Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi di era modern ini manusia dituntut dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan utama secara cepat dan tepat.
Di dunia teknik sipil pekerjaan yang dilakukan dituntut untuk dapat mencapai target produksi
yang diinginkan, oleh sebab itu dibutuhkan teknologi yang dapat membantu dalam menyelesaikan
target produksi yang ingin dicapai seperti contohnya alat-alat berat.
Alat berat yang kita kenal didalam ilmu teknik sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu
manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur. Penggunaan alat berat yang
kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara
lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah di tentukan, atau kerugian
perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan
attachmentnya, haruslah dipahami fungsi dan aplikasinya. Terdapat beraneka macam alat yang sering
di gunakan dalam pekerjaan konstruksi, tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini hanya gaya-gaya
yang bekerja pada alat-alat berat yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Adapun alat-alat yang
akan di bahas tersebut antaranya : bulldozer, alat pengangkut seperti loader, alat gali atau excavator,
motor grader, dan alat pengangkut jarak jauh seperti dump truck. Disini akan diberikan juga contoh
perhitungan gaya-gaya yang bekerja untuk setiap jenis alat yang akan dibahas.
Pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan
kegiatan penggalian (digging), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), penimbunan (duping),
perataan (preading and leveling) dan pemadatan (compacting) tanah atau batuan dengan
menggunakan alat-alat mekanis (alat-alat berat).
Oleh karena itu peralatan mekanis yang telah diciptakan dapat membantu dan mempermudah
dalam setiap aspek pekerjaan yang dilakukan.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang
menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini
membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon
tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang
bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief

Page | 1
permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor
tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gaya-gaya yang bekerja atau memperngaruhi pada alat berat?
2. Apa saja sifat dan jenis tanah?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja gaya-gaya yang bekerja atau memperngaruhi pada alat berat.
2. Mengetahui dan menyebutkan sifat dsan jenis tanah.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat

Untuk memperkirakan produksi alat berat secara teliti perlu dipelajari faktor-faktor yang secara
langsung dapat mempengaruhi hasil kerja alat tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1)
Tahanan gali (Digging Resistance), (2) Tahanan guling atau tahanan gelinding ( Rolling
Resistance), (3) Tahanan kemiringan ( Grade Resistance), (4) Tahanan Total, (5) Koefisien
Traksi, (6) Rimpull, (7) Percepatan, (8) Elevasi letak proyek, (9) Evisiensi Operator, (10)
Faktor pengembangan atau pemuaian (Swell Factor), dan (11) Berat material.

1. Tahanan Gali ( Digging Resistance )

Tahanan gali (Digging Resistance, sering disingkat DR) merupakan tahanan yang
dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian material, penyebab timbulnya
tahanan ini adalah:

a. Gesekan antara alat gali dan tanah; umumnya semakin besar kelembaban
dan kekerasan butiran tanah, maka semakin besar pula gesekan alat dan
tanah yang terjadi.
b. Kekerasan dari material yang digali.
c. Kekasaran dan ukuran butiran tanah atau material yang digali.
d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara butiran tanah
itu sendiri.
e. Berat Jenis tanah (terutama berpengaruh pada alat gali yang berfungsi
sebagai alat muat, misalnya Power Shovel, Clamshell, Dragline dan
sejenisnya).

Besarnya tahanan gali (DR) tak dapat dicari angka reratanya, oleh karena itu biasanya
langsung ditentukan di tempat.

Page | 3
2. Tahanan Guling/ Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance )

Tahanan guling/ tahanan gelincir ( Rolling Resistance, biasa disingkat RR) merupakan
segala gaya-gaya lyar yang berlawanan arah dengan arah gerak kendaraan yang sedang
berjalan di atas suatu jalur. (Lihat Gambar: 4.1)
Bagian yang mengalami Rolling Resistance (RR) secara langsung adalah ban bagian
luar kendaraan, tahanan guling (RR) tergantung pada banyak faktor, diantaranya yang
terpenting adalah:

a. Keadaan jalan (kekerasan dan kemulusan permukaan jalan); semakin keras


dan mulus atau rata jalan tersebut, maka tahanan gulingnya (RR) semakin
kecil.
b. Keadaan ban yang bersangkutan dan permukaan jalur jalan. Jika memakai
ban karet, maka yang berpengaruh adalah ukuran, tekanan, dan permukaan
dari ban alat berat yang digunakan; apakah ban luar masih baru, atau sudah
gundul, dan bagaimana model kembangan ban itu. Jika menggunakan
Crawler yang berpenaruh adalah kondisi jalan

Besarnya RR dinyatakan dalam pounds (lbs) dan Rimpull yang diperlukan untuk
menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur mendatar, dan
dengan kondisi jalan tertentu.

Arah gerak truck

RR RR RR

Gambar: 4.1. Arah Tahanan Gulir (RR)

Page | 4
Contoh 1 :

Jalur jalan yang dibuat dari perkerasan tanah dilewati leh truck dengan tekanan ban 35 – 50
lbs. Diperkirakan roda tersebut memiliki tahanan gulir (RR) sebesar 100 lbs/ ton. Jika berat
kendaraan dan isinya 20 ton, hitung besarnya kekuatan tarik yang diperlukan oleh mesin itu
pada roda kendaraan (Rimpul) agar kendaraan tersebut dapat bergerak.

Jawab:

Rimpull (RP) = Berat kendaraan x RR


= 20 ton x 100 lbs/ ton
= 200 lbs.

Pada prakteknya menentukan RR sangat sukar dilakukan, sebab dipengaruhi oleh ukuran dan
tekanan ban, serta kecepatan kendaraan. Untuk perhitungan praktis RR dapat dihitung
menggunakan rumus:

RR = CRR x Berat Kendaraan Beroda


RR = Tahanan Guling (lbs/ gross ton)
CRR = Koefisien Tahanan Guling (lihat Tabel: 4.1)

Tabel: 4.1. Angka Tahanan Gulir dinyatakan dalam persen (*)

Jenis Permukaan
Jalan RR (% berat kendaraan dalam Lbs)
Roda karet Crawler
Beton yang kasar dan kering 2% -
Perkerasan tanah dn batu yang terpelihara baik 2% -
Anah urug kering dengan pemadatan sederhana 3% -
Tanah urug lunak dengan penetrasi sekitar 4” 8% -
Tanah/ pasir lepas dan batu pecah 10% 4%
Jalan
makadam 3% 5%
Perkerasan
kayu 3% 3%
Jalan datar tanpa perkerasan, kering 5% 4%
Kerikil tidak
dipadatkan 15% 12%
Pasir tidak dipadatkan 15% 12%
Tanah lumpur - 16%

Page | 5
Contoh 2 :

Jalur jalan yang dibuat dari perkerasan tanah dan batu dilewati oleh truck dengan berat total
kendaraan beserta isinya sebesar 20 ton. Berapa nilai Rolling Resistance (RR) kendaraan
tersebut?

