PRAKTIKUM ASPAL
Disusun oleh :
Bima Yoga Tama (1750100096)
Rahmad Fajar Tri Prahara (1850100069)
Ri Susamsi (1950100039)
Dyah Ayu Septiana (1850100001)
Hino Mardika Setyanto (1850100009)
..…………………............
Asisten Dosen,
Dosen Pengampu,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Perkerasan Jalan Raya dengan baik tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini, untuk memenuhi upaya kami
dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang
sedang kami pelajari. . Pada kesempatan ini, tak lupa kami sampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini,
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya,
3. Hendramawat Aski Safarizki,S.T.,M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil serta Dosen Pengampu mata kuliah Perkerasan Jalan Raya.
4. Tri Safira Indriani selaku asisten dosen perkerasan jalan raya,
5. Rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
1.4 Pembatasan Masalah ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Umum ................................................................................................ 3
2.2 Aspal ................................................................................................ 3
2.3 Agregat ............................................................................................. 4
2.4 Gradasi Campuran AC-WC ............................................................... 7
BAB III ANALISIS SARINGAN
3.1 Tujuan Percobaan ............................................................................. 9
3.2 Peralatan Yang Digunakan ................................................................ 9
3.3 Gambar Alat...................................................................................... 9
3.4 Bahan Uji Yang Digunakan ............................................................... 10
3.5 Cara Kerja Pengujian Analisis Saringan ............................................ 11
3.6 Analisis Data Persaringan .................................................................. 12
3.7 Pembahasan ..................................................................................... 12
3.8 Kesimpulan ....................................................................................... 19
3.9 Saran ................................................................................................. 19
3.10 Flow Chart ...................................................................................... 20
iv
BAB IV JOB MIX DESIGN
4.1 Tujuan Percobaan .............................................................................. 21
4.2 Peralatan yang Digunakan ................................................................. 21
4.3 Bahan Uji Yang Digunakan ............................................................... 23
4.4 Langkah Kerja Marshall Test ............................................................ 23
4.5 Hasil Percobaan ................................................................................ 25
4.6 Analisis Data ..................................................................................... 25
4.7 Pembahasan ...................................................................................... 33
4.8 Kesimpulan ....................................................................................... 33
4.9 Saran ................................................................................................. 34
4.10 Diagram Alir Pembuatan job mix design.......................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 36
5.2 Saran .................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Hasil Analisis Saringan Material Medium Agregat (MA) ................. 13
Tabel 3.4 Hasil Analisis Saringan Material Fine Agregat (FA) ........................ 14
Table 4.1 Kebutuhan Agregat tiap mould untuk kadar bitumen 4,4% .............. 27
Tabel 4.2 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 4,9 % .................. 29
Tabel 4.3 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 5,4 % .................. 30
Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 5,9 % .................. 31
Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 6,4 % .................. 32
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan
dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya,
karenanya jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia supaya dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Perkerasan jalan raya merupakan suatu lapisan yang
terletak diatas tanah dasar yang telah mendapatkan pemadatan , yang berfungsi
untuk memikul beban lalu lintas kemudian menye\barkan beban, baik kearah
horizontal maupun vertical kemudian meneruskan beban ketanah dasar sehingga
beban pada tanah dasar tidak melampaui daya dukung tanah yang diijinkan. Oleh
karena itu, lapis permukaan jalan yang digunakan harus awet seiring dengan
perkembangan dan kebutuhan manusia dalam menggunakan fasilitas jalan raya
yang terus meningkat.
Saat ini Indonesia sudah menggunakan lapis perkerasan campuran beraspal
panas (hotmix) baik untuk kegiatan peningkatan maupun pembangunan jalan baru.
Campuran beraspal panas adalah campuran yang terdiri atas kombinasi agregat
yang dicampur dengan aspal pada suhu tinggi. Salah satu campuran aspal panas
yang sering digunakan adalah laston (Lapis Aspal Beton/AC/ Asphalt Concrete).
