam pengoperasian, yang harus memperlihatkan

komponen biaya sebagai berikut :

1. Biaya Kepemilikan, terdiri dari :

a. biaya penyusutan

b. bunga modal

c. asuransi

2. Biaya Operasional, terdiri dari :

a. bahan bakar

b. bahan pelumas mesin

c. bahan pelumas transmisi

d. minyak hidrolik
e. gemuk

f. filter-filter

g. bahan-bahan pokok

h. biaya operator

3. Biaya Pemeliharaan/Perbaikan PTK. III dan PTK. IV.

Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang harus disediakan untuk memperoleh jasa
alat.

Biaya ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :

a. Biaya bahan bakar ( BBM )


Ditentukan sebagai berikut :
BBM = (0,80. N. S / E ) x Hbbm  Rp/jam
dimana :
N : tenaga maksimum yang tersedia pada fly wheel sesuai denngan spesifikasi
teknik dari alat ( HP/Horse Power )
S : kebutuhan spesifik bahan bakar sesuai dengan spesifikasi peralatan yang
bersangkutan.
Bila hal tersebut tidak diketahui, maka dapat digunakan pendekatan empiris
sebagai berikut :

S = 0,22. Liter / HP. Jam : untuk bensin

S = 0,15. Liter / HP.jam : untuk solar

Hbbm : harga bahan bakar setempat ( Rp//jam )

E : job faktor alat yang mempengaruhi pengoperasian alat. Nilainya sama


dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

b. Biaya bahan oli pelumas.


Ditentukan sebagai berikut :
1. Untuk mesin.
BB.Om = [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop  Rp/jam

dimana :

C : kapasitas crank case atau carter mesin sesuai dengan spesifikasi mesin.
Bila hal tersebut tidak diketahui maka dapat digunakan pendekatan empiris
yaitu :

C = 0,13 liter / HP

T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 250 jam operasi.

S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang karena


penguapan atau rembesan melalui seal.

S = 0,0005 liter / HP.jam

E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi alat. Nilainya
sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

N : tenaga yang tersdia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat  HP

Hbop : harga bahan pelumas setempat  Rp/liter

2. Untuk transmisi, meliputi tarque converter, main clutch, steering cases,


differential, final drive, dan lain-lain.

BBOT = [(C/T) + ( S/E)] x N.Hbop  Rp/jam

dimana :

C : kapasitas transfer cases sesuai spesifukasi alat, bila tidak diketahui


dapat digunakan pendekatan empiris yaitu :

C = 0,223 liter / HP

T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam


S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang karena
penguapan atau rembesan melalui seal.

= 0,0003 liter / HP.jam

E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi. Nilainya
sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi alat
(HP).

Hbop : harga bahan pelumas setempat  Rp/ltr

Catatan :

Harga jenis bahan pelumas mesin dapat berbeda dengan harga dan jenis
pelumas transmisi.

c. Biaya bahan hidraulic


Ditentukan sebagai berikut :

BBH = [(C/T) + ( S/E )] x N. Hbbh  Rp/jam

dimana :

C : kapasitas tangki persediaan bahan hidraulic yang nilainya seperti tabel


dibawah ini :

No. Jenis Alat C ( liter/HP )


1 Bulldozer 0,62

2 Track Loader

3 Dump Truck

4 Motor grader

5 Motor scraper
6 Wheel loader
7 Compactor ( Vibroller ) 1,29
8 Excavator ( hidraulic )

9 Drilling rig 2,875

10 Kapal keruk

T : interval waktu penggantian hidraulic = 2000 jam operasi

S : kebutuhan spesifik bahan hidraulic pengganti yang hilang karena penguapan


dan rembesan melalui seal

= 0,0003. Liter/HP.jam untuk alat nomor 1 s/d 6 pada tabel C.

= 0,00064 liter/HP.jam untuk alat nomor 7 s/d 10 pada tabel C.

E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi. Nilainya sama
dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi alat ( HP ).

Hbbh : harga bahan hydraulic setempat  Rp/ltr

d. Biaya bahan gemuk ( grease )


Ditentukan sebagai berikut :

BBG = S/E x N x Hbbg  Rp/jam

dimana :

S : kebutuhan spesifik bahan gemuk

= 0,00009 kg / HP. Jam untuk alat nomor urut 1 s/d 6,7,9 dan 10 tabel

= 0,006 kg /HP. Jam untuk excavator

N: tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat.

