Anda di halaman 1dari 40

PADANG, 06 FEBRUARI 2021

o Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(UU No. 38 Tahun 2004).

o Sistem Jaringan Jalan : Sistem Primer dan Sistem Sekunder.

o Ada 3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi


a. Jalan Arteri : adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi.
b. Jalan Kolektor : adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang.
c. Jalan Lokal : adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
o Klasifikasi Jalan Berdasarkan Wewenang -----→ Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan
Kota/Kabupaten, Jalan Desa, dan Jalan Khusus.
o Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas Jalan
Fungsi Kelas Muatan Sumbu
Terberat
MST ( ton )
Arteri I > 10

II 10

III 8

III A 8
Kolektor III B 8
o Klasifikasi Jalan Berdasarkan Medan
No. Jenis Medan Notasi Kemiringan
Medan (%)

1. Datar D <3

2. Perbukitan B 3 – 25

3. Pegunungan G > 25
o Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan
tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas.
o Konstruksi perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan
bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas.
o Agregat yang dipakai dapat berupa : batu pecah, batu belah, batu kali, atau
hasil samping peleburan baja.
o Bahan ikat yang dipakai dapat berupa : aspal, semen, kapur, atau tanah
liat.
1. Flexible pavement (Perkerasan Lentur)
2. Rigid Pavement (Perkerasan Kaku)
3. Composite Pavement (gabungan Rigid & Lentur)
Perbedaan Perkerasan Lentur vs Kaku
(Rigid)

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku (Rigid)

1 Bahan Pengikat Aspal Semen


2 Repetisi Beban Timbul Rutting (lendutan) Timbul retak-retak pada
pada jalur roda. permukaan.
3 Penurunan Tanah Jalan Bergelombang Bersifat sebagai balok di atas
Dasar permukaan
4 Perubahan ▪ Modulus kekakuan ▪ Modulus kekakuan tidak
Temperatur berubah. berubah.
▪ Timbul tegangan dalam ▪ Timbul tegangan dalam yg
yg kecil. besar.

6
1. Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade)
2. Pekerjaan Pondasi Bawah (Sub Base Coarse)
3. Pekerjaan Pondasi Atas (Base Coarse)
4. Pekerjaan Lapisan Permukaan (Surface Coarse)
5. Pekerjaan Bangunan Pelengkap Jalan (Drainase, DPT, gorong-
gorong, Slab Culvert, Box Culvert, Median, dll)
6. Pekerjaan Marka dan Rambu.
Tanah Dasar (Sub Grade)

▪ Lapisan tanah dasar merupakan lapisan tanah yang diatasnya akan diletakkan
lapisan pondasi bawah.
▪ Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dapat dibedakan atas :
1. Lapisan tanah dasar, tanah galian.
2. Lapisan tanah dasar, tanah timbunan.
3. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
▪ Lapisan tanah dasar (baik tanah asli, tanah yang didatangkan, atau tanah
distabilisasi) harus dipadatkan dengan alat pemadat bergetar (vibro roller).
▪ Pemadatan yang baik akan diperoleh jika dilakukan pada kondisi kadar air
optimum dan diusahakan konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai
apabila sistem drainasenya memenuhi syarat.
STRUKTUR PERKERASAN PADA TANAH DASAR
PERKERASAN KAKU
Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade)
KETERANGAN
Tanah dasar ▪ Apabila tinggi (elevasi) permukaan tanah eksisting lebih tinggi dari permukaan
diatas Tanah tanah rencana.
Galian ▪ Peralatan yang digunakan, berupa : Bulldozer, Excavator, Motor Grader, Tandem
Vibrating Roller, Dump Truck, minor tools.
Tanah dasar ▪ Apabila tinggi (elevasi) permukaan tanah eksisting lebih rendah dari permukaan
diatas Tanah tanah rencana.
Timbunan ▪ Peralatan yang digunakan, berupa : Bulldozer, Motor Grader, Vibrator Roller,
Sheep Foot Roller, Dump Truck, minor tools.
▪ Kepadatan yang harus dicapai adalah: 100% standard proctor pada 30 cm
lapisan teratas, dan 95% standard proctor AASHTO T.99 pada lapisan
dibawahnya.
▪ Lokasi yang diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, semak-semak, akar-
akar pohon, puing-puing bangunan, sampah, dsb.
▪ Timbunan dilakukan lapis per lapis dengan tebal 30 cm untuk masing-masing
lapis.

