Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI KEBERHASILAN KINERJA RUANG

HENTI KHUSUS PADA SIMPANG BERSINYAL


(Studi Kasus: Simpang Bersinyal Jl. Sudirman-
Jl.Waturenggong)

TUGAS AKHIR

Oleh :

Abdiana Ria Risky Rieuwpassa


NIM: 1204105055

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

i
i
ii
ABSTRAK

Kota Denpasar merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali dengan


populasi penduduk yang tinggi. Dengan meningkatnya populasi penduduk di kota
Denpasar mengakibatkan bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor.
Peningkatan kendaraan bermotor terutama sepeda motor akan berpengaruh pada
analisis simpang bersinyal, dikarenakan pengguna sepeda motor berusaha
menggunakan secara optimal semua ruang yang ada di simpang. Untuk
menanggulangi proporsi sepeda motor yang tinggi dan permasalahan konflik yang
ditimbulkan di simpang sudah banyak di lakukan alternatif – alternatif
penanggulangan, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah lajur Ruang
Henti Khusus (RHK). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan penerapan RHK di Denpasar.
Dalam penelitian ini evaluasi terhadap keberhasilan penerapan RHK
dilakukan dengan metode manual. Metode manual dilakukan untuk memperoleh
data geometrik RHK, data tingkat keterisian RHK, dan data tingkat pelanggran
RHK. Untuk menganalisis data digunakan Modul Pelatihan Monitoring dan
Evaluasi RHK dari Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan.
Dari hasil evaluasi keberhasilan RHK di dapat hasil tingkat keterisian RHK
terhadap kapasitas di pendekat Jl. Sudirman sebesar 45% dan pendekat Jl.
Waturenggong sebesar 33%. Untuk tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda
motor sebesar di pendekat Jl. Sudirman sebesar 87% dan pendekat Jl.
Waturenggong sebesar 68%. Sedangkan tingkat pelanggaran akibat melanggar
marka melintang garis henti di pendekat Jl. Sudirman sebesar 10% dan pendekat Jl.
Waturenggong sebesar 5%, untuk pengendara sepeda motor yang tidak tertampung
akibat perilaku di pendekat Jl. Sudirman sebesar 62% dan pendekat Jl.
Waturenggong sebesar 37%, akibat kapasitas RHK sebesar 16% dan pendekat Jl.
Waturenggong sebesar 21%, dan akibat tidak terisinya RHK di pendekat Jl.
Sudirman sebesar 22% dan di pendekat Jl. Waturenggong sebesar 42%. Sehingga
RHK di Jl. Sudirman dan RHK di Jl. Waturenggong dinyatakan cukup berhasil
diterapkan.

Kata Kunci: Ruang Henti Khusus (RHK), Sepeda Motor, Tingkat Keterisian,
Tingkat Pelanggaran

iii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
Evaluasi Keberhasilan Kinerja Ruang Henti Khusus Pada Simpang Bersinyal
(Studi Kasus Persimpangan Jl. Sudirman – Jl. Waturenggong) ini dengan tepat
pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi sebgian
persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., Ph.D sebagai Dekan
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Suweda, MSP., MPhil. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan banyak petunjuk, saran, waktu dan bimbingan
kepada saya selama penyusuan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Nyoman Widana Negara, MSc selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, dan perbaikan dalam penyusuan
Tugas Akhir ini.
5. Kedua orang tua, yaitu Lintje Mangetek dan Pieter Rieuwpassa serta kakak
yaitu Hesty Dimisera Rieuwpassa, Evert Robert James Ully, Gildati Olivera
Rieuwpassa, Cahyo Ari Wibowo, serta Maria Lavina Gracia Evert yang
telah memberikan dukungan kepada penulis.
6. Teman - teman yang telah membantu dalam pelaksanaan survei
7. Rekan - rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 khususnya
Hi-Ve dan rekan – rekan KKN-PPM Periode XI Jatuluwih yang telah
memberikan banyak bantuan dan saran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

iv
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberi
dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini


masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Juli 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR NOTASI ............................................................................................... xii