Hbbg : harga bahan gemuk setempat  Rp/kg


E : job faktor alat yang nilainya sama dengan yang diperhitungkan pada produksi
alat.

e. Biaya filter-filter.
Ditentukan berdasarkan biaya-biaya bahan bakar pelumas dan hidraulic serta
grease, yaitu :

BFF = 0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG )  Rp/jam

dimana :

BBM : biaya bahan bakar

BBO : biaya bahan pelumas

BBH : biaya bahan hidraulic

BBG : biaya bahan grease

f. Biaya bahan pokok


Bahan-bahan pokok dimaksud disini adalah :

- ban, untuk peralatan beroda ban

- pipa-pipa, untuk peralatan yang menggunakan pipa-pipa (misalnya kapal eruk)

Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut :

BBP = Hbbp / T  Rp/jam

dimana :

Hbbp : harga bahan pokok  Rp

T : umur ekonomis bahan pokok  jam

Nilai T untuk ban adalah seperti pada tabel berikut ini yang didasarkan pada
kondisi medan pengoperasian.
TABEL UMUR EKONOMIS UNTUK BAN
T ( jam )
No. Jenis Alat Kondisi Medan
Ringan Sedang Berat
1 Dump truck 3500 2500 1500

2 Motor scraper 3000 2000 1000

3 Towed scraper 5000 4000 3000

4 Motor grader 3000 2000 1000

5 Wheel loader 3000 2000 1000

g. Biaya operator.
Operator tidak sama dengan pekerja ( labour ) karena itu biaya operator
harus sesuai dengan peraturan penggajian dengan komponen penerimaan
operator terdiri dari :

1. Gaji ( upah operator dan pembantu operator ( bila ada ) )  Rp/jam

2. Biaya lembur  Rp/jam

3. Premi prestasi ( bila ada )  Rp/jam

4. Tunjangan pengobatan, ekstra fooding pakaian kerja  Rp/jam


BAB 3

3.1 Kondisi Lapangan


Dalam melaksanakan penghitungan produktivitas alat berat excavator dan dump truck,
kami mencari informasi langsung ke proyek pembangunan sebuah villa oleh PT. TUNAS
JAYA SANUR yang berada di daerah Ubud tepatnya di Jalan Bisma No. 68 Ubud,
Gianyar. Daerah proyek ini diketahui memiliki tanah dengan kriteria tanah lempung karena
tanah tersebut menunjukan sifat sifat plastisitasnya dan sangat mudah untuk digali dan
dalam pencarian informasi ini, kami mendapat data sebagai berikut :

a. Informasi Umum Proyek


 Lokasi : Jalan Bisma No. 68 Ubud, Gianyar
 Kontraktor : PT. Tunas Jaya Sanur
 Konsultan Mechanical Electrical : Kabinawa Design
 Konsultan Architecture : Andramatin
 Proyek : Pembangunan Villa Bisma Garden
Ubud

3.2 Jenis Alat Proyek


Berdasarkan kondisi dan pekerjaan proyek konstruksi di lapangan, alat berat yang
digunakan antara lain :

a. Excavator digunakan untuk menggali tanah yang tertimbun di proyek serta berfungsi
sebagai alat pengangkut material contoh pasir
b. Dump truck digunakan untuk untuk mengangkut serta memindahkan material dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

3.2.1 Excavator
Untuk jenis excavator yang digunakan pada proyek yaitu jenis KOBELCO SK 75 dan
terdiri dari 2 unit excavator, adapun spesifikasi dari excavator tersebut antara lain :
Spesifikasi :

 Merk : Kobelco SK75


 Negara Pembuat : Jepang
 Tahun Dibangun : 2004
 Kapasitas Bucket : 0,4 m3 ISO heaped
 Tenaga mesin : 41 Kw 2,200/min (rpm)
 Kecepatan mengayun : 11.5 min-1
 Harga Excavator : Rp. 2.000.000.000
 Umur ekonomis : 5 tahun (-/+ 7200 jam)
 Berat operasi : 7,510 kg
 Konsumsi Bahan Bakar : Solar = 17,5 liter/jam (Rp. 9.800/liter)
 Pengalaman operator : 5 tahun

3.2.2 Dump Truck


Untuk jenis dump truck yang digunakan yakni HINO 300 DUTRO 130 HD. Terdiri dari
2 unit dump truck yang bekerja saat dilakukannya proses pengamatan. Adapun spesifikasi
dari dump truck tersebut antara lain :