Penyelesaian:

Dengan jenis jalan perkerasan tanah dan batu, dari tabel didapat nilai C RR sebesar 2%

Maka, nilai RR:

RR = CRR x W

RR = 2% x 20 ton = 0,4 ton

3. Tahanan Kemiringan ( Grade Resistance )

Grade Resistance (GR) adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu
gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilalui. Jika jalur jalan itu naik disebut
kemiringan positif, Tahanan Kemiringan atau Grade Resistance (GR) akan melawan gerak
kendaraan; tetapi sebaliknya, jika jalan itu turun disebut kemiringan negatif, tahanan
kemiringan akan membantu gerak kendaraan (Gambar: 4.2).

Page | 6
a. GR Positif b. GR Negatif

Page | 7
Gambar 4.2
Tahanan
Kemiringan
(GR)

Page | 8
Tahanan kelandaian tergantung pada dua faktor yaitu:
a. Besarnya kemiringan (dinyatakan dalam %)
b. Berat kendaraan itu sendiri (dinyatakan dalam Gross-ton)

Secara umum Tahanan Kelandaian dapat dihitung dengan rumus :

GR = k x W

Dengan:
W = Berat kendaraan (ton)
k = Kelandaian (%)
Catatan:
Apabila jalan menurun, maka nilai k menjadi minus (-)

Page | 9
Tabel. Konversi Nilai k dengan Derajat Kelandaian

Contoh Soal:
Sebuah truk melewati jalan mendaki dengan kemiringan sebesar 5 o. Berat total kendaraan
beserta muatan truk adalah sebesar 18 ton. Hitung nilai tahanan kelandaian yang dialami oleh
truk tersebut !
Penyelesaian:
Dengan kemiringan sebesar 5o, maka konversi nilai k yang didapat dari tabel adalah sebesar
8,7%

GR = k x W
GR = 8,7% x 18 ton
GR = 1,57 ton

4. Tahanan Total
Tahanan Total (Total Resistance) merupakan kumulatif dari tahanan gelinding (RR)
dan tahanan kelandaian (GR). Nilai tahanan total diiperlukan untuk perhitungan:
- Penggunaan kurva rimpull
- Brake performance (kemampuan rem)
- Travel time (lama perjalanan)
Sesuai dengan definisinya, tahanan total dapat dihitung dengan rumus:

TR = RR + GR

Dengan:
RR = Tahanan gelinding (%)
GR = Tahanan kelandaian (%); bernilai positif saat tanjakan dan negatif saat
Penurunan

Page | 10
Contoh Soal
Sebuah wheel tractor bergerak dijalan yang keras dan halus dengan C RR 60 Lbs/ton dan slope
tanjakan sebesar 3%. Berapakah total resistance (TR) kendaraan tersebut?
Penyelesaian
CRR diubah dari Lbs/ton menjadi persen (%)  20 Lbs/ton = 1%
Maka CRR = 60 Lbs/ton = 3%
TR = RR + GR
TR = 3% + 3%
TR = 6%

Page | 11
5. Koefisien Traksi (CT)

Koefisien Traksi (CT) adalah faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh kendaraan
itu pada ban atau truck yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi CT adalah
suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban penggerak itu harus dikalikan untuk
menunjukkan Rimpull maksimum antara ban dengan jalur jalan , tepat sebelum roda itu selip.
Jika terdapat geseran yang cukup antara permukaan roda dengan permukaan jalan, maka
tenaga mesin tersebut data dijadikan tenaga traksi yang maksimal. (Gambar: 4.3)

Rumus: Traksi Kritis = CT x Berat total kendaraan

Berat Alat (W)

Arah Gerak
Ft

Page | 12
Permukaan Tanah
FR1 Gaya Perlawanan Gerak

Page | 13
θ

WS = Berat Total
Alat (W)

Gambar: 4.3. Koefisien Traksi

Contoh 1 :
Jumlah berat kendaraan yang diterima oleh roda kendaraan = 800 lbs. Berdasarkan percobaan-
percobaan diketahui bila hanya tersedia Rimpull seberat 4800 lbs saja, maka roda akan selip.
Hitunglah koefisien traksi (CT)

Jawab:

Jika Rimpull yang tersedia besarnya 4800 lbs, berarti traksi kritis dari kendaraan tersebut
= Rimpull.
Traksi Kritis = Rimpull = CT x Berat Total Alat (W)
Traksi Kritis = CT x W
4800 lbs = CT x 8000 lbs
CT = 0,60

Besarnya CT tergantung pada:

a. Kondisi ban yang meliputi: macam dan bentuk kembangannya; untuk


crawlwer truck tergantung pada keadaan dan bentuk trucknya.
b. Kondisi permukaan jalan (basah, kering, keras, lunak, rata, bergelombang,
dan sebagainya)
c. Berat kendaran yang diterima oleh roda.

