Disusun Oleh :
Putu Aditya Permana Putra
202061121128
Denpasar, 15 Febuari
2024
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.7.2 Arus Lalu Lintas ...........................................................................22
3.7.3 Komposisi Lalu Lintas dan Pemisah Arah ...................................24
3.7.4 Hambatan Samping ......................................................................25
3.8 Variabel Kinerja Ruas Jalan ............................................................................. 26
3.8.1 Kecepatan Arus Bebas .................................................................26
3.8.2 Kapasitas ......................................................................................31
3.8.3 Derajat Kejenuhan ........................................................................35
3.9 Jalan Satu Arah ................................................................................................ 37
3.9.1 Kondisi Dasar Jalan Satu Arah ....................................................38
3.9.2 Perencanaan Jalan Satu arah ........................................................38
3.9.3 Desain Jalan Satu arah .................................................................39
3.9.4 Simulasi Lalu Lintas ....................................................................39
3.10 Vissim ..................................................................................................... 40
3.11 Diagram Alur Penelitian ( Flowchart ) ........................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................43
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 2 Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
................................................................................................................................23
Tabel 3. 3 Ekivalen Mobil Penumpang (Emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah ................................................................................................................24
Tabel 3. 4 Nilai Normal untuk Komposisi Lalu Lintas ..........................................24
Tabel 3. 5 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan ................................26
Tabel 3. 6 Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0) untuk Jalan Perkotaan .................27
Tabel 3. 7 Kecepatan arus bebas dasar...................................................................28
Tabel 3. 8 Lebar jalur dan bahu JBH yang baku ....................................................28
Tabel 3. 9 Koreksi terhadap V_{BD} akibat perbedaan lajur efektif ....................29
Tabel 3. 10 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas (FVW) 29
Tabel 3. 11 Faktor Penyesuaian Kondisi Hambatan Samping (FFVSF) untuk Jalan
Perkotaan ................................................................................................................30
Tabel 3. 12 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota
(FFVCS) .................................................................................................................31
Tabel 3. 13 Kapasitas Dasar (C0) untuk Jalan Perkotaan ......................................32
Tabel 3. 14 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas Untuk
Jalan........................................................................................................................32
Tabel 3. 15 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah (FCSP) ..........33
Tabel 3. 16 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Hambatan Samping (FCSF) .....33
Tabel 3. 17 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS) Pada Jalan
Perkotaan ................................................................................................................35
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian usaha
dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung
dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.
Tujuan dibuatnya manajemen lalu lintas adalah keselamatan dalam berkendara,
Efisiensi system trasportasi , aksebilitas dalam berkendara serta mencegah
terjadinya permasalahan dijalan. Dampak dari penerapan perencanaan manajement
lalu lintas adalah jumblah total arus lalu lintas Transportasi merupakan kebutuhan
yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari perkembangan suatu daerah.
Transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan suatu daerah menjadi kebutuhan
turunan sebagai akibat dari permintaan jasa lain seperti jasa ekonomi, sosial,
budaya, dan sebagainya. Masalah transportasi berbeda dengan masalah lain yang
dihadapi oleh daerah berkembang, karena transportasi justru memburuk seiring
dengan perkembangan ekonomi. Sementara sektor pendidikan, sosial, budaya, dan
kesehatan akan bertambah baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikenal dengan istilah transport paradox (Muharror 2018).
Permasalahan yang terjadi pada jalan Teuku Umar, Denpasar Barat yaitu
kurangnya evisiensi rambu lalu lintas dan sangat padatnya kendaraan yang melaju
kerah jalan Imam Bojol dan ke arah Teuku Umar Barat. Serta sering terjadinya
kemacaten yang mengakibatkan tidak lancarnya arus kendaraan yang terjadi pada
pagi hari maupun siang hari serta kurangnya kenyamanan dalam berkendara atau
menggunakan fasilitas jalan akibat kemacatan yang terjadi. Kemacetan di ruas jalan
Teku Umar di akibatkan karena padatnya kendaraan pada jam kerja seperti siang
dan sore hari kemacetan di ruas jalan Teuku Umar juga di sebabkan karena kurang
efektifnya rambu lalu lintas yang berada di simpang Teuku Umar menuju Imam
Bonjol sehingga mempengaruhi kemacetan yang kapasitas kendaraan di Teuku
Umar menuju Imam Bonjol sangat tinggi. sehiinga kemacetan tersebut hingga
1
2
mencapai simpang jalan Batanta , karna ini di perlukan manajemen di ruas jalan
Teuku Umar lebar jalan juga mempengaruhi kemacetan pada ruas jalan Teuku
Umar.
