Oleh:
Awlya Rahmanea
104116038
ii
PROSES PERENCANAAN DAN METODE KONSTRUKSI
JAKARTA INTERNATIONAL STADIUM
Oleh:
Awlya Rahmanea
104116038
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya Laporan Kerja Praktik di PT
Jakarta Propertindo (Perseroda) dapat terselesaikan dengan baik serta memberikan dampak positif
yang sangat besar bagi saya pribadi selaku pelaksana. Terimakasih kepada Bapak Wirman
Hidayat, M.T. selaku pembimbing universitas dan Bapak Arry Wibowo selaku pembimbing
instansi serta Tim Proyek Jakarta International Stadium yang telah memberikan bimbingan
selama proses kerja praktik dilaksanakan sehingga seluruh prosesnya berjalan dengan lancar,
Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu proses kerja praktik dan proses
pengerjaan laporan ini.
Laporan kerja praktik ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan proses kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan, terdapat banyak hal yang harus diperbaiki
terutamanya dalam hal penyusunan laporan ini. Kritik dan saran akan sangat membantu penulis
dalam meningkatkan kemampuan untuk menyusun laporan ataupun bentuk karya tulis lainnya.
Semoga laporan kerja praktik ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terimakasih
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
• Mengetahui dan merasakan secara langsung kultur dari dunia kerja
• Meningkatkan wawasan akan ilmu – ilmu yang belum atau tidak akan
didapatkan di ruang perkuliahan secara langsung tentang proses perencanaan
dan proses konstruksi sebuah proyek infrastruktur
• Mengetahui secara langsung permasalahan yang dapat terjadi dalam hal
perencanaan dan proses konstruksi sebuah proyek infrastruktur.
1
1.3.2. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Peserta melakukan kegiatan kerja praktik selama dua bulan, tepatnya pada
tanggal 17 Juni 2019 hingga 16 Agustus 2019.
2
BAB II
PROFIL INSTANSI
3
bangunan stadion dan lapangan latih beroperasi. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
bagaimana site plan dari area Jakarta International Stadium. Desain dari stadion ini,
seperti yang tertera pada Gambar 2.2, terinspirasi dari stadion besar di Eropa, yaitu
Stadion Old Trafford (markas Manchester United), stadion Santiago Bernabeu (markas
Real Madrid) dan Tottenham Hotspurs Stadium (markas Tottenham Hotspurs).
Tim Proyek JIS terdiri dari 6 (enam) personil dimana tiap personil memiliki tanggung
jawab pekerjaan yang berbeda-beda. Pada Gambar 2.3 memperlihatkan posisi tim
proyek Jakarta International Stadium dimana mahasiswa melakukan aktivitas kerja
4
praktik apabila dilihat dari hierarki perusahaan. Sedangkan pada Gambar 2.4
memperlihatkan rekan kerja serta hierarki dari tim Jakarta International Stadium
tersebut. Mahasiswa ditempatkan di dua tempat yaitu kantor pusat PT Jakarta
Propertindo (Perseroda) yang berada di daerah Thamrin, serta di site project Jakarta
International Stadium (JIS) di daerah Sunter. Penentuannya bergantung kepada
kebutuhan pekerjaan di hari itu, namun lebih fokus untuk berada di lapangan proyek.
Personil tim proyek memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terjun langsung
membantu pekerjaan tim baik itu pekerjaan yang memiliki korelasi langsung dengan
program studi Teknik Sipil maupun hal-hal non teknis yang lebih ke pekerjaan
administrasi semisal mengikuti rapat maupun membantu mengurus dokumen-dokumen
proyek. Selain itu, ketika proses kerja praktik sedang dilakukan, progress pembangunan
Jakarta International Stadium masuk ke proses pemasangan pile indicator. Karenanya,
tugas utama yang dilakukan adalah membantu pekerjaan di lapangan terutamanya
mengenai pengawasan progress pemasangan pile indicator.