GAMBAR

Spesifikasi :

 Merk : HINO 300 DUTRO 130 HD


 Kecepatan maksimum : 103 km/jam
 Tenaga mesin maksimal : 130/ 2700 PS/rpm
 Kapasitas bak : 7 m3
 Negara pembuat : Jepang
 Tahan pembuatan : 2015
 Umur ekonomis : 7 tahun (-/+ 10.080 jam)
 Pengalaman operator : 8 tahun

3.2.3 Kondisi dan Situasi Lapangan


a. Kondisi Medan : Sedang (Tanjakan dan jalan di proyek sempit)
b. Cuaca : Cerah dan berawan
c. Material : Tanah lempung
d. Posisi Dump Truck ada di kanan Excavator, sedangkan tanah galian berada di kiri
Excavator
e. Pekerjaan galian dan loading
f. Jarak tempat pembuangan dengan galian kurang lebih 500 meter
g. Kondisi jalan yaitu jalan paving (beberapa bebatuan)
h. Pembuangan material di sekitar lokasi proyek
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Alat Berat


Pemilihan alat berat pada proyek ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan guna
mencapai pekerjaan yang efektif dan efisien serta dapat beroperasi seoptimal mungkin.
Adapun factor factor yang mempengaruhi pemilihan alat berat pada proyek ini antara lain :

a. Alat berat excavator sesuai dengan jenis pekerjaannya seperti pemindahan tanah dan
material, penggalian.
b. Alat berat dump truck membantu excavator dalam mengangkut tanah hasil galian yang
nantinya akan dibawa ke daerah pembuangan.
c. Kondisi di lapangan. Dikarenakan tanah yang terdapat pada proyek merupakan tanah
lempung basah maka proses penggalian tanah berlangsung dengan cepat dan tak
banyak menghadapi kendala. Pada proses penggalian, proyek ini memerlukan 2 unit
excavator namun 1 dari kedua excavator ini sewaktu waktu dapat digunakan untuk
membantu proses pemindahan material yakni pasir.

4.2 Kondisi Tanah


Nilai Sw dan LF untuk beberapa jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Sw dan LF untuk Beberapa Jenis Tanah
Persentase Mengembang
Jenis Tanah Faktor Pemuatan (LF)
(%)
Lempung kering 35 0,74
Lempung basah 35 0,74
Tanah kering 25 0,80
Tanah basah 25 0,80
Tanah dan kerikil 20 0,83
Kerikil kering 12 0,89
Kerikil basah 14 0,88
Batu kapur 60 0,63
Batu hasil peledakan 60 0,63
Pasir kering 15 0,87
Pasir basah 15 0,87
Batuan sedimen 40 0,71
(Sumber: Construction Planning, Equipment and Methods, 1996)
Pada proyek konstruksi yang kami amati, tanah yang terkandung termasuk jenis tanah
lempung basah dikarenakan sebelumnya areal tersebut merupakan daerah persawahan.
Terlihat pada tabel bahwa jenis tanah lempung basah memiliki persentase mengembang
sebesar 35% dan faktor pemuatan (LF) sebesar 0,74. Ini menandakan bahwa volume tanah
yang telah dipindahkan (loose material) memiliki volume yang lebih besar dibandingkan
tanah asli (bank material), hal ini dikarenakan adanya proses tanah itu mengalami
pengembangan.

4.3 Menganalisa Produktivitas Alat Berat Secara Teoritis

4.3.1 Menghitung Job Faktor Alat Berat EXCAVATOR


a. Faktor Kondisi Peralatan (Umur Ekonomis Excavator)
K = ( 100 – 60 ) / UE
K = ( 100 – 60 ) / 10.000
K = 0,004

K = 100 - K.t ( % )
K = 100 – 0,004 x 7200
K = 100 – 28,8
K = 71, 2 %
Dengan didapatkan kondisi peralatan sebesar 71,2 % maka alat Excavator ini
dikategorikan Cukup

b. Faktor Gabungan Alat dan Medan (EAM)


Adapun kondisi lapangan yang dilalui oleh Excavator adalah lapangan
bergelombang dan becek, jalan hantar yang dilalui berbelok belok, ruang gerak sempit
dan lingkungan terbatas. Sehingga, medan di lapangan termasuk jenis Medan Berat
Kemudian jika digabungkan antara kondisi peralatan (Sedang) dan faktor medan
(Berat) didapatkan faktor gabungan alat sebesar 0,715.