AC-WC (AC-Wearing Coarse) merupakan jenis Laston yang memliki tingkat
fleksibilitas tinggi sehingga penempatan diatas lapisan. Campuran ini digunakan
sebagai lapisan penutup aspal sehingga diasumsikan tidak menerima beban repetisi
roda kendaraan.
Salah satu pengaruh dalam pembuatan campuran beraspal panas yaitu bahan
uji, bahan uji yang digunakan harus melalui uji test yang disyaratkan. Kemudian
jumlah bahan uji apabila dibedakan dari syarat yang ada, maka akan berpengaruh
terhadap analisis saringan serta job mix design. Dari masalah tersebut, maka penulis
akan menghitung dan akan mengetahui pengaruh jumlah bahan uji yang digunakan
terhadap analisis saringan dan job mix design.
1
2
2.1 Umum
Campuran beraspal panas adalah campuran yang terdiri atas kombinasi agregat
yang dicampur dengan aspal sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam. Dalam mencampur dan mengerjakannya,
keduanya dipanaskan pada temperatur tertentu. Aspal Beton (AC) adalah campuran
untuk perkerasan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi
(filler) dan aspal dengan proporsi tertentu. Lapisan ini harus bersifat kedap air,
memiliki nilai struktural dan awet. Lapisan Aspal Beton (Asphalt Concrete) dapat
dibagi kedalam 3 macam campuran sesuai dengan fungsinya, yaitu
(Sukirman,2003) :
a. Laston Lapis aus (Asphalt Concrete-Wearing Course, AC-WC)
b. Laston Lapis Permukaan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course, AC-BC)
c. Laston Lapis Fondasi (Asphalt Concrete-Base, AC-Base)
Laston sebagai lapis aus (Asphalt Concrete-Wearing Course, AC-WC)
merupakan lapis yang mengalami kontak langsung dengan beban dan lingkungan
sekitar, maka diperlukan perencanaan dari beton aspal AC-WC yang sesuai dengan
spesifikasi sehingga lapis ini bersifat kedap air, tahan terhadap cuaca, dan
mempunyai stabilitas yang tinggi.
2.2 Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai
coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh bila
dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian
minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi
atau derivatnya (ASTM, 1994). Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu
campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
3
4
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah
padat atau padat, dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2).
Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting,
antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap
pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap pengaruh
air.
2.3 Agregat
Agregat adalah partikel-partikel butiran mineral yang digunakan dengan
kombinasi berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai
bahan dasar jalan, backfill, dan lainnya (Atkins, 1997). Sifat-sifat agregat galian
yang dihasilkan, tergantung dari jenis batuan asal. Ada 3 jenis batuan asal, yaitu
batuan beku, sedimen dan metamorf. Batuan beku merupakan batuan yang
terbentuk dari pendinginan magma cair yang membeku. Batuan beku yang berbutir
kasar seperti granite terbentuk dari magma cair yang membeku secara perlahan.
Berbutir halus seperti batuan beku basalt yang terbentuk dengan pendinginan lebih
cepat dan berlapis.
Batu sedimen terbentuk dari pemadatan deposit mineral sedimen dan secara
kimia di dasar laut. Beberapa jenis batuan sedimen dengan komposisi yang
terkandung : batu kapur (Calcium carbonate), dolomite (Calcium carbonate and
magnesium carbonate), serpihan tanah liat (Clay), sandstone (Quartz), gypsum
(Calcium sulphate), konglomerat (Gravel), chert (Fine sand). Batuan metamorf
adalah batu-batu sedimen yang telah berubah (metamorfosis) oleh karena arah
tekanan yang hebat. Contohnya adalah : Slate (Shale), marble (Lime stone),
Quartzite (Sandstone), Gneiss (Granite) (Atkins, 1997). Agregat sebagai bahan
bangunan, dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu anorganik dan organik
dan dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu agregat alam dan buatan. Agregat
anorganik alam, seperti : tanah yang bersifat trass / pozolan, pasir dan batu alam,
batu apung, serat asbes, sedang anorganik buatan, meliputi : terak tanur tinggi,
A.L.W.A. (Artificial Light Weight Aggregate), fly ash dan sisa bakaran batu bara.