3
4
4) Halte
5) fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Terkait dengan perihal tersebut Bersumber pada (peraturan pemerintah
republik indonesia nomor 32 tahun, 2011) Aktivitas manajemen serta rekayasa lalu
lintas ialah tanggung jawab:
a. Perencanaan
b. Pengaturan
c. Perekayasaan
d. Pemberdayaan
e. Pengawasan
Berdasarkan pendapat dari (Risdiyanto, 2014) Manajemen lalu lintas
merupakan pengorganisasian, perancangan, pemberian arah, serta kontrol kondisi
pergerakan lalu lintas, termasuk pejalan kaki, pesepeda, serta seluruh jenis alat
transportasi. Bersumber pada hal itu, dalam melaksanakan rekayasa lalu lintas perlu
mencermati situasi jalan, pejalan kaki, serta alat transportasi yang lalu lintas.
Sementara itu, ada teknik - teknik yang bisa diimplementasikan kedalam bagian
konsep manajemen lalu lintas, antara lain :
5
Sumber : ( Manafe,2012)
Dimana volume lalu lintas ini terdiri dari beberapa jenis kendaraan yang
dibahas Dalam (PP No 55,2012) Pada Pasal 1 ayat 1 Kendaraan merupakan
sesuatu alat angkut di jalan yang terdiri atas Alat transportasi Bermotor
serta Alat transportasi Tidak Bermotor. Kemudian Pada Pasal 2
menerangkan jika Kendaraan terdiri atas Kendaraan Bermotor serta
Kendaraan Tidak Bermotor. Sementara itu, dalam Pasal 3 menerangkan
bahwa Kendaraan Bermotor sebagai halnya diartikan sebelumnya,
berdasarkan jenis kendaraan dikelompokkan ke dalam:
a. Sepeda Motor
b. Mobil Penumpang
c. Mobil Bus
d. Mobil Barang
e. Kendaraan khusus
2. Kapasitas Jalan
Kapasitas merupakan arus maksimal melalui suatu titik di jalan yang bisa
dipertahankan per ukuran jam pada situasi khusus. Angka kapasitas
ditinjau melalui pengumpulan data lapangan (Kayori, 2013). Sementara itu,
kapasitas jalan terbagi menjadi tiga jenis berdasarkanvolume kendaraan,
yaitu:
a. Kapasitas dasar (basic capacity)
Kapasitas Dasar merupakan jumlah kendaraan maksimal yang bisa
melewati suatu penampang jalan ataupunruas jalan selama satu jam
pada situasi jalan serta lalu lintas yang paling ideal. Situasi ideal
dimaksud ialah arus lalu lintas tidak tersendat, leluasa dari hambatan
samping ataupun pejalan kaki, arus lalu lintas hanya terdiri dari mobil
penumpang, lebar lajur minimun 3, 6 meter, lebar bahu jalan minimun
1, 8 meter, jalan datar–sedemikian sehingga alinemenhorizontal serta
alinemen vertikal memenuhi kecepatan 120 kilometer/ jam dengan
jarak penglihatan menyiap yang cukup untuk jalan 2 lajur ataupun 3
lajur.
b. Kapasitas yang mungkin
Kapasitas yang mungkin ialah jumlah kendaraan maksimal yang bisa
8
Simpang jalan dengan sinyal, yaitu pemakai jalan dapat melewati simpang
sesuai dengan pengoperasian sinyal lalu lintas. Jadi pemakai jalanhanya boleh lewat
pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan warna hijau pada lengan simpangnya
(Pratama & Elkhasnet, 2019).
