TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
NUR LAILI HAFIZA
NPM.17035010037
ABSTRAK
Disusun oleh :
NPM.17035010037
Kata Kunci: Evaluasi Kerusakan Jalan, Nilai Kondisi Kerusakan Jalan, Usulan
Perbaikan, Metode Bina Marga, Metode PCI.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
tingkat sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Akhir ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam
1. Dr. Dra. Jariyah, MP., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pembangunan
2. Dr. Ir. Minarni Nur Trilita., MT., selaku Koordinator Program Studi Teknik Sipil
3. Ibnu Sholichin, ST., MT., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Tugas
Akhir yang telah membimbing, memberi masukan sehingga penulis dapat lebih
4. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Program Studi Teknik Sipil Universitas
menuntut ilmu.
5. Mama, Papa, Adinda, dan Adam yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
6. Suci Amalia, Nadya Maulidina, Siti Aisyah, Novia Qurniawati, dan Royhan
ii
7. Try Ferisiansyah yang telah menemani dan memberi dukungan dalam
8. Seluruh teman-teman teknik sipil yang telah banyak memberikan bantuan yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga mengantarkan penulis untuk
Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih banyak
penulis. Oleh karena itu, penulis menerima masukan dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat dibutuhkan. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
dan khususnya bagi para penerus Program Studi Teknik Sipil Universitas
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
iv
2.4.2.Menurut Meode PCI .................................................................... 18
v
4.3.2.Menentukan Nilai Kondisi Jalan ................................................. 58
Index) ................................................................................................... 73
LAMPIRAN............................................................................................................... 87
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah kendaraan roda dua (R2) dan roda empat (R4) Kabupaten
Tabel 2.5. Tingkat Kerusakan Tonjolan dan Lengkungan (Bump and Sags) ...........20
Tabel 2.9. Tingkat Kerusakan Retak Refleksi (Joint Reflection Cracks) .................22
Tabel 2.10. Tingkat Kerusakan Penurunan Bahu Jalan (Lane/Shoulder Drop Off) ...23
Transverse Cracking)...............................................................................24
Tabel 2.12. Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and
vii
Tabel 2.19. Tingkat Kerusakan Pengembangan (Swell) .............................................27
Tabel 2.24 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%) ........................................37
Tabel 2.25 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan Lalu Lintas Rendah ...........................38
Tabel 2.26 Faktor Koreksi Temperatur Lendutan (D0) untuk FWD .........................41
Tabel 2.27 Faktor Koreksi Temperatur Lendutan (D0 - D200 ) untuk FWD .............41
Tabel 4.1 Data Kendaraan pada Ruas Jalan Sampang – Ketapang ..........................59
Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan Ad, density, DV, TDV, CDV, PCI..................71
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.15. Perbandingan Antara Metode Bina Marga dan Metode PCI ..............76
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut pasal 1 ayat 4 UU Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan bahwa
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
bertemu dengan relasi ataupun kerabat (Aulia, 2020). Adanya pembangunan jalan
moda transportasi barang dan jasa yang semakin berkembang, baik dari segi jumlah
ataupun bebannya. Oleh sebab itu, infrastruktur jalan akan mengalami beberapa
hambatan perjalanan seperti macet, kecelakaan serta kerusakan jalan dari tingkat
kerusakan ringan yang dapat berkembang menjadi tingkat kerusakan berat (Silondae,
2016).
1
Kerusakan suatu jalan akan menyebabkan tidak optimalnya fungsi atau pelayanan
dari jalan. Maka dari itu, perlu dilakukan penanganan atau perbaikan untuk
penanganan atau perbaikan yang dilakukan akan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, sehingga harus mengurangi distribusi anggaran untuk jalan yang lain.
Dalam satu tahun terakhir, berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas
penduduk Kabupaten Sampang tahun 2022 akan mencapai angka 989.001 jiwa
jumlah kendaraan roda dua maupun roda empat di Kabupaten Sampang pada tahun
Tabel 1.1. Jumlah kendaraan roda dua (R2) dan roda empat (R4) Kabupaten Sampang
pada tahun 2019-2020.
TAHUN RODA DUA (UNIT) RODA EMPAT (UNIT)
2019 99.831 15.542
2020 105.894 16.807
2021 112.423 18.157
Sumber:Dinas Perhubungan Sampang
peningkatan, yaitu pada satu tahun terakhir roda dua (R2) meningkat sebanyak 6.529
unit, sedangkan untuk jumlah kendaraan roda empat (R4) meningkat sebanyak 1.350
unit.
2
Meningkatnya jumlah kendaraan di Kabupaten Sampang menjadi salah satu
penyebab terjadinya kerusakan jalan di beberapa titik termasuk salah satunya adalah
merupakan jalur alternatif menuju Kota Bangkalan, Kota Surabaya dan Kota
Pamekasan. Jalan tersebut juga akses dari kecamatan ke kabupaten ataupun dari desa
ke kota kabupaten serta menjadi akses menuju rumah sakit daerah. Selain itu, ruas
beberapa tempat wisata yaitu Pantai Lon Malang, Air Terjun Toroan, Wisata Waduk
prasarana yang memadai untuk mempertahankan fungsi atau pelayanan dari jalan
pemenuhan kebuhutan sehari-hari. Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi kondisi
jalan untuk mengetahui seberapa ringan atau berat kerusakan jalan yang terjadi agar
pengendara yang akan melewati jalan tersebut. Jika prasarana telah dibangun sesuai
dengan kebutuhan yang ada tentunya dapat mengembalikan kinerja suatu jalan (Bakri,
2020).
dan metode PCI (Pavement Condition Index) sebagai parameter dalam menilai kondisi
permukaan jalan. Sistem penilaian metode Bina Marga berdasarkan pada urutan
prioritas penanganan dengan rentang nilai mulai dari 0 (nol) hingga lebih dari 7 (tujuh),
3
sedangkan PCI berupa rating kerusakan jalan dengan parameter penilaian mulai dari
0 (nol) hingga 100 (seratus). Dengan melakukan perbandingan terhadap kedua metode
akan didapat tipe kerusakan, nilai kerusakan, urutan prioritas penanganan serta desain
perkerasan yang tepat agar mengembalikan kualitas pelayanan jalan (Bakri, 2020).
Didasari oleh penyajian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja jenis kerusakan jalan yang dominan terjadi berdasarkan evaluasi pada
berdasarkan nilai kondisi kerusakan jalan dari metode Bina Marga dan metode
PCI?
4. Berapa tebal desain perkerasan tambahan yang sesuai dengan kondisi pada ruas
ke 3?
1. Menentukan jenis kerusakan jalan dominan yang terjadi pada ruas jalan Sampang-
Ketapang.
4
2. Mengetahui perbandingan nilai kondisi kerusakan ruas jalan Sampang-Ketapang
4. Menentukan tebal desain perkerasan tambahan yang tepat pada ruas jalan
2. Perhitungan nilai kerusakan jalan menggunakan dua metode yaitu, metode Bina
3. Jenis kerusakan yang dikaji hanya pada lapisan permukaan (surface course).
5
2. Menghasilkan jenis kerusakan, nilai kerusakan, dan usulan penanganan kerusakan
jalan.
3. Menambah ilmu dan pengetahuan dalam menghitung nilai kerusakan dengan dua
metode yaitu, metode Bina Marga dan metode PCI (Pavement Condition Index).
Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur STA 23+800 – 29+100 dengan panjang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan topik yang relevan digunakan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Sholeh dalam Jurnal Konstruksi, Volume 3,
diikuti dengan pertumbuhan kendaraan baik dari segi jumlah maupun muatannya.
Hal ini mengakibatkan turunnya fungsi jalan sehingga jalan akan mengalami
adalah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah
ini menggunakan metode Bina Marga. Hasil dari penelitian ini adalah:
1) Pada Kabupaten Purworejo kondisi jalan dengan penilaian sangat baik adalah
ruas jalan Kyai Brengkel yang memiliki nilai UP sebesar 3,5 sedangkan
kerusakan jalan kategori berat yaitu jalan Ksatrian yang memiliki nilai UP
sebesar 8,14.
terhadap perkerasan jalan secara rinci dan menyebar pada jalan yang akan
metode Bina Marga yaitu empat tipe kerusakan seperti keretakan, lubang,
7
amblas dan alur, sedangkan untuk tipe kerusakan lain tidak tercatat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Margareth Evelyn Bolla dalam Jurnal Teknik
Sipil, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2012 dengan judul Perbandingan Metode Bina
Marga dan Metode PCI (Pavement Condition Index) dalam Penilaian Kondisi
Perkerasan Jalan, Studi Kasus: Ruas Jalan Kaliurung, Kota Malang menjelaskan
menggunakan dua metode yaitu metode Bina Marga dan metode PCI. Tujuan dari
1) Pada Jalan Kaliurung, Kota Malang terdapat beberapa jenis kerusakan jalan,
dan keriting).
2) Hasil yang diperoleh berdasarkan metode Bina Marga dan metode PCI
mendapatkan nilai relatif setara dengan hasil yang menunjukkan jalan masih
8
kemudian dilapisi ulang menggunakan material yang sejenis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Supardi dalam Jurnal Teknik Sipil Untan, Volume
13, Nomor 1, Tahun 2013 dengan judul Evalasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan
kaku dengan metode Bina Marga, Studi kasus: Ruas Jalan Sei Durian-Rasau Jaya
menjelaskan bahwa Jalan Sei Durian-Rasau Jaya adalah salah satu jalan provinsi
yang berfungsi untuk akses yang menghubungkan Kabupaten Kubu Raya dan
1) Terdapat 10 jenis kerusakan yang terjadi pada Ruas Jalan Sei Durian-Rasau,
yaitu retak memanjang (200,8 m2 ), retak diagonal (15,62 m2), retak berkelok-
3,35% dari luas total 15000 m2 . Kerusakan paling menonjol adalah retak
kerusakan.
kerusakan pada beberapa area yang masuk dalam kategori pemeliharaan jalan
kualitas jalan.
9
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Agung Saputro dalam Jurnal Ilmu-ilmu
Teknik, Volume 10, Nomor 3, Tahun 2014 dengan judul Perbandingan Evaluasi
Tingkat Kerusakan Jalan dengan metode Bina Marga dan metode Paver, Studi
bahwa terdapat dua jenis kategori kerusakan jalan, yang pertama kerusakan
serta yang kedua kerusakan secara fungsi terdiri dari keamanan dan kenyamanan
bagi pemakai jalan. Oleh sebab itu, harus dilakukan penanganan berupa
perawatan, rehabilitasi, dan peningkatan jalan. Metode dalam penelitian ini yaitu
metode Bina Marga dan metode Paver. Hasil dari penelitian ini adalah:
1) Kondisi kerusakan jalan mencapai 18% dari total ruas jalan Kepanjen yang
diamati. Hasil evaluasi kerusakan dari kedua metode relatif sama bedanya
5. Penelitian yang dilakukan oleh Umi tho’atin, Ary Setyawan, dan Mamok
Metode International Roughness Index (IRI), Surface Distress Index (SDI), dan
penanganan. Penilaian menggunakan tiga metode yaitu metode IRI, SDI, dan PCI.