Agregat yang dipergunakan dalam pembuatan aspal beton, secara umum
5
b. Ukuran Maksimum
Agregat dalam campuran beton aspal terdistribusi dari yang berukuran besar
sampai dengan yang terkecil. Ukuran maksimum butir agregat dapat dinyatakan
dengan mempergunakan :
a). Ukuran maksimum agregat, yang dibatasi sebagai ukuran saringan terkecil
dimana agregat yang lolos saringan tersebut sebanyak 100%.
b). Ukuran nominal maksimum, yang dibatasi sebagai ukuran saringan terbesar
dimana agregat yang tertahan diatas saringan tersebut sebanyak tidak lebih dari
10%.
c. Kebersihan Agregat (cleanlines)
Kebersihan agregat ditentukan oleh banyaknya bahan impurities yang ada pada
agregat seperti butiran yang lewat saringan no. 200, yaitu adanya lempung, lanau,
ataupun adanya tumubuh-tumbuhan pada campuran agregat. Apabila agregat
mengandung butiran halus melebihi dari ketentuan, akan menghasilkan beton aspal
berkualitas rendah sebagai akibat dari butiran halus tersebut menghalangi ikatan
aspal dengan agregat sehingga dapat berakibat nilai stabilitas rendah dan mudah
lepasnya ikatan antara aspal dengan agregat. Untuk mengukur kebersihan agregat
ini, dilakukan pengujian dengan metode Sand Equivalent Test.
d. Kekerasan (Toughness)
Butir agregat harus keras dan kuat, mampu menahan gaya keausan (abrasi),
degradasi selama proses produksi (penimbunan, penghamparan, pemadatan) dan
pelayanan terhadap beban lalu lintas, proses kimiawi (kelembaban, kepanasan,
perubahan suhu) sepanjang hari. Kekuatan agregat terhadap beban yang bekerja
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Metode uji yang dipergunakan
adalah uji abrasi dengan metode Los Angeles Abrasion Test dan uji kehancuran
dengan metode Rudeloff (Crushing Test). Sedang secara kimiawi dilakukan
pengujian dengan menggunakan larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat.
Bentuk butir agregat secara umum dapat ditemui dalam bentuk bulat, lonjong,
pipih, kubus, tak beraturan, atau mempunyai bidang pecah. Bentuk butir dapat
7
panas menetapkan gradasi dengan 2 (dua) spesifikasi khusus yaitu target gradasi
berada dalam batas-batas titik kontrol dan menghindari daerah penolakan.
BAB III
ANALISIS SARINGAN
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain :
1. Satu set saringan : ¾”, ½”, ⅜”, No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100,
No. 200, PAN pada Gambar 1.1.
2. Timbangan digital.
3. Alat pemisah contoh (spliter).
4. Sieve Shaker (mesin penggetar saringan).
5. Oven, lengkap dengan pengatur suhu.
6. Kuas, sendok, wadah stainless
9
10
(5) (6)
Gambar 3.1 Alat Percobaan Analisis Saringan
Keterangan :
1. Satu set saringan yang dipasang pada alat penggetar (Sieve Shaker).
2. Timbangan digital dan wadah stainless.
3. Alat pemisah contoh (Spliter).
4. Oven lengkap dengan pengatur suhu.
5. Kuas.
6. Sendok.
X Y
X Y
2 3 5 6
Tampak Samping Tampak Atas Tampak Samping Tampak Atas
3.7 Pembahasan
Dari tabel 3.1 dibuat tabel perhitungan kumulatif berat tertahan, % kumulatif
tertahan dan % lolos pada masing – masing saringan.