DIREKTUR UTAMA
MANAJEMEN
AUDIT INTERNAL
RESIKO
HUKUM
STAFF AHLI
PERUSAHAAN
DIREKTUR
DIREKTUR
PENGEMBANGAN PROYEK DIREKTUR OPERASI ANAK USAHA
KEUANGAN
BISNIS
MANAJEMEN DAN
PROYEK-PROYEK
PENGAWASAN IT PT LRT JAKARTA
LAINNYA
PROYEK
PT PULOMAS JAYA
5
PROJECT
DIRECTOR
IWAN TAKWIN
PROJECT
MANAGER
ARRY WIBOWO
DEPUTI PROJECT
MANAGER
M RIZKY FAUZAN
6
BAB III
7
bersama dalam tim perencana. PT JAKPRO sebagai owner mengawal perubahan
design apabila terjadi, dan total biaya yang timbul dari hasil rancangan akhir. Selain
mengawal, keputusan-keputusan yang perlu diambil dalam setiap rapat inilah yang
menjadikan pihak owner harus selalu hadir. Tugas Tim Perencana ini juga
mencangkup proses tender dimana masing-masing disiplin akan menghasilkan
gambar serta spesifikasi dan detail dokumen yang akan dijadikan dokumen tender
serta tim perencana ini juga ikut serta dalam proses aanwijzing dan penilaian peserta
tender.
8
Gambar 3. 2 Suvei Peil Lantai Banjir oleh Dinas SDA
9
- Survei Andalalin
Dokumen Andalalin merupakan dokumen yang berisi analisis atau dampak
lalu lintas yang akan ditimbulkan oleh keberadaan Jakarta International
Stadium baik itu ketika proses konstruksi maupun ketika pengelolaan
nantinya. PT JAKPRO melalui konsultan Andalalin dibawah naungan PT
Jakarta Konsultindo, menyusun dokumen hasil analisis dampak lalu lintas
serta melengkapi administrasi lainnya, kemudian menyerahkan dokumen
tersebut ke pihak PTSP untuk selanjutnya diserakan ke Dinas Perhubungan
selaku instansi yang akan mengeluarkan surat rekomendasi perizinan
Andalalin. Pihak Dishub akan melakukan survei lapangan dengan
didampingi pihak Polda Metro Jaya untuk melihat secara langsung kondisi
lalu lintas di lapangan. Hasil survei ini akan dijadikan bahan pertimbangan
ketika sidang Andalalin dilakukan, dan akan dijadikan bahan revisi bagi
tim konsultan untuk memperbaiki dokumenya sebelum dijadikan dokumen
final. Sidang pembahasan andalalin juga akan dilakukan setelah dokumen
final tersebut disubmit oleh konsultan. Output dari sidang ini adalah
Dokumen Andalalin yang disahkan oleh PTSP.
10
3.2.3. Persiapan dan Proses Tender
Sebagaimana diketahui, dalam setiap proyek akan diadakan proses tender untuk
menentukan pihak manakah yang akan menjadi kontraktor utama. Proses tender ini
merupakan proses yang cukup panjang. Hal pertama yang harus dipastikan adalah
seluruh dokumen yang nantinya akan dijadikan dokumen tender harus sudah siap.
Dokumen-dokumen tersebut seperti gambar basic design, spesifikasi, dokumen
engineering requirement, dokumen BOQ, dan dokumen lainnya. Proses tender
proyek JIS ini diikuti oleh lima peserta undangan, yang keseluruhannya merupakan
BUMN dibidang penyedia jasa konstruksi. Setelah dokumen siap, undangan
diberikan kepada peserta tender, kemudian diadakan proses pengambilan dokumen.
Seluruh peserta mengambil dokumen untuk kemudian dalam beberapa hari
selanjutnya diadakan aanwijzing. Pada aanwijzing ini, dipaparkan hal-hal yang
menjadi poin penting dalam proses tender ini, baik itu dalam hal teknis dan detail
spesifikasi untuk melengkapi dokumen yang telah ada, serta hal-hal non teknis
seperti penilaian, kemudian peraturan-peraturan yang berlaku, serta timeline
aanwijzing.
