Saku menjadi terperangah. Ia tidak tahu dari mana datangnya suara itu. Namun, sebelum
sempat pulih dari keterkejutannya, tiba-tiba suara gaib itu terdengar lagi.
“Anakku, esok hari sebelum ayam berkokok ajaklah adik-adikmu menemui kami di tempat
ini. Selain itu, engkau juga harus membawa seekor ayam jantan merah untuk dijadikan
kurban!”
Singkat cerita, keesokan harinya ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya semalam
kepada adik-adiknya. Betapa gembiranya hati Si Bungsu mendengar cerita Si Saku. Ia
sudah tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan kedua orangtuanya yang selama ini
dirindukan.
Tepat tengah malam Saku bersama kedua adiknya berangkat menuju ke puncak bukit
sambil membawa seekor ayam jantan merah pesanan kedua orang tua mereka. Setelah
mereka tiba di puncak bukit, tiba-tiba angin bertiup kencang yang membuat pepohonan
di sekitarnya meliuk-liuk seperti sedang menari.
Begitu tiupan angin berhenti, tiba-tba terlihat dua sosok bayangan berjalan menghampiri
mereka.
Mengerti bahwa kedua sosok itu adalah orangtuanya, Si Bungsu segera berlari ke salah
satu sosok dan memeluknya erat-erat sambil berkata, “Ibu, saya sangat merindukanmu.”
“Kami juga sangat merindukanmu,” jawab Sang Ibu singkat.
Kemudian Sang Ayah membawa isteri dan ketiga anaknya menuju ke dasar jurang.
Sesampainya di sana, ia lalu menyuruh Si Seko untuk segera menyembelih ayam jantan
merah yang dibawanya. Saat darah ayam itu menyentuh bumi, tiba-tiba ada dua ekor
babi yang gemuk muncul di tengah-tengah mereka. Mereka segera mendekati kedua
ekor babi tersebut dan mengelus-elusnya.
Selang beberapa menit kemudian ayam jantan mulai berkokok yang menandai
datangnya pagi. Pada saat yang bersamaan bayangan kedua orang tua mereka tiba-tiba
memudar dan akhirnya lenyap. Menyadari bahwa hari telah pagi ketiga bersaudara
tersebut segera mengiring babi pemberian orang tua mereka menuruni bukit menuju ke
rumah. Dan, mulai sejak saat itu mereka pun mulai memelihara babi untuk diternakkan.
Selain itu, untuk mengenang peristiwa pertemuan tersebut mereka kemudan
menamakan bukit itu dengan nama Bukit Fafinesu yang berarti Bukit Babi Gemuk.
Sumber : https://uun-halimah.blogspot.com/2010/07/legenda-bukit-fafinetsu.html
SELAMAT
MEMBACA