JALAN LENTUR
2
PENDAHULUAN 1-1
Gambar 1-1: Komponen Struktur Perkerasan Lentur (Lalu Lintas Berat)
Perkerasan
LPA Kelas A atau CTB
LPA Kelas B
Tanah Dasar
Perbaikan Tanah Dasar Pondasi
(jika dibutuhkan) atau
Lapis Penopang (jika dibutuhkan)
Struktur Perkerasan Lentur (Lalu Lintas Berat) pada PermukaanTanah Asli (At Grade)
LPA Kelas B
Tanah Dasar
LPA Kelas B
Tanah Dasar
Perbaikan tanah dasar atau lapis Pondasi
drainase(jika dibutuhkan)
4
Penajaman pada hal-hal sbb :
a. Umur rencana optimum yg ditentukan dari analisis life
cycle cost,
b. Koreksi thd faktor iklim yg mempengaruhi masa
pelayanan perkerasan,
c. Analisis beban sumbu secara menyeluruh,
d. Pengaruh temperatur,
e. Pengenalan struktur perkerasan cement treated base,
f. Pengenalan prosedur rinci utk desain pondasi jalan,
g. Pertimbangan desain drainase,
h. Ketentuan analisis lapisan utk Pd T-01-2002-B,
i. Penerapan pendekatan mekanistis,
j. Katalog desain 5
Desain Pekerasan Baru Jalan Lentur
1. Umur Rencana
2. Pemilihan Struktur Perkerasan
3. Lalu Lintas
4. Traffic Multiplier Lapisan Aspal
5. Zona Iklim
6. Modulus Bahan
7. Drainase Bawah Permukaan
8. Desain Pondasi Jalan
9. Tanah Dasar Lunak
10. Desain Perkerasan
11. Masalah Pelaksanaan yang Mempengaruhi Desain
12. Prosedur Desain
6
Desain Perkerasan Jalan Lentur
4 Tantangan telah diakomodasi
Beban Berlebih
Penggunaan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai
Temperatur Perkerasan Tinggi
Penggunaan modulus yang lebih sesuai
Curah Hujan Tinggi
Faktor drainase & daya dukung tanah dasar
Tanah Lunak
Penanganan tanah dasar & dampaknya
Tantangan ke-5 :
Mutu Konstruksi
Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan
7
Bagian I – Struktur
Perkerasan Baru
8
Prosedur Desain
Perkerasan Lentur
9
Perkerasan Lentur
10
Perkerasan Lentur
1. Umur Rencana, Tabel 2-1
2. CESA4
3. Traffic Multiplier (TM)
4. CESA5= TM x CESA4
5. Jenis Perkerasan (discounted whole of life cost)
6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah
Dasar
7. Struktur Pondasi Jalan
8. Struktur Perkerasan
9. Kecukupan Struktur relatif thd Pd T-01-2002-B?
10. Standar Drainase Bawah Permukaan
11. Kebutuhan Bahu Jalan Berpenutup
11
Bahu berpenutup harus disiapkan , jika :
1. Gradien jalan > 4% (potensial thd gerusan),
2. Pada daerah Perkotaan,
3. Berdampingan dengan garis kerb,
4. Jalan dengan lalu lintas berat & kend roda dua
cukup tinggi
12
2. Umur Rencana (UR) Jalan Baru
Perkerasan Lentur (Tabel 2.1 )
Lapisan Aspal & Lapisan Berbutir : 20 tahun
Pondasi Jalan, Daerah yg tidak dioverlay Underpass,
Jembatan & Terowongan : 40 tahun
Cement Treated Base (CTB) : 40 tahun
13
2. Umur Rencana (UR) Jalan Baru (hal 2-1 )
14
2. CESA4 (1)
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 4)
Traffic Counting, hal 4-1
Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-B: Lampiran A1
Hasil survei sebelumnya
Tabel 4.5 perkiraan lalin khusus untuk LHR rendah
Klasifikasi jenis kendaraan
Tabel 4.4 (Klasifikasi kendaraan dan Nilai VDF Gabungan)
hal 4-4
Faktor Pengali Pertumbuhan Lalin
R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut:
Tabel 4-1
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3
4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16
17
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
18
Tabel 4.5 Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
Tabel 4.4 : Vehicle Damage Factor (VDF) Gabungan (kendaraan niaga dengan 6
roda atau lebih) hal 4-4
Bali, Nusa
Tenggara,
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi
Maluku dan
Papua
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
Normal MST 12T 3.4 4.4 4.5 5.9 3.6 5.0 3.3 4.3 2.6 3.1
Beban berlebih 5.4 8.8 7.2 12.0 5.2 9.2 6.0 10.0 3.1 4.2
Beban sangat
8.6 18.9 10.0 18.5 7.5 15.2 7.5 14.5 - -
berlebih*
19
2. CESA4 (2)
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 4)
Pengalihan Lalin (Traffic Diversion), hal 4-2
Analisis menurut jaringan jalan
Distribusi Lajur & Kapasitas Lajur
Beban desain pada setiap lajur < kapasitas lajur selama
umur rencana
Permen PU No.19/PRT/M/2011 :
RVK arteri & kolektor ≤ 0,85 & RVK jalan lokal ≤ 0,9
Tabel 4.2 Faktor Distribusi Lajur(DL)
23
2. CESA4 (5)
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 4)
ESA = (L /SL)4
4 ij
24
3. Traffic Multiplier (TM)
ESA = TM
5 lapisan aspal x ESA4
Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM ) untuk
lapisan aspal
kondisi beban berlebih di Indonesia berkisar 1,8 - 2.