Aanwijzing diikuti dengan tinjauan ke lapangan oleh seluruh tim perencana dan
peserta tender. Hal ini dilakukan supaya peserta tender mengetahui kondisi
lapangan proyek nantinya. Lebih kurang empat minggu setelah proses aanwijzing,
diadakan proses pemasukan dokumen oleh peserta tender. Dokumen ini nantinya
yang akan dinilai oleh tim tender dan menjadi dasar untuk menentukan siapa yang
akan menjadi kontraktor utama dalam proyek ini. Proses penilaian dilakukan oleh
tim tender, terbagi menjadi dua aspek, teknis dan harga. Penilaian teknis
mendapatkan bobot 70%, sedangkan penilaian harga mendapatkan bobot 30%. Hal
ini dilakukan untuk menjaga kualitas dari setiap elemen pada proses konstruksi
nantinya. Proses tender terakhir yang diikuti ketika proses kerja praktik berlangsung
adalah keluarnya keputusan pemenang tender, namun belum dilakukan publikasi
secara resmi.
11
Gambar 3. 7 Site Visit Peserta Tender
12
Gambar 3. 8 Rapat Koordinasi Penanganan Utilitas Bersama PT PLN (Persero)
dan PT PGN
Pipa gas PGN yang berada di area tersebut merupakan pipa transmisi yang
mengalirkan pasokan gas untuk pembangkit listrik di daerah Jakarta Utara. Aliran
listrik ini nantinya akan memasok listrik Jawa dan Bali. Tower SUTT PLN yang
berada di dalam kawasan ini pun mengalirkan listrik dari pembangkit listrik yang
sama untuk kemudian mengalirkannya ke area Jakarta dan sekitarnya.
Besarnya peran dari kedua utilitas tersebut, maka perlu diadakannya koordinasi dan
penanganan khuusu. Rapat koordinasi sering diadakan untuk mencari solusi yang
paling tidak merugikan semua pihak. Pada akhirnya, diputuskan lah bahwa pipa
gas PGN tersebut akan direlokasi keluar dari area JIS dan tower SUTT PLN akan
dilakukan grounding kabel.
Penanganan pipa gas PGN diawali dengan survei lapangan, pelaksanaan PCM,
pelaksanaan test pit, dan pelaksanaan relokasi yang hingga laporan ini ditulis belum
dilakukan. Survei dilakukan untuk melihat kondisi eksisting lapangan sehingga
kedua pihak, PT Jakpro dan PT PGN, memiliki pandangan yang sama mengenai
13
kondisi eksisting lapangan. Survei PCM dilakukan untuk memperkirakan posisi
atau jalur pipa gas di dalam kawasan. Pelaksanaan test pit, dilakukan untuk
mendapatkan posisi actual jalur pipa di dalam kawasan tersebut. Hasil dari
pelaksanaan test pit ini yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan mengenai
metode relokasi pipa, dan metode konstruksi selama pipa gas belum direlokasi.
Penangan tower SUTT PLN belum sampai pada keputusan akhir ketika laporan ini
ditulis. Beberapa pertimbangan yang menghambat pengambilan keputusan adalah
dampak dari grounding kabel SUTT dan biaya yang besar. Biaya dari proses
grounding ini dibebankan kepada pemilik proyek, dalam hal ini adalah PT Jakpro.
Karenanya keputusan mengenai penanganan dua tower SUTT PLN ini masih dalam
tahap pembicaraan lebih lanjut.
14
3.3.3. Proses Pemancangan Indicator Pile
Pemancangan indicator pile diawali dengan membagi area kawasan menjadi
beberapa zona. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan, dengan
pertimbangan maneuver alat berat, serta untuk mempermudah pengawasan. Tiang
pancang didatangkan dari pihak precast secara berkala untuk kemudian ditumpuk
sesuai dengan zona masing-masing dan dikelompokkan berdasarkan tanggal
produksinya. Pengelompokkan ini berfungsi untuk mempermudah proses
pemancangan sehingga tidak perlu lagi memeriksa satu persatu tiang pancang
manan yang sudah bisa untuk dipakai.
Proses pemancangan ini menggunakan alat pancang jack hammer, dibantu dengan
mobile crane untuk memindahkan tiang pancang ke posisi seharusnya. Penandaan
tiap titik dipandu oleh tim surveyor yang akan mengarahkan sesuai dengan titik
koordinat yang diberikan oleh tim perencana. Pada tiap set alat ini juga dilengkapi
oleh tim yang akan melakukan penyambungan tiang. Penyambungan dilakukan
dengan teknik las menggunakan katoda tertentu.