2.3.2 Simpang Tidak Bersinyal
Simpang jalan tanpa sinyal, menurut (Pratama & Elkhasnet, 2019) yaitu
simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai jalan
harus memutuskan apakah mereka cukup aman untuk melewati simpang atau harus
berhenti dahulu sebelum melewati simpang tersebut.
2.4 Lampu Lalu Lintas ( traffic lights )
Lampu Lalu Lintas (menurut UU no.22/2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat
13
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya.
Lampu lalu lintas menjadi sebuah alat yang memberikan tanda kapan kendaraan
harus berhenti dan kapan kendaraan harus berjalan secara bergantian dari berbagai
arah. Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur
laju kendaraan dari masing – masing arah kendaraan agar dapat bergantian sehingga
tidak saling mengganggu arus kendaraan dari arah lainnya. Lampu lalu lintas telah
digunakan hampir semua kota di dunia. Lampu yang digunakan menggunakan
lampu yang sama disetiap kota, merah merupakan lampu tanda berhenti, kuning
menandakan untuk berhati – hati dan hijau digunakan sebagai tanda untuk jalan.
1. Data geometric
2. Traffic data
Karakteristik kendaraanSecara sederhana, pembuatan model
Menggunakan Aplikasi transportasi dibagi menjadi 5 tahap:
1. Identifikasi ruang lingkup wilayah yang akan di modelkan
2. Pengumpulan data
3. Network coding
4. Error checking
5. Kalibrasi dan validasi mode
Dalam melakukan simulasi mikroskopik dengan menggunakan aplikasi
transportasi , terdapat beberapa parameter yang perlu ditentukandan diinput agar
14
model simulasi dapat berjalan. Secara singkat, parameteryang perlu diatur untuk
menjalankan model simulasi pada simpang bersinyal adalah sebagai berikut yaitu
menginput background; membuat jaringan jalan; menentukan jenis kendaraan;
menginput kecepatan kendaraan; menginput komposisi kendaraan; menentukan rute
perjalanan; menginput komposisi rute perjalanan; menginput jumlah kendaraan;
mengatur sinyal lalu lintas; menempatkan sinyal lalu lintas; melakukan kalibrasi
dan validasi; menjalankan simulasi (Nabawi et al., 2017)
15
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Umum
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi atas dua jenis data yaitu
data primer (data lapangan) dan data sekunder. Data primer (data lapangan)
dikumpulkan melalui survei langsung kelapangan sedangkan data sekunder
dikumpulkan melalui studi kepustakaan sesuai dengan kebutuhan pada penelitian
ini, berupa literature-literatur, junal-jurnal hasil penelitian yang berhubungan
dengan penelitian ini, data statistik dari Badan Pusat statistik (BPS), PKJI dan
lain-lain. Survei pengumpulan data kinerja lalu lintas pada ruas Teuku Umar
sampai dengan jalan Imam Bonjol
3.2 Gambaran Umum Wilayah Kota Denpasar
Kota Denpasar adalalah kabupaten yang berlokasi di Provinsi Bali Kota
Denpasar memiliki luas sebesar 127,78km². Kota Denpasar Berdasarkan letak
astronomisnya, Kota Denpasar berada di antara 8°35’31” - 8°44’49” Lintang
Selatan dan 115°10’23”- 155 °16’27’’ Bujur Timur. Diketahui bahwa Kota
Denpasar merupakan daerah tingkat dua dengan luas wilayah terkecil di Provinsi Bali.