Page | 14
Variasi faktor yang mempengaruhi Koefisien Traksi tidak dapat diberikan secara pasti, tetapi
dapat diberikan seperti tabel koefisien traksi berikut:
Tabel Variasi Koefisien Traksi

Secara umum, nilai koefisien traksi (CT) dapat ditentukan apabila nilai Traksi Kritis dan
Berat Kendaraan diketahui, sehingga:
Apabila hanya koefisien traksi (CT) yang diketahui, maka nilai traksi kritis dapat ditentukan
dengan cara:
Contoh Soal:
Jumlah berat suatu kendaraan (W) = 20 ton, dengan total berat yang diterima oleh roda
sebesar 50%. Kendaraan berjalan pada tanah pasir kering dengan nilai RR = 250 lbs/ton; GR = 20
lbs/ton dengan slope kelandaian jalan sebesar 5%. Analisa apakah kendaraan tersebut
mengalami selip!
Penyelesaian :
Berdasarkan tabel koefisien traksi, nilai CT pasir kering = 0,20
TK = CT x W x 50%
TK = 0,20 x 20 x 50%
TK = 2 ton = 4000 lbs
Tarik untuk mengatasi RR = W x RR
= 20 x 250 lbs/ton
= 5000 lbs
Tarik untuk mengatasi GR = W x GR x k
= 20 x 20 x 5%
= 2000 lbs
Tarik Total = 5000 + 2000
= 7000 lbs
Dari hasil perhitungan, didapat nilai
Tahanan Kritis = 4000 lbs
Tarik total = 7000 lbs

Page | 15
Nilai TK < Tarik total, jadi kendaraan tidak mengalami selip

Page | 16
Contoh 2.

Jumlah berat suatu kendaran (W) = 20 ton (40.000 lbs), seluruhnya diterima oleh roda
penggerak. Kendaraan tersebut akan bergerak pada jalur jalan tanah liat yang kering.
Tahanan guling (RR) 100 lbs/ ton, kemiringan jalan = 5%. Coba analisa, apakah rodak
kendaraan itu tidak selip?

Jawab:

Menurut Tabel: 4.2, CT untuk tanah liat kering = 0,50

Traksi Kritis (TK) = CT x W


= 0,50 x 40.000 lbs
= 20.000 lbs

Kekuatan tarik =W x GR x kemiringan

= 20 ton x 20 lbs/ ton berat kendaraan /1% kemiringan x 5%


= 2000
lbs

Jadi untuk menahan agar supaya truck tidak melorot turun, diperlukan gaya tarik yang
besarnya minimum 2000 lbs juga.

Rimpull = Kekuatan tarik + Gaya tarik truck agar tidak melorot.


= 2.000 lbs + 2.000 lbs
= 4.000 lbs.
20.000 lbs > 4.000 Lbs
TK > Rimpull

Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin atau ban
penggerak yang menyentuh tanah.

Traksi Kritis (TK) adalah jumlah tenaga yang diperlukan untuk menarik kendaaan itu

Jika jumlah tenaga yang diperlukan untuk menarik kendaraan itu (traksi kritis) besarnya =
20.000 lbs, sedangkan kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin/ ban penggerak yang
menyentuh tanah (Rimpull) besarnya = 4.000 lbs, maka disimpulkan bahwa roda kendaraan
itu selip.

Contoh 3.
Kendaraan yang sama, tetapi roda penggerak dianggap hanya menerima 50% dari berat total
kendaraan seluruhnya (W). Coba analisa apakan kendaraan itu masih tetap saja selip?

Jawab:

TK = CT x W x 50%
= 0,50 x 40.000 lbs x 50%
= 10.000 lbs
Menurut contoh 1 besarnya Rimpull = 4.000 lbs
Jadi TK = 10.000 lbs > Rimpull (=4.000 lbs) ------- Kendaraan masih tetap selip.

Contoh 4.
Kendaraan yang sama berjalan pada tanah pasir lepas dengan RR = 250 lbs/ ton berat
kendaraan. Jika berat kendaraan yang diterima oleh roda besarnya 50%, coba analisa apakah
kendaraan tersebut selip?
Jawab:

Menurut Tabel 4.2, CT untuk pasir kering yang lepas = 0,20


TK = CT x W x 50%
4.000
Rimpull untuk mengatasi RR = W x RR
= 20 ton
0,20 xx 250 lbs/ ton
lbs x 50%
TK = 5.000 lbs
4.000 lbs
Rimpull untuk mengatasi GR = W x GR x Kemiringan
= 20 ton x 20 lbs/ ton/ 1% x 5%
= 2.000 lbs
Rimpull total = 5.000 lbs + 2.000 lbs
= 7.000 lb

TK = 4.000 lbs TK < Rimpull


Rimpull total = 7.000 lbs Jadi Kendaraan tidak selip
6. Rimpull

Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin atau ban penggerak
yang menyentuh permukaan jalur jalan dari suatu kendaraan. Rimpull biasanya dinyatakan
dalam satuan kg atau lbs.

Jika Koefisien Traksi (CT) cukup tinggi sehingga roda tidak selip, atau CT mampu
menghindari selip, maka besarnya Rimpull maksimum yang dapat diberikan oleh mesin/ ban
kendaraan adalah fungsi dari tenaga mesin (dalam Horse Power) dan
verseneling antara mesin dan rodanya.
Jadi: RP = (HP x 375 x Efisiensi mesin)/ (Kecepatan mesin dalam mph)

Keterangan rumus: RP = Rimpull (Kekuatan t arik kendaraan) lbs


HP = Horse Power (Tenaga mesin) HP
375 = Angka konversi
Efisiensi mesin = 80 – 85%

Tetapi jika ban kendaraan telah selip, maka besarnya Rimpull dihitung sama dengan tenaga
pada roda penggeraknya dikalikan CT .

Jadi saat selip RP = Tenaga Roda Penggerak x CT

Contoh 1.

Traktor dengan kekuatan 160 HP, menggunakan roda karet, berjalan pada gigi 1 dengan
kecepatan 3,6 mph (mile per hour= mil/ jam). Hitung Rimpull maksimum yang dapat diberikan
oleh roda itu.
Jawab:

Traktor roda karet, kondisi yang tidak selip.

Menurut rumus Rimpull (RP) = (HP x 375 Efisiensi mesin)


Kecepatan (mph)

RP = 160 x 375 x0,80


3,6
RP = 13.500 lbs
Contoh 2.

Buldoser 140 HP, roda karet bergerak pada versenelling 1 dengan kecepatan 3,25 mph. Hitung Rimpull
maksimum yang dapat diberikan oleh roda buldoser itu

Jawab:

Kondisi kendaraan tidak selip.