c. Faktor Operator dan Mekanik


Dari wawancara yang telah kami lakukan kepada operator di lapangan, pendidikan
terakhir operator sendiri yakni SMA dengan pengalaman bekerja selama 5 tahun (> 6000
jam) sehingga operator diklasifikasikan kedalam kemampuan Terampil.

d. Faktor Gabungan Cuaca dan Operator (ECO)


Saat melalukan proses pengamatan cuaca di lapangan cenderung mendung
disertai dengan gerimis. Sehingga jika digabungkan dengan faktor operator didapatkan
nilai 0.75

e. Faktor Material (Em)


Saat melakukan proses pengamatan, excavator bekerja saat loading dengan
kondisi hasil galian dapat munjung, tanah liat dan lembek basar dengan kadar air sedang.
Jadi dapat dikategorikan kedalam tingkat kesulitan Mudah dan faktor materialnya
sebesar 1,00- 1,10.

f. Faktor Manajemen (EM)

Proyek yang kami amati memiliki nilai kontrak setelah ditambah PPn 10%
sebesar Rp.35.113.862.285. Kemudian untuk manajemen proyek sendiri terbilang sangan
terkoordinirm, terpadu dan sesuai arahan karena pihak proyek rutin melakukan ”meeting
koordinasi internal”. Jadi, dapat dikategorikan Sangat Baik dengan nilai faktor 0,95 %.

MAKA NILAI JOB FAKTOR UNTUK EXCAVATOR YAITU :


(EAM) x (ECO) x (Em) x (EM) = 0,715 x 0,75 x 1,10 x 0,95
= 0,56038125

4.3.2 Menghitung Job Faktor Alat Berat DUMP TRUCK


a. Faktor Kondisi Peralatan (Umur Ekonomis Dump Truck)
K = ( 100 – 60 ) / UE
K = ( 100 – 60 ) / 10.000
K = 0,004

K = 100 - K.t ( % )
K = 100 – 0,004 x 10.080
K = 100 – 40.32
K = 59,68 %
Secara teoritis alat tersebut sudah tidak ekonomis lagi, sehingga kami mengambil
kondisi alat yang paling buruk, yaitu 53,92 % sedang

a. Faktor Gabungan Alat dan Medan


Adapun kondisi lapangan yang dilalui oleh Excavator adalah lapangan
bergelombang dan becek, jalan hantar yang dilalui berbelok belok, ruang gerak sempit
dan lingkungan terbatas. Sehingga, medan di lapangan termasuk jenis Medan Berat
Kemudian jika digabungkan antara kondisi peralatan (Sedang) dan faktor medan
(Berat) didapatkan faktor gabungan alat sebesar 0,673.

b. Faktor Operator dan Mekanik


Dari wawancara yang telah kami lakukan kepada operator di lapangan, pendidikan
terakhir operator sendiri yakni SMA dengan pengalaman bekerja selama 8 tahun (> 6000
jam) sehingga operator diklasifikasikan kedalam kemampuan Terampil.

c. Faktor Gabungan Cuaca dan Operator


Saat melalukan proses pengamatan cuaca di lapangan cenderung mendung
disertai dengan gerimis. Sehingga jika digabungkan dengan faktor operator didapatkan
nilai 0.75

d. Faktor Material
Saat melakukan proses pengamatan, excavator bekerja saat loading dengan
kondisi hasil galian dapat munjung, tanah liat dan lembek basar dengan kadar air sedang.
Jadi dapat dikategorikan kedalam tingkat kesulitan Mudah dan faktor materialnya
sebesar 1,00- 1,10.

e. Faktor Manajemen (EM)


Proyek yang kami amati memiliki nilai kontrak setelah ditambah PPn 10%
sebesar Rp.35.113.862.285. Kemudian untuk manajemen proyek sendiri terbilang sangan
terkoordinirm, terpadu dan sesuai arahan karena pihak proyek rutin melakukan ”meeting
koordinasi internal”. Jadi, dapat dikategorikan Sangat Baik dengan nilai faktor 0,95 %.