Kota Denpasar terbagi dalam 4 Kecamatan yaitu Denpasar Barat, Denpasar
Timur, Denpasar Utara Dan Denpasar Selatan. Batas Kota Denpasar adalah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Badung
Strategi Teknik
Manajemen Kapasitas 1) Perbaikan persimpangan
2) Manajemen ruas jalan:
- Pemisahan tipe kendaraan
- Kontrol “on street parking”
(tempat,waktu)
- Pelebaran jalan
3) Area traffic control:
- Batasan tempat membelok
- Sistem jalan satu arah
- Koordinasi lampu lalu lintas
Manajemen Prioritas Prioritas bus, misal jalur bus khusus
Akses angkutan barang, bongkar dan
muatRute sepeda
Kontol daerah parkir
Manajemen Demand Kebijakan parkir
(restrain) Penutupan jalan
Strategi Teknik
3. Kereb adalah batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi
jalur lalulintas dan trotoar.
4. Bahu jalan adalah sisi jalur lalu lintas yang direncanakan untuk
kendaraanberhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat.
5. Trotoar adalah bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki yang
biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh
kereb.
6. Saluran tepi adalah tepi badan jalan yang diperuntukan bagi
penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari
pengaruh air.
Tabel 3. 2 Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
emp
Tipe jalan: Arus lalu lintas total
MC
Jalan tak terbagi dua arah
HV Lebar jalur lalu lintas Wc (m)
(kend/jam)
≤6 >6
Dua lajur tak terbagi 0 1,3 0,5 0,40
(2/2 UD) ≥ 1800 1,2 0,35 0,25
Empat lajur tak terbagi 0 1,3 0,40
(4/2 UD) ≥ 3700 1,2 0,25
Tabel 3. 3 Ekivalen Mobil Penumpang (Emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah
Emp
Tipe jalan:
Arus lalu lintas per lajur
Jalan satu arah dan
(kend/jam) HV MC
Jalan terbagi
Dua lajur satu arah (2/1) dan 0 1,3 0,40
Empat lajur terbagi (4/2 D) ≥ 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,40
Enam lajur terbagi (6/2 D) ≥ 1100 1,2 0,25
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (1997)
keterangan:
Fsmp = faktor satuan mobil penumpang,
Qsmp = arus total kendaraan dalam smp, dan
Qkend = arus total kendaraan.
3.7.3 Komposisi Lalu Lintas dan Pemisah Arah
Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan kecepatan arus jika arus
dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung rasio sepeda motor
atau kendaraan berat dalam arus lalu lintas. Jika arus dan kapasitas dinyatakan
dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan kendaraan ringan dan
kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu lintas. Nilai normal
untuk komposisi lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Pemisahan Arah adalah distribusi arah lalu lintas pada jalan dua arah
(biasanya dinyatakan sebagai persentase dari arus total pada masing – masing
arah). Pemisahan Arah (SP) dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.2.
QDH1
SP = (3.2)
QDH1+2
keterangan:
SP = pemisahan arah (%),
QDH.1 = arus total arah 1 (kend/jam), dan
QDH.1+2 = arus total arah 1 + 2 (kend/jam).
sepanjang segmen jalan yang diamati. Kelas hambatan samping untuk jalan
perkotaan dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3. 5 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan
Jumlah berbobot
Kelas hambatan kejadian per 200 m
Kode Kondisi khusus
samping (SFC) per jam
(dua sisi)
Sangat rendah VL < 100 Daerah permukiman; jalan dengan jalan
samping.
Rendah L 100 – 299 Daerah permukiman; beberapa
kendaraan umum dsb.
Sedang M 300 – 499 Daerah industri, beberapa toko di sisi
jalan.
Tinggi H 500 – 899 Daerah komersial, aktivitas sisi jalan
tinggi.
Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersial dengan aktivitas
pasar disamping jalan.
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
keterangan:
FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam),
FV0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam),
Kecepatan arus bebas dasar adalah kecepatan arus bebas segmen jalan pada
kondisi ideal tertentu. Untuk menentukan nilai dari kecepatan arus bebas dasar
27
kendaraan ringan (FV0) digunakan tabel pada Manual Kapasitas Jalan (MKJI)
1997. Nilai dari kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (FV0) dapat dilihat
pada tabel 3.6 di bawah ini.