RP = (HP x 375 Efisiensi mesin)


Kecepatan (mph)

= (140 x 375 x 0,85)


3,25
= 13.730 lbs

Rimpull tidak dapat dihitung pada roda rantai ( Crawler); istilah yang dipakai penggantinya
adalah Draw Pull Bar (DPB). Dalam DPB pada traktor, mesin traktur harus mampu untuk
menahan:

- Tahanan guling (RR) dan tahanan kemiringan (GR)


- Tahanan gulir dan tahanan kemiringan dari alat yang ditariknya.

Contoh 3.

Sebuah traktor/ buldoser yang beratnya (W) 15 ton, bergerak di atas jalur jalan yang
mempunyai tahanan gulir (RR) 100 lbs/ ton, dengan kemiringan jalan sebesar 5%. Buldoser
itu berjalan pada versenellling 1 dan memiliki DPB maksimum sebesar 28.019 lbs. Hitung
DPB yang dapat digunakan untuk menarik muatan lain.
Jawab:

DPB Maksimum = 28.019 lbs.


DPB untuk mengatasi RR = W x RR
= 15 ton x 100 lbs/ ton
= 1.500 lbs
DPB untuk mengatasi GR = W x GR x kemiringan jalan
= 15 ton x 20 lbs/ton/ 1% x 5%
= 1.500 lbs

DPB Total = DPB untuk mengatasi RR + DPB untuk mengatasi GR


= 1.500 lbs + 1.500 lbs
= 3.000 lbs

DPB untuk menarik muatan = DPB Maksimum - DPB Total


= 28.019 lbs - 3.000 lbs
= 25.019 lbs

Rimpull tergantung pada HP dan kecepatan gerak dari alat berat tersebut. Biasanya pabrik
telah memberikan pedoman tentang berapa besar kecepatan maksimum dan
Rimpull yang dapat dihasilkan oleh masing-masing gigi verseneling seperti terdapat pada

Tabel 4.3. Contoh Kecepatan Maksimum pada masing-masing versenelling (*)


Versenelling ke Ban karet (140 hp) Crawler (15 ton)
Kec (mph) RP (lbs) Kec (mph) DPB (lbs)
1 3,25 1.730 1,72 28.019
2 7,10 6.285 2,18 22.699
3 12,48 3.576 2,76 17.265
4 21,54 2.072 3,50 13.769
5 33,86 1.319 4,36 10.074
6 --- --- 7,00 5.579
(
Sumber: Prodjosumartono.

7. Percepatan ( Acceleration )
Percepatan (Acceleration) adalah waktu yang diperlukan untuk mempercepat
kendaraan dengan memakai kelebihan Rimpull yang tidak digunakan untuk menggerakkan
kendaran pada jalur tertentu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan
tergantung pada beberapa faktor yaitu:

a. Berat kendaraan; semakin berat kendaraan beserta isinya, semakin lama


waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan tersebut untuk menambah
kecepatannya.
b. Kelebihan Rimpull yang ada.; semakin besar kelebihan Rimpull pada suatu
kendaraan, maka semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat.

Percepatan tak mungkin dihitung secara tepat, tetapi dapat diperkirakan memakai rumus
Hukum Mewton.

F = (W x a)
G
a = (F x g)
W
Keterangan Rumus:

F = Kelebihan Rimpul (lbs)

G = Percepatan karena gaya gravitasi = 32,2 ft/ det 2

W = Berat kendaraan beserta isinya (lbs)


a = Percepatan (ft/ det2)

Contoh 1.

Suatu alat berat dengan bobot 1 ton ( 2000 lbs) mempunyai kelebihan Rimpull sebesar 10
lbs. Jika kelebihan Rimpull tersebut digunakan untuk menambah kecepatan, berapakah
percepatan maksimum yang dapat dihasilkan?
Jawab:

a = (Fxf)/W
=
(10 lbs x 32,2 ft/ det2)
2.000 lbs
=
0,161 ft/ det2
=
0,11 mph/ det

Catatan: 1 mil = 1,61 km = 1.610 m


1 ft = 0,30 m

Jadi dalam satu menit kecepatannya bertambah sebesar 0,11 x 60 = 6,6 mph.
Biasanya untuk perhitungan percepatan digunakan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan
menghitung kecepatan rata-ratanya.

Kecepatan rata-rata = Kecepatan maksimum x Faktor Kecepatan


Faktor kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh, semakin jauh jarak yang ditempuh;
tanpa memperhatikan bagaimana kondisi jalur jalan yang ditempuh semakin jauh jalan yang
ditempuh, berarti semakin besar pula faktor ketepatan itu. Tabel 4.4 di bawah ini
menunjukkan beberapa faktor kecepatan dan jarak yang ditempuh.

Tabel 4.4. Hubungan Faktor Kecepatan dan Jarak yang Ditempuh. *]


Jarak yang Ditempuh (ft) Faktor Kecepatan
500 – 1.000 0,46 – 0,78
1.000 – 1.500 0,59 – 0,82
1.500 – 2.000 0,65 – 0,82
2.000 – 2.500 0,69 – 0,83
2.500 – 3.000 0,73 – 0,83
3.000 – 3.500 0,75 – 0,84
3.500 – 4.000 0,77 – 0,85
*]
Prodjosumarto.

Contoh 2.
Sebuah Dump truck bergerak pada versenelling 3 di atas jalur jalan dengan kecepatan
maksimum 12,48 mph. Truck itu menempuh perjalanan sepanjang jarak 1250 ft. Hitung
keceptan rata-rata dari Dump truck tersebut.
Jawab:

Faktor kecepatan pada jarak 1250 ft didapat dari cara interpolasi Tabel 4.4.

= (1250 – 1000) x (0,82 – 0,59) + 0,59


(1500 –1000)

= 0,705 ∞ 0,70
Faktor
Kecepatan rata-rata = Kecepatan maksimum x kecepatan
= 12,48 x 0,70
= 8,74 mph.

8. Elevasi Letak Proyek

Elevasi berpengaruh terhadap hasil kerja mesin, karena kerja mesin dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur udara luar. Berdasarkan pengalaman, kenaikan 1000 ft (300m)
pertama dari permukaan laut, tidak akan berpengaruh pada mesin-mesin empat tak; tetapi
untuk selanjutnya setiap kenaikan 1000 ft ke dua (dihitung dari permukaan laut) HP rata-rata
berkurang sebesar + 3%; sedangkan pada mesin-mesin 2 tak, kemerosotannya berkisar 1%.

