TUGAS AKHIR
Oleh :
i
i
ii
ABSTRAK
Kata Kunci: Ruang Henti Khusus (RHK), Sepeda Motor, Tingkat Keterisian,
Tingkat Pelanggaran
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
Evaluasi Keberhasilan Kinerja Ruang Henti Khusus Pada Simpang Bersinyal
(Studi Kasus Persimpangan Jl. Sudirman – Jl. Waturenggong) ini dengan tepat
pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi sebgian
persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., Ph.D sebagai Dekan
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Suweda, MSP., MPhil. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan banyak petunjuk, saran, waktu dan bimbingan
kepada saya selama penyusuan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Nyoman Widana Negara, MSc selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, dan perbaikan dalam penyusuan
Tugas Akhir ini.
5. Kedua orang tua, yaitu Lintje Mangetek dan Pieter Rieuwpassa serta kakak
yaitu Hesty Dimisera Rieuwpassa, Evert Robert James Ully, Gildati Olivera
Rieuwpassa, Cahyo Ari Wibowo, serta Maria Lavina Gracia Evert yang
telah memberikan dukungan kepada penulis.
6. Teman - teman yang telah membantu dalam pelaksanaan survei
7. Rekan - rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 khususnya
Hi-Ve dan rekan – rekan KKN-PPM Periode XI Jatuluwih yang telah
memberikan banyak bantuan dan saran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
iv
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberi
dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
Batasan Masalah ............................................................................ 3
vi
Survei Lalu Lintas ....................................................................... 20
Metode Pengolahan dan Analisis Data Survei ............................ 21
vii
Analisis Tingkat Pelanggaran RHK Pada Jl. Waturenggong ...... 48
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Pada Simpang Jl. Sudirman –
Jl. Waturenggong ......................................................................... 52
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Pada Jl. Sudirman ............. 52
Analisis Tingkat Keberhasilan RHK Jl. Waturenggong .............. 53
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan pulau
jalan .................................................................................................... 7
Gambar 2.2 Potongan melintang lebar lajur minimum. .......................................... 7
Gambar 2.3 Penumpukan sepeda motor.................................................................. 8
Gambar 2.4 Ruang statis sepeda motor ................................................................... 9
Gambar 2.5 RHK tipe kotak RHK (RHK tanpa lajur pendekat)........................... 10
Gambar 2.6 RHK tipe P (RHK dengan lajur pendekat) ........................................ 11
Gambar 2.7 Marka RHK tipe kotak ...................................................................... 13
Gambar 2.8 Marka RHK tipe P ............................................................................. 13
Gambar 2.9 Marka area ......................................................................................... 14
Gambar 2.10 Detail potongan marka .................................................................... 14
Gambar 2.11 Ukuran marka lambang sepeda motor ............................................. 15
Gambar 2.12 Ukuran marka lambang panah......................................................... 16
Gambar 2.13 Rambu petunjuk RHK ..................................................................... 17
Gambar 2.14 Pelanggaran garis henti ................................................................... 23
Gambar 2.15 Pelanggaran memutar pada pulau jalan ........................................... 24
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...................................................................... 28
Gambar 4.1 Mobil yang berhenti pada area RHK................................................. 55
Gambar 4.2 RHK tidak terisi penuh ...................................................................... 55
Gambar 4.3 Perilaku pengendara yang menghalangi kendaraan lain memasuki
area RHK ........................................................................................... 56
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 4.20 Tingkat pelanggaran RHK di Jl. Waturenggong ................................. 51
Tabel 4.21 Hasil analisis tingkat keterisian RHK di Jl. Sudirman ........................ 52
Tabel 4.22 Hasil analisis tingkat pelanggaran RHK di Jl. Sudirman .................... 53
Tabel 4.23 Hasil analisis tingkat keterisian RHK Jl. Waturenggong .................... 54
Tabel 4.24 Hasil analisis tingkat pelanggaran RHK di Jl. Waturenggong............ 54
xi
DAFTAR NOTASI
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Denpasar merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang memiliki
tingkat populasi penduduk yang cukup tinggi. Dengan meningkatnya populasi
penduduk di kota Denpasar mengakibatkan bertambahnya jumlah pengendara
kendaraan bermotor. Pertumbuhan ini secara langsung berpengaruh pada
peningkatan proporsi kendaraan pada arus lalu lintas.
1
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah:
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penulisan Tugas Akhir ini diharapkan akan diperoleh
beberapa manfaat antara lain:
2
simpang bersinyal yang memiliki Ruang Henti Khusus. Selain itu pula dapat
menjadi bahan dalam pemantauan apakah penyediaan Ruang Henti Khusus
pada ruas jalan di persimpangan berdampak lebih baik untuk mengurangi
konflik lalu lintas atau tidak.
Batasan Masalah
Batasan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Waktu penelitian pada jam pagi 09.00 - 11.00 dan pada jam siang 12.00
- 14.00 serta pada jam sore 17.00 - 19.00 pada masing-masing kaki
simpang.
2. Pengambilan data berdasarkan survei lapangan, data yang diambil
mencakup ukuran area RHK, data keterisian RHK, dan data pelanggaran
RHK.
3. Keterisian RHK ditinjau dari keterisian RHK terhadap kapasitas dan
keterisian RHK oleh kendaraan lain selain sepeda motor.