MAKA NILAI JOB FAKTOR UNTUK DUMP TRUCK YAITU :


(EAM) x (ECO) x (Em) x (EM) = 0,673 x 0,75 x 1,10 x 0,95
= 0,52746375

4.4 Menghitung Waktu Siklus Berdasarkan Teori


4.4.1 Menghitung Waktu Siklus Excavator
Rumus :
Ct = Cta x R
Karena posisi dump truck berada di belakang dari excavator dan material berada di
depannya maka sudut buang excavator sebesar 180o. Dengan kapasitas bucket sebesar 0,4
m3, maka didapat Cta sebesar 0,25 menit (berdasarkan tabel Cta)
Selanjutnya apabila kedalaman gali excavator sebesar 0,4 m3 dengan kedalaman
maksimum galian sekitar 2 meter maka dapat dihitung :
R = ( digging depth / Max. Spec. digging depth )
R = 0,4/2
R = 0,20 x 100%
R = 20 %
Adapun material yang akan dimuat oleh excavator berupa tanah lepas dengan
material lime stone maka dapat dikategorikan ke mudah.
Kemudian antara R dan Material didapat nilai faktor sebesar 0,70 (berdasarkan
tabel faktor) . Selanjutnya dapat dihitung :
Ct = 0,25 x 0,70
= 0,175 menit
= 10,5 detik
Jadi waktu siklus excavator sekali muat dump truck sebesar 0,175 menit (10,5
detik)
4.4.2 Menghitung Waktu Siklus Dump Truck
Rumus :
Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt ( menit )
Dimana :
qdt = 7 m3 tb =1 R = 0,6
D = 350 m tt = 0.25 Bo = 8,25 ton
Ctl = 0,175 menit qt = 0,4 m3 a = 200
Bj = 2350 ton/m3

RR = Bo x Crr
= 8,25 ton x 3 %
= 0,2475 ton
= 247,5 kg
Pam = R ( Bo + q.BJ ) ( RR  sin.a/1000 )
\ = 0,6 (8,25 + 7 x 2350) (0,2475 + sin 20/1000)
= 0.6 (24,7) (0,248)
= 3,675 ton
= 3675 kg

Vam = N x 75 x 60 / Pam
= 260 x 75 x 60 / 3675
= 156 m/menit

Pk = R.Bo ( RR  sin.a/1000 )
= 0,6 x 8,25 ( 0,2475 – sin 20/1.000)
= 4,95 x 0,247
= 1,223 ton
= 1223 kg
Vk = N x 75 x 60 / Pk
= 127,4 x 75 x 60 /1223
= 468,77 m/menit
Untuk kriteria kondisi dalam membuang dan mengisi material yakni pembuangan bebas,
perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian, dan tidak terjadi antrean (karena
hanya ada 1 dump truck), maka didapat nilai tb dan tt sebagai berikut :
tb =1
tt = 0,25
Jadi Perhitungan waktu siklus dump truck :
Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt
= (7 / 0,4 x 0,175) + (350 / 156) + (350 / 468,77) + 1 + 0,25
= 3,0625 + 2,2436 + 0,7466 + 1,25
= 7, 3027 menit
Jadi siklus waktu dump truck menurut perhitungan adalah 7,3027 menit