Contoh
Pada permukaan laut sebuah mesin empat tak dengan tenaga 100 HP; Jika mesin itu dibawa
pada proyek yang berada pada elevasi 10.000 ft (3.000 m) di atas permukaan laut, berapa
besar HP yang dimiliki alat itu?

Jawab:

Hp pada permukaan laut = 100 HP Penurunan karena ketinggian

HP efektif alat
= 3% x 100 x (10.000 – 1.000)
1.000
= 27 HP
= 100 HP - 27 HP
= 73 HP

9. Efisiensi Operator

Faktor manusia sebagai operator alat sangat sukar ditentukan dengan tepat, sebab
selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan dari jam ke jam, tergantung pada keadaan
cuaca, kondisi alat yang dikemudikan, suasana kerja dan lain-lain. Biasanya memberikan
perangsang dalam bentuk bonus dapat mempertinggi efisiensi operator alat. Dalam bekerja
seorang operator tak akan dapat bekerja selama 60 menit secara penuh, sebab selalu ada
hambatan-hambatan yang tak dapat dihindari seperti pengantian komponen yang rusak,
memindahkan alat ke tempat lain, dan sebagainya.

Pada Tabel 4.5 diberikan beberapa nilai efisiensi operator.


Tabel 4.5. Nilai Evisiensi Operator.(*)
Jenis Alat Kriteria Evisiensi per-jam
Baik Sekali Sedang Kurang
(malam hari)
Crawler 55 menit 50 menit 45 menit
(92%) (83%) (75%)
Ban Karet 50 menit 45 menit 40 menit
(83%) (75%) (67%)
(
Sumber: Prodjosumarto

Beberapa pengertian untuk menentukan kondisi alat dan efisiensi pengunaannya.

a. Avability Index (AI)

Avability Index (AI) adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi dari alat tersebut
sesungguhnya.

AI = W x 100%
W+R
Keterangan
Rumus: AI = Ability Index (%)
Jumlah Jam Kerja
W = (jam)
R = Jumlah jam untuk perbaikan alat (jam)

b. Physical Avaibility (PA)

Adalah satatan tentang kondisi fisik dari alat yang digunakan

PA = W+S x 100%
W+R+S
Keterangan
Rumus:
PA = Psycal Ability (%)
S = Jumlah jam suatu alat yang tidak rusak tapi tidak digunakan
W+R+S = Jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi

c. Use of Ability (UA)

Menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada
saat alat itu digunakan.

UA = W x 100%
W+S
UA menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang digunakan itu.

d. Effective Utilization (EU)

Pengertian EU sebenarnya sama saja dengan pengertian efisiensi kerja, yaitu menunjukkan
berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia itu dapat dimantaatkan untuk bekerja
secara produktif.

EU = Wx 100%
W+R+S

Contoh 1.

Dari hasil rekaman operator Shovell, dalam setiap bulan dicatat data sebagai berikut:
Jumlah jam kerja (W) = 300 jam
Jumlah jam untuk perbaikan alat (R) = 100 jam
Jumlah jam alat suap tunggu (S) = 200 jam
Hitung: AI, PA, AU, EU
Jawab:

AI = W x 100 %
W + R
= 300 jam/ (300 + 100 jam) x 100%

AI = 75%

PA = W + S x 100%
W+R+S
= (300+ 200) x 100%
(300 + 100 + 200)jam

PA = 82%

AU = S x 100%
W+S
= 300 jam x 100%
(300 + 200) jam

AU = 60%

EU = W x 100%
W+R+S
= 300 jam x100%
(300 + 100 + 200) jam

EU = 50%

Contoh 2.

Dari rekaman Shovell yang lain dan dengan operator yang lain pula tercatat data sebagai berikut:
W = 450 jam
R = 150 jam
S =0 jam (berarti tak ada alat yang sampai menunggu)

Hitung: AI, PA, AU, EU, lalu analiasa operator mana yang bekerja lebih efisien

Jawab:
AI = W x 100 %
W + R

= 450 jam/ (450 + 150 jam) x 100%

AI = 75%

PA = W + S x 100%
W+R+S
= (450+ 0) x 100%
(450 + 150 + 0)jam

PA = 75%

AU = S x 100%
W+S
= 450 jam x 100%
(450 + 0) jam

AU = 100%
EU = W x 100%
W+R+S
= 450 jam x100%
(450 + 150 + 0) jam

EU = 75%

Analisa efisiensi kerja operator

Kondisi dan efisiensi Operator 1 Operator 2


Penggunaan Alat (%)
AI 75 75
PA 82 75
AU 60 100
EU 50 75
Dari tabel tersebut terlihat bahwa cakra kerja operator 2 lebih baik dari operator 1.
10. Faktor Pengembangan dan Pemuaian ( Swell Factor )

Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam kondisi terkonsolidasi
dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong atau ruangan yang terisi udara diantara
butirannya sangat sedikit, namun demikian jika material tersebut digali dari tempat aslinya,
maka terjadilah pengembangan atau pemuaian volume. Tanah asli yang di alam volumenya 1
m3, jika digali volumenya bisa bertambah sebesar 1,25%, ini terjadi karena tanah yang digali
mengalami pengembangan dan pemuaian dari volume semula akibat ruang antar butirannya
yang membesar.
Faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu diketahui, sebab pada
waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah volume dalam kondisi Bank
Yard, yaitu volume aslinya seperti di alam. Akan tetapi pada waktu perhitungan penangkutan
material, volume yang dipakai adalah volume material setelah digali, jadi material telah
mengembang sehingga volumenya bertambah besar.
Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari kemampuan alat itu
mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi bila kapasitas munjung dikalikan dengan
faktor pengembangan material yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard Capacity-nya. Tetapi
sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain dengan alat pemadat
mekanis, maka volume material tersebut menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena
material menjadi benar-benar padat, jika 1 m 3 tanah dalam kondisi Bank Yard dipadatkan,
maka volumenya menjadi sekitar 0,9 m 3, tanah mengalami penyusutan sekitar 10%.Beberapa
angka pemuaian dan penyusutan jenis material galian disajikan pada Tabel. 4.6.