Kumulatif berat tertahan = Berat tertahan pada saringan tersebut +
Kumulatif berat tertahan pada saringan di atasnya.
Kumulatif berat tertahan saringan
% Kumulatif tertahan = x 100%
Total Berat
Kumulatif Tertahan
No Berat tertahan
Berat % Lolos
saringan %
gram gram
1.0 0 0 0 100
3/4" 0 0 0 100
1/2" 1665.78 1666 31.4 68.57
3/8" 2702.50 4368.28 82.41 17.59
4.0 741 5109.28 96.39 3.61
8.0 86.6 5195.88 98.03 1.97
16.0 12.6 5208.48 98.26 1.74
30.0 20 5228.48 98.64 1.36
50.0 21 5249.48 99.04 0.96
100.0 32 5281.48 99.64 0.36
200.0 13 5294.48 99.89 0.11
PAN 6 5300.48 100 0
Jumlah 5300.48
Kumulatif Tertahan
No Berat tertahan
Berat % Lolos
saringan %
gram gram
1.0 0 0 0 100
3/4" 0 0 0 100
1/2" 0 0 0 100
3/8" 3.6 3.60 0.12 99.88
4.0 980 983.60 33.91 66.09
8.0 1654 2637.60 90.93 9.07
16.0 75 2712.60 93.52 6.48
30.0 14 2726.60 94.00 6.00
50.0 34 2760.60 95.17 4.83
100.0 80 2840.60 97.93 2.07
200.0 10 2850.60 98.28 1.72
PAN 50 2900.60 100 0
Jumlah 2900.6
14
Kumulatif Tertahan
No Berat tertahan
Berat % Lolos
saringan %
gram gram
Dari hasil perhitungan presentase sampel yang tertahan oleh saringan dan terhadap
presentase agregat yang lolos saringan digambarkan dalam grafik “combined grafik
grading”.
Syarat penggambaran grafik “combined of grading” dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Penggambaran syarat pada spesifikasi bina marga berikut
Ukuran
Spec Median
Saringan
3/4" 100
1/2" 90 - 100 95
3/8" 77 - 90 83.5
#4 53 - 69 61
#8 33 - 53 43
#16 21 - 40 30.5
#30 14 - 30 22
#50 9 - 22 15.5
#100 6 - 15 10.5
#200 4 - 9 6.5
PAN
CA = 27%
MA = 28%
FA = 45%
Dari hasil presentase masing-masing agregat diatas digunakan untuk perhitungan
blending combined gradation.
Untuk saringan #4 syarat spesifikasinya 53 – 69, jadi hasil combined grading diatas
telah memenuhi syarat spesifikasi untuk saringan #4 pada spesifikasi gradasi
menerus spec bina marga.
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6. Blending Combined Grading (Spec bina marga)
3.8 Kesimpulan
Berdasarkan spesifikasi aagregat gabungan dan spesifikasi masing-masing agregat,
dapat disimpulkan :
3.9 Saran
Berikut merupakan saran-saran yang dapat diberikan supaya percobaan analisis
saringan semakin baik :
1. Agar diperoleh hasil data yang benar, diusahakan dalam menimbang sampel
tidak ada yang tumpah sehingga dapat mengurangi berat yang ditimbang.
2. Semua saringan harus dibersihkan, sehingga tidak ada bagian yang tertinggal
dari percobaan sebelumnya yang dapat merubah kekuatan data tersebut.
20
Mulai
Spesifikasi
(Agregat sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan)
Selesai
21
22
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan job mix design ditampilkan pada
Gambar 4.1 berikut ini .