4.5 Menghitung Produktivitas Alat Berdasarkan Teori


4.5.1 Menghitung Produktivitas Alat Back Hoe
Rumus :
Q = (60.q / Ct) x E
Dimana :
q = 0,4 m3 E = 0,56
Ct = 0,175 menit
Sehingga :
Q = (60 x 0,4 / 0,175 )x 0,56
= 137,143 x 0,56
= 76,80008 m3/jam LM
Jadi, produktivitas alat back hoe menggunakan data perhitungan adalah 76,80008
m3/jam LM
4.5.2 Menghitung Produktivitas Dump Truck
Rumus :
Q = (60.q / Ct) x E
Dimana :
q = 7 m3 E = 0,53
Ct = 7,3027 menit
Sehingga :
Q = (60 x 7 / 7,3027) x 0,53
= 30,4818766 m3/jam LM
Jadi, Produktivitas alat dump truck berdasarkan data perhitungan adalah
30,4818766 m3/jam LM
Pengamatan
Waktu (detik)
SIKLU
Putar
S Isi+Put
Gali Buang (koson
ar
g)
0:00:0 0:00:0
1
8 0:00:09 5 0:00:07
0:00:0 0:00:0
2
4.6 Menghitung 7Waktu0:00:08 6 0:00:08
Siklus Berdasarkan Data Lapangan
4.6.1 0:00:0 0:00:0 Menghitung Waktu Siklus Excavator
3
8 0:00:09 4 0:00:10
0:00:0 0:00:0
4
9 0:00:10 5 0:00:08
0:00:0 0:00:0
5
5 0:00:10 5 0:00:07
0:00:0 0:00:0
6
8 0:00:09 4 0:00:09
0:00:0 0:00:0
7
6 0:00:11 5 0:00:07
0:00:0 0:00:0
8
7 0:00:13 6 0:00:08
0:00:0 0:00:0
9
9 0:00:09 7 0:00:10
0:00:0 0:00:0
10
8 0:00:12 5 0:00:08
0:00:0 0:00:0
11
6 0:00:12 7 0:00:07
0:00:0 0:00:0
12
7 0:00:11 4 0:00:09
0:00:0 0:00:0
13
7 0:00:12 4 0:00:07
0:00:0 0:00:0
14
7 0:00:13 6 0:00:08
0:00:0 0:00:0
15
6 0:00:09 4 0:00:10
0:00:0 0:00:0
16
8 0:00:10 7 0:00:10
0:00:0 0:00:0
17
4 0:00:09 6 0:00:07
0:00:0 0:00:0
18
5 0:00:10 4 0:00:09
0:00:0 0:00:0
19
4 0:00:11 7 0:00:07
0:00:0 0:00:0
20
5 0:00:11 4 0:00:08
0:00:0 0:00:0
21
7 0:00:10 4 0:00:10
0:00:0 0:00:0
22
7 0:00:14 5 0:00:08
0:00:0 0:00:0
23
7 0:00:13 6 di lapangan
Tabel 4.1 tabel siklus dari pengamatan 0:00:07
0:00:0 0:00:0
24
6 0:00:09 7 0:00:09
0:00:0 0:00:0
25
8 0:00:12 7 0:00:07
0:00:0 0:00:0
26
Dari waktu yang kami dapat dalam proses loading, kemudian di cari rata-rata dari
waktu tersebut, maka :
Ct rata-rata = (15.46) / 30
= 31 detik = 0,5155 menit
Jadi, waktu siklus back hoe yang didapat berdasarkan suvey di lapangan sebesar
0,5155 menit

4.6.2 Menghitung Waktu Siklus Dump Truck

Dari pengamatan kami di lapangan, didapat hasil 1 kali proses dari loading – jalan –
buang – kembali masing masing sebagai berikut :
- 20,05 menit - 20,09 menit -19,43 menit
- 20,02 menit - 20,11 menit -19,37 menit
Dari waktu yang kami dapat dalam proses loading, kemudian di cari rata-rata dari
waktu tersebut, maka :
Ct rata-rata = (20,05 + 20,09 + 19,43 + 20,02 + 20,11 +19,37 ) / 6
= 19,975 menit
Jadi, waktu siklus back hoe yang didapat berdasarkan suvey di lapangan sebesar
19,975 menit

4.7 Menghitung Produktivitas Alat Berdasarkan Data Lapangan


4.7.1 Menghitung Produktivitas Alat Excavator
NO URAIAN HASIL NILAI SATUAN
1 PENGALAMAN OPERATOR 8 Tahun 12000 JAM
2 KONDISI CUACA Cerah, Berawan    
Areal persawahan cenderung
MEDAN    
3 menanjak
UMUR EKONOMIS ALAT
8000 JAM
4 (UE) 5 Tahun
5 ALAT TELAH BEROPRASI 4 Tahun 4000 JAM
6 MATERIAL Tanah Lempung    
7 SUB KONTRAKTOR PT. Tunas Jaya Sanur    
8 KAPASITAS ESCAVATOR   0.4 m³
JUMLAH SIKLUS
17 Kali
9 EKSAVATOR Mengisi penuh dumptruck
10 WAKTU SIKLUS   6.8 Menit

Uraian Job Faktor :


 Faktor Cuaca dan Operator (ECO) = 0,75
 Faktor Alat dan Medan (EAM) = 0,715
 Faktor Material (Em) = 1,10
 Factor Manajemen (EM) = 0,95
x
Job Faktor = 0,56

Rumus :
Q = (60.q / Ct) x E
Dimana :
q = 0,4 m3 E = 0,56
Ct = 0,5155 menit
Sehingga :
Q = (60 x 0,4 / 0,5155 )x 0,56
= 46,60194 x 0,56
= 26,09709 m3/jam LM
Jadi, produktivitas alat back hoe menggunakan data perhitungan adalah 26,09709
m3/jam LM