BAB I 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
Batasan Masalah ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4


Pengertian Persimpangan .............................................................. 4
Persimpangan dan Lampu Lalu Lintas .......................................... 4
Definisi dan Persyaratan Ruang Henti Kendaraan Bermotor ........ 5
Definisi Ruang Henti Khusus Kendaraan Bermotor ..................... 5
Persyaratan Ruang Henti Khusus .................................................. 6
Perancangan Teknis Desain RHK ................................................. 8
Sepeda Motor Rencana .................................................................. 8
Tipe Desain RHK .......................................................................... 9
Marka dan Rambu RHK .............................................................. 12
Sosialisasi RHK ........................................................................... 18
Sosialisasi Melalui Media Elektronik .......................................... 18
Sosialisasi Melalui Media Cetak ................................................. 19
Rambu Sosialisasi ........................................................................ 20
Prosedur Monitoring dan Evaluasi RHK ..................................... 20

vi
Survei Lalu Lintas ....................................................................... 20
Metode Pengolahan dan Analisis Data Survei ............................ 21

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26


Kerangka Analisis........................................................................ 26
Survei Pendahuluan dan Pemilihan Lokasi ................................. 27
Studi Pustaka ............................................................................... 27
Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian ................................ 29
Pengumpulan Data ....................................................................... 29
Pengumpulan Data Primer ........................................................... 29
Pengumpulan Data Sekunder....................................................... 29
Desain Penelitian dan Survei Percobaan ..................................... 29
Survei Lalu Lintas ....................................................................... 30
Survei Dimensi RHK ................................................................... 30
Survei Tingkat Keterisian RHK .................................................. 30
Survei Tingkat Pelanggaran RHK ............................................... 31
Analisis Data................................................................................ 32
Tingkat Keterisian RHK .............................................................. 32
Tingkat Pelanggaran RHK........................................................... 32
Kesimpulan dan Saran ................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34


Data Geometri.............................................................................. 34
Data Keterisian RHK Pada Simpang Jl. Sudirman – Jl.
Waturenggong ............................................................................. 34
Data Pelanggaran RHK Di Simpang Jl. Sudirman – Jl.
Waturenggong ............................................................................. 35
Analisi Data Keterisian Pada RHK ............................................. 36
Analisis Data Keterisian RHK Pada Jl. Sudirman....................... 36
Analisis Data Keterisian RHK Pada Jl. Waturenggong .............. 37
Analisis Tingkat Keterisian Pada RHK ....................................... 38
Analisis Tingkat Keterisian RHK Pada Jl. Sudirman .................. 38
Analisis Tingkat Keterisian RHK Pada Jl. Waturenggong.......... 41
Analisis Tingkat Pelanggaran Pada RHK .................................... 44
Analisis Tingkat Pelanggaran RHK Pada Jl. Sudirman .............. 44

vii
Analisis Tingkat Pelanggaran RHK Pada Jl. Waturenggong ...... 48
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Pada Simpang Jl. Sudirman –
Jl. Waturenggong ......................................................................... 52
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Pada Jl. Sudirman ............. 52
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Jl. Waturenggong .............. 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57


Simpulan ...................................................................................... 57
Saran ............................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59

LAMPIRAN A Peta Lokasi Survei ....................................................................... 61


LAMPIRAN B Hasil Survei ................................................................................. 65
LAMPIRAN C DOKUMENTASI ........................................................................ 97
LAMPIRAN D SURAT - SURAT...................................................................... 101