Tabel 4.6. Angka Penyusutan/ Pemuaian Tanah (SF)*)

Jenis Tanah Kondisi Tanah Kondisi tanah yang akan dikerjakan


Semula Tanah Asli Tanah Lepas Tanah Padat
Pasir (A) 1,00 1,11 0,95
(B) 0,90 1,00 0,86
(C) 1,05 1,17 1,00
Tanah liat (A) 1,00 1,25 0,90
berpasir/ (B) 0,80 1,00 0,72
Tanah biasa (C) 1,11 1,39 1,00
Tanah liat (A) 1,00 1,25 0,90
(B) 0,70 1,00 0,63
(C) 1,11 1,59 1,00
Tanah liat (A) 1,18 1,13 1,03
bercampur (B) 1,00 1,00 0,91
kerikil (C) 1,09 1,10 1,00
Kerikil (A) 1,00 1,13 1,03
(B) 0,88 1,00 0,91
(C) 1,97 1,10 1,.00
Kerikil kasar (A) 1,00 1,42 1,29
(B) 0,70 1,00 0,91
(C) 1,77 1,10 1,00
Pecahan (A) 1,00 1,65 1,22
cadas atau (B) 0,61 1,00 0,74
batuan lunak (C) 1,82 1,35 1,00
Pecahan (A) 1,00 1,70 1,31
granit atau (B) 0,59 1,00 0,77
batuan keras (C) 1,76 1,30 1,00
Pecahan Batu (A) 1,00 1,75 1,40
(B) 0,57 1,00 0,80
(C) 1,71 1,24 1,00
Batuan hasil (A) 1,00 1,80 1,30
peledakan (B) 0,56 1,00 0,72
(C) 0,77 1,38 1,00
Keterangan: (A) = tanah Asli (B) Tanah Lepas (C) Tanah Padat
*)
Sumber: Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan Manggunakan Alat-alat Berat.
[Rochmanhadi, 1985].

Contoh 1.

Sebuah Power Scrapper memiliki kapasitas munjung 15 yd 3, akan digunakan untuk


mengangkut tanah liat. Berapakah kapasitas alat sebenarnya mampu mengangkut tanah liat
asli?
Jawab:

Menurut Tabel 4.6, tiap 1 bagian tanah liat asli bila digali akan mengembang menjadi
1,25 bagian.

Kapasitas munjung = 1,25 x kapasitas tanah liat asli


15 yd3 = 1,25 x kapasitas tanah liat asli
Kapasitas tanah liat asli = (15/ 1,25) cu yd
= 120 cu yd.
Contoh 2.
Bila tanah liat tersebut untuk urugan yang dipadatkan, berapa volume padatnya?

Jawab:
Volume padat = volume asli x 0,90
= 120 cu yd x 0,90

= 108 cu yd.

11. Berat Material

Berat material yang diangkut oleh alat-alat angkut dapat berpengaruh pada:

a. Kecepatan kendaraan dengan HP yang dimiliinya,

b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan


tahanan gulir dari jalur jalan yang dilalui,
c. Membatasi volume material yang diangkut.

Oleh sebab itu, berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas
alat muat maupun alat angkat. Bobot isi dan faktor pengembang dari berbagai material
terdapat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Berat Jenis Tanah Asli, Berat Jenis Tanah Lepas % Kembang *)

Berat Jenis
Material Tanah Asli % Berat Jenis Tanah Lepas
Kg/
m3 Lb/ cu yd Kembang Kg/ m3 Lb/ cu yd
(Asli) ( Bank ) (Lepas) ( Loose )
Bauksit 1920 3200 33 1440 2400
Caliche 2280 3800 82 1260 2100
Cinders 870 1450 52 570 950
Karnotit, Bijih Uranium 2220 3700 35 1650 2750
Lempung
Tanah liat asli 2040 3400 22 1680 2800
Kering untuk digali 1860 3100 23 1500 2500
Basah untuk digali 2100 3500 25 1680 2800
Lempung & Kerikil
Kering 1680 2800 41 1200 2000
Basah 1860 3100 11 1680 2800
Batu Bara:
Antrasit muda 1620 2700 35 1200 2000
Tercuci 1500 2500 35 1110 1850
Bitumen muda 1290 2150 35 960 1600
Tercuci 1140 1900 35 890 1400
Batu Lapukan:
75% batu 25% tanah biasa 2820 4700 43 1980 3300
50% batu 50% tanah biasa 2310 3850 33 1740 2900
25% batu 75% tanah biasa 1980 3300 25 1590 2650
Tanah kering
Padat 1920 3200 25 1530 2550
Basah 2040 3400 27 1620 2700
Lanau (loam) 1560 2600 23 1260 2100
Batu Granit Pecah 2760 4600 64 1680 2800
Kerikil siap pakai 2190 3650 12 1950 3250
Kerikil kering 1710 2850 12 1530 2550
Kering ¼ ‘ sd 2” (6 sd 51 mm) 1920 3200 12 1710 2850
Basah ¼ ‘ sd 2” (6 sd 51 mm) 2280 3800 12 2040 3400
Pasir & tanah liat lepas 2040 3400 27 1620 2700
Pasir & tanah liat padat --- --- --- 2430 4050
Gips dengan pecahan agak besar 3210 5350 75 1830 3050
Gibs dengan pecahan lebih kecil 2820 4700 75 1620 2700
Hematit, bijih besi 2940 4900 18 2490 4150
Batu kapur pecah 2640 4400 69 1560 2600
Magnetit, bijih besi 3300 5500 18 2820 4700
Pyrit, bijih besi 3060 5100 18 2610 4350
Pasir Batu 2550 4250 67 1530 2550
Pasir kering lepas 1620 2700 12 1440 2400
Sedikit basah 1920 3200 12 1710 2850
Basah 2100 3500 12 1740 2900
Pasir & Kerikil Kering 1950 3250 12 1740 2900
Basah 2250 3750 10 2040 3400
Slag - Pecah 2970 4950 67 1770 2950
Batu - Pecah 2970 4950 67 1620 2700
4260
Takonit sd 7100 sd 75 - 72 2460 sd 4100 sd
5670 9450 3240 5400
Tanah Permukaan (Top Soil) 1380 2300 43 960 1600
Traprock - pecah 2640 4400 49 1770 2950