12
Lapis Pondasi Bawah Sub Base Coarce)
Fungsi Sub Base Penjelasan
1. Sebagai bagian dari2.2 Lapisan
konstruksi Pondasi
▪ Lapisan Bawah
ini harus (Sub Base)
cukup kuat.
perkerasan untuk mendukung dan ▪ Nilai CBR minimal 20% (20% - 50%)
menyebarkan beban roda ke ▪ Plastisitas Indeks (PI) < 10%.
tanah dasar.

2. Untuk menghasilkan efisiensi ▪ Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan


penggunaan material. dengan lapisan perkerasan di atasnya.

3. Mengurangi tebal lapisan di ▪ Dapat mereduksi tebal lapisan diatasnya, sehingga


atasnya yang lebih mahal. biaya akan lebih murah.
4. Sebagai lapisan peresapan. ▪ Agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

5. Sebagai lapisan pertama, agar ▪ Hal ini sehubungan dengan kondisi lapangan yang
pelaksanaan pekerjaan lapis memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
berikutnya dapat berjalan lancar. pengaruh cuaca, atau
▪ Lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-
roda kendaraan berat.
Lapis Pondasi Bawah Sub Base Coarce)
Fungsi Sub Base 2.2 Lapisan Pondasi
Penjelasan
Bawah (Sub Base)
6. Lapisan untuk Untuk itu lapisan pondasi bawah harus memenuhi syarat filter yaitu :
mencegah partikel-
partikel halus dari
tanah dasar naik ke Dimana :
lapis pondasi atas. D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos =
15%.
D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos =
85%.
7. Jenis lapisan ▪ Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/pitrun kelas A, kelas
pondasi bawah B dan kelas C. Sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtu
yang umum kelas B, yang dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.
digunakan di ▪ Stabilisasi yang terdiri dari :
Indonesia. ✓ Stabilisasi agregat dengan semen (CTSB)
✓ Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)
✓ Stabilisasi tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)
✓ Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization).
Lapis Pondasi Atas (Base Coarce)

Uraian Penjelasan
2.3 Lapisan Pondasi Atas (Base Coarse)
1. Lapis Pondasi Atas (Base ▪ Merupakan lapisan perkerasan yang terletak antara lapis
Coarse). pondasi bawah (subbase) dengan lapis permukaan ( surface ).
▪ Karena terletak tepat di bawah permukaan perkerasan, maka
lapisan ini menerima pembebanan yang berat dan paling
menderita akibat muatan Plastisitas Indeks (PI) < 10%.
▪ Oleh karena itu, material yang digunakan harus berkualitas
tinggi dan pelaksanaan konstruksi harus dilakukan dengan
cermat.
2. Fungsi Base Coarse ▪ Sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
▪ Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
▪ Sebagai bantalan terhadap lapis permukaan.
3. Material yang digunakan ▪ Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya
harus material yang menggunakan material dengan CBR > 50% Plastisitas Index
cukup kuat. (PI) <4%.
Lapis Pondasi Atas (Base Coarce)
Uraian Penjelasan
3. Material yang ▪ 2.3 Lapisan
Untuk Pondasi
lapisan pondasi atas tanpaAtas
bahan (Base Coarse)
pengikat umumnya
digunakan harus menggunakan material dengan CBR > 50% Plastisitas Index (PI) <4%.
material yang ▪ Bahan yang dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas antara lain :
cukup kuat. batu pecah, kerikil pecah dan stabilitas tanah dengan semen atau
kapur.
▪ Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antar lain :
✓ Agregat bergradasi baik, dapat berupa batu pecah kelas A.
✓ Pondasi Macadam.
✓ Pondasi Telford.
✓ Penetrasi Macadam (Lapen).
✓ Aspal Beton Pondasi (Ashpalt Concrete Base / Aspal Treated
Base).
✓ Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base), atau
✓ Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base), atau
✓ Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base).
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Lentur