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan pulau
jalan .................................................................................................... 7
Gambar 2.2 Potongan melintang lebar lajur minimum. .......................................... 7
Gambar 2.3 Penumpukan sepeda motor.................................................................. 8
Gambar 2.4 Ruang statis sepeda motor ................................................................... 9
Gambar 2.5 RHK tipe kotak RHK (RHK tanpa lajur pendekat)........................... 10
Gambar 2.6 RHK tipe P (RHK dengan lajur pendekat) ........................................ 11
Gambar 2.7 Marka RHK tipe kotak ...................................................................... 13
Gambar 2.8 Marka RHK tipe P ............................................................................. 13
Gambar 2.9 Marka area ......................................................................................... 14
Gambar 2.10 Detail potongan marka .................................................................... 14
Gambar 2.11 Ukuran marka lambang sepeda motor ............................................. 15
Gambar 2.12 Ukuran marka lambang panah......................................................... 16
Gambar 2.13 Rambu petunjuk RHK ..................................................................... 17
Gambar 2.14 Pelanggaran garis henti ................................................................... 23
Gambar 2.15 Pelanggaran memutar pada pulau jalan ........................................... 24
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...................................................................... 28
Gambar 4.1 Mobil yang berhenti pada area RHK................................................. 55
Gambar 4.2 RHK tidak terisi penuh ...................................................................... 55
Gambar 4.3 Perilaku pengendara yang menghalangi kendaraan lain memasuki
area RHK ........................................................................................... 56

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapasitas RHK tipe kotak 2 lajur ......................................................... 10


Tabel 2.2 Kapasitas RHK tipe kotak 3 lajur ......................................................... 10
Tabel 2.3 Kapasitas RHK tipe P dengan 2 lajur.................................................... 11
Tabel 2.4 Kapasitas RHK tipe P dengan 3 lajur.................................................... 12
Tabel 2.5 Tingkat keterisian area RHK................................................................. 22
Tabel 2.6 Tingkat keterisian RHK hanya diisi oleh sepeda motor ....................... 23
Tabel 4.1 Data geometri simpang Jl. Sudirman – Jl. Waturenggong .................... 34
Tabel 4.2 Data geometri RHK pada simpang Jl. Sudirman – Jl. Waturenggong .. 34
Tabel 4.3 Data keterisian RHK Jl. Sudirman ........................................................ 35
Tabel 4.4 Data keterisian RHK Jl. Waturenggong ................................................ 35
Tabel 4.5 Data pelanggaran RHK Jl. Sudirman .................................................... 35
Tabel 4.6 Data pelanggaran RHK Jl. Waturenggong ............................................ 36
Tabel 4.7 Jumlah rata-rata sepeda motor yang mengisi RHK per fase
Jl. Sudirman .......................................................................................... 37
Tabel 4.8 Jumlah rata-rata sepeda motor yang mengisi RHK per fase
Jl. Waturenggong .................................................................................. 38
Tabel 4.9 Tingkat keterisian RHK ........................................................................ 39
Tabel 4.10 Tingkat keterisian RHK Jl. Sudirman ................................................. 40
Tabel 4.11 Tingkat keterisian RHK hanya diisi oleh sepeda motor ..................... 41
Tabel 4.12 Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor di Jl. Sudirman .... 41
Tabel 4.13 Tingkat keterisian RHK terhadap kapasitas ........................................ 42
Tabel 4.14 Tingkat keterisian RHK pada Jl. Waturenggong ................................ 43
Tabel 4.15 Tingkat keterisian RHK terhadap hanya diisi oleh sepeda motor ....... 44
Tabel 4.16 Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor di
Jl. Waturenggong ................................................................................ 44
Tabel 4.17 Tingkat pelanggaran sepeda motor yang melewati marka melintang
garis henti di Jl. Sudirman................................................................... 45
Tabel 4.18 Tingkat pelanggaran RHK di Jl. Sudirman ......................................... 48
Tabel 4.19 Tingkat pelanggaran sepeda motor yang melewati marka melintang
garis henti Jl. Waturenggong............................................................... 49

x
Tabel 4.20 Tingkat pelanggaran RHK di Jl. Waturenggong ................................. 51
Tabel 4.21 Hasil analisis tingkat keterisian RHK di Jl. Sudirman ........................ 52
Tabel 4.22 Hasil analisis tingkat pelanggaran RHK di Jl. Sudirman .................... 53
Tabel 4.23 Hasil analisis tingkat keterisian RHK Jl. Waturenggong .................... 54
Tabel 4.24 Hasil analisis tingkat pelanggaran RHK di Jl. Waturenggong............ 54

xi
DAFTAR NOTASI

C = Kapasitas RHK (unit)