Empat-lajur terbagi
(4/2 D) atau
Dua-lajur satu-arah 57 50 47 55
(2/1)
Empat-lajur tak-terbagi
53 46 43 51
(4/2 UD)
Dua-lajur tak-terbagi
44 40 40 42
(2/2 UD)
Keterangan:
vB adalah kecepatan arus bebas pada kondisi lapangan (km/jam).
vBD adalah kecepatan arus bebas dasar untuk jenis kendaraan
(km/jam).
vBL adalah kecepatan koreksi terhadap kecepatan arus bebas terkait
lebar jalur efektif (km/jam).
Nilai vBD dan vBL untuk JBH dengan lajur lebih dari 6 (enam),
28
Koreksi Kecepatan Arus Bebas JBH Trkait Lebar Lajur Efektif Penentuan
nilai vBL didasarkan pada Tabel 3.9 sebagai fungsi dari lebar lajur efektif (LLE)
dan tipe alinemen jalan. Perlu dicatat, kondisi umum JBH di Indonesia memiliki
bahu yang diperkeras sehingga memungkinkan digunakan sebagai jalur lalu lintas
oleh pengguna jalan, dalam hal ini lebar bahu yang diperkeras tersebut tidak
ditambahkan dalam perhitungan LLE.
29
Tabel 3.
9 Koreksi terhadap
V_{BD} akibat perbedaan lajur efektif
Sumber : KPJI 2023
Tabel 3. 10 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas (FVW)
Lebar jalur lalu lintas efektif
Tipe jalan FVW (km/jam)
(Wc) (m)
Empat lajur terbagi Per
atau Jalan satu arah lajur -4
3,00 -2
3,25 0
3,50 2
3,75 4
4,00
Empat lajur tak Per
terbagi lajur -4
3,00 -2
3,25 0
3,50 2
3,75 4
4,00
30
Tabel 3. 12 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVCS)
Ukuran kota (jumlah penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
< 0,1 0,90
0,1 – 0,5 0,93
0,5 – 1,0 0,95
1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,03
3.8.2 Kapasitas
Direktorat Jendral Bina Marga (1997), kapasitas (C) didefinisikan
sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per
satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah ditentukan untuk
arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus
dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Nilai dari kapasitas (C) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 3.4 di bawah ini.
keterangan:
C = kapasitas (smp/jam),
C0 = kapasitas dasar (smp/jam),
FCW = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas,
tabel kapasitas dasar untuk jalan perkotaan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997. Nilai kapasitas dasar untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada Tabel
3.13 di bawah ini.
Tabel 3. 13 Kapasitas Dasar (C0) untuk Jalan Perkotaan
Tipe jalan Kapasitas dasar Catatan
(smp/jam)
Empat lajur terbagi Per lajur
atau 1650
Jalan satu arah
Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur
3,25 0,96
Empat lajur terbagi atau Jalan satu
arah 3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Perlajur
3,00
0,91
3,25 0,95
Empat lajur tak terbagi
3,50
1,00
3,75
1,05
4,00
1,09
Total dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
33
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
ukuran kota (FCCS) dapat dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini.
(Direktorat Jenderal Bina Marga et al., 2023)
Tabel 3. 17 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS) Pada Jalan Perkotaan
Q
DS = (3.5)
C
keterangan:
DS = derajat kejenuhan,
Q = arus total (smp/jam), dan
dengan baik sehingga pada pertemuan lalu lintas dua arah tidak
menimbulkan kemacetan dan masalah keselamatan.
3.9.3 Desain Jalan Satu arah
Desain jalan satu arah meliputi.
1. segi jalan raya.
Sistem jalan satu arah meskipun secara detail tidak berbeda, namun
memiliki beberapa faktor mendasar yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan jalan satu arah. Faktor yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
a. Kapasitas jalan pada kedua arah harus seimbang.
b. Pasangan jalan searah yang paling diisyaratkan adalah yang saling
berdekatan.
2. ujung jalan satu arah.