2.4 Lapisan Permukaan (Surface)


Uraian Penjelasan
1. Fungsi Lapis ▪ Sebagai lapisan perkerasan yang menahan beban roda,
Permukaan. dengan persyaratan harus mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan beban roda selama masa pelayanan.
▪ Sebagai lapisan kedap air sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya .
▪ Sebagai lapisan aus (wearing course), lapisan yang
langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan
sehingga mudah menjadi aus.
▪ Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya.
2. Bahan Lapis Permukaan ▪ pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan
menggunakan bahan pengikat aspal,
▪ Sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan
stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Lentur
Uraian 2.4 Jenis Lapisan Permukaan (Surface) di Indonesia
Penjelasan
3. Lapisan ▪ Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri
bersifat dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
nonstruktural, seragam, dengan tebal maks 2 cm.
berfungsi ▪ Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri
sebagai dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara
lapisan aus berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.
dan kedap air ▪ Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
antara lain. aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
▪ Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan
perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal padat
maks. 1 cm.
▪ Lataston (lapisan tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot
rolled sheet (HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran
antara agregat bergradasi timpang, bahan pengisi (filler) dan aspal keras,
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara
2,5 – 3,0 cm.
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Lentur
Uraian 2.4 Jenis Lapisan Permukaan (Surface) di Indonesia
Penjelasan
4. Lapisan ▪ Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang
bersifat terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan
struktural, seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan
berfungsi dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal
sebagai
dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi 4 – 10
lapisan yang
cm.
menahan dan
menyebarkan ▪ Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
beban roda. dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,
dihamparkan dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya
antara 3-5 cm.
▪ Laston (Lapis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai
gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu
(misalnya : AC-Base, AC-BC, AC-WC).
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Kaku (Rigid)
URAIAN PENJELASAN
Jenis Perkerasan Kaku (Menurut NAASRA)
1. Perkerasan Beton a. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
Semen b. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
c. Perkerasan beton semen bersambung menerus dengan tulangan.
d. Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber).
e. Perkerasan beton semen pratekan.

2. Perkerasan Yaitu perkerasan kaku dengan plat semen sebagai lapis pondasi dan
Komposit aspal beton sebagai lapis permukaan.
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Kaku (Rigid)
URAIAN PENJELASAN
PENJELASAN JENIS PERKERASAN KAKU
1. Perkerasan Beton ▪ Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan
Semen bersambung dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang
tanpa tulangan dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan
melintang.
▪ Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter.
2. Perkerasan beton ▪ Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang
semen bersambung ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana
dengan tulangan panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-
sambungan melintang.
▪ Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 8-15
meter. .
3. Perkerasan beton ▪ Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan dan dengan
semen bersambung panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh adanya
menerus dengan sambungan-sambungan muai melintang.
tulangan. ▪ Panjang pelat dari jenis perkerasan ini lebih besar dari 75 meter.
Lapis Permukaan (Surface Coarce) –
Perkerasan Kaku (Rigid)

URAIAN Jenis PerkerasanPENJELASAN


Kaku (Menurut NAASRA)

4. Perkerasan beton ▪ Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk
semen dengan meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat
tulangan serat khususnya untuk bentuk tidak lazim.
baja (fiber) ▪ Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza
tol, putaran dan perhentian bus.
▪ Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya
melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan
ikatan.
▪ Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat
ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan
45 kg/m³.
5. Perkerasan beton Jenis perkerasan beton menerus, tanpa tulangan yang menggunakan
semen pratekan. kabel-kabel pratekan guna mengurangi pengaruh susut, muai dan
Lenting akibat perubahan temperatur dan kelembaban.
ISTILAH-ISTILAH PADA PERKERASAN KAKU

URAIAN PENJELASAN
ISTILAH-ISTILAH PADA PERKERASAN KAKU
1. Ruji / Dowel ▪ Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis
sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur
beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerjasama
tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.
2. Sambungan Lidah ▪ Jenis sambungan pelaksanaan memanjang dimana sebagai sistem
Alur (key way joint) penyalur bebannyandigunakan hubungan lidah alur sedangkan
untuk memegang pergerakan pelat ke arahnhorizontal digunakan
batang pengikat.
3. Sambungan Muai ▪ Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan
(Expansion Joint). tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan
ruangan untuk pemuaian.
4. Sambungan ▪ Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk
Pelaksanaan memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada saat yang
(Construction Joint). berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama
dengan beton hasil penghamparan baru.
ISTILAH-ISTILAH PADA PERKERASAN KAKU