A = Luas RHK (m2)
D = Dimensi satu sepeda motor sebesar 1.5 m2
DC = Tingkat keterisian RHK (%)
R = Rata-rata jumlah sepeda motor yang ada di dalam RHK (unit)
DCm = Tingkat keterisian RHK hanya oleh Sepeda Motor (%)
Pm = Jumlah fase yang dimana hanya terdapat sepeda motor tanpa
kendaraan lain (unit)
P = Jumlah keseluruhan fase
RTP = Rata – rata tingkat pelanggaran (%)
JP = Jumlah sepeda motor yang melanggar marka melintang garis henti
selama 2 jam (unit)
JT = Jumlah keseluruhan sepeda motor yang berhenti pada kotak RHK (unit)
TP = Tingkat pelanggaran (%)
JF = Jumlah fase sepeda motor tidak tertampung pada RHK selama 2 jam (fase)
TF = Jumlah keseluruhan fase sepeda motor selama 2 jam (fase)
RHK = Ruang henti khusus

xii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kota Denpasar merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang memiliki
tingkat populasi penduduk yang cukup tinggi. Dengan meningkatnya populasi
penduduk di kota Denpasar mengakibatkan bertambahnya jumlah pengendara
kendaraan bermotor. Pertumbuhan ini secara langsung berpengaruh pada
peningkatan proporsi kendaraan pada arus lalu lintas.

Peningkatan kendaraan bermotor terutama sepeda motor akan berpengaruh


pada analisis simpang bersinyal, disebabkan pengguna sepeda motor berusaha
menggunakan secara optimal semua ruang yang ada di simpang. Selain itu perlu
ditingkatkan faktor keamanan dan kenyamanan bagi pengguna kendaraan sepeda
motor saat mengantri pada simpang. Untuk menanggulangi proporsi sepeda motor
yang tinggi dan permasalahan konflik yang ditimbulkan di simpang sudah banyak
dilakukan alternatif–alternatif penanggulangan. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan adalah lajur Ruang Henti Khusus (RHK). Penumpukan kendaraan
bermotor yang tidak teratur terjadi di setiap pendekat simpang bersinyal.
Penumpukan itu juga menutup pergerakan lalu lintas belok kiri langsung serta
menghalangi pergerakan pejalan kaki. Banyaknya pelanggaran terhadap marka
jalan juga terjadi pada tempat yang terdapat RHK.

Simpangan Jl. Sudirman – Jl. Waturenggong merupakan simpang bersinyal


yang tergolong jalan komersil dan akses jalan kawasan berbagai aktivitas
masyarakat seperti pendidikan, kantor, pasar, rumah sakit, mall dan perumahan.
Oleh katena itu perlu adanya suatu evaluasi mengenai tingkat keberhasilan
penerapan RHK sepeda motor pada salah simpang bersinyal di kota Denpasar, yaitu
persimpangan Jl. Sudirman - Jl. Waturenggong.

1
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah tingkat keterisian pada Ruang Henti Khusus di


persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong?
2. Bagaimanakah tingkat pelanggaran pada Ruang Henti Khusus di
persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong?
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan operasional Ruang Henti Khusus di
persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong?

Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat keterisian pada Ruang Henti Khusus di


persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong.
2. Untuk mengetahui tingkat pelanggaran pada Ruang Henti Khusus di
persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong.
3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Ruang Henti Khusus di
persimpangan Jalan Sudirman – Jalan Waturenggong.

Manfaat Penelitian
Dengan adanya penulisan Tugas Akhir ini diharapkan akan diperoleh
beberapa manfaat antara lain:

1. Bagi mahasiswa dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan tentang


penerapan Ruang Henti Khusus pada suatu simpang bersinyal dan dapat
mengembangkan penelitian mengenai Ruang Henti Khusus.
2. Bagi Fakultas Teknik, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian
khususnya di bidang transportasi.
3. Bagi pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukkan
dalam perencanaan, evaluasi dan pemantauan keefektifitasan pada suatu

2
simpang bersinyal yang memiliki Ruang Henti Khusus. Selain itu pula dapat
menjadi bahan dalam pemantauan apakah penyediaan Ruang Henti Khusus
pada ruas jalan di persimpangan berdampak lebih baik untuk mengurangi
konflik lalu lintas atau tidak.