4. Pelanggaran RHK meliputi sepeda motor yang melewati marka
melintang garis henti dan sepeda motor yang tidak tertampung pada
RHK. Sepeda motor dinyatakan melewati marka melintang garis henti
bila sebagian roda sepeda motor melewati garis henti. Sepeda motor yang
tidak tertampung pada RHK karena perilaku pengendara sepeda motor
atau roda empat yang menghalangi sepeda motor lain untuk menuju area
RHK atau karena kapasitas RHK yang kurang memadai dan tidak
terisinya area RHK karena volume kendaraan yang rendah.
5. Metode perhitungan menggunakan pedoman Modul Pelatihan
Monitoring dan Evaluasi RHK Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan
Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Badan
Penelitian dan Pengembangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persimpangan
Persimpangan didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau
lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk
pergerakan lalu lintas di dalamnya (Kishty dan Lall, 2005). Persimpangan
merupakan salah satu tempat terjadinya suatu konflik antara suatu kendaraan
dengan kendaraan lain. Dalam sistem jaringan jalan kota, persimpangan merupakan
titik pertemuan kendaraan dari beberapa arah. Kemacetan sering terjadi pada
persimpangan jalan akibat ketidaksabaran para pengguna jalan maupun manajemen
pengaturan lalu lintas yang kurang baik, oleh karena itu dibutuhkan pengaturan lalu
lintas untuk mengurangi terjadinya konflik untuk kelancaran dan keamanan dalam
berkendaraan (Tamin, 2000), dalam rekayasa manajemen lalu lintas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
a. Pemasangan dan perbaikan sistem lampu lalu lintas secara terisolasi dan
mengatur seluruh lampu lalu lintas secara terpusat (Area Traffic Control System,
ATCS).
b. Perbaikan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada, termasuk jaringan jalan
kereta api, jalan raya dan bus untuk menunjang Sistem Angkutan Umum
Transportasi Perkotaan Terpadu (SAUTPT).
c. Penerapan manajemen transportasi, antara lain kebijakan perparkiran, perbaikan
fasilitas pejalan kaki dan fasilitas sepeda motor, serta jalur khusus bus.
4
Lampu lalu lintas adalah suatu alat kontrol dengan menggunakan lampu yang
terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas. Cara
pengoperasian menurut jenis kendali, lampu lalu lintas terdiri dari (Suraji, 2008):
a. Fixed time traffic signal yaitu pengoperasian lampu lalu lintas dimana
pengaturan waktunya tidak mengalami perubahan.
b. Actuated traffic signal yaitu pengoperasian lampu lalu lintas dimana pengaturan
waktunya mengalami perubahan dari waktu kewaktu sesuai dengan kedatangan
kendaraan dari berbagai pendekat/kaki simpang.
Pada umumnya sinyal lalu lintas digunakan karena berbagai alasan antara lain
(Direktorat Jendral Bina Marga, 1997):
a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan
selama kondisi lalu lintas jam puncak.
b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan
simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan.
5
a) Memberikan ruang penglihatan kepada pengemudi kendaraan bermotor lain
sehingga dapat melihat pengendara sepeda motor.
b) Mengijinkan pengendara sepeda motor untuk dapat melewati antrian
dengan menggunakan lajur pendekat dan mengantri di bagian paling depan
pada saat nyala lampu merah.
c) Menempatkan para pengendara sepeda motor di tempat yang lebih aman,
terlihat oleh pengemudi kendaraan bermotor lainnya, sehingga dapat di beri
jalan untuk maju terlebih dahulu.
Model RHK untuk sepeda motor dikembangkan dari model Advanced Stop
Lines (ASLs) untuk sepeda, yaitu fasilitas yang diperuntukkan bagi sepeda yang
ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor (Wall GT et al, 2003). Di antara
kedua garis henti ini, terbentuk suatu area yang dikenal sebagai area reservoir yang
merupakan area penungguan selama fase merah, yang memungkinkan sepeda
motor dapat menunggu di depan kendaraan bermotor lainnya di kaki persimpangan.
RHK berfungsi untuk membantu sepeda motor langsung ke persimpangan secara
efektif dan aman yang memungkinkan sepeda motor untuk bergerak lebih dahulu
dari kendaraan roda empat dan membuat persimpangan bersih lebih dahulu. Hal ini
akan membuat kendaraan lain lebih mudah bergerak serta dapat mengurangi resiko
konflik lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai manuver kendaraan bermotor
khususnya manuver sepeda motor yang akan berbelok (belok kiri).
Prinsip penetapan perlunya RHK sepeda motor pada dasarnya diawali dengan
asumsi meningkatnya jumlah sepeda motor yang digambarkan dengan volume
penumpukan sepeda motor serta proporsi sepeda motor. Perancangan RHK pada
jalan perkotaan memiliki kriteria khusus, diantaranya menentukan desain
perancangan RHK seperti tipe RHK dan perancangan dimensi RHK, perancangan
marka dan perancangan rambu perintah RHK.
6
1. Persyaratan geometri persimpangan
a. Persimpangan yang memiliki minimum dua lajur pada pendekat
simpang. Kedua lajur pendekat tersebut bukan merupakan lajur belok
kiri langsung seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan pulau
jalan
Sumber: Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan (2012)