URAIAN PENJELASAN
ISTILAH-ISTILAH PADA PERKERASAN KAKU
5. Sambungan Tidak ▪ Suatu pola sambungan, dimana sambungan di antara pelat-pelat
Sejalur yang berdekatan tidak berada dalam satu garis (jalur).
6. Sambungan Susut ▪ Jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk
(constraction joint) mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh
tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan
temperatur dan kelembaban .
▪ Jarak antara tiap sambungan susut, umumnya dibuat sama.
7. Tegangan Lenting ▪ Tegangan yang terjadi pada pelat beton yang ditimbulkan oleh
(Warping Stress). melentingnya pelat akibat perbedaan temperatur dan kelembaban.
25
Pekerjaan Lapis Pondasi Aggregat

Uraian Penjelasan
1. Pencampuran ▪ Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan
harus dikerjakan di lokasi crushing plant atau pencampur yang
disetujui.
▪ menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi untuk
memperoleh campuran dengan proporsi yang benar.
2. Penghamparan ▪ Lokasi untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat harus disiapkan
dan harus mendapat persetujuan Direksi Teknik.
▪ Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, maka harus diperlukan
penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal
lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
▪ Lapis pondasi agregat harus dihampar pada kadar air dalam
rentang yang disyaratkan.
▪ Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan
tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
▪ Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali
26
ukuran terbesar agregat lapis pondasi.
Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi
Agregat
Uraian Penjelasan
3. Pemadatan ▪ Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan
kering maksimum (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-
1989.
▪ Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar
air optimum.
▪ Penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang.
▪ Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
▪ Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.

27
Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi
Agregat
Uraian Penjelasan
4. Pengujian ▪ Jumlah sampel pengujian minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan
yang diusulkan.
▪ pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang
diproduksi.
▪ Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2827-1992.
▪ Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-
rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber).
▪ Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh
kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan.
▪ Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang
terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras.

28
29
Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen
(Stabilisasi)
Uraian Penjelasan
1. Umum ▪ Lapis Pondasi Tanah-Semen adalah lapis pondasi yang terbuat
dari tanah yang diambil dari daerah sekitarnya, yang distabilisasi
dengan semen di atas tanah dasar yang telah disiapkan.
▪ Kegiatan yang diperlukan meliputi penghamparan, pembentukan,
pemadatan, perawatan dan penyelesaian akhir.
2. Bahan ▪ Semen yang harus digunakan untuk lapis pondasi tanah-semen
adalah semen portland biasa yang memenuhi ketentuan Standar
Industri Indonesia SII-13-1977 Semen Portland Type I.
▪ Air yang digunakan dalam pekerjaan harus air tawar, dan bebas
dari endapan maupun larutan atau bahan suspensi yang mungkin
dapat merusak pembuatan lapis pondasi tanah-semen.
▪ Tanah yang cocok digunakan untuk lapis pondasi tanah-semen
harus sesuai dengan ukuran partikel yang ditentukan, yaitu :
✓ Ukuran paling besar dari partikel batu harus kecil dari 75 mm.
✓ Kurang dari 50 % melewati saringan No. 200.