(1) (2)
(3) (5)
(4)
(6)
(7) (8)
Gambar 4.1 Alat percobaan job mix design
23
Keterangan :
1. Compactor 5. Wajan & Spatula
2. Timbangan Triple Beem 6. Mould
3. Teko isi aspal 7. Termometer Infrared
4. Kompor 8. Tabung gas
a. ¾” = 100 %
b. ½” = 91,51 %
c. ⅜” = 77,71 %
d. #4 = 64,48 %
e. #8 = 43,73 %
f. #16 = 33,73 %
g. #30 = 24,78 %
h. #50 = 19,11 %
i. #100 = 12,60 %
j. #200 = 5,57 %
k. PAN = 0,00 %
Dimana :
CA= Agregat kasar , MA= Agregat sedang , FA= Agregat halus , Konstanta = 0,5
– 1 (untuk laston) , 2 -3 (untuk lataston) , 1-2,5 (untuk campuran lain)
Kadar bitumen yang dipakai unuk perhitungan mulai dari (Pb-1%) sampai
(Pb+1%), yaitu 4,6 % sampai 6,6 % dengan selisih kenaikan kadar bitumen 0,5 %.
Contoh perhitungan kebutuhan agregat tiap mould untuk kadar bitumen 4,6 %
a. ¾” = 0 gram
b. ½”= 8,49
100
x 1200 – 5,3 = 96,52 gram
c. ⅜”= 13,80
100
x 1200 – 5,3 = 160,31 gram
13,23
d. #4= x 1200 – 5,3 = 153,52 gram
100
20,75
e. #8= x 1200 – 5,3 = 243,68 gram
100
10,00
f. #16= x 1200 – 5,3 = 114,74 gram
100
8,95
g. #30= 100 x 1200 – 5,3 = 102,12 gram
5,67
h. # 50= 100 x 1200 – 5,3 = 62,73 gram
6,51
i. #100= 100 x 1200 – 5,3 = 72,83 gram
7,02
j. #200= x 1200 – 5,3 = 78,99 gram
100
5,57
k. PAN= 100 x 1200 – 5,3 = 61,56 gram
27
Table 4.1 Kebutuhan Agregat tiap mould untuk kadar bitumen 4,4%
SARINGAN % LOLOS
Tiap Tiap
Kumulatif Kumulatif
saringan Saringan
1 2 3 4 5 6
1" - - - - -
3/4" - - - - -
Keterangan :
= 160,31 gram
Kolom (6)= Berat agregat kumulatif saringan
= ((5) + (6) baris sebelumnya)
= 160,31 + 96,52
= 256,83 gram
29
Perhitungan untuk kadar aspal yang lain disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Berat 1 mould = 1200 gram
Kadar aspal = 4,9 %
Berat agregat = 1142 gram
Tabel 4.2 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 4,9 %
%
SARINGAN Tiap Tiap
LOLOS
Kumulatif Kumulatif
saringan Saringan
1 2 3 4 5 6
1" - - - - -
3/4" - - - - -
Perhitungan untuk kadar aspal yang lain disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Berat 1 mould = 1200 gram
Kadar aspal = 5,4 %
Berat agregat = 1135 gram
Tabel 4.3 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 5,4 %
1 2 3 4 5 6
1" - - - - -
3/4" - - - - -
1/2" 91.51 8.49 8.49 95.32 95.32
3/8" 77.71 22.29 13.80 159.11 254.43
4 64.48 35.52 13.23 152.32 406.75
8 43.73 56.27 20.75 242.48 649.23
16 33.73 66.27 10.00 113.54 762.77
30 24.78 75.22 8.95 100.92 863.69
50 19.11 80.89 5.67 61.53 925.22
100 12.60 87.40 6.51 71.63 996.85
200 5.57 94.43 7.02 77.79 1074.64
PAN 0.00 100.00 5.57 60.36 1135.00
JUMLAH 100 1135.00 1200
Aspal Dalam berat : 65 1200
31
Perhitungan untuk kadar aspal yang lain disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Berat 1 mould = 1200 gram
Kadar aspal = 5,9 %
Berat agregat = 1130 gram
Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 5,9 %
1 2 3 4 5 6
1" - - - - -
3/4" - - - - -
1/2" 91.51 8.49 8.49 94.82 94.82
3/8" 77.71 22.29 13.80 158.61 253.43
4 64.48 35.52 13.23 151.82 405.25
8 43.73 56.27 20.75 241.98 647.23
16 33.73 66.27 10.00 113.04 760.27