10
Hasil dari penelitian ini adalah:
1) Nilai kondisi jalan berdasarkan tiga metode yaitu metode IRI 71% kategori
baik, 29% kategori sedang serta tidak ditemukan kondisi kerusakan ringan
maupun sedang. Metode SDI, 78,6% kategori baik, 10,7% kategori sedang,
7,1% rusak ringan, dan 3,6% rusak berat. Sedangkan berdasarkan metode
PCI, 93% baik, dan 7% sedang, tidak terdapat kerusakan ringan ataupun
berat. Hasil dari ketiga metode tersebut dapat dijadikan data acuan untuk
6. Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Firman Bagus Wicaksono dalam Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2018 dengan judul Analisis
Nilai Kondisi Perkerasan Jalan Secara Visual dengan Metode Bina Marga dan
10+700) menjelaskan bahwa jalan yang dilewati kendaraan dengan jumlah lalu
termasuk jalan kolektor wilayah industri Surabaya Selatan serta jalan penghubung
kearah Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang menjadi acuan dalam memberi
penilaian terhadap kondisi perkerasan adalah metode Bina Marga dan metode
PCI. Agar jalan tetap memenuhi kualitas layanannya maka perlu mengevaluasi
dalam menentukan penanganan yang dapat dilakukan. Hasil dari penelitian ini
adalah:
11
1) Nilai kondisi perkerasan pada Jalan Mastrip berdasarkan metode Bina Marga
berdasarkan metode PCI kondisi jalan masih termasuk dalam kategori baik
(good). Kerusakan jalan dengan kategori sangat buruk berada pada segmen 8
STA.10+600 – 10+500.
jalan yang berlubang, penebaran pasir, perataan jalan, pengisian retakan dan
Bina Marga jauh lebih membutuhkan biaya yang sedikit dari pada metode
7. Penelitian yang dilakukan oleh Puguh Pramono dalam Jurnal Teknik Sipil dan
Perkerasan Jalan Menurut Metode Bina Marga dan PCI (Pavement Condition
kerusakan jalan antara lain jalan telah mencapai umur rencana, jaringan drainase
yang kurang baik sehingga air hujan tidak mengalir, beban berlebih serta
pemeliharaan jalan juga harus dilakukan agar jalan berfungsi secara optimal
selama umur rencana. Saat ini, Jalan Pahlawan mengalami kerusakan di beberapa
12
titik. Sehingga perlu di cari penyebab kerusakaan jalan agar didapatkan solusi
penanganan yang tepat. Metode yang digunakan adalah metode Bina Marga dan
lubang.
2) Nilai kondisi jalan berdasarkan metode PCI adalah 79,79 dari rata-rata secara
Sedangkan nilai kondisi jalan berdasarkan metode Bina Marga adalah 11,48
rutin.
3) Penanganan kerusakan jalan yang dapat dilakukan antara lain laburan aspal
dan perataan.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Hillman Yunardhi, M. Jazir Alkas, dan Heri
Sutanto dalam Jurnal Teknologi Sipil, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2018 dengan
Oleh sebab itu, kegiatan perawatan jalan perlu dilakukan sebagai upaya menjaga
agar fungsi jalan tetap maksimal. Dalam rangka meminimalisir kesalahan dalam
13
tepat dan efisien. Penilaian kondisi kerusakan jalan menggunakan metode PCI
Identifikasi penilaian menurut metode PCI adalah baik sekali yang berarti
berdasarkan rating metode PCI adalah sempurna yang berarti situasi jalan
9. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto dan Diana Kristin dalam Jurnal Review
pengguna jalan karena dapat menghambat pergerakan. Maka dari itu, perlu
dilakukan suatu usaha agar pelayanan jalan tetap optimal hingga mencapai batas
umur rencana dengan salah satu upaya yaitu melakukan analisa pada kondisi
permukaan jalan. Kawasan blok Cepu merupakan salah satu kawasan yang tingkat
keparahan kerusakan pada ruas jalan Gajah mada dan Sorogo Kecamatan Cepu
mengunakan metode PCI (Pavement Condition Index) serta dalam penentuan nilai
14
skala prioritas pemeliharaanya. Hasil dari penelitian ini adalah:
kerusakan benjol dan turun (0,9%), lubang (1,2%), retak kulit buaya (10,2%),
alur (15,9%), retak pinggir (7,9%), retak memanjang dan melintang (7,5%),
(7,1%), pelapukan dan butiran lepas (3,3%), kegemukan (1,1%) dan retak
10. Penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Nazilah Sholihin, Bambang Suprapto, dan
2020 dengan judul Perbandingan Nilai Kerusakan Jalan dengan Metode Bina
Sehingga perlu dilakukan penilaian kondisi jalan dan perawatan jalan berdasarkan
tiga metode yaitu metode Bina Marga, metode IRI, dan metode PCI. Hasil dari
buaya 28%, lubang 7%, retak rambut 24%, tambalan 11%, pelepasan butir 11
memanjang 7%. Berdasarkan metode Bina marga didapatkan nilai rata – rata
jenis kerusakan sebesar 25% untuk kerusakan ringan, 75% untuk kerusakan
sedang serta untuk kerusakan berat senilai 0% .Nilai rata-rata dari metode IRI
15
sebesar 6,1 kategori kerusakan sedang dengan nilai persentase 10% kerusakan
ringan, 85% sedang, 5% berat. Sedangkan nilai PCI rata – rata yaitu 68,7
masuk kategori jalan baik yang memiliki persentase 90% untuk kerusakan
berdasarkan metode Bina Marga dan metode IRI program perawatan berkala,
bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
Kelas jalan menurut fungsi dibagi menjadi tiga (3) jenis yaitu jalan sekunder,
jalan utama, dan jalan penghubung. Jalan sekunder adalah jalan akses antar kota-kota
kecil atau daerah-daerah di sekitarnya. Jalan utama yaitu jalan akses penghubung antar
kota. Jalan penghubung adalah jalan untuk kepentingan pergerakan daerah (Zulfikar,
2014).
16
2.3.2. Kelas Jalan Menurut Pengelola
1) Jalan arteri yaitu jalan umum untuk angkutan atau kendaraan umum dengan ciri
khusus seperti perjalanan yang ditempuh jauh, laju kendaraan tinggi dan
ciri khusus seperti jarak perjalanan sedang, laju kendaraan sedang dan
4) Jalan negara, jalan negara merupakan jalan penghubung antar ibu kota provinsi
(Budu, 2019).
dengan ibu kota kabupaten atau ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan
Kelas jalan menurut tekanan gandar ditunjukkan pada tabel 2.1. berikut:
17
2.3.4. Kelas Jalan Menurut Besarnya Volume
Menurut besarnya volume dan sifat-sifat lalu lintas jalan dibagi menjadi tiga (3)
1) Jalan kelas I, yaitu infrastruktur penghubung yang meliputi jalan utama dengan
lalu lintas tinggi dan padat serta memiliki jalur dengan jumlah banyak.
2) Jalan kelas II, yaitu infrastruktur penghubung sekunder yang masih terdapat
3) Jalan kelas III, yaitu infrastruktur penghubung dua jalur atau jalur tunggal.
1) Retak (cracking)
2) Distorsi
3) Cacat permukaan
4) Pengausan
5) Kegemukan (bleeding)
Index) terdiri dari kerusakan pada perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Yunardhi
18
(2018) mengklasifikasikan beberapa bentuk kerusakan pada perkerasan sebagai
berikut:
Retak yang bentuknya seperti kulit buaya, dengan ciri-ciri memiliki lebar
celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Retak ini terjadi karena kelelahan
untuk retak kulit buaya hitungan PCI ditunjukkan pada tabel 2.2. berikut:
2) Kegemukan (Bleeding)
permukaan jalan sedang terik/panas maka akan terjadi jejak bekas roda atau
ban kendaraan. Hal ini juga akan mengganggu keselamatan dan kenyamanan
perkerasan untuk kegemukan metode PCI ditunjukkan pada tabel 2.3. berikut:
19
Tabel 2.3. Tingkat Kerusakan Kegemukan.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Kegemukan muncul saat derajat rendah dan dapat dilihat
L hanya beberapa hari dalam setahun. Aspal tidak melekat
pada roda kendaraan.
Kegemukan menyebabkan aspal melekat pada roda
M
kendaraan, setidaknya beberapa minggu dalam setahun.
Kegemukan begitu nyata dan banyak aspal melekat pada
H roda kendaraan, paling tidak lebih dari beberapa minggu
dalam setahun.
(Sumber: Shahin, 1994)
Retak blok adalah jenis kerusakan jalan berbentuk kotak atau persegi pada
perkerasan jalan. Pada umumnya kerusakan ini terjadi pada lapis perkerasan
(bump and sags) metode PCI ditunjukkan pada tabel 2.5. berikut:
Tabel 2.5. Tingkat Kerusakan Tonjolan dan Lengkungan (Bump and Sags)
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Tonjolan dan lengkungan menyebabkan hambatan
L
sedikit terhadap rasa aman pengguna jalan.
20
Tabel 2.5. Tingkat Kerusakan Tonjolan dan Lengkungan (Bump and Sags)
(lanjutan).
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Tonjolan dan lengkungan menyebabkan hambatan
M
cukup terhadap rasa aman pengguna jalan.
Tonjolan dan lengkungan menyebabkan hambatan
H
besar terhadap rasa aman pengguna jalan.
(Sumber: Shahin, 1994)
5) Keriting (Corrugation)
6) Amblas (Depressions)
Amblas adalah salah satu kerusakan jalan dengan ciri-ciri turunnya lapisan
permukaan dengan atau tidak adanya retak. Amblas dapat dilihat dengan
21
7) Retak Tepi (Edge Cracking)
Retak tepi (edge cracking) merupakan retak pada bagian tepi perkerasan atau
di dekat bahu jalan dengan ada atau tidak ada cabang yang mengarah pada
bahu jalan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk retak tepi (edge cracking)
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Retak dari sedikit hingga sedang, ada atau tidak ada
L
pecahan atau butiran lepas.
Retak dari sedang dengan adamya pecahan dan butiran
M
lepas.
Banyaknya sejumlah pecahan atau butiran lepas di
H
sepanjang tepi perkerasan.
(Sumber: Shahin, 1994)
untuk retak refleksi (joint reflection cracks) metode PCI ditunjukkan pada
22
Tabel 2.9. Tingkat Kerusakan Retak Refleksi (Joint Reflection Cracks)
(lanjutan).
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Salah satu kondisi dibawah yang terjadi:
Sembarang retak terisi atau tidak terisi dikelilingi
retakan acak, kerusakan sedang sampai tinggi.
H
Retakan terisi > 3 in (76 mm).
Retakan secara acak, lebar dengan beberapa inci
disekitar retakan, pecah.
(Sumber: Shahin, 1994)
tinggi antara permukaan jalan dengan bahu jalan atau sekitarnya, dimana
satu jenis kerusakan retak dengan bentuk memanjang pada perkerasan jalan.
berikut:
23
Tabel 2.11. Tingkat Kerusakan Retak Memanjang atau Melintang
(longitudinal/transversecracking).
