(Pavement Design)
LAPISAN PERKERASAN :
DIBEDAKAN :
1
PAVEMENT
HIGHWAY AIRPORT
flexible (Runway & Appron)
rigid flexible
rigid
Perencanaan tebal perkerasan
berdasarkan banyaknya lintasan Perencanaan tebal perkerasan
berulang-ulang dari Beban Roda berdasarkan :
Ekivalen (Beban Gandar Ekivalen) a. Beban satu buah pesawat
selama umur perkerasan (teori terbesar yang boleh
lelah = fatique) mendarat.
b. Jumlah lintasan ulang
pesawat terbesar (utk
lapangan yg besar)
2
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN DALAM
PERENCANAAN JENIS, SUSUNAN, DAN TEBAL
PERKERASAN
1. BEBAN DAN JUMLAH LALU-LINTAS (TRAFIK)
a) Beban roda
b) Jumlah as (gandar)
c) Jumlah roda per gandar
d) Variasi jenis kendaraan
e) Jumlah trafik perhari dan pertumbuhannya
f) Umur rencana perkerasan
3
FLEXIBLE PAVEMENT RIGID PAVEMENT
(Perkerasan Lentur) (Perkerasan Kaku)
4
CONTOH DESAIN PERKERASAN JALAN DENGAN CARA
AASHTO (1972)
A. FLEXIBLE PAVEMENT.
Gt
log W t = 9 , 36 log ( SN +1 )−0 , 20 +
18
1094
1 0 , 40+ 5 ,19
( SN +1)
1
+ log + 0 ,372 ( S i−3,0)
R
2 3
( )
ITP Gt
log W t = 9 ,36 log +1 −0 ,20 +
18
2,54 1094
0 ,40+
( ITP 5,19
2 ,54
+1 )
+ log
1
R
+ 0 ,372
DDT
(
1 ,20
−3,0 )
Catatan : Harga ITP dalam cm
Dimana :
Gt =log ( 4,2−1,5 )
4,2−P t
5
Yang harus diketahui dulu :
1 Wt18 = total Equivalent Axle Load (EAL) – total standard 18.000 lbs
atau 8.16 ton beban gandar – selama umur rencana (design
life) yang melewati perkerasan di lajur rencana.
Yang dicari :
SN = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 + ………..
6
HUBUNGAN ANTARA CBR DAN Si - CBR DAN DDT
(Rumus empiris)
Dari AASHTO :
7
B. RIGID PAVEMENT.
3
Gt
log W ' = 7 ,35 log ( D+1 )−0 , 06 +
¿
7
1 2 1 , 624 x 10
1+ 8 ,46
( D+1)
[{ ( )( ) }]
5' c 0 ,75
S D −1 ,132
+ ( 4 ,22−0 , 32 P t ) log
215 ,63 J 0 ,75 18 , 42
4
D − 0 ,25
6 2 z
7
Dimana :
1 W’t18 = total Equivalent Axle Load 18.000 lbs EAL selama umur rencana.
Gt =
log ( 4,5−Pt
4,5−1,5 ) atau
Gt =log ( 4,5−Pt
3 )
4 S’c = modulus hancur beton pada umur 28 hari dari (psi) percobaan
3 point test.
8
D
9
CONTOH DESIGN PAVEMENT CARA AASHTO
10
Table 1
An Example of Traffic Data From a Loadometer Station
(Data from Table W-4)*
Data dari “the Wisconsin Automatic Data 1976” untuk Interstate No. 90
(I-90), near Newville, Wisconsin.
Data ini juga merupakan reprentative dari beban axle (gandar) untuk
route kendaraan disebuah tempat di luar kota di negara-negara bagian
Mid-Western, USA.
11
PERHITUNGAN EAL 18.000 lbs
(Pt = 2,5 dan SN = 3)
12
SURFACE a1, D1 D1
SUB GRADE
CBR = CBRsubgrade
Keterangan.
13
dan bila D1 > D1min, maka
D1* = D1.setelah dibulatkan ke 1 cm ke atas.
14
STRUCTURAL LAYER COEFICIENTS (ai)
(OLEH AASHTO COMMITTEE ON DESIGN, 1972)
c) Subbase 0,11
Sandy Gravel, sirtu class B 0,05-0,11
Sand atau Sandy-clay
Hasil perhitungan :
a1 D1 = 2,47
a1 D1 + a2 D2 = 3,45 a2 D2 = 0,98
a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 = 5,55 a3 D3 = 2,10
15
TAMBAHAN :
SN 1 SN 2 SN 3
A
SN 1 a1 D1 = 2,47
SURFACE (A.C)
B SN 2 a
1 D1 + a2 D2 = 3,45 a2 D2 =
0,98
BASE CBR = 100%
C SN 3 a D1 + a2 D2 + a3 D3 = 5,55
1
SUBGRADE CBR = 3%
AWAS :
16
Akan tetapi :
30
0,11x
Misal D3 = 30cm a3 D3 = 2,54 = 1,30
yang ada
Pt = 2,5 ; R = 1,0
Dengan rumus yang sama dicari harga Si yang memenuhi persamaan AASHTO
sehingga dihasilkan SN2 = 4,25
Dari grafik AASHTO (di hal. 22, Figure III-1), atau juga kalau mau lebih tepat
pakai Persamaan (1)
di dapat Si = 5,3
17
Atau sebaliknya :
Jadi a1 D1 + a2 D2 = 4,25
1,78
D2 = 0,14 x 2,54 cm = 32,3 ≈ 35 cm
18
Analog
SN2 = 3,45 D2 = 15 cm
15 x0,14
SN1 yang ada = 3,45 - 2,54 = 2,62
Si ≈ 8,7
19
ISTILAH-ISTILAH DESAIN
TEBAL PERKERASAN BETON ASPAL
CARA BINA MARGA ‘87
20
8,16 ton pada jalur rencana yang
diduga terjadi pada permulaan
umur rencana
LINTAS EKIVALEN : Jumlah lintas ekivalen harian rata-
AKHIR (LEA) rata dari sumbu tunggal seberat
8,16 ton pada jalur rencana yang
diduga terjadi pada akhir umur
rencana
LINTAS EKIVALEN : Jumlah lintas ekivalen harian rata-
TENGAH (LET) rata dari sumbu tunggal seberat
8,16 ton pada jalur rencana yang
diduga terjadi pada pertengahan
umur rencana
LINTAS EKIVALEN : Suatu besaran yang dipakai dalam
RENCANA (LER) nomogram penetapan tebal
perkerasan untuk menyatakan
jumlah lintas ekivalen sumbu
tunggal seberat 8,16 ton pada lajur
rencana.
LAPIS PERMUKAAN : Bagian perkerasan yang paling
atas
DAYA DUKUNG : Suatu skala yang dipakai dalam
TANAH DASAR (DDT) nomogram penetapan tebal
perkerasan untuk menyatakan
kekuatan tanah dasar
FAKTOR REGIONAL : Faktor setempat, menyangkut
(FR) keadaan lapangan dan iklim, yang
dapat mempengaruhi keadaan
pembebanan, daya dukung tanah
dasar dan perkerasan
INDEKS TEBAL : Suatu angka yang berhubungan
PERKERASAN (ITP) dengan penentuan tebal
perkerasan
21
BAGAN ALIR
DESAIN TEBAL PERKERASAN BETON ASPAL
CARA BINA MARGA ‘87
MULAI
22
SELESAI
surface D1
base D2
subbase D3
subgrade
bila,
Di < D minimum
maka,
Di = D minimum
23
24