30 24.78 75.22 8.95 100.42 860.69
Perhitungan untuk kadar aspal yang lain disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Berat 1 mould = 1200 gram
Kadar aspal = 6,4 %
Berat agregat = 1124 gram
Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat tiap Mould untuk kadar aspal 6,4 %
SARINGAN % LOLOS
Tiap Tiap
Kumulatif Kumulatif
saringan Saringan
1 2 3 4 5 6
1" - - - - -
3/4" - - - - -
4.7 Pembahasan
Pembahasan dari percobaan job mix design dijelaskan sebagai berikut :
1. Pekerjaan job mix design tidak dapat dilepaskan dari percobaan analisis
saringan karena dari analisis saringan diperoleh komposisi agregat yang
diperlukan untuk membuat campuran.
2. Kadar aspal tertentu akan diperoleh berat aspal yang tertentu pula seperti yang
tercantum dalam tabel. Dengan demikian akan diperoleh berat aspal yang
berbeda apabila kadar aspalnya berbeda.
3. Kadar aspal yang semakin besar, maka campuran akan semakin lembek.
4. Adanya selisih berat agregat antara kadar aspal yang satu dengan yang lain
disebabkan antara lain oleh penyusutan karena oven. Oleh Karena itu, bila
dikehendaki hasil yang baik, maka agregat ditimbang setelah benar-benar
kering oven.
4.8 Kesimpulan
Dari percobaan job mix design diperoleh berat aspal untuk masing-masing kadar
aspal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Berat aspal
4,4 % 1147
4,9 % 1142
5,4 % 1135
5,9 % 1130
6,4 % 1124
34
4.9 Saran
Berikut merupakan saran-saran yang dapat diberikan agar pembuatan job mix
design semakin baik :
1. Pada waktu memasukkan campuran kedalam mould diusahakan memasukkan
campuran yang halus terlebih dahulu baru campuran yang kasar. Supaya tidak
terlalu berongga.
2. Saat memanaskan dan mencampur aspal jangan terlalu panas atau suhu terlalu
tinggi, karena kandungan aspal dapat berkurang sehingga dapat berpengaruh
pada kelekatan agregatnya.
3. Pada saat penumbukan, sebaiknya menurunkan suhu campuran bitumen setelah
dipanaskan, agar saat menumbuk campuran dapat saling mengikat.
35
MULAI
4,4 % 1147
4,9 % 1142
5,4 % 1135
5,9 % 1130
6,4 % 1124
5.2 Saran
1. Sebaiknya saat membuat grafik combine grading benar-benar diperhatikan
letak titik hasil gradasi yang diperoleh, sehingga dapat menemukan tinggi
yang sama antara batas atas dan batas bawah.
2. Sebaiknya praktikum dilaksanakan secara langsung, sehingga mahasiswa
dapat mengetahui prosedur pembuatan aspal yang benar.
36
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002b , Metode, Spesifikasi dan Tata
Cara uji Batuan, Sedimen, Agregat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil, Standar Nasional
Indonesia, Departemen Kimpraswil, Jakarta
Handoko, F. 2017, Modul Praktikum Perkerasan Jalan. Diakses 25 Maret 2021, dari
Politeknik Negeri Malang.
Tesis Leily I-IV. 2013. Penelitian pengaruh suhu campuran dan pemadatan. Diakses
pada 26 Maret 2021, dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Totomiharjo, Soeprapto 1994. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Universitas Gajah
Mada: Biro Penerbit.
37