Selama proses pemancangan indicator pile ini, digunakan 8 (delapan) set alat
pancang yang terdiri dari jack hammer dan mobile crane. Proses ini juga parallel
dengan penyelesaian penataan lahan, serta proses relokasi pipa gas PGN. Area yang
dekat dengan jalur pipa gas PGN ditunda untuk sementara karena resiko yang bisa
terjadi sangat besar dan berbahaya.
3.3.4. Pengawasan, Koordinasi, dan Pelaporan
- Pengawasan Pelaksaan Pemancangan Indicator Pile
Tim JIS dibantu dengan MK melakukan pengawasan setiap hari selama
proses pemancangan berlangsung. Pengawasan yang dilakukan dimulai
dari pengawasan berkas, pengawasan pelaksanaan pemancangan, hingga
penerapan K3. Pengawasan berkas dalam hal ini adalah dokumen-
dokumen seperti dokumen alat berat, dokumen tiang pancang, dan
dokumen pekerja. Hal ini harus dilakukan pengawasan supaya peralatan,
material, dan pekerja yang berada di dalam kawasan proyek sesuai dengan
standar. Peralatan yang tidak sesuai standar berpotensi untuk menimbulkan
permasalahan di kemudian hari seperti timbulnya kecelakaan kerja atau
hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar. Material yang masuk ke
area, dalam hal ini tiang pancang, juga harus dilengkapi dengan dokumen.
Tiang pancang yang digunakan adalah hasil dari fabrikasi sehingga sudah
seharusnya dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang berisi hasil uji
laboratorium serta keterangan dari tiap pancang yang dikirim. Dokumen
tersebut harus selalu dalam pengecekan karena seluruh material yang
masuk harus sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diminta karena
akan berkaitan dengan kekuatan dari material itu sendiri. Pekerja yang
dipekerjakan pun harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen seperti
tanda pengenal dan sertifikasi untuk beberapa posisi tertentu. Hal ini untuk
meminimalisir adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan
tidak berkepentingan masuk ke dalam area proyek. Selain itu, hal ini juga
untuk memastikan bahwa di posisi tertentu yang memerlukan keahlian dan
bersertifikat, ditempati oleh pekerja yang memang layak dan mampu.
15
- Koordinasi Pekerjaan Indicator Pile
Ketika pekerjaan pemancangan dimulai, maka akan ada beberapa pihak
yang bekerja di lapangan. Beberapa pihak tersebut adalah perwakilan
owner, tim MK, dan pelaksana. Ketiga pihak tersebut harus melakukan
koordinasi yang dilakukan setiap minggunya untuk mencapai target yang
telah disepakati bersama. Koordinasi ini juga berguna untuk melihat
progress pekerjaan serta mengetahui permasalahan yang timbul di
lapangan. Selain koordinasi dalam hal progress, diadakan pula safety
progress untuk memantau penerapan prosedur K3. Pemantauan ini sangat
penting dikarenakan factor keamanan menjadi prioritas di setiap pekerjaan.
Segala hal yang melanggar prosedur K3 harus segera ditindak tanpa harus
menunggu terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
16
BAB IV
TUGAS KHUSUS
17
4.4 Data Beban Struktur dan Data Tanah
1. Data Beban Struktur = 3941440.4 KN
Nilai tersebut merupaka nilai akhir yang tertera di dokumen laporan analisis
struktur atas. Perhitungan detail sehingga nilai tersebut muncul tidak dapat
ditampilkan karena keterbatasan akses data. Beban struktur tersebut merupakan
nilai total sudah termasuk di dalamnya pertimbangan beban angin dan beban
gempa, hingga angka safety factor yang digunakan. Kombinasi pembebanan
yang digunakan pun sudah mencakup seluruh pertimbangan beban-beban
lainnya.
2. Data Tanah
Data hasil uji tanah dan spesifikasi tiang pancang yang digunakan tercantum
dalam dokumen laporan analisis uji tanah yang dikeluarkan oleh konsultan
geoteknik dan konsultan struktur bawah. Terdapat 18 (delapan belas) bore holes
yang digunakan untuk melakukan uji tanah. Data yang dipakai dalam simulasi
ini adalah data bore hole 2.