Batasan Masalah
Batasan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Waktu penelitian pada jam pagi 09.00 - 11.00 dan pada jam siang 12.00
- 14.00 serta pada jam sore 17.00 - 19.00 pada masing-masing kaki
simpang.
2. Pengambilan data berdasarkan survei lapangan, data yang diambil
mencakup ukuran area RHK, data keterisian RHK, dan data pelanggaran
RHK.
3. Keterisian RHK ditinjau dari keterisian RHK terhadap kapasitas dan
keterisian RHK oleh kendaraan lain selain sepeda motor.
4. Pelanggaran RHK meliputi sepeda motor yang melewati marka
melintang garis henti dan sepeda motor yang tidak tertampung pada
RHK. Sepeda motor dinyatakan melewati marka melintang garis henti
bila sebagian roda sepeda motor melewati garis henti. Sepeda motor yang
tidak tertampung pada RHK karena perilaku pengendara sepeda motor
atau roda empat yang menghalangi sepeda motor lain untuk menuju area
RHK atau karena kapasitas RHK yang kurang memadai dan tidak
terisinya area RHK karena volume kendaraan yang rendah.
5. Metode perhitungan menggunakan pedoman Modul Pelatihan
Monitoring dan Evaluasi RHK Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan
Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Badan
Penelitian dan Pengembangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Persimpangan
Persimpangan didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau
lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk
pergerakan lalu lintas di dalamnya (Kishty dan Lall, 2005). Persimpangan
merupakan salah satu tempat terjadinya suatu konflik antara suatu kendaraan
dengan kendaraan lain. Dalam sistem jaringan jalan kota, persimpangan merupakan
titik pertemuan kendaraan dari beberapa arah. Kemacetan sering terjadi pada
persimpangan jalan akibat ketidaksabaran para pengguna jalan maupun manajemen
pengaturan lalu lintas yang kurang baik, oleh karena itu dibutuhkan pengaturan lalu
lintas untuk mengurangi terjadinya konflik untuk kelancaran dan keamanan dalam
berkendaraan (Tamin, 2000), dalam rekayasa manajemen lalu lintas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Pemasangan dan perbaikan sistem lampu lalu lintas secara terisolasi dan
mengatur seluruh lampu lalu lintas secara terpusat (Area Traffic Control System,
ATCS).
b. Perbaikan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada, termasuk jaringan jalan
kereta api, jalan raya dan bus untuk menunjang Sistem Angkutan Umum
Transportasi Perkotaan Terpadu (SAUTPT).
c. Penerapan manajemen transportasi, antara lain kebijakan perparkiran, perbaikan
fasilitas pejalan kaki dan fasilitas sepeda motor, serta jalur khusus bus.

Persimpangan dan Lampu Lalu Lintas


Peraturan Kementerian Perhubungan No. KM Nomor 14 Tahun 2006
membagi persimpangan menjadi 5 jenis yaitu simpang prioritas, bundaran
lalulintas, perbaikan geometri persimpangan, pengendalian persimpangan dengan
alat pemberi isyarat lalu lintas, dan persimpangan tidak sebidang.

4
Lampu lalu lintas adalah suatu alat kontrol dengan menggunakan lampu yang
terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas. Cara
pengoperasian menurut jenis kendali, lampu lalu lintas terdiri dari (Suraji, 2008):

a. Fixed time traffic signal yaitu pengoperasian lampu lalu lintas dimana
pengaturan waktunya tidak mengalami perubahan.
b. Actuated traffic signal yaitu pengoperasian lampu lalu lintas dimana pengaturan
waktunya mengalami perubahan dari waktu kewaktu sesuai dengan kedatangan
kendaraan dari berbagai pendekat/kaki simpang.
Pada umumnya sinyal lalu lintas digunakan karena berbagai alasan antara lain
(Direktorat Jendral Bina Marga, 1997):
a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan
selama kondisi lalu lintas jam puncak.
b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan
simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan.