Pola jaringan jalan tertentu biasanya sangat cocok untuk dioperasikan
sebagai sistem jalan satu arah misalnya jalan yang berpotongan dan
menjadi satu bentuk “Y”. Pada pola grid sistem jalan searah akan
berujung padapersimpangan dengan 4 kaki. Jika suatu jalan satu arah
berakhir pada suatu jalan arteri maka sebaiknya sistem satu arah ini
diteruskan sampai satu blok di depannya, sehingga tidak mempengaruhi
arus lalu lintas di jalan arteri tersebut (Munawar, 1996).
3.9.4 Simulasi Lalu Lintas
Simulasi lalu lintas atau simulasi sistem transportasi adalah pemodelan
matematika dari sistem transportasi (misalnya, persimpangan jalan bebas
hambatan, arteri rute, bundaran, sistem jaringan pusat kota, dan lain-lain) melalui
penerapan perangkat lunak komputer untuk lebih membantu rencana, desain dan
mengoperasikan sistem transportasi. Simulasi sistem transportasi dimulai lebih
dari empat puluh tahun lalu, dan merupakan lingkup yang penting dalam rekayasa
lalu lintas dan perencanaan transportasi. Berbagai lembaga transportasi lokal,
lembaga akademik dan perusahaan konsultan menggunakan simulasi untuk
memanajemen jaringan transportasi .
Sonny (2015) menyatakan, simulasi lalu lintas merupakan pendekatan yang
efektif untuk menganalisis kinerja ruas jalan karena dapat menghasilkan output
40
modelVISSIM simulasi untuk jaringan ini dan untuk mengkalibrasi lalu lintas
lokal, dua jenis data yang diperlukan yaitu :tipe pertama adalah input data dasar
yang digunakan untuk jaringan coding dari model simulasi dan tipe kedua adalah
data observasi digunakan untuk kalibrasi parameter model simulasi. Input data
dasar termasuk data geometri jaringan, data volume lalu lintas dan karakteristik
kendaraan, tuntutan perjalanan, komposisi kendaraan, tanda berhenti dan lalu
lintas sistem kontrol.
PTV-AG (2011), model parameter yang berhubungan dengan atribut fisik
dari pengembangan model VISSIM. Mendefinisikan langkah kalibrasi dalam
mikro-simulasi pemodelan. Kapasitas parameter yang menyebabkan model untuk
mereproduksi terbaik kapasitas lalulintas diamati/kondisi lalu lintas di lapangan.
VISSIM dapat menganalisis lalu lintas dan perpindahan dengan batasan
pemodelan seperti geometrik jalur, komposisi kendaraan, sinyal lalu lintas, stop
line, perilaku pengemudi dan lain-lain, sehingga menjadi suatu alat yang berguna
untuk mengevaluasi berbagai alternatif berdasarkan rekayasa transportasi sebagai
langkah-langkah pengambilan keputusan yang lebih efektif dan efisien dalam
suatu kegiatan perencanaan termasuk simulasi dalam pengembangan model.
VISSIM dapat diterapkan sebagai alat yang berguna dalam berbagai pengaturan
masalah transportasi, pada daftar berikut ini merupakan beberapa gambaran
aplikasi VISSIM.
1. VISSIM digunakan untuk mengevaluasi dan mengoptimasi oprasi lalu
lintasyang dikombinasikan dengan koordinat jaringan dan pengaturan sinyal
aktual.
2. VISSIM dapat digunakan untuk analisa kecepatan suatu area dan area
yangbergabung.
Studi Pustaka
Mulai
Literatur dan
Peraturan-
Peraturan Yang
Identifikasi Permasalahan Berlaku
Pengumpulan Data
Analisa dan
Pembahasan
Kesimpulan Selesai
dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga, S., Direktur di Direktorat Jenderal Bina Marga, P.,
Kepala Balai Besar, P., Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina
Marga, B., & Kepala Satuan Kerja di Direktorat Jenderal Bina Marga, P.
(2023). D I R E K T O R a T J E N D E R a L B I N a M a R G a. 021, 7393938.
Suhendy, M., Studi, P., Sipil, T., Teknik, F., Muhammadiyah, U., & Utara, S. (2017).
(studi kasus).
43