4.7.2 Menghitung Produktivitas Dump Truck

PENGAMATAN
SIKLUS WAKTU (MENIT)
MUAT ANGKUT BUANG KEMBALI TOTAL
1 0.03.57 0.04.16 0.08.32 0.03.20 0.20.05
2 0.03.54 0.04.34 0.08.12 0.03.29 0.20.09
3 0.03.26 0.04.28 0.08.18 0.03.31 0.19.43
4 0.03.40 0.04.32 0.08.25 0.03.25 0.20.02
5 0.03.47 0.04.19 0.08.23 0.03.42 0.20.11
6 0.03.29 0.04.15 0.08.20 0.03.33 0.19.37

NO URAIAN HASIL NILAI SATUAN


1 PENGALAMAN OPERATOR 6 Tahun 12000 JAM
2 KONDISI CUACA Cerah, Berawan    
Areal persawahan cenderung
MEDAN    
3 menanjak
UMUR EKONOMIS ALAT
8000 JAM
4 (UE) 4 Tahun
5 ALAT TELAH BEROPRASI 2 Tahun 4000 JAM
6 MATERIAL Tanah Lempung    
7 SUB KONTRAKTOR PT. Tunas Jaya Sanur    
8 KAPASITAS DUMPTRUCK   7 m³
JUMLAH SIKLUS
17 Kali
9 EKSAVATOR Mengisi penuh dumptruck
10 WAKTU SIKLUS   20.05 Menit

Uraian Job Faktor :


 Faktor Cuaca dan Operator (ECO) = 0,75
 Faktor Alat dan Medan (EAM) = 0,673
 Faktor Material (Em) = 1,10
 Factor Manajemen (EM) = 0,95
x
Job Faktor = 0,527

Rumus :
Q = (60.q / Ct) x E
Dimana :
q =7 m3 E = 0,527
Ct = 19,975 menit
Sehingga :
Q = (60 x 7 / 19,975 )x 0,527
= 21.026 x 0,527
= 11,0808 m3/jam LM
Jadi, produktivitas alat dump truck menggunakan data perhitungan adalah 11.0808
m3/jam LM

4.8 Perbandingan Produktivitas Alat Teoritis dan Lapangan


1. Back Hoe
 Dalam perhitungan berdasarkan data perhitungan didapat hasil produktivitas alat
sebesar : 76,80008 m3/jam LM
 Dalam perhitungan dengan data survey didapat hasil produktivitas alat sebesar :
26,09709 m3/jam LM
2. Dump Truck
 Dalam perhitungan berdasarkan data perhitungan didapat hasil produktivitas alat
sebesar : 30,4818766 m3/jam LM
 Dalam perhitungan dengan survey didapat hasil produktivitas alat sebesar : 11,0808
m3/jam LM