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Satu dari kondisi dibawah yang terjadi:
L Retak tak terisi, lebar < 3/8 in (10 mm).
Retak terisi sembarang lebar.
Satu dari kondisi dibawah yang terjadi:
Retak tak terisi, lebar 3/8 – 3 in (10 – 76 mm).
M
Retak terisi sembarang lebar sampai 3 in (76 mm)
dikelilingi retak acak ringan.
Satu dari kondisi dibawah yang terjadi:
Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi retak
H acak, kerusakan sedang sampai tinggi.
Retak terisi > 3 in (76 mm).
Retak sembarang lebar dikelilingi retak agak acak.
(Sumber: Shahin, 1994)
11) Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching)
lokasi jalan atau beberapa keadaan jalan rusak untuk memperbaiki kondisi
dan galian utilitas (patching and utility cut patching) metode PCI ditunjukkan
Tabel 2.12. Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and
Utility Cut Patching).
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
kerusakan
Tambalan dalam kondisi baik dan memuaskan.
L Kenyamanan kendaraan dinilai terganggu atau lebih
baik.
Tambalan sedikit rusak dan atau kenyamanan
M
kendaraan cukup terganggu.
Tambalan sangat rusak dan atau kenyamanan
H
kendaraan sangat terganggu.
(Sumber: Shahin, 1994)
24
12) Pengausan (Polished Aggregate)
persilangan jalan rel metode PCI ditunjukkan pada tabel 2.15. berikut:
25
Tabel 2.15. Tingkat Kerusakan Persilangan Jalan Rel.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Pengausan mengakibatkan sedikit hambatan
L
terhadap kenyamanan pengguna jalan.
Pengausan mengakibatkan cukup hambatan terhadap
M
kenyamanan pengguna jalan.
Pengausan mengakibatkan hambatan besar terhadap
H
kenyamanan pengguna jalan.
(Sumber: Shahin, 1994)
26
17) Retak selip (Slippage Cracking)
yang berbentuk seperti bulan sabit. Tingkat kerusakan perkerasan untuk retak
selip (slippage cracking) metode PCI ditunjukkan pada tabel 2.18. berikut:
Pelapukan dan pelepasan butir adalah salah satu bentuk kerusakan jalan yang
terjadi karena salah satu aspal pengikat tidak mampu untuk menahan gaya
27
dorong ban kendaraan atau persentase kadar campuran tidak layak. Tingkat
Metode Bina Marga merupakan metode dengan hasil akhir berupa urutan
menghitung UP (Urutan Prioritas). Pada metode ini jenis kerusakan yang perlu di
perhatikan adalah kerusakan permukaan, retak, lubang, tembalan, amblas dan alur
28
2) Kelas LHR = Kelas lalu-lintas rata-rata untuk pekerjaan pemeliharaan
29
Tabel 2.22. Nilai Kondisi Kerusakan Jalan (lanjutan).
Retak-retak
A. Tidak Ada 1
Lebar Angka
D. > 2 mm 3
C. 1-2 mm 2
B. < 1 mm 1
A. Tidak Ada 0
Jumlah Kerusakan
Luas Angka
D. > 30% 3
C. 10-30% 2
B. < 10% 1
A. Tidak Ada 0
Alur
Kedalaman Angka
E. > 20 mm 7
D. 11-20 mm 5
C. 6-10 mm 3
B. 0-5 mm 1
A. Tidak Ada 0
Tambalan dan Lubang
Luas Angka
D. > 30% 3
C. 20-30% 2
B. 10-20% 1
A. Tidak Ada 0
Kekerasan Permukaan
Angka
E. Desintegration 4
D. Pelepasan Butir 3
C. Rough (Hungry) 2
B. Fatty 1
A. Close Texture 0
Amblas
Angka
D. > 5/100 m 4
C. 2-5/100 m 2
B. 0-2/100 m 1
A. Tidak Ada 0
(Sumber: Rahmanto, 2016)
30
Hasil perhitungan Urutan Prioritas (UP) tersebut menampilkan rekomendasi
fungsi jalan yang sudah ada sebelumnya dilakukan agar fungsi jalan menjadi
lebih meningkat dengan membuat lapisan jalan menjadi lebih halus, seperti
kegiatan yang meliputi pelapisan ulang pada jalan dengan lapis permukaan
berbahan dasar aspal dan pelapisan ulang dari material berupa kerikil, termasuk
dilakukan secara tertata sesuai rencana dalam rentang waktu 1 tahun, contohnya
perbaikan untuk mempertahankan agar kondisi jalan tetap dalam keadaan baik.
adalah mampu menentukan kondisi eksisting salah satu jalan ataupun dalam
31
jalan di waktu mendatang dilakukan cara perangkingan berulang agar dapat
Metode PCI merupakan metode dengan skala nilai bernomor dimulai dari 0
dengan kategori perkerasan gagal (failed) hingga 100 sebagai kategori kondisi jalan
baik sekali (excellent). Perhitungan PCI mengacu pada hasil pengamatan kondisi jalan
dengan memperhatikan tiga (3) faktor penting yaitu jenis kerusakan, tingkatan
berdasarkan nilai PCI seperti yang terdapat pada Guidelines and Procedures for
Nilai PCI dan kondisi perkerasan ditunjukkan pada tabel 2.23 berikut:
32
Penilaian kondisi perkerasan secara garis besar (Pamungkas, 2014) meliputi:
1) Severity Level merupakan tingkat keparahan pada setiap kerusakan. Ada 3 (tiga)
jenis tingkatan kerusakan dalam perhitungan dengan metode PCI yaitu low
severity level (L), medium severity level (M), dan high severity level (H)
Density merupakan persentase dimensi luas dari suatu kerusakan jalan per luasan
dalam satu segmen dikalikan lebar jalan yang diukur dalam meter persegi
(Hariyanto dan Kristin, 2019). Menurut Mubarak (2015) rumus mencari nilai
Ad
Density = Ld x 100 % ………………………….………...……………….....(2-4)
Keterangan:
dari kurva dengan memperhatikan hubungan antara kadar kerusakan dan hasil
density pada kurva hingga memotong severity level yang sesuai. Kemudian hasil
tarik sejajar garis titik pertemuan ke arah horizontal agar memperoleh deduct
33
Gambar 2.2. Kurva deduct value
(Sumber: Hidayat, 2018)
4) Total Deduct Value (TDV) didapatkan dengan menjumlahkan nilai deduct value
(DV) sesuai jenis kerusakannya untuk setiap satu segmen (Betauban dan Peresa,
2019).
5) CDV dihasilkan dari perpotongan kurva hubungan antara nilai TDV dan nilai
individual deduct value yang mempunyai nilai lebih besar dari pada 2 (dua) yang
disebut dengan nilai q. Kurva Corrected Deduct Value (CDV) ditunjukkan pada
gambar 2.3.
34
6) Nilai PCI untuk tiap segmen dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
Pemeliharaan Jalan dan Penilikan Jalan, ada empat bentuk pemeliharaan jalan yaitu:
kerusakan yang ditemukan pada suatu jalan yang kondisi pelayanannya mantap.
lebih luas serta pada setiap kerusakan perlu dilakukan perhitungan agar penurunan
berat dan setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang
berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian tertentu dari suatu ruas
kerusakan parah agar menjadi jalan yang kembali dalam kondisi mantap setara
35
2.7. Perkerasan Jalan
yang digunakan sebagai pembuatan jalan. Agregat yang digunakan seperti batu pecah,
batu kali, batu belah atau hasil samping peleburan baja. Bahan pengikat yang
digunakan berupa aspal, tanah liat atau semen (Abdul, 2017). Berdasarkan bahan
pengikat yang digunakan terdapat beberapa jenis perkerasan jalan (Sari, 2014):
3. Perkerasan Komposit.
Perkerasan jalan berfungsi untuk menanggung jumlah lalu lintas yang melewati
jalan selama umur rencana. Agar lapis perkerasan tetap berfungsi secara optimal
selama masa pelayanan maka perlu dilakukan pemeliharaan rutin. Sedangkan untuk
Kerusakan jalan adalah salah satu indikator yang menunjukkan bahwa jalan telah
memasuki puncak dari umur rencana atau tidak segera mendapat penanganan. Ada
tergantung pada kondisi kerusakan yang akan diperbaiki. Pengupasan dengan mesin
(milling) merupakan langkah yang tepat untuk menangani permukaan perkerasan yang
tidak rata akibat kerusakan jalan seperti sungkur, alur, keriting dan retak permukaan.
Alat milling (cold planner) berfungsi untuk peralatan pekerjaan lapis perkerasan
tambahan (overlay). Dalam hal ini, pengupasan diharapkan dapat membuat permukaan
36
existing lebih rata agar didapatkan ketebalan lapis tambahan yang sesuai sehingga
Menurut Manual Desain Perkerasan Jalan Metode Bina Marga 2017 desain tebal
berikut ini:
Data faktor pertumbuhan lalu lintas didapatkan dari data pertumbuhan penduduk
(historical growth data) atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain
yang berlaku. Jika data tersebut tidak tersedia, maka faktor laju pertumbuhan
Analisa lalu lintas sangat diperlukan dalam menentukan jenis perkerasan dan
desain yang akan digunakan untuk memperbaiki kondisi jalan. Analisa lalu lintas
perkiraan lalu lintas untuk jalan lalu lintas rendah ditunjukkan pada tabel 2.25.
berikut:
37
Tabel 2.25. Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan Lalu Lintas Rendah
Jalan desa
minor
dengan
akses 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5 x 104
kendaraan
berat
terbatas
Jalan kecil
90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 104
dua arah
Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 105
Akses lokal
daerah
500 8 20 3,5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106
industri atau
quarry
Jalan
2000 7 20 3,5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 106
kolektor
(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017)
38
Keterangan:
Axle Group)
(2-6) berikut.
40
D0 = x lendutan ………………………….………...………..... (2-6)
Beban
Gambar 2.4. Skema dimensi fungsi lengkung lendutan (curvature function atau
titik belok)
(Sumber: Direktorat Bina Marga, 2017)
berikut.