Definisi dan Persyaratan Ruang Henti Kendaraan Bermotor


Definisi Ruang Henti Khusus Kendaraan Bermotor
Ruang henti khusus (Exclusive Stopping Space) untuk sepeda motor,
disingkat RHK pada persimpangan merupakan salah satu alternatif pemecahan
masalah penumpukan sepeda motor pada persimpangan bersinyal (Idris, 2007).
RHK sepeda motor merupakan fasilitas ruang berhenti untuk sepeda motor selama
fase merah yang ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor roda empat.
RHK ditempatkan di depan garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat, akan
tetapi penempatannya tidak melewati ujung pendekat persimpangan. RHK ini
dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk kendaraan
bermotor roda empat lainnya. Kedua marka garis henti ini ditempatkan secara
berurutan dan dipisahkan oleh suatu ruang dengan jarak tertentu. Beberapa tujuan
diimplementasikan RHK ialah:

5
a) Memberikan ruang penglihatan kepada pengemudi kendaraan bermotor lain
sehingga dapat melihat pengendara sepeda motor.
b) Mengijinkan pengendara sepeda motor untuk dapat melewati antrian
dengan menggunakan lajur pendekat dan mengantri di bagian paling depan
pada saat nyala lampu merah.
c) Menempatkan para pengendara sepeda motor di tempat yang lebih aman,
terlihat oleh pengemudi kendaraan bermotor lainnya, sehingga dapat di beri
jalan untuk maju terlebih dahulu.
Model RHK untuk sepeda motor dikembangkan dari model Advanced Stop
Lines (ASLs) untuk sepeda, yaitu fasilitas yang diperuntukkan bagi sepeda yang
ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor (Wall GT et al, 2003). Di antara
kedua garis henti ini, terbentuk suatu area yang dikenal sebagai area reservoir yang
merupakan area penungguan selama fase merah, yang memungkinkan sepeda
motor dapat menunggu di depan kendaraan bermotor lainnya di kaki persimpangan.
RHK berfungsi untuk membantu sepeda motor langsung ke persimpangan secara
efektif dan aman yang memungkinkan sepeda motor untuk bergerak lebih dahulu
dari kendaraan roda empat dan membuat persimpangan bersih lebih dahulu. Hal ini
akan membuat kendaraan lain lebih mudah bergerak serta dapat mengurangi resiko
konflik lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai manuver kendaraan bermotor
khususnya manuver sepeda motor yang akan berbelok (belok kiri).
Prinsip penetapan perlunya RHK sepeda motor pada dasarnya diawali dengan
asumsi meningkatnya jumlah sepeda motor yang digambarkan dengan volume
penumpukan sepeda motor serta proporsi sepeda motor. Perancangan RHK pada
jalan perkotaan memiliki kriteria khusus, diantaranya menentukan desain
perancangan RHK seperti tipe RHK dan perancangan dimensi RHK, perancangan
marka dan perancangan rambu perintah RHK.

Persyaratan Ruang Henti Khusus


Adapun persyaratan dalam pembuatan dan penempatan ruang henti khusus
pada suatu ruas jalan adalah (Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan,
2012):

6
1. Persyaratan geometri persimpangan
a. Persimpangan yang memiliki minimum dua lajur pada pendekat
simpang. Kedua lajur pendekat tersebut bukan merupakan lajur belok
kiri langsung seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan pulau
jalan
Sumber: Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan (2012)

b. Lebar lajur pendekat simpang disyaratkan 3,5 meter pada pendekat


simpang tanpa belok kiri langsung. Hal ini dimaksudkan agar terdapat
ruang bagi sepeda motor untuk memasuki RHK seperti yang ditunjukan
pada Gambar 2.2
0,5 m 0,5 m

Gambar 2.2 Potongan melintang lebar lajur minimum.


Sumber: Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan (2012)

Anda mungkin juga menyukai