4.9 Perbandingan Waktu Siklus Alat Teoritis dan Lapangan


1. Back Hoe
 Dalam perhitungan berdasarkan data perhitungan didapat hasil waktu siklus alat
sebesar : 0,175 menit
 Dalam perhitungan dengan data survey didapat hasil waktu siklus alat sebesar :
0,5155 menit
2. Dump Truck
 Dalam perhitungan berdasarkan data perhitungan didapat hasil waktu siklus alat
sebesar : 7,3027 menit
 Dalam perhitungan dengan survey didapat hasil waktu siklus alat sebesar : 19,975
menit
4.10 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
4.10.1 HSP Excavator
Nama Alat : Excavator Kobelco SK75, 157 Hp
Negara Pembuat : Jepang
Tahun Pembuat : 2004
Kapasitas : 0,4 m3
Umur Ekonomis : 5 tahun
Jam kerja/tahun : 2000 jam/tahun
Harga Pokok : Rp. 2.000.000.000
Harga Ban :
Nilai Sisa : 10% x Rp.2.000.000.000
:Rp. 200.000.000
Harga Penyusutan : : Rp. 2.000.000.000 - Rp.200.000.000
:Rp. 1.800.000.000
BIAYA LANGSUNG
Biaya Kepemilikan
Penyusutan : Rp.1.800.000.000/(5x2000)
: Rp 1.800.000 /jam
Bunga modal,asuransi : I (UE+1)/2.UE)x (Hp/h)
: 10% ( 5+1)/2.5) x ( Rp.2.000.000.000/2000)
Rp 1.500.000
Kepe milikan : Penyusutan + Bunga modal, asuransi
Rp3.300.000 /jam
Biaya Operasional
Bahan Bakar : (0.80 x N x S/E)x Hbbm
: (0.80 x 157 x 0.15)/0.56 x Rp. 9.800
Rp. 329.700 / jam
Pelumas Mesin : [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop
:[(0.13/250) + (0.0003/0.56)] x 157 x Rp. 34.000
Rp 5.635,40 /jam
Pelumas Transmisi : [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop
:[(0.223/1000) + (0.0003/0.56)] x 157 x Rp. 34.000
Rp 4.050,02 /jam
Bahan Hidraulis :[(C/T) + (S/E)] x N. Hbbh
:[(2.875/2000)+ (0.00064/0.56)x 157 x Rp.35.000
Rp 14.179,06 /jam
Bahan Gemuk : S/E x N x Hbbg
: (0.006/0.56) x 157 x Rp.15.000
Rp 25.232,14 /jam
Biaya Operator Rp.25.000 /jam
Biaya Operasional Rp. 403.796,62 /jam
BIAYA ALAT
Biaya Langsung Rp. 403.796,62 /jam
Biaya tak langsung :20% x Biaya Langsung
Rp 80.759,32 /jam
Keuntungan : 15% (Biaya Langsung + Biaya Tak Langsung)
Rp 72.683,39 /jam
Pajak : 10% (Biaya Langsung + Biaya Tak Langsung + Keuntungan)
Rp. 55.723,93 /jam
Biaya Alat Rp 612.963,27 /jam
HARGA SATUAN PEKERJAAN ALAT
HSP. A : B/Q
:
4.10.2 HSP Dump Truck
Nama Alat : HINO 300 DUTRO 130 HD, 127.4 Hp
Negara Pembuat : Jepang
Tahun Pembuat : 2015
Kapasitas : 7 m3
Umur Ekonomis : 7 tahun
Jam kerja/tahun : 2000 jam/tahun
Harga Pokok : Rp 500.900.000
Harga Ban :
Nilai Sisa : 10% x Rp 500.900.000
:Rp 50.090.000
Harga Penyusutan : : Rp 500.900.000- Rp 50.090.000
:Rp 450.810.000
BIAYA LANGSUNG
Biaya Kepemilikan
Penyusutan : Rp 450.810.000/(7x2000)
Rp 32.200,71 /jam
Bunga modal,asuransi : I (UE+1)/2.UE)x (Hp/h)
: 10% ( 7+1)/2. 7) x ( Rp 500.900.000/2000)
Rp 143.114,29 /jam
Kepemilikan : Penyusutan + Bunga modal, asuransi
Rp 175.314,99 /jam
Biaya Operasional
Bahan Bakar : (0.80 x N x S/E)x Hbbm
: (0.80 x 127.4 x 0.15/0.527 )x Rp. 9.800
Rp 284.293 / jam
Pelumas Mesin : [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop
:[(0.13/250) + (0.0005/0.527)] x 127.4 x Rp. 34.000
Rp 6.119,93 /jam
Pelumas Transmisi : [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop
:[(0.223/1000) + (0.0003/0.527)] x 127,4 x Rp. 34.000
Rp 3.431,75 /jam
Bahan Hidraulis :[(C/T) + (S/E)] x N. Hbbh
:[(0.62/2000)+ (0.0003/0.527)x 127.4 x Rp.35.000
Rp 3.920,62 /jam
Bahan Gemuk : S/E x N x Hbbg
: (0.009/0.527) x 127.4 x Rp.15.000
Rp 32.635,67 /jam
Biaya Operator Rp.10.000 /jam
Biaya Operasional Rp. 340.400,97 /jam
BIAYA ALAT
Biaya Langsung Rp. 340.400,97 /jam
Biaya tak langsung :20% x Biaya Langsung
Rp 68.080,19 /jam
Keuntungan : 15% (Biaya Langsung + Biaya Tak Langsung)
Rp 61.272,17 /jam
Pajak : 10% (Biaya Langsung + Biaya Tak Langsung + Keuntungan)
Rp 46.975,33 /jam
Biaya Alat Rp 516.728,66 /jam
HARGA SATUAN PEKERJAAN ALAT
HSP. A : B/Q
:

Anda mungkin juga menyukai