39
Keterangan:
D200 = Lendutan yang terjadi pada titik yang berjarak 200 mm dari titik uji
tersebut (mm)
pada masa pelayanan. Oleh sebab itu, diperlukan untuk menghitung faktor
MAPT
FT = temperatur perkerasan saat pengukuran lendutan ………………..... (2-8)
Keterangan:
Temperature)
FT = Faktor temperatur
Faktor Koreksi Temperatur Lendutan (D0) untuk FWD ditunjukkan pada tabel
40
Tabel 2.26. Faktor Koreksi Temperatur Lendutan (D0) untuk FWD
AMPT Tebal Aspal Eksisting (mm)
TEMPlapangan 25 50 100 150 200 300
0,50 0,93 0,87 0,81 0,75 0,69 0,59
0,60 0,95 0,91 0,86 0,81 0,76 0,68
0,70 0,96 0,94 0,90 0,87 0,83 0,77
0,80 0,98 0,96 0,94 0,92 0,89 0,85
0,90 0,99 0,98 0,97 0,96 0,94 0,92
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
1,10 1,01 1,01 1,02 1,03 1,04 1,05
1,20 1,01 1,02 1,04 1,05 1,08 1,10
1,30 1,02 1,04 1,05 1,08 1,12 1,15
1,40 1,02 1,04 1,07 1,10 1,15 1,19
1,50 1,02 1,05 1,09 1,12 1,18 1,22
1,60 1,03 1,06 1,10 1,14 1,21 1,25
1,70 1,03 1,07 1,12 1,16 1,23 1,27
1,80 1,04 1,09 1,13 1,18 1,25 1,28
(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017)
Tabel 2.27. Faktor Koreksi Temperatur Lendutan (D0- D200 ) untuk FWD
AMPT Tebal Aspal Eksisting (mm)
TEMPlapangan 25 50 100 150 200 300
0,50 0,91 0,76 0,63 0,54 0,41 0,31
0,60 0,93 0,81 0,71 0,64 0,53 0,46
0,70 0,95 0,86 0,78 0,73 0,65 0,60
0,80 0,97 0,91 0,86 0,82 0,77 0,73
0,90 0,98 0,95 0,92 0,91 0,88 0,86
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
1,10 1,01 1,03 1,05 1,07 1,09 1,11
1,20 1,02 1,06 1,10 1,14 1,18 1,23
1,30 1,03 1,1 1,15 1,20 1,27 1,35
1,40 1,04 1,13 1,20 1,26 1,36 1,46
1,50 1,05 1,15 1,24 1,32 1,44 1,57
1,60 1,05 1,15 1,24 1,32 1,44 1,57
1,70 1,06 1,15 1,28 1,37 1,52 1,67
1,80 1,06 1,18 1,32 1,41 1,59 1,77
(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017)
41
6) Menghitung nilai D0 terkoreksi dengan persamaan 2-9 dan D0 - D200 terkoreksi
berikut.
11 berikut.
8) Menghitung nilai lendutan maksimum yang mewakili suatu sub ruas jalan,
hasil perhitungan yang diperoleh kurang dari ketebalan standar maka ketebalan
tebal overlay berdasarkan D0 yang dapat dilihat pada gambar 2.5. berikut.
42
Gambar 2.5. Grafik tebal overlay berdasarkan D0
(Sumber: Direktorat Bina Marga, 2017)
43
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
akhir yang membahas tentang latar belakang diperlukannya evaluasi kondisi ruas jalan
kelancaran bagi pengendara yang akan melewati jalan tersebut. Penelitian ini
membandingkan nilai kondisi kerusakan jalan dari dua metode yaitu metode Bina
Marga dan metode PCI (Pavement Condition Index). Sistem penilaian Metode Bina
Marga didasarkan pada urutan prioritas penanganan dengan skala nilai mulai dari 0
(nol) sampai lebih dari 7 (tujuh), sedangkan PCI berupa urutan kondisi perkerasan
mulai dari 0 (nol) hingga 100 (seratus). Sehingga dengan membandingkan kedua
metode akan didapat kondisi kerusakan jalan, urutan prioritas penanganan serta desain
Studi literatur adalah tahap pengumpulan berbagai referensi baik dari buku,
tema atau pembahasan yang terkait dengan penelitian ini. Referensi dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan dari beberapa jurnal dan tugas akhir
berikut:
45
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Sholeh dalam Jurnal Konstruksi, Volume 3,
2. Penelitian yang dilakukan oleh Margareth Evelyn Bolla dalam Jurnal Teknik
Sipil, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2012 dengan judul Perbandingan Metode Bina
Marga dan Metode PCI (Pavement Condition Index) dalam Penilaian Kondisi
3. Penelitian yang dilakukan oleh Supardi dalam Jurnal Teknik Sipil Untan, Volume
13, Nomor 1, Tahun 2013 dengan judul Evalasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan
Rigid Dengan Menggunakan Metode Bina Marga, Studi kasus: Ruas Jalan Sei
Durian-Rasau Jaya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Agung Saputro dalam Jurnal Ilmu-ilmu
Teknik, Volume 10, Nomor 3, Tahun 2014 dengan judul Perbandingan Evaluasi
Tingkat Kerusakan Jalan Dengan Metode Bina Marga dan Metode Paver. Studi
5. Penelitian yang dilakukan oleh Umi tho’atin, Ary Setyawan, dan Mamok
Metode International Roughness Index (IRI), Surface Distress Index (SDI), dan
Wonogiri.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Moch Firman Bagus Wicaksono dalam Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2018 dengan judul analisis
Nilai Kondisi Perkerasan Jalan Secara Visual Dengan Metode Bina Marga dan
46
Pavement Condition Index, Studi Kasus: Jalan Mastrip (Surabaya 10+100-
10+700).
7. Penelitian yang dilakukan oleh Puguh Pramono dalam Jurnal Teknik Sipil dan
Perkerasan Jalan Menurut Metode Bina Marga dan PCI (Pavement Condition
8. Penelitian yang dilakukan oleh Hillman Yunardhi, M. Jazir Alkas, dan Heri
Sutanto dalam Jurnal Teknologi Sipil, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2018 dengan
judul Analisa Kerusakan Jalan dengan metode PCI (Pavement Condition Index)
9. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto dan Diana Kristin dalam Jurnal Review
10. Penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Nazilah Sholihin, Bambang Suprapto, dan
2020 dengan judul Perbandingan Nilai Kerusakan Jalan dengan Metode Bina
1. Shahin, Tahun 1994 dengan judul Pavement for Airports, Roads, Parking Lots,
2. Buku dari Hary Christady Hardiyatmo, tahun 2015 dengan judul Pemeliharaan
47
3. Buku dari Silvia Sukirman, tahun 2010 dengan judul Perencanaan Tebal Struktur
berikut:
No. 77/KPTS/Db/1990.
4. Pedoman Bina Marg tahun 2003 tentang Manual Desain Perkerasan Jalan.
5. Pedoman Bina Marg tahun 2017 tentang Manual Desain Perkerasan Jalan.
Pada penelitian ini sangat diperlukan data yang dapat menunjang kebutuhan dalam
yaitu data primer dan data sekunder (Sarwono, 2006). Data yang dibutuhkan dalam
48
3.3.1. Data Primer
Data primer merupakan data pendukung yang diperoleh oleh peneliti secara
langsung di lapangan atau di lokasi penelitian (Sarwono, 2006: 209). Data primer
a) Data LHR.
sekunder dapat diperoleh dari instansi terkait (Sarwono, 2006: 209). Data
a) Data CBR dan topografi dari UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan Pamekasan.
Data primer didapat dengan cara survei langsung pada area penelitian.
1) Membagi ruas jalan menjadi beberapa segmen yaitu 100 m per segmen.
kerusakan jalan.
49
3.4.1. Metode Bina Marga
berikut.
1) Menentukan luas (A) dan total luas (Ad) dari kerusakan jalan.
50
3.4.3. Desain Perkerasan Tambahan.
1) Melakukan analisa lalu lintas untuk mendapatkan nilai beban lalu lintas aktual
ESA4.
Hasil dari penelitian yang dilakukan setelah menganalisis semua data adalah:
ruas jalan Sampang-Ketapang dari Metode Bina Marga dan Metode PCI.
51
4. Tebal desain perkerasan tambahan sesuai kondisi pada ruas jalan Sampang-
Ketapang berdasarkan urutan prioritas nilai kondisi jalan dari Metode Bina Marga
Diagram alir dari penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1. berikut
52
BAB IV
29+100 sepanjang 5,3 km. Ruas jalan tersebut merupakan ruas jalan dengan tipe 2/2
UD (2 lajur dan 2 arah, tanpa median) dengan lebar masing-masing lajur 2 m dan bahu
Cara yang dilakukan agar dapat mengidentifikasi keadaan permukaan pada jalan
untuk memperoleh jenis dan dimensi (panjang, lebar dan kedalaman) kerusakan yang
diukur menggunakan alat ukur roll meter. Kemudian melakukan perhitungan kondisi
kerusakan jalan sehingga dapat segera menentukan penanganan yang tepat untuk
mengoptimalkan kembali fungsi jalan atau pelayanan dari jalan tersebut. Sketsa
Gambar 4.1. merupakan sketsa pembagian segmen pada ruas jalan Sampang-
Ketapang STA. 23+800 – 29+300 yang dibagi menjadi 53 segmen dengan jarak antar
53
4.2. Kerusakan Jalan yang Didapatkan
pada ruas jalan Sampang-Ketapang STA. 23+800 – 29+100 adalah terdapat 7 (tujuh)
jenis kerusakan yaitu kerusakan lubang, retak kulit buaya, kegemukan, retak
memanjang dan melintang, kerusakan alur, tambalan dan pelepasan butir. Kerusakan
yang dominan terjadi adalah kerusakan retak dan lubang. Contoh kerusakan yang
54
Kerusakan lubang ditunjukkan pada gambar 4.3. berikut.
Menurut Rondi (2016) metode Bina Marga merupakan metode dengan hasil
secara langsung pada lokasi penelitian untuk mendapatkan jenis kerusakan, dimensi
(panjang, lebar dan luas) kerusakan dan nilai LHR yang akan digunakan untuk
menentukan kelas lalu lintas. Langkah-langkah yang dapat diikuti untuk menghitung
urutan prioritas pada ruas jalan Sampang-Ketapang STA. 23+800 – 29+100 adalah
sebagai berikut.
55
4.3.1. Menentukan Kelas Lalu Lintas
Metode yang digunakan agar mendapatkan nilai LHR adalah pencacahan arus
lalu-lintas (Trafic Counting). Survei LHR dilakukan selama empat hari yaitu pada
tanggal 2-5 Agustus 2021 di lokasi yang sama dengan cara mencatat semua jenis
kendaraan diruas jalur kiri dan jalur kanan. Pengambilan data ini dilakukan pada waktu
Setelah melakukan survei, data yang diperoleh diolah dan dimasukkan ke dalam
excel berupa tabel. Tabel data kendaraan pada ruas jalan Sampang-Ketapang selama
56
Tabel 4.1. Data Kendaraan pada Ruas Jalan Sampang-Ketapang (lanjutan)
Jumlah Kendaraan (smp/jam)
PUKUL Hari
Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat
Pertama
11.00-11.15 256,2 228,2 223,5 240,4
11.15-11.30 242,7 240,2 222,5 258,4
11.30-11.45 230,4 230,7 210,3 279,5
11.45-12.00 210,4 206,2 184,4 277,3
12.00-12.15 200 186,4 174,3 255,8
12.15-12.30 222,9 187,9 184,2 245,4
12.30-12.45 229,3 187,7 186,8 221,6
12.45-13.00 240,8 205,4 202,1 211,3
13.00-13.15 240,9 212,9 206,6 220,2
13.15-13.30 223,9 199,3 189,3 218,9
13.30-13.45 225,3 196,3 189,3 228,9
13.45-14.00 231,7 207,9 201,3 250,2
14.00-14.15 255,2 235,6 231,4 286,3
14.15-14.30 277,6 262,5 267,3 306,9
14.30-14.45 292,1 267,9 269,8 296,8
14.45-15.00 323,6 284,9 311,8 308,7
15.00-15.15 319,7 289,7 332,9 295,5
15.15-15.30 276,6 249,3 305,8 252,3
15.30-15.45 244,9 241,3 307,3 250,5
15.45-16.00 206,6 232,9 276,3 239,2
16.00-16.15 206,2 222,1 255,9 242,8
16.15-16.30 207,7 231,6 254,7 247
16.30-16.45 201,9 225,5 237,6 241,5
16.45-17.00 212,2 202,7 232,1 232
17.00-17.15 222,4 206,3 241,9 229,2
17.15-17.30 260 223,5 256,2 256,8
17.30-17.45 279,3 232,5 269,2 262,5
17.45-18.00 277,7 243,4 262,8 269,6
Jumlah Total 12369,4 10797,1 11164,8 11927,4
(Sumber: Hasil Analisis Data)
Untuk dokumentasi dan hasil survei LHR per hari (selama empat hari) dapat dilihat
pada lampiran 2.