18
3. Spesifikasi Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan berdasarkan dokumen laporan uji tanah dan
perhitungan struktur bawah adalah sebagai berikut:
• Jenis Tiang Pancang : Spun Pile
• Spesifikasi Beton : K-600 atau fc’ 52 MPa
• Diameter Tiang Pancang : 600 mm
• Tinggi Tiang Pancang : Bottom (13 m), Middle (14 m)
Capacity
Depth
No. Friction – Qs End Bearing– Qall SF=4
(m) Qᵤ (kN)
(kN) Qp (kN) (kN)
1 0 0 0 0 0
2 -4 23.980 40.715 64.695 16.174
3 -9 30.191 10.179 40.369 10.092
4 -15 42.468 20.358 62.826 15.706
5 -17 54.746 20.358 75.103 18.776
6 -18 67.023 20.358 87.381 21.845
7 -24 85.224 30.536 115.760 28.940
8 -26 103.425 30.536 133.961 33.490
9 -27 269.536 239.201 508.737 127.184
10 -29 304.644 61.073 365.717 91.429
11 -31 360.283 101.788 462.070 115.518
12 -35 438.351 152.681 591.032 147.758
13 -35 512.221 142.503 654.723 163.681
14 -43 598.255 173.039 771.294 192.823
15 -48 676.323 152.681 829.004 207.251
16 -52 766.124 183.218 949.342 237.335
17 -54 859.549 193.396 1052.945 263.236
18 -61 974.315 264.648 1238.963 309.741
19
Qs = α * Cu * Ap
- Untuk Lapisan Pasir (Sand)
Qs = Ap * L * fav
Dimana, fav = 0.02 * Pa * N60
• Daya Dukung Ujung
- Untuk Lapisan Lempung (Clay)
Qp = 9 * Cu * As
- Untuk Lapisan Tanah (Sand)
Qp = 40 * N < 1600
Dimana, N = ½ * (N1 + N2)
Atau
Qp = 0.4 * Pa * N60 * (L/D) <= 4 * Pa * N60
• Kapasitas Ultimate
Qu = Qp + Qs
• Kapasitas Ijin
Nilai safety factor yang diasumsikan adalah 4. Nilai ini dipilih
karena pada laporan uji tanah dan struktur atas yang dikeluarkan oleh
konsultan, tertulis bahwa angka keamanan yang akan digunakan
berkisar diangka 3 hingga 5.
Qall = Qu / SF
20
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Daya Dukung Lateral
Qg all Qg
Qg (SF = 4)
No Depth Jenis Tanah cummulative
(kN) (kN) (kN)
1 4 Silty Clay 261.863 65.466 65.466
2 9 Silty Clay 249.563 62.391 127.856
3 15 Silty Clay 253.663 63.416 191.272
4 16.5 Clayey Silt 253.663 63.416 254.688
5 18 Silt 253.663 63.416 318.103
6 24 Clayey Silt 257.763 64.441 382.544
7 25.5 Clayey Silt 257.763 64.441 446.985
8 27 Silty Sand 148.830 37.208 484.192
9 28.5 Silt 270.063 67.516 551.708
10 31 Clayey Silt 286.463 71.616 623.324
11 34.5 Silty Clay 306.964 76.741 700.065
12 35 Clayey Silt 302.864 75.716 775.781
13 42.5 Silty Clay 315.164 78.791 854.572
14 48 Silty Clay 306.964 76.741 931.313
15 52 Silty Clay 319.264 79.816 1011.129
16 54 Silty Clay 323.364 80.841 1091.970
17 60.5 Silty Clay 352.064 88.016 1179.986
Perhitungan jumlah tiang akan mengacu kepada kapasitas aksial karena nilainya lebih
kecil dibandingkan dengan kapasitas lateral. Hal ini akan menghasilkan hasil
perhitungan yang lebih konservatif.
- Jumlah Tiang
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 3941441
𝑛= = = 12724,957 ≃ 12725
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 309,741
- Group Efficiency
Perhitungan group efficiency akan menggunakan metode Converse-Labarre
equation. Metode ini dipilih karena merupakan metode dengan hasil yang
paling konservatif. Karenanya hasil perhitungan nantinya akan menghasilkan
angka yang sangat aman, namun sudah pasti tidak ekonomis.