30
Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen
(Stabilisasi)
Uraian Penjelasan
3. Pencampuran ▪ Campuran lapis pondasi tanah-semen terdiri dari tanah yang telah
disetujui, semen dan air.
▪ Pencampuran tanah, semen dan air harus dilakukan dengan cara
pencampuran di tempat (mix-in-place) atau instalasi pencampur pusat
(central-plant-mix).
▪ Kadar semen ditentukan berdasarkan data pengujian laboratorium dan
percobaan lapangan awal, tetapi harus dalam rentang 3 % sampai
dengan 12 % dari berat tanah asli (yaitu sebelum dicampur dengan
semen) dalam keadaan kering oven.
4. Penghamparan & ▪ Tanah yang telah disetujui harus dihampar dan disebar sampai rata di
Pencampuran di atas tanah dasar yang sudah disiapkan serta kadar airnya disesuaikan
Lokasi (Cara Mix seperlunya untuk mendapatkan penghalusan tanah yang optimum.
In Place) ▪ Kadar air optimum tanah untuk penghalusan ± 2% dari berat tanah
kering.
▪ Setelah penghalusan tanah memenuhi ketentuan/spesifikasi, semen
harus ditebar secara merata di atas tanah, baik mengunakan tangan
31
maupun dengan mesin penebar sesuai takaran (JMF).
Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen
(Stabilisasi)
Uraian Penjelasan
4. Penghamparan & ▪ Setelah semen disebar merata, serangkaian lintasan mesin
Pencampuran di pencampur harus dilaksanakan sampai seluruh tanah dan semen
Lokasi (Cara Mix tercampur merata, yang ditunjukkan dari meratanya warna adukan.
In Place) ▪ Jumlah lintasan yang diperlukan berdasarkan percobaan lapangan
awal (Trial Mix).
5. Penghamparan & ▪ Mesin pencampur yang tetap (tidak berpindah / stasioner) dapat
Pencampuran di menggunakan cara takaran berat (batching plant) atau cara
Lokasi (Central pemasokan menerus (continous feeder) dan dapat dilengkapi dengan
Plant) pengaduk pedal (paddle mixers) maupun jenis panci (pan mixers).
▪ Campuran dihampar di atas tanah dasar yang sudah dilembabkan
dengan tebal lapisan yang seragam menggunakan mesin penghampar
(paving machine) atau kotak penebar (spreader box) dapat meratakan
campuran dengan ketebalan merata.
▪ Campuran harus dihampar sedemikian sehingga setelah dipadatkan
mencapai tebal lapisan sesuai gambar rencana.

32
Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen
(Stabilisasi)
Uraian Penjelasan
6. Pemadatan ▪ Setelah semen disebar merata, serangkaian lintasan mesin
pencampur harus dilaksanakan sampai seluruh tanah dan semen
tercampur merata, yang ditunjukkan dari meratanya warna adukan.
▪ Panjang maksimum setiap ruas yang diijinkan berdasarkan kapasitas
produksi kurang lebih 200 meter.
▪ Pemadatan awal harus dilaksanakan dengan penggilas kaki kambing
(sheepfoot roller), penggilas roda karet atau penggilas beroda halus.
▪ Setelah penggilasan awal, selanjutnya dilakukan pembentukan badan
jalan dengan motor grader sebelum penggilasan akhir.
▪ Pemadatan akhir menggunakan alat penggilas roda karet atau
penggilas beroda halus bersamaan dengan motor grader untuk
membentuk lapis pondasi tanah-semen.
▪ Permukaan lapis pondasi tanah-semen yang telah selesai harus
ditutup dengan rapat, bebas dari pergerakan yang disebabkan oleh
peralatan dan tanpa bekas jejak roda pemadat, lekukan, retak atau
bahan yang lepas. 33
Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen
(Stabilisasi)
Uraian Penjelasan
7. Perawatan ▪ Segera setelah pemadatan dan pembentukan lapisan terakhir lapis
pondasi tanah-semen, butiran batu (chipping) yang memenuhi
ketentuan ditebar secara merata di atas permukaan lapis pondasi
tanah-semen dan dibenamkan pada permukaan dengan penggilasan.
▪ untuk perawatan (curing membrane) harus dipasang di atas hamparan
dan dipertahankan sampai paling sedikit 24 jam.
▪ Curing membrane ini dapat berupa : Lembaran plastik kedap air atau
bahan karung goni yang harus selalu basah selama masa perawatan.
▪ Curing membrane dilakukan selama 7 hari setelah pencampuran dan
penghamparan.

34
35
Proses Pemberian Kapur Utk Stabilisasi Tanah
Stabilisasi Tanah
Stabilisasi Tanah Dengan Semen Stabilisasi Tanah

36
37
Geotextile Woven

38
39
Semoga………………..
Bermanfaat” …

Anda mungkin juga menyukai