57
.Nilai LHR dihitung dengan cara membagi jumlah lalu lintas selama pengamatan
12369,4+10797,1+11164,8+11927,4
=( )
12 x 4
= 963,72 smp/jam
Nilai LHR pada ruas Jalan Sampang-Ketapang STA. 23+800 – 29+100 adalah 963,72
smp/jam yang artinya kelompok nilai kelas lalu lintas 4 (lihat tabel 2.21).
58
Setelah mendapatkan jenis kerusakan, luas dan persentase kerusakan maka
kondisi jalan sesuai luas dan persentase kerusakan jalan dengan mengacu pada tabel
kerusakan jalan adalah 20 masuk dalam penilaian kondisi kerusakan jalan 8 (lihat tabel
2.22).
59
4.3.3. Menentukan Urutan Prioritas
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai LHR, kelas lalu lintas dan nilai
= 17 – (4+ 8)
=5
Jadi, berdasarkan nilai UP dapat ditarik kesimpulan bahwa jalan tersebut mempunyai
lapis permukaan dari bahan aspal serta melakukan pekerjaan persiapan permukaan.
atau jenis serupa dalam setiap segmen sehingga diperoleh nilai luas total (Ad). Contoh
perhitungan luas dan total luas kerusakan jalan adalah sebagai berikut
P = 5 m ; L= 2,7 m
A= P x l
= 5 x 2,7
= 13,50 m2
60
2) STA. 23+900 - 24+000 terdapat dua jenis kerusakan yaitu lubang dan retak
a. Lubang 1
P = 0,27 m ; l = 0,3 m
A =Pxl
= 0,27 x 0,3
= 0,08 m2
b. Lubang 2
P = 0,5 m ; l = 0,8 m
A =Pxl
= 0,5 x 0,8
= 0,4 m2
c. Lubang 3
P = 0,35 m ; l = 0,3 m
A =Pxl
= 0,35 x 0,3
= 0,11 m2
a. Retak Memanjang
P = 12,8 m ; L = 1 m
A =Pxl
= 12,8 x 1
= 12,8 m2
61
4.4.2. Mencari Persentase Kerusakan (Density)
Density dihitung dengan rumus pembagian antara luas jalan yang rusak dengan
luasan lokasi penilitian dalam satu segmen dengan panjang 100 m, maka contoh
Ad
Density = x 100%
Ld
13,5
= x 100%
100 x 7
= 2,25%
Ad
Density = x 100%
Ld
0,59
= x 100%
100 x 7
= 0,1%
Ad
Density = x 100%
Ld
12,8
= x 100%
100 x 7
= 2,13%
Keterangan:
62
4.4.3. Menentukan Nilai Deduct Value (DV)
sebagai sumbu x pada kurva sesuai dengan tiap jenis kerusakannya hingga memotong
tingkat keparahan kerusakan yaitu rendah, sedang, atau tinggi. Jika terdapat tingkat
kerusakan yang berbeda maka diambil tingkat kerusakan paling parah atau kerusakan
yang paling tinggi. Kemudian hasil titik perpotongan dibuat garis lurus horizontal ke
arah sumbu y untuk memperoleh nilai DV, maka contoh perhitungan nilai deduct value
nilai density 2,25% dan tingkat kerusakan “L” low severity level maka nilai
deduct value ditunjukkan pada gambar 4.4. kurva deduct value kerusakan
63
Berdasarkan gambar 4.4. tentang kurva deduct value retak melintang
nilai density 0,1% dan tingkat kerusakan “M” medium severity level maka
nilai deduct value ditunjukkan oleh gambar 4.5. Kurva deduct value
dengan nilai density 2,13% dan tingkat kerusakan “M” medium severity level
maka nilai deduct value ditunjukkan pada gambar 4.6. Kurva deduct value
64
Gambar 4.6. Kurva Deduct Value Kerusakan Retak Memanjang
(Sumber: Hidayat, 2018)
Total Deduct Value adalah hasil penjumlahan DV tiap satu segmen. Pada
TDV = 21.
Nilai CDV didapatkan dengan memasukkan nilai TDV pada tabel CDV sebagai
sumbu x hingga memotong garis q. Kemudian titik perpotongan dibuat garis horizontal
ke arah sumbu y untuk memperoleh nilai CDV. Nilai q adalah total dari nilai DV yang
lebih dari 2. Contoh perhitungan nilai CDV untuk ruas jalan Sampang-Ketapang STA
65
Maka didapatkan nilai q = 1 karena terdapat satu jenis kerusakan yang bernilai
> 2, maka nilai CDV ditunjukkan pada gambar 4.7. kurva corrected deduct value
Maka didapatkan nilai q = 2 karena terdapat dua jenis kerusakan yang bernilai >
2, maka nilai CDV ditunjukkan oleh gambar 4.8. kurva corrected deduct value
66
Gambar 4.8. Kurva Corrected Deduct Value Segmen 2
(sumber : Hidayat, 2018)
menghitung nilai PCI. Nilai PCI dihitung per satu segmen. Contoh perhitungan nilai
PCI untuk STA 23+800 – 24+000 didapatkan dengan menggunakan persamaan 2-5
berikut.
= 100 – 8
= 92
67
2) Nilai PCI pada segmen STA.23+900 - 24+000 yaitu:
= 100 – 18
= 82
Rekapitulasi perhitungan Ad, Density, DV, TDV, CDV, PCI ditunjukkan pada
68
Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan Ad, Density, DV, TDV, CDV, PCI.
Ukuran
JENIS Ad Density
NO SEGMEN LEVEL p l A DV TDV CDV PCI
KERUSAKAN 2
(m2) (100%)
(m) (m) (m )
1 STA.23+800 - 23+900 Retak melintang L 5 2,7 13,50 13,50 2,25 8 8 8 92
Lubang L 0,27 0,3 0,08
Lubang M 0,5 0,8 0,40 0,59 0,10 5
2 STA. 23+900 - 24+000 21 18 82
Lubang M 0,35 0,3 0,11
Retak memanjang M 12,8 1 12,80 12,80 2,13 16
3 STA. 24+000 - 24+100 - - - - - - - - - - -
4 STA. 24+100 - 24+200 - - - - - - - - - - -
Kegemukan M 5,5 0,73 4,02 4,02 0,67 2
5 STA. 24+200 - 24+300 11 11 89
Retak memanjang M 5,8 1 5,80 5,80 0,97 9
Retak buaya H 4,9 0,27 1,32 1,32 0,22 18
6 STA. 24+300 - 24+400 19 19 81
Kegemukan M 1,4 1,6 2,24 2,24 0,37 1
Lubang L 0,3 0,5 0,15
Lubang L 0,14 0,8 0,11
Lubang L 0,19 0,82 0,16
Lubang L 0,24 0,86 0,21
2,34 0,39 18
7 STA. 24+400 - 24+500 Lubang M 0,3 0,89 0,27 32 25 75
Lubang M 0,57 0,39 0,22
Lubang M 0,49 0,42 0,21
Lubang M 1,22 0,84 1,02
Retak buaya M 6 0,4 2,40 2,40 0,40 14
69
Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan Ad, density, DV, TDV, CDV, PCI (lanjutan).
Ukuran
JENIS Ad Density
NO SEGMEN LEVEL p l A DV TDV CDV PCI
KERUSAKAN 2 (m2) (100%)
(m) (m) (m )
Kegemukan M 3,1 0,88 2,73
15,26 2,54 10
Kegemukan H 7,2 1,74 12,53
8 STA. 24+500 - 24+600 30 21 79
Retak buaya M 8,1 0,53 4,29 4,29 0,72 19
Lubang L 0,29 1,13 0,33 0,33 0,05 1
Lubang M 1,13 1 1,13
9 STA. 24+600 - 24+700 4,03 0,67 25 25 25 75
Lubang L 2,9 1 2,90
10 STA. 24+700 - 24+800 - - - - - - - - - - -
11 STA. 24+800 - 24+900 Lubang M 2,8 0,5 1,40 1,40 0,23 11 11 11 89
12 STA. 24+900 - 25+000 - - - - - - - - - - -
Pelepasan Butir H 8 1 8,00 8,00 1,33 18
Lubang M 1,6 0,38 0,61
13 STA. 25+000 - 25+100 28 20 80
Lubang M 0,52 0,35 0,18 1,17 0,19 10
Lubang M 0,77 0,49 0,38
14 STA. 25+100 - 25+200 - - - - - - - - - - -
15 STA. 25+200 - 25+300 Lubang M 3 0,35 1,05 1,05 0,18 9 9 9 91
Retak buaya M 3,7 2,1 7,77 7,77 1,30 23
16 STA. 25+300 - 25+400 Lubang L 1,34 0,33 0,44 28 21 79
0,81 0,13 5
Lubang L 1,1 0,33 0,36
17 STA. 25+400 - 25+500 - - - - - - - - - - -
18 STA. 25+500 - 25+600 - - - - - - - - - - -
70
Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan Ad, density, DV, TDV, CDV, PCI (lanjutan).
Ukuran
JENIS Ad Density
NO SEGMEN LEVEL p l A DV TDV CDV PCI
KERUSAKAN (m2) (100%)
(m) (m) (m2)
19 STA. 25+600 - 25+700 - - - - - - - - - - -
Retak buaya H 3 0,7 2,10 2,10 0,35 19
20 STA. 25+700 - 25+800 20 20 80
Lubang L 1,2 0,55 0,66 0,66 0,11 1
21 STA. 25+800 - 26+400 - - - - - - - - - - -
Retak memanjang M 11,3 1 11,30 11,30 1,88 15
22 STA. 26+400 - 26+500 18 16 84
Lubang L 1,4 0,7 0,98 0,98 0,16 3
23 STA. 26+500 - 26+600 Lubang M 2,2 1,3 2,86 2,86 0,48 18 18 18 82
24 STA. 26+600 - 27+100 - - - - - - - - - - -
Kegemukan L 8,8 0,94 8,27 8,27 1,38 0
Retak memanjang L 9,2 1 9,20 9,20 1,53 5
25 STA. 27+100 - 27+200 26 20 80
Lubang H 0,57 0,44 0,25
0,95 0,16 21
Lubang H 0,7 1 0,70
26 STA. 27+200 - 27+300 - - - - - - - - - - -
Retak memanjang L 15,5 1 15,50 15,50 2,58 7
27 STA. 27+300 - 27+400 12 9 91
Kegemukan H 4,5 1 4,50 4,50 0,75 5
28 STA. 27+400 - 27+500 Kegemukan H 17,4 1 17,40 17,40 2,90 10 10 10 90
Kegemukan H 20 1 20,00 20,00 3,33 11
Penurunan bahu
29 STA. 27+500 - 27+600 M 12 0,92 11,04 11,04 1,84 6 36 21 79
jalan
Retak memanjang M 18,7 1 18,70 18,70 3,12 19
71
Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan Ad, density, DV, TDV, CDV, PCI (lanjutan).