21
Berdasarkan perhitungan jumlah, didapatkan angka 12725 tiang pancang
yang akan digunakan. Apabila akan dipancang dengan bentuk grup adalah
segi empat, maka akan didapatkan nilai n1 dan n2 yaitu
• n1 = 95
• n2 = 135
Efisiensi grup tiang pancang ini setelah melakukan iterasi tiga kali berada di
angka 59,3%.
Group Efficiency
n1 126
n2 101
D 0.6 m
d 1.8 m
teta 18.435 deg
GE 0.593987
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.4, maka jumlahh tiang pancang yang
seharusnya dipakai apabila mempertimbangkan efisiensi grup adalah 21454
tiang pancang.
22
Beberapa factor yang dapat menyebabkan perbedaan hasil antara lain:
• Kesalahan dalam perhitungan daya dukung ujung dan daya dukung selimut.
Kesalahan dalam hal ini akibat dari penggunaan metode hitung yang masih
manual, seperti apa yang dilakukan ketika belajar di dalam kelas. Tim
perencana sudah dipastikan menggunakan suatu software untuk menghitung
kapasitas dari tiang pancang yang akan digunakan baik itu daya dukung
ujung dan daya dukung selimut.
• Nilai dari safety factor yang berbeda, mengingat hanya diberikan rentang
angka SF antara 2-4 sehingga terdapat kemungkinan angka SF yang
digunakan tim perencana tidak sama dengan angka SF yang dipakai dalam
simulasi perhitungan.
• Pertimbangan lain yang tidak masuk dalam perhitungan. Beberapa
pertimbangan tersebut bisa merupakan beban-beban tambahan yang
mungkin belum termasuk dalam data beban total struktur, seperti beban
angin dan beban gempa. Selain itu, pertimbangan adanya struktur lain yang
nantinya akan berada di area yang sama (pengembangan wilayah) juga bisa
menjadi pertimbangan sehingga jumlah tiang pancang bertambah. Selain itu,
spesifikasi dari FIFA menyatakan bahwa area lapangan baik itu lapangan
utama maupun lapangan latih tidak diberikan tolerir untuk penurunan tanah.
Sehingga bisa jadi hal ini juga menjadi pertimbangan tim perencana untuk
menambahkan jumlah tiang pancang sehingga jumlah actual dari tim
perencana lebih banyak dibandingkan simulasi perhitungan ini.
23
BAB V
TINJAUAN TEORI
𝑄𝑢 = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠 ………. (1)
Dimana:
- Qp = kapasitas / daya dukung ujung pondasi
- Qs = kapasitas / daya dukung friksi pondasi
24
Kapasitas / daya dukung ujung pondasi (Qp), dapat dihitung dengan beragam
metode diantaranya adalah:
Tabel 5. 1 Berbagai Metode Perhitungan Kuat Ujung Pondasi (Qp)
Qp
No. Metode
Lempung Pasir
Ap.qp
9cuAp Ap.qp
2. Meyerhof, 1976
cu = Kohesi UU
ApcuN*c Aps’0N*s
Perhitungan untuk kapasitas / daya dukung friksi terbagi sesuai dengan lapisan
tanahnya, yaitu lapisan tanah pasir dan lapisan tanah lempung (clay).
- Tanah Pasir
𝑄𝑠 = ∑𝑝∆𝐿𝑓……….(2)
Variabel friksi pada pondasi dalam tidak mudah untuk dilakukan estimasi.
Saat melakukan estimasi dari variabel friksi, terdapat beberapa faktor
yang diperhatikan:
25
o Pada kedalaman yang sama, gesekan di loose sand lebih tinggi
pada high displacement pile dari pada low displacement pile.
o Pada kedalaman yang sama, tiang bor memiliki kuat gesek lebih
kecil daripada tiang pancang.