TM dapat diperoleh dari lembar VDF calculator (Excel)
LHRT (AADT) diisi sesuai data survei
ESA/lane/day (at date of traffic count) dalam kolom
ini adalah untuk jalan 2 lajur 2 arah
TM = CESA5 / CESA4
TM digunakan utk mengoreksi ESA, akibat kelelahan 25
4. CESA5
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 5)
Faktor Ekivalen Beban
ESA = (L /SL)5
5 ij
L : beban pada sumbu atau kelompok sumbu
ij
SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok sumbu,
mengikuti Pd T-05-2005 (hanya diadopsi beban
standarnya saja), untuk STRT = 5,4 ton, STRG = 8,16 ton,
STdRG = 13,75 ton & STrRG = 18,45 ton
Kumulatif Beban Sumbu Standar
ESA = (Σ LHRT x VDF x Faktor Distribusi)
jenis kendaraan
CESA = ESA x 365 x R
R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
26
Tabel 3.1 Pemilihan Jenis Perkerasan
CESA4 20 tahun (juta)
Bagan (pangkat 4 kecuali disebutkan lain)
Struktur Perkerasan
Desain
0 – 0.5 0.1 – 4 4 - 10 10 – 30 > 30
Perkerasan kaku dengan lalu lintas berat 4 2 2 2
Perkerasan kaku dengan lalu lintas rendah 1, 2
4A
(desa dan daerah perkotaan)
AC WC modifikasi atau SMA modifikasi
3 2
dengan CTB
AC dengan CTB 3 2
AC tebal ≥ 100 mm dengan 1, 2
3A
lapis pondasi berbutir
AC atau HRS tipis diatas 1, 2
3
lapis pondasi berbutir
Burda atau Burtu dengan Gambar
3 3
LPA Kelas A atau batuan asli 6
Lapis Pondasi Soil Cement 6 1 1
Perkerasan tanpa penutup Gambar 1
6
28
6. Homogenous Section &
Daya Dukung Tanah Dasar (1)
Iklim akan mempengaruhi : (lamp. B-1)
Temperatur lapisan aspal dan nilai modulusnya
Kadar air di tanah dasar dan perkerasan berbutir
III III
I
III
III
III
III
III
II II
I
29
Zona Iklim untuk Indonesia Lamp B-1
Uraian Curah hujan
Zona Lokasi
(HDM 4 types) (mm/tahun)
tropis, kelembaban Sekitar Timor dan Sulawesi
I sedang dengan musim Tengah seperti yang <1400
hujan jarang ditunjukkan gambar
tropis, kelembaban
Nusa Tenggara, Merauke,
II sedang dengan musim 1400 - 1800
Kepulauan Maluku
hujan sedang
Sumatera, Jawa,
tropis, lembab dengan Kalimantan, Sulawesi,
III 1900 - 2500
musim hujan sedang Papua, Bali, seperti yang
ditunjukkan gambar
tropis, lembab dengan
Daerah pegunungan yang
hujan hampir sepanjang
IV basah, misalnya Baturaden >3000
tahun dan kelembaban
(tidak ditunjukkan di peta)
tinggi dan/atau banyak air
30
7. Struktur Pondasi Jalan (1)
Prosedur Desain dengan 4 Kondisi Tanah: hal 6-1
Tanahnya Tanahnya
alluvial YES jenuh atau NO
dengan berpotensi
kepadatan jenuh ?
rendah ?
YES
NO
32
BAGAN DESAIN 1 : PERKIRAAN NILAI CBR TANAH DASAR, hal 6-5
(tidak dapat digunakan untuk tanah alluvial jenuh atau tanah gambut)
Catatan dalam kasus 2,3,4 atau 6 nilai digunakan untuk desain perlu disesuaikan dengan faktor penyesuaian “m”. 33
FSL : finished surface level (sampai dengan bagian teratas perkerasan)
BAGAN DESAIN 2 : SOLUSI DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM3
Lalu Lintas Lajur Desain
Umur Rencana 40 tahun
(juta CESA5)
Prosedur
CBR Tanah Dasar Kelas Kekuatan Tanah Uraian Struktur
Desain <2 2-4 >4
(Bagan Desain 1) Dasar Pondasi Jalan
Pondasi
Tebal minimum peningkatan
tanah dasar
< 1,5 3 4 5
1,5 – 2,0 5 6 9
2,0 – 2,5 8 10 13
2,5 – 3,0 12 14 19
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Kelas Jalan Tinggi tanah dasar diatas muka air Tinggi tanah dasar diatas
tanah (mm) muka air banjir (mm)
Jalan Bebas 1200 (jika ada drainase bawah 500 (banjir 50 tahunan)
Hambatan permukaan di median)
1700 (tanpa drainase bawah
permukaan di median)
Jalan Raya 600 (jika ada drainase di median)
Jalan Sedang 600 500 (banjir 10 tahunan)
Jalan Kecil 400 Tidak digunakan
41
10. Tanah Lunak (1) hal 7-1
10.1 Umum :
43
Tanah Lunak (3)
10.3 Lapis Penopang : hal 7-2
MPAT 41˚C
48
8. Struktur Perkerasan (4)
Aspal Modifikasi dan Inovasi Lainnya
Untuk aspal modifikasi atau SMA dapat menggunakan
bagan desain 3