Ukuran
JENIS Ad Density
NO SEGMEN LEVEL p l A DV TDV CDV PCI
KERUSAKAN (m2) (100%)
(m) (m) (m2)
Tambalan M 8,3 1,36 11,29 11,6
1,95 12
30 STA. 27+600 - 27+700 Tambalan L 1,2 0,32 0,38 7 33 23 77
Alur M 8 1,2 9,60 9,60 1,60 21
31 STA. 27+700 - 27+800 - - - - - - - - - - -
10,5
Retak buaya M 11,5 0,92 10,58 1,76 25
32 STA. 27+800 - 27+900 8 26 26 74
Lubang L 0,95 0,5 0,48 0,48 0,08 1
33 STA. 27+900 - 28+000 - - - - - - - - - - -
34 STA. 28+000 - 28+100 Retak buaya L 1 0,85 0,85 0,85 0,14 6 6 6 94
35 STA. 28+100 - 28+200 Retak buaya L 0,6 0,22 0,13 0,13 0,02 0 0 0 0
Retak memanjang H 2,7 1 2,70 10,0
36 STA. 28+200 - 28+300 1,67 25 25 25 75
Retak memanjang M 7,3 1 7,3 0
Retak buaya M 5 1,8 9,00 9,00 1,50 24
37 STA. 28+300 - 28+400 34 23 77
Retak memanjang M 6,7 1 6,7 6,70 1,12 10
38 STA. 28+400 - 28+800 - - - - - - - - - - -
39 STA. 28+800 - 28+900 Retak melintang L 0,9 0,5 0,45 0,45 0,08 0 0 0 0
40 STA. 28+900 - 29+000 Lubang L 0,4 0,3 0,12 0,12 0,02 0 0 0 0
41 STA. 29+000 - 29+100 Retak buaya M 1,5 0,7 1,05 1,05 0,18 10 10 10 90
(Sumber: Hasil Analisis Data)
72
Kerusakan jalan dihitung per km mulai dari STA 23+800 - 29+100 (5,3 km).
Jadi, berdasarkan data dari tabel 4.5. perhitungan total nilai PCI dapat
23+800 – 29+100 berdasarkan metode PCI adalah Sangat Baik (Very Good) (lihat
tabel 2.23).
4.5. Perbandingan Metode Bina Marga dan PCI (Pavement Condition Index)
dilakukan dengan cara membandingkan kedua metode antara metode Bina Marga
dengan metode PCI (Pavement Condition Index). Metode Bina Marga menghasilkan
sebesar 78,13 berarti kondisi jalan masuk dalam kategori sangat baik (very good).
Perbandingan antara metode Bina Marga dengan metode PCI (Pavement Condition
73
0-3
4-6
>7
Gambar 4.9. Perbandingan antara Metode Bina Marga dengan Metode PCI
(Sumber: Andini, 2019)
Apabila dalam urutan prioritas Bina Marga dengan nilai kerusakan metode PCI
dibandingkan menggunakan gambar 4.9. dihasilkan nilai UP 5 dan nilai PCI 78,13.
Nilai UP 5 kategori pemeliharaan berkala pada gambar 4.9. menunjukkan rentang nilai
penggantian perlengkapan jalan yang rusak serta pelapisan ulang (overlay). Nilai PCI
termasuk pekerjaan-pekerjaan perbaikan untuk menjaga agar jalan tetap pada kondisi
yang baik.
jalan. Metode Bina Marga lebih baik digunakan untuk mengevaluasi kondisi
kerusakan jalan yang relatif panjang karena pengerjaannya lebih cepat tidak
membutuhkan grafik untuk tiap jenis kerusakan serta data yang digunakan pun hanya
74
menggunakan data volume lalu lintas kendaraan sedangkan metode PCI lebih tepat
untuk mengevaluasi kondisi kerusakan jalan yang relatif pendek karena pengerjaannya
membutuhkan grafik untuk setiap jenis kerusakan sehingga pengerjaannya lebih lama.
Berdasarkan hasil evaluasi perbandingan metode Bina Marga dan metode PCI
diperoleh jenis penanganan yang relatif sama, maka digunakan jenis penanganan dari
metode Bina Marga karena volume lalu lintas ditinjau dalam memberikan penilaian
terhadap kondisi jalan. Faktor volume lalu lintas tersebut memberikan dampak
bentuk penanganan untuk mencegah adanya kerusakan yang lebih parah serta setiap
rencana.
kerusakan retak dengan lebar < 2 mm, pengisian celah/retak (P4) untuk kerusakan
retak dengan lebar > 2 mm, pemarkaan ulang, pemeliharaan atau pembersihan Rumaja
(Ruang Manfaat Jalan), penggantian perlengkapan jalan yang rusak serta pelapisan
ulang (overlay).
75
4.6.1. Pekerjaan Penutupan Retakan (P3)
lebar celah < 2 mm. Langkah-langkah pekerjaan penutupan retakan adalah sebagai
berikut:
2. Membersihkan lokasi kerusakan, karena lokasi yang akan diperbaiki harus dalam
3. Menyemprotkan tack coat di area yang akan diperbaiki. Tack coat ini berfungsi
4. Menebar dan meratakan campuran aspal beton pada area yang akan diperbaiki
lebar celah > 2 mm. Langkah-langkah pekerjaan pengisian retakan adalah sebagai
berikut:
2. Membersihkan lokasi kerusakan, karena lokasi yang akan diperbaiki harus dalam
3. Mengisi retakan dengan aspal cutback menggunakan aspal sprayer atau dengan
4. Menebarkan pasir kasar pada retakan yang telah diisi aspal dengan tebal 10 mm.
yang rata.
76
4.6.3. Prosedur Pekerjaan Overlay
Pekerjaan overlay merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk melapisi ulang ruas
berikut:
2. Menentukan titik serta menentukan luasan yang akan digali lalu diberi tanda pada
4. Membersihkan area yang telah dilakukan pengerukan, karena lokasi yang akan
5. Melakukan penyemprotan tack coat pada area yang sudah bersih dan kering. Tack
coat ini berfungsi sebagai perekat antara aspal lama dengan aspal yang abru.
tambahan (overlay) diperhitungkan dengan mengacu pada Metode Bina Marga 2017,
Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk memperoleh nilai tebal lapis
77
4.7.1. Prosedur Desain Overlay
tambahan dengan laju pertumbuhan lalu lintas (i) untuk jalan kolektor 3,5% (lihat tabel
2.24. Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas) sehingga beban pada jalan tersebut
sebesar 0,5 x 106 (lihat tabel 2.25. Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan Lalu Lintas
Rendah). Dengan demikian untuk memperoleh nilai overlay dapat mengikuti langkah-
langkah berikut .
40
= x 633,80
21,35
= 1187,45 µm
40
D200 = Beban x lendutan
40
= x 275,4
21,35
= 515,97 µm
berikut ini.
CF = D0 - D200
= 1187,45 – 515,97
= 671,48 µm
78
3) Menentukan faktor koreksi temperatur (FT ) dengan persamaan 2-8 berikut.
MAPT
FT = temperatur perkerasan saat pengukuran lendutan
41
=
36
= 1,14
ketebalan aspal 50 mm dan suhu 36°C, maka diperoleh nilai ft yaitu 1,01 (lihat
tabel 2.26), sedangkan faktor koreksi temperatur lendutan (D0 - D200 ) untuk
untuk FWD langkah selanjutnya adalah menentukan nilai D0 terkoreksi dan D0-
= 1,01 x 1187,45
= 1199,32 µm
= 1,03 x 515,97
= 531,45 µm
6) Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga 2017 dengan tebal aspal eksisting
= 1379,22 µm
79
7) Menghitung nilai D0 rata-rata, Koefisien Variasi dan Standar Deviasi.
D0rata−rata = 947 µm
= 1,426 µm = 1,43 mm
maka, tebal overlay dapat ditentukan dengan menggunakan grafik tebal overlay
25 mm. Ketebalan tersebut kurang dari ketentuan ketebalan standar untuk perbaikan
Hasil perhitungan tebal lapisan tambahan (overlay) dapat dilihat pada lampiran 3.
80
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
1. Jenis kerusakan jalan berdasarkan hasil evaluasi pada ruas jalan Sampang-
Ketapang adalah terdapat 7 (tujuh) jenis kerusakan yaitu kerusakan retak kulit
kerusakan alur, kerusakan tambalan dan pelepasan butiran. Jenis kerusakan yang
metode Bina Marga dan metode PCI yaitu dengan metode Bina Marga diperoleh
hasil penanganan dengan nilai UP sebesar 5 berarti jalan masuk kedalam kegiatan
keparahan kerusakan jalan dengan nilai PCI sebesar 78,13 yang berarti kondisi
jalan dalam keadaan sangat baik (very good). Dengan metode Bina Marga
dihasilkan nilai urutan prioritas dan saran penanganan terhadap kondisi jalan,
sedangkan menggunakan metode PCI dihasilkan rating kondisi jalan atau tingkat
kondisi kerusakan jalan dari metode Bina Marga dan metode PCI adalah
81
(overlay), penutupan retakan (P3) untuk kerusakan retak dengan lebar < 2 mm,
pengisian retakan (P4) untuk kerusakan retak dengan lebar > 2 mm, pemarkaan
4. Tebal desain perkerasan tambahan yang sesuai dengan kondisi pada ruas jalan
5.2. Saran
Pada evaluasi tingkat kerusakan jalan yang dilakukan dalam tugas akhir ini dapat
1. Apabila selanjutnya terdapat penelitian dengan objek yang sama maka bisa
anggaran biaya untuk perbaikan jalan pada ruas jalan Sampang-Ketapang STA.
23+800 – 29+100.
82
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Belinda Ulfa, 2020. Faktor Pendorong Terjadinya Keterkaitan Kota-Desa dari
Segi Pergerakan Orang Antara Kota Mojokerto dengan Wilayah Peri-Urban di
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Universitas Sebelas Maret 2(1).
Aulia, Mohamad Donie. Analisis Kebutuhan Jalan Di Kawasan Kota Baru Tegalluar
Kabupaten Bandung. Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM 11(1): 41-55.
Bakri, M.D., 2019. Evaluasi Kondisi dan Kerusakan Perkerasan Lentur Dengan
Metode Pavement Condition Index (PCI) (Studi Kasus: Jalan Gunung Selatan
Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara). Borneo Engineering Jurnal Teknik
Sipil 3(2): 81-96.
Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. September.
Jakarta
Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan. Kementrian Pekerjaan Umum.
Jakarta
Bolla, M.E., 2012. Perbandingan Metode Bina Marga dan Metode PCI (Pavement
Condition Index) Dalam Penilaian Kondisi Perkerasan Jalan (Studi Kasus Ruas
Jalan Kaliurang, Kota Malang). Jurnal Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana
1(3): 104-116.
Budu, Anis Suryanto, 2019. Analisis Lalu Lintas Simpang Bersinyal Pada Ruas Jalan
HB. Yasin km 5 Kota Gorontalo. Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa, dan
Teknologi Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) 4(2): 163-170. STITEK Bina Taruna
Gorontalo.
83
Direktorat Jenderal Bina Marga Depatemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
1990. Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten
No. 77/KPTS/Db/1990. Jakarta.
Indrayani, 2012. Kajian Pemodelan Lebar Jalan pada Perumahan Bukit Sejahtera.
Jurnal Teknik Sipil 7(2): 22-31.
Morisca, W. 2014. Evaluasi Beban Kendaraan Terhadap Derajat Kerusakan dan Umur
Sisa Jalan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan 2(4): 692-699.
Pamungkas Bayu. 2014. Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan Sebagai Dasar Penentuan
Perbaikan Jalan Menggunakan Metode Bina Marga dan Metode PCI (pavement
condition index). Universitas Gajah Mada.
Pramono, P. 2018. Analisis Kerusakan Perkerasan Jalan Menurut Metode Bina Marga
dan PCI (Pavement Condition Index) Studi Kasus: Ruas Jalan Pahlawan Bukit
Raya-Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Teknik Sipil
dan Arsitektur 1(1): 1-15.
Saleh, Fitria Soraya. 2019. Analisis Kinerja Persimpangan Jalan M.H. Thamrin dan
Jalan Merdeka. Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa, dan Teknologi Sekolah Tinggi
Teknik (STITEK) 4(2): 155-162. STITEK Bina Taruna Gorontalo.
84
Saodang, Hamirhan. 2004. Kontrksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan. Nova.
Bandung.
Saputro, D.A., 2014. Perbandingan Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan Dengan Metode
Bina Marga dan Metode Paver. Studi Kasus: Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Malang dan sekitarnya. Jurnal Ilmu-ilmu Teknik 3(10): 10-20.
Sari, D.N., 2014. Analisa Kendaraan Terhadap Derajat Kerusakan Jalan dan Umur
sisa. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan 2(4): 615-620.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Bandung.
Shahin, M.Y. 1994. Pavement for Airports, Roads, Parking Lots, Chapman and Hall,
Dept.BC, New York.
Sholihin, L.N, Bambang, S. dan Azizah, R. 2020. Perbandingan Nilai Kerusakan Jalan
Dengan Metode Bina Marga dan metode IRI (International Roughness Index) di
Kabupaten Lumajang. Jurnal Rekayasa Sipil 8(3): 174-185.
85
Wicaksono, M.F.B. dan Purwo. M. 2018. Analisis Nilai Kondisi Perkerasan Jalan
Secara Visual Dengan Metode Bina Marga dan Pavement Condition Index Studi
Kasus: Jalan Mastrip (Surabaya 10+100 - 10+700). Jurnal Rekayasa Teknik Sipil
3(3).
Wirnanda, I., R. Anggraini, dan M. Isya. 2018. Analisis Tingkat Kerusakan Jalan dan
Pengaruhnya terhadap Kecepatan Kendaraan (Studi Kasus: Jalan Blang Bintang
Lama dan Jalan Teungku Hasan Dibakoi). Jurnal Teknik Sipil 1(3): 617-626.
Yunardhi, H. Alkas, M.J. dan Heri, S. 2018. Analisa Kerusakan Jalan dengan metode
PCI (Pavement Condition Index) dan alternatif penyelesaiannya (Studi
Kasus:Ruas Jalan D. I. Panjaitan). Jurnal Teknlogi Sipil 2(2): 38-4.
Zulfikar, Rifqi. 2014. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Menyajikan
Hirarki Klasifikasi Fungsi Jalan dan Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)
Ruas Jalan di Kabupaten Batang. Jurnal Unnes 3(1): 48-53.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan
L1-1
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-2
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-3
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-4
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-5
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-6
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-7
Lampiran 1. Gambar Kerusakan Jalan (lanjutan).
L1-8
Lampiran 2. Dokumentasi Survei LHR.
L2-1
Lampiran 2A. Tabel Survei LHR Hari Pertama
PUKUL
Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk
Sepeda motor, Sekuter, Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Gandeng
Sepeda Kumbang dan Roda 3 Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu Tangki 3 Sumbu dan Truk Trailer
Angkot) Belakang 3/4
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
06.00-06.15 95 23 15 9 5 2
06.15-06.30 191 30 10 11 7 1
06.30-06.45 174 55 12 7 1 1 3
06.45-07.00 225 45 19 9 0 1
07.00-07.15 135 44 13 9 2 0
07.15-07.30 112 28 8 10 3 2
07.30-07.45 95 27 11 15 2 2
07.45-08.00 127 21 7 9 1 1
08.00-08.15 84 8 9 9 3 0
08.15-08.30 78 12 8 8 1 3
08.30-08.45 83 9 6 5 4 3
08.45-09.00 91 8 7 8 1 2
09.00-09.15 93 9 9 7 3 3
09.15-09.30 86 9 9 6 5 2
09.30-09.45 104 8 11 6 1 3
09.45-10.00 117 7 15 8 3 4
10.00-10.15 125 15 11 6 5 3
10.15-10.30 98 21 8 4 2 4
10.30-10.45 91 19 7 4 1 1
10.45-11.00 114 9 5 5 0 2
11.00-11.15 73 4 6 9 1 4 1
11.15-11.30 94 5 7 10 0 1
11.30-11.45 87 5 6 6 2 3
11.45-12.00 78 6 5 6 4 2
12.00-12.15 82 9 9 8 1 3
12.15-12.30 116 12 5 6 6 2
12.30-12.45 108 9 7 4 3 3 1
12.45-13.00 87 17 2 5 0 3
13.00-13.15 85 8 3 5 5 0
13.15-13.30 91 6 2 8 7 1
13.30-13.45 84 8 5 9 3 2
13.45-14.00 110 5 3 4 6 1
14.00-14.15 109 9 4 6 1 1
14.15-14.30 132 11 2 9 2 0 2
14.30-14.45 96 25 12 6 1 0 3
14.45-15.00 155 19 9 4 1 0 1
L2-2
Lampiran 2A. Tabel Survei LHR Hari Pertama (lanjutan).
PUKUL
Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk
Sepeda motor, Sekuter, Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Gandeng
Sepeda Kumbang dan Roda 3 Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu Tangki 3 Sumbu dan Truk Trailer
Angkot) Belakang 3/4
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
15.00-15.15 97 4 10 2 2 3
15.15-15.30 79 8 8 4 0 1
15.30-15.45 81 7 7 3 1 2
15.45-16.00 98 6 5 2 1 0
16.00-16.15 120 9 3 1 3 0
16.15-16.30 88 5 2 3 2 2
16.30-16.45 75 8 4 5 1 0
16.45-17.00 93 9 12 4 6 2
17.00-17.15 123 11 6 5 2 1
17.15-17.30 144 19 2 4 0 2
17.30-17.45 93 15 3 2 1 1 2
17.45-18.00 131 9 4 3 1 1
PUKUL
Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk Truk/Box,
Sepeda motor, Sekuter, Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Tangki Truk Gandeng
Sepeda Kumbang dan Roda 3 Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
Angkot) Belakang 3/4 3 Sumbu
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
06.00-06.15 75 9 16 4 1 2
06.15-06.30 167 15 9 3 3 0
06.30-06.45 122 27 11 5 0 0
06.45-07.00 134 21 17 6 1 1
07.00-07.15 89 31 9 3 2 0
07.15-07.30 110 18 6 3 1 2
07.30-07.45 96 9 5 2 0 2
07.45-08.00 142 10 8 3 0 1
08.00-08.15 91 7 9 5 2 1
08.15-08.30 88 7 6 2 2 3
08.30-08.45 81 8 7 4 0 0
L2-3
Lampiran 2B. Tabel Survei LHR Hari Kedua (lanjutan).
PUKUL
Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk Truk/Box,
Sepeda motor, Sekuter, Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Tangki Truk Gandeng
Sepeda Kumbang dan Roda 3 Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
Angkot) Belakang 3/4 3 Sumbu
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
08.45-09.00 87 9 5 7 1 2
09.00-09.15 73 7 8 3 2 3
09.15-09.30 152 12 8 2 1 2
09.30-09.45 111 11 6 1 2 3
09.45-10.00 138 9 7 5 4 5
10.00-10.15 94 9 5 4 0 3
10.15-10.30 83 10 6 0 2 4
10.30-10.45 79 8 7 8 1 3
10.45-11.00 80 6 5 2 0 2
11.00-11.15 67 8 8 5 1 3
11.15-11.30 76 9 7 8 2 4
11.30-11.45 65 10 8 0 0 3
11.45-12.00 59 6 6 1 1 0
12.00-12.15 71 9 5 2 1 3
12.15-12.30 89 11 3 0 3 2
12.30-12.45 73 8 6 3 0 3
12.45-13.00 69 9 5 7 1 0 1
13.00-13.15 87 7 3 6 3 0
13.15-13.30 78 7 5 1 1 1 1
13.30-13.45 81 6 4 2 1 0 2
13.45-14.00 117 8 11 3 0 0
14.00-14.15 101 7 9 2 3 1
14.15-14.30 95 7 6 4 2 2
14.30-14.45 79 9 8 3 4 1
14.45-15.00 80 7 9 5 0 0
15.00-15.15 91 8 9 8 2 4
15.15-15.30 88 8 6 5 0 0
15.30-15.45 75 6 6 7 1 2
15.45-16.00 85 7 18 3 1 1
16.00-16.15 52 5 4 0 3 3
16.15-16.30 69 9 7 1 2 1
16.30-16.45 77 11 5 4 0 0
16.45-17.00 74 7 5 4 0 2
17.00-17.15 38 7 4 3 3 1
17.15-17.30 44 6 2 1 1 2
17.30-17.45 51 7 5 2 1 1
17.45-18.00 55 5 3 5 0 1
L2-4
Lampiran 2C. Tabel Survei LHR Hari Ketiga.