Dimana:
26
Tabel 5. 2 Nilai l Berdasarkan Panjang Tertanam
f = αcu……….. (9)
Selain menggunakan rumus perhitungan, nilai α juga dapat didapatkan
melalui tabel perbandingan ancara cu/P0 dengan α. Tabel tersebut
dihasilkan berdasarkan dari Terzaghi, Peck, dan Mesri (1996):
Tabel 5. 3 Nilai α berdasarkan Cu/Po
27
5.3 Daya Dukung Lateral
Salah satu metode perhitungan beban lateral adalah menggunakan Metode Brom. Brom
mengembangkan solusi untuk untuk mempermudah perhitungan berdasar asumsi dari :
• Shear failure dalam tanah, untuk pondasi pancang dangkal
• Bending dari tiang pancang yang diakibatkan oleh plastic yield resistance, untuk pondasi
pancang dalam.
Solusi Brom dalam perhitungan beban ultimit, Qu(g) digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5. 1 Nilai Qu menurut Metode Brom, untuk tiang pancang dangkal (a)
Sand (b) Clay
28
Gambar 5. 2 Nilai Qu menurut Metode Brom, untuk tiang pancang dalam (a)
Sand (b) Clay
29
pengawasan apabila pihak owner setidaknya faham mengenai hal-hal teknis
konstruksi seperti garis besar metode konstruksi serta metode K3.
4. Selain penerapan ilmu yang telah didapat di perkuliahan, ilmu baru pun juga banyak
didapat ketika melakukan proses kerja praktik. Mengingat posisi perusahaan sebagai
BUMD, hubungan formal dengan instansi terkait sering dilakukan. Cara
berkomunikasi, menyampaikan pendapat, bernegosiasi, dan cara melaporkan suatu
hal, menjadi hal baru yang dipelajari. Selain itu, secara langsung mempelajari
prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan dokumen perizinan pembangunan
infrastruktur. Hal-hal seperti itu tidak akan didapatkan secara langsung ketika di kelas
perkuliahan.
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Perencanaan konstruksi skala besar seperti Jakarta Internatonal Stadum tidak
sederhana dan memerlukan pihak-pihak dari beragam disiplin ilmu
2. Cara berkomunikasi menjadi vital dalam proses perencanaan serta proses
konstruksi seperti proyek JIS ini
3. Proses penerbitan perizinan hingga mendapatkan IMB tidak sederhana dan
banyak hal yang harus dipersiapakan serta dipastikan
4. Perhitungan struktur pada proyek seperti ini dilakukan oleh konsultan khusus,
namun untuk beberapa hal masih bisa dilakukan simulasi perhitungannya
dengan cara sederhana walaupun hasil yang didapat tidak akan sama dengan
berbagai factor pembeda
5. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh kekuatan daya dukung aksial sebesar
309,741 kN, dan daya dukung lateral sebesar 1179,986 kN.
6. Jumlah tiang pancang yang berhasil diperoleh berdasarkan perhitungan
simulasi adalah 12725 tiang pancang sebelum pertimbangan group’s
efficiency dan 21454 tiang pancang setelah pertimbangan group’s efficiency.
7. Hasil simulasi berbeda dengan hasil yang dikeluarkan oleh tim perencana,
namun hal tersebut wajar mengingat keterbatasan data, asumsi yang
digunakan, serta metode yang dipakai dalam proses perhitungan.
6.2. Saran
1. Untuk pihak kampus, durasi program kerja praktik/magang lebih panjang lagi.
Hal ini dikarenakan durasi dua bulan terasa terlalu singkat karena peserta
kerja praktik baru memulai untuk mendapat pengalaman dan ilmu baru. Hasil
yang didapat dalam durasi dua bulan ini pun belum terlalu banyak.
2. Untuk pihak perusahaan, PT Jakarta Propertindo telah menerima peserta kerja
praktik/magang dengan baik bahkan dipersilakan untuk turun langsung dalam
proyek tanpa terasa beda yang signifikan antara karyawan dan peserta
magang. Perlu ditingkatkan untuk jumlah peserta magang dalam setiap tim
proyek karena banyak yang membutuhkan pengalaman yang berharga seperti
ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTIK
33
34
LAMPIRAN 2
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK
35
36
37
38
LAMPIRAN 3
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK DENGAN PEMBIMBING
INSTANSI
39
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
40
LAMPIRAN 4
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK DENGAN DOSEN PEMBIMBING
41
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
42
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
43