Catatan :
1 lb = 0,4536 kg ;1 cu yd = 0,76455 m3; 1 lb/ cu yd = 0,5933 kg/m3 ∞ 0,6 kg/ m3
*)
Sumber; Prodjosumarto
B. Jenis-Jenis Dan Sifat Sifat Tanah

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik
yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang
unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut
sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-
proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. (wikipedia)

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat,
menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami
modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief
permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

Dalam bidang teknik sipil tanah merupakan hal vital yang harus diketahui jenis dan sifatnya,
hal ini dikarenakan setiap jenis tanah memiliki cara penanganan yang berbeda-beda agar proses
kerja dapat dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Berikut ini beberapa jenis-jenis tanah dan
sifatnya :

1. Jenis-Jenis Tanah

a) Tanah Humus

Ciri-ciri tanah humus:

 Tanah humus adalah hasil dari pembusukan


tumbuh-tumbuhan serta memiliki kandungan
unsur hara dan mineral paling banyak
diantara semua tanah. subur
 Paling banyak dijumpai diwilayah yang beriklim tropis
 warna lapisan tanah adalah gelap kecoklatan serta gembur
 sangat subur, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertanian
 merupakan lapisan tanah paling atas

b) Tanah Gambut

Tanah gambut ini merupakan hasil dari


tanaman yang pembusukannya tidak
sempurna, sehingga memiliki kandungan
bahan organik yang sangat tinggi. Kita biasa
menjumpai tanah gambut ini di lahan yang
basah contohnya pantai, rawa, danau dan
sebagainya. Hampir separuh dari lahan basah
di bumi adalah tanah gambut.Keberadaan
tanah gambut ini sangat dibutuhkan karena dia mampu menyimpan karbon dan air dalam
jumlah yang besar. Karena kemampuannya itu, kita bisa mendapatkan cadangan air ketika
musim kemarau tiba dan juga aman dari banjir.

Ciri-ciri tanah gambut:

 memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi


 kurang subur karena sifat tanahnya lembek, basah dan lunak
 kadar keasamannya tinggi
 warnanya gelap

c) Tanah Aluvial

Tanah ini bisa juga disebut dengan tanah


endapan. Awalnya adalah lumpur dan pasir
halus yang terbawa sungai kemudian
mengendap di dataran rendah, lembah dan
cekungan di sepanjang daerah sungai. Kondisi
tanah aluvial di persawahan beda dengan
kondisi tanah selain persawahan.
Perbedaannya bisa kita lihat pada warna. Warna tanah aluvial persawahan warnanya adalah
kelabu sedangkan kalau tidak di persawahan warnanya adalah coklat tua.
Berikut sifat dan ciri-ciri tanah aluvial:

 PH lebih rendah dari 6,5


 Terdapat di persawahan dan luar persawahan
 tekstur tanahnya liat atau liat berpasir
 Keras jika waktu kering dan kuat pada waktu lembab
 kaya akan fosfot
 subur, bisa untuk persawahan dan perkebunan

d) Tanah Pasir

Tanah ini merupakan tanah yang


partikelnya paling besar dibandingkan
dengan tanah lainnya. Tanah pasir sendiri
adalah hasil dari pelapukan batuan beku-
beku dan batuan sedimen. Ukuran tiap
partikelnya saja adalah 0,02-2 mm. Kita
biasanya bisa menjumpai jenis tanah ini di
daerah-daerah vulkanik dan pantai

Ciri-ciri tanah pasir:

 Tekstur tanah lemah dan kasar sehingga tidak ada kandungan air, mineral dan unsur hara
 Terdapat kerikil batu
 Pori-porinya sangat besar sehingga mudah dilalui air
 tidak cocok untuk lahan pertanian tetapi sangat cocok untuk bahan banguna

e) Tanah Liat

Tanah liat atau biasa kita panggil tanah


lempung ini merupakan hasil dari proses
pelapukan kerak bumi. Sifatnya yang
lengket membuat kita mudah untuk
membuat suatu bentuk. Tanah ini paling banyak persebarannya di Indonesia, makanya hampir di
setiap daerah pasti ada tanah liat.

Tanah liat ini ada 2 jenisnya yaitu tanah liat primer dengan warna putih atau kusam dan tanah liat
sekunder yang warnanya kehitaman.

Ciri-ciri tanah liat:

 Mengandung leburan alumunium atau silika halus


 Mengandung silikon dan oksigen
 Jika basah maka akan terasa lengket
 Jika kering maka mudah retak dan pecah
 Berwarna agak hitam atau hitam keabu-abuan
 Bisa digunakan sebagai bahan baku untuk kerajinan atau pembuatan batu bata

f) Tanah Kapur
Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah hasil dari pelapukan bebatuan kapur yang
sudah hancur.

Ciri-ciri tanah kapur :

 Tanah ini tidak subur karena tidak memiliki


unsur hara
 Sangat mudah dilalui air
 Berkontribusi sedikit dalam bidang pertanian
 Meskipun tidak subur ternyata tanah ini cocok
digunakan untuk penanaman pohon jati
 Memiliki kandungan kalsium dan magnesium
yang tinggi

g) Tanah Laterit
Tanah laterit berwarna merah bata lantaran terdapat banyak kandungan alumunium dan zat
besi. Di Indonesia tanah ini kayaknya lumayan dikenal di beberapa daerah, terlebih lagi
beberapa daerah di perkampungan atau pedesaan.
Ciri-ciri tanah laterit :

 berwarna merah atau coklat


 mudah menyerap air
 memiliki kandungan bahan organik yang sedang
 kandungan PH netral
 banyak mengandung zat besi dan aluminium,
cocok digunakan untuk pondasi rumah atau
bangunan lain
 mudah menyerap air
 Tekstur tanah merah relatif padat dan kokoh
 mengandung besi, timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel, oksida titanium dan lain-lain
 Merupakan tanah yang sudah berumur tua
 kandungan bahan organiknya sedang

h) Tanah Entisol
Tanah ini tidak beda jauh dengan tanah endosol,
namun bedanya tanah ini merupakan hasil dari proses
pelapukan material gunung berapi contohnya lahar,
debu, pasir dan sebagainya.
Tanah ini juga belum matang karena masih dalam
proses permulaan. Tanah ini bisa kita jumpai di daerah
endapan sungai atau rawa pantai.