PUKUL
Sepeda motor, Sekuter, Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk Truk/Box,
Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Sepeda Kumbang dan Roda Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Tangki Truk Gandeng
Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
3 Angkot) Belakang 3/4 3 Sumbu
Kelompok
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Jenis
06.00-06.15 88 11 8 5 5 5
06.15-06.30 95 19 11 0 4 1
06.30-06.45 145 38 17 2 7 0
06.45-07.00 137 29 9 1 0 1
07.00-07.15 91 13 11 3 2 1
07.15-07.30 124 9 9 0 0 0
07.30-07.45 103 9 9 2 2 3
07.45-08.00 93 11 10 3 1 2
08.00-08.15 88 10 5 1 1 0
08.15-08.30 79 12 2 2 1 3
08.30-08.45 110 8 6 4 0 3
08.45-09.00 95 8 5 7 1 2
09.00-09.15 101 10 3 7 3 3
09.15-09.30 90 19 4 5 2 2
09.30-09.45 89 9 3 2 1 0
09.45-10.00 119 10 6 8 3 5
10.00-10.15 89 10 3 8 1 2
10.15-10.30 90 9 7 4 2 4
10.30-10.45 79 11 5 4 1 4
10.45-11.00 97 13 2 3 0 1
11.00-11.15 60 5 3 1 1 4
11.15-11.30 82 6 6 3 2 4
11.30-11.45 71 4 7 0 2 3
11.45-12.00 70 7 5 2 0 2
12.00-12.15 97 8 7 0 1 3
12.15-12.30 113 9 5 2 1 2
12.30-12.45 83 12 2 4 0 1
12.45-13.00 87 9 5 3 2 3
13.00-13.15 99 6 3 3 3 0
13.15-13.30 88 7 2 1 1 1
13.30-13.45 81 9 5 2 0 1
13.45-14.00 77 8 9 4 1 0
14.00-14.15 63 7 8 4 1 1
14.15-14.30 124 8 11 4 2 0 1
14.30-14.45 113 9 13 3 0 0
L2-5
Lampiran 2C. Tabel Survei LHR Hari Ketiga (lanjutan).
PUKUL
Sepeda motor, Sekuter, Oplet Pick-up, Suburban, Pick-up, Micro truk, mobil Truk/Box, Truk Truk/Box,
Sedan, Jeep, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Sepeda Kumbang dan Roda Combi, Minibus (MPU dan hantaran dan Truk Ban Bus Kecil Bus Besar Tangki 2 Sumbu Truk Tangki Truk Gandeng
Station dan Taxi Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
3 Angkot) Belakang 3/4 3 Sumbu
Kelompok
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Jenis
14.45-15.00 76 25 16 4 0 1
15.00-15.15 87 31 8 2 2 3
15.15-15.30 98 29 8 0 0 0
15.30-15.45 80 19 5 3 1 2
15.45-16.00 115 23 9 0 1 0
16.00-16.15 96 11 7 0 3 0
16.15-16.30 61 14 6 3 2 2
16.30-16.45 72 9 3 5 0 0
16.45-17.00 83 21 11 4 0 2
17.00-17.15 65 17 6 1 2 3
17.15-17.30 77 8 5 3 0 1
17.30-17.45 85 11 2 2 1 1
17.45-18.00 69 9 7 1 0 0
PUKUL
Oplet Pick-up,
Sepeda motor, Sekuter, Pick-up, Micro truk, Truk/Box, Truk/Box,
Sedan, Jeep, Suburban, Combi, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Sepeda Kumbang dan mobil hantaran dan Bus Kecil Bus Besar Truk Tangki 2 Truk Tangki Truk Gandeng
Station dan Taxi Minibus (MPU dan Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
Roda 3 Truk Ban Belakang Sumbu 3/4 3 Sumbu
Angkot)
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
06.00-06.15 150 16 31 5 4 3
06.15-06.30 134 15 22 8 4 1
06.30-06.45 119 27 17 9 1 2
06.45-07.00 286 12 25 9 0 2
07.00-07.15 104 10 18 18 2 0
07.15-07.30 89 11 9 6 0 3
L2-6
Lampiran 2D. Tabel Survei LHR Hari Keempat (lanjutan).
PUKUL
Oplet Pick-up,
Sepeda motor, Sekuter, Pick-up, Micro truk, Truk/Box, Truk/Box,
Sedan, Jeep, Suburban, Combi, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Sepeda Kumbang dan mobil hantaran dan Bus Kecil Bus Besar Truk Tangki 2 Truk Tangki Truk Gandeng
Station dan Taxi Minibus (MPU dan Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
Roda 3 Truk Ban Belakang Sumbu 3/4 3 Sumbu
Angkot)
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
07.30-07.45 81 7 7 6 2 4
07.45-08.00 180 9 6 18 5 2
08.00-08.15 101 7 8 3 3 1
08.15-08.30 99 6 10 2 1 4
08.30-08.45 102 8 5 5 2 3
08.45-09.00 98 6 7 2 1 2
09.00-09.15 94 9 9 7 3 3
09.15-09.30 68 14 10 4 0 2
09.30-09.45 67 7 16 2 1 3
09.45-10.00 94 6 7 3 3 5
10.00-10.15 111 4 9 5 1 3
10.15-10.30 86 10 9 2 2 5
10.30-10.45 42 6 7 4 1 4
10.45-11.00 55 5 10 3 0 2
11.00-11.15 73 8 8 8 2 4
11.15-11.30 89 7 9 19 3 4
11.30-11.45 88 10 19 11 2 3 1
11.45-12.00 66 9 21 9 0 2
12.00-12.15 77 7 7 2 3 4
12.15-12.30 68 8 6 3 1 2
12.30-12.45 91 7 6 5 1 3
12.45-13.00 244 8 9 2 0 3
13.00-13.15 86 8 10 2 1 3 0
13.15-13.30 87 6 17 4 1 1
13.30-13.45 131 12 7 7 2 2
13.45-14.00 87 21 5 5 0 0
14.00-14.15 122 18 9 6 1 1 1
14.15-14.30 90 16 8 2 2 0
14.30-14.45 82 7 14 4 0 1
14.45-15.00 93 9 10 2 1 2
L2-7
Lampiran 2D. Tabel Survei LHR Hari Keempat (lanjutan).
PUKUL
Oplet Pick-up,
Sepeda motor, Sekuter, Pick-up, Micro truk, Truk/Box, Truk/Box,
Sedan, Jeep, Suburban, Combi, Truk/Box, Truk Truk Semi Treiler
Sepeda Kumbang dan mobil hantaran dan Bus Kecil Bus Besar Truk Tangki 2 Truk Tangki Truk Gandeng
Station dan Taxi Minibus (MPU dan Tangki 2 Sumbu dan Truk Trailer
Roda 3 Truk Ban Belakang Sumbu 3/4 3 Sumbu
Angkot)
Kelompok Jenis
MC LV LV LV HV HV HV HV HV HV HV
Kendaraan
15.00-15.15 101 11 9 2 2 3
15.15-15.30 97 8 7 5 0 2
15.30-15.45 112 5 11 9 1 2
15.45-16.00 108 17 8 4 1 1
16.00-16.15 115 11 8 4 3 0
16.15-16.30 73 8 5 1 2 2
16.30-16.45 104 14 8 2 1 0 1
16.45-17.00 118 8 13 8 1 0 2
17.00-17.15 91 9 9 1 2 1
17.15-17.30 114 9 7 3 0 2
17.30-17.45 76 8 7 1 1 2
17.45-18.00 60 7 8 2 3 3
L2-8
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Tebal Lapisan Tambahan (Overlay)
D0 D0 -D200
D0 D0-D200 D0
Beban Uji D0 D200 Temp Aspal Tebal Aspal D0 normal D200 normal Faktor Faktor
STA CF (µm) AMPT/Tlap Terkoreksi Terkoreksi Penyesuaian
(kN) (µm) (µm) (°C) existing (mm) (µm) (µm) Koreksi Koreksi
Temp (µm) Temp (µm) ke BB (µm)
Temp Temp (µm)
23+800 21,35 633,80 275,40 36 50 1.187,45 515,97 671,48 1,14 1,01 1,03 1.199,32 531,45 1.379,22
24+000 21,35 372,10 187,10 36 50 697,14 350,54 346,60 1,14 1,01 1,03 704,11 361,05 809,73
24+200 21,35 549,80 242,30 36 50 1.030,07 453,96 576,11 1,14 1,01 1,03 1.040,37 467,58 1.196,43
24+400 21,35 656,70 231,70 36 50 1.230,35 434,10 796,25 1,14 1,01 1,03 1.242,65 447,12 1.429,05
24+600 21,35 132,50 71,30 36 50 248,24 133,58 114,66 1,14 1,01 1,03 250,73 137,59 288,33
24+800 21,35 652,20 165,10 36 50 1.221,92 309,32 912,60 1,14 1,01 1,03 1.234,14 318,60 1.419,26
25+000 21,35 512,10 261,30 36 50 959,44 489,56 469,88 1,14 1,01 1,03 969,03 504,24 1.114,39
25+200 21,35 263,40 125,50 36 50 493,49 235,13 258,36 1,14 1,01 1,03 498,42 242,18 573,19
25+400 21,35 354,10 121,10 36 50 663,42 226,89 436,53 1,14 1,01 1,03 670,05 233,69 770,56
25+600 21,35 487,30 137,00 36 50 912,97 256,67 656,30 1,14 1,01 1,03 922,10 264,37 1.060,42
25+800 21,35 288,10 97,10 36 50 539,77 181,92 357,85 1,14 1,01 1,03 545,16 187,38 626,94
26+000 21,35 529,30 213,20 36 50 991,66 399,44 592,22 1,14 1,01 1,03 1.001,58 411,42 1.151,82
26+200 21,35 265,70 63,40 36 50 497,80 118,78 379,02 1,14 1,01 1,03 502,78 122,35 578,19
26+400 21,35 462,00 175,20 36 50 865,57 328,24 537,33 1,14 1,01 1,03 874,23 338,09 1.005,36
26+800 21,35 528,80 148,40 36 50 990,73 278,03 712,69 1,14 1,01 1,03 1.000,63 286,37 1.150,73
27+000 21,35 610,50 122,60 36 50 1.143,79 229,70 914,10 1,14 1,01 1,03 1.155,23 236,59 1.328,52
27+200 21,35 653,40 251,90 36 50 1.224,17 471,94 752,22 1,14 1,01 1,03 1.236,41 486,10 1.421,87
27+400 21,35 385,40 102,40 36 50 722,06 191,85 530,21 1,14 1,01 1,03 729,28 197,61 838,67
27+600 21,35 193,60 86,10 36 50 362,72 161,31 201,41 1,14 1,01 1,03 366,34 166,15 421,30
27+800 21,35 255,30 142,60 36 50 478,31 267,17 211,15 1,14 1,01 1,03 483,10 275,18 555,56
28+000 21,35 465,10 99,20 36 50 871,38 185,85 685,53 1,14 1,01 1,03 880,10 191,43 1.012,11
28+200 21,35 103,20 65,60 36 50 193,35 122,90 70,44 1,14 1,01 1,03 195,28 126,59 224,57
28+400 21,35 228,10 140,70 36 50 427,35 263,61 163,75 1,14 1,01 1,03 431,63 271,51 496,37
28+600 21,35 487,50 219,80 36 50 913,35 411,80 501,55 1,14 1,01 1,03 922,48 424,16 1.060,85
28+800 21,35 565,80 177,70 36 50 1.060,05 332,93 727,12 1,14 1,01 1,03 1.070,65 342,92 1.231,24
29+100 21,35 682,10 264,60 36 50 1.277,94 495,74 782,20 1,14 1,01 1,03 1.290,72 510,61 1.484,33
Rata-rata 311 947
Std. Dev 373
Koef. Variasi 0,39
Lendutan Karakteristik 1.426
L3-1