Ciri-ciri tanah entisol:

 belum sepenuhnya mengalami pelapukan


 banyak kandungan unsur haranya
 mudah teroksidasi dengan udara
 kelembaban dan kadar PH selalu berubah-ubah
 umumnya teksturnya kasar
 tidak terlalu cocok untuk digunakan sebagai tempat menanam, tetapi bisa apabila dikasih
pupuk organik
 kandungan bahan organik rendah
i) Tanah Mergel
Tanah mergel atau marbarit ini mirip dengan tanah kapur yang juga sama-sama hasil dari
pelapukan batu kapur. Namun yang membedakan antara tanah mergel dan tanah kapur adalah tanah
mergel dicampur dengan bahan lain diantaranya batuan
kapur, tanah liat dan pasir. Tanah ini sebenarnya kurang
subur namun bisa ditanami dengan jenis tanaman
tertentu seperti pohon jati dan palawijaya. Daerah yang
paling banyak tanah mergelnya adalah Solo, Madiun,
Kediri dan Gunung Kidul

Ciri-ciri tanah mergel :

 kesuburannya rendah
 warnanya putih
 pembentukannya dipengaruhi oleh hujan turun yang tidak merata

2. Keadaan Tanah
Dalam melakukan persiapan terhadap pekerjaan pemindahan tanah maka harus
diperhitungkan beberapa keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang
dijumpai dalam pekerjaan pemindahan tanah, yaitu meliputi :
a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan
Ukuran tanah demikian biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran alam, Bank
Measure (BM), ini digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b. Keadaan lepas
Keadaan lepas yakni keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan (disturb), tanah
demikian misalnya terdapat di depan dozer blade, di atas truk, di dalam bucket dan
sebagainya. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam
Loose Measure (LM) yang besarnya sama dengan BM + % Swell x BM (swell =
kembang). Swell ini tergantung dari jenis tanah, dapat dimengerti bahwa LM
mempunyai nilai lebih besar dari BM.
c. Keadaan padat
Keadaan padat ialah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian dipadatkan.
Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih besar atau mungkin juga lebih kecil
dari volume dalam keadaan Bank, hal ini tergantung dari usaha pemadatan yang
dilakukan.

Gambar 1.1. Kondisi Tanah dalam Beberapa Keadaan

Sebagai gambaran pada tabel 1.1 akan diberikan beberapa faktor kembang:
Tabel 1.1. Faktor Kembang Beberapa Jenis Tanah

Sebagai contoh dari tabel tersebut diatas :


Tanah biasa pada keadaan asli (Bank) = 1,00 M3
Swell 20 – 45 % = 0,20 - 0,45 M3
Volume dalam keadaan loose = 1,20 - 1,45 M3
Sebagai catatan bahwa angka-angka dalam tabel 1.1 tidak pasti (exact), tergantung
dari berbagai faktor yang dijumpai secara nyata dilapangan.

Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung faktor kembang dan
faktor susut dapat dilihat berikut :

dimana :
Sw = Swell = % pengembangan
Sh = Shrinkage = % penyusutan
B = Berat tanah keadaan asli
L = Berat tanah keadaan lepas
C = Berat tanah keadaan padat

Cara lain ialah dengan menggunakan Load Factor (LF) ialah


presentase pengurangan density material dalam keadaan asli menjadi
keadaan lepas. LF ditentukan sebagai berikut :

Contoh soal :

1) Pada suatu daerah yang memiliki berat isi tanah asli sebesar 1780 kg/m3,
berat isi tanah gembur sebesar 1550 kg/m3 dan berat isi tanah padat sebesar
2075 kg/m3 . Hitunglah persen pengembangan dan persen penyusutan dari
kondisi tanah tersebut!
Penyelesaian :

2) Tentukan pula Load Factor dari kondisi tanah pada soal no 1!


Penyelesaian
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan peralatan menuntut pengelolaan yang baik dan ketat untuk menghindari
pemborosan dan meningkatkan efisiensi, untuk itu diperlukan suatu manajemen peralatan
sehingga pengelolaan peralatan menjadi lebih menguntungkan dan juga dapat melakukan
perhitungan yang bekerja pada alat berat. Gaya-gaya yang bekerja pada alat berat meliputi :
a. Tahanan Gali (Digging Resistance)
b. Tahanan Guling Atau Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance)
c. Tahanan Kelandaian (Grade Resistance)
d. Tahanan Total
e. Koefisien Traksi
f. Rimpull
g. Percepatan
h. Elevasi Letak Proyek
i. Evisiensi Operator
j. Faktor Pengembangan Atau Pemuaian (Swell Factor)
k. Berat Material

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi


produksivitas alat terdapat perhitungan yang sangat penting dan wajib untuk dipahami agar
dalam suatu proyek dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan menguntungkan.

Jenis-jenis Tanah yang sering digunakan di bidang teknik sipil yaitu :


a. Tanah Humus
b. Tanah Gambut
c. Tanah Aluvial
d. Tanah Pasir
e. Tanah Liat
f. Tanah Kapur
g. Tanah Laterit
h. Tanah Entisol
i. Tanah Mergel

Beberapa keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah


yang dijumpai dalam pekerjaan pemindahan tanah, yaitu meliputi :
1. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan.
2. Keadaan lepas, yakni keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan (disturb).
3. Keadaan padat, ialah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian
Dipadatkan.

B. Saran
Seiring dengan berkembangnya penggunaan alat berat dalam bidang-bidang konstruksi, hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperlancar dan mengefisiensikan waktu kerja. Akan tetapi,
sebaiknya para stakeholder juga bisa memperhatikan efek dari penggunaan alat ini, seperti
contohnya adalah tertutupnya peluang kerja bagi masyarakat dan dampak lingkungan yang
mungkin dapat ditimbulkan dengan penggunaan alat-alat berat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://resashogi.blogspot.co.id/2016/07/faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-alat.html

https://dokumen.tips/documents/gaya-pada-alat-berat-1.html

https://darmadi18.files.wordpress.com/2018/03/000ptm-dan-alat-berat-print.pdf

https://hidupsimpel.com/jenis-jenis-tanah/

Anda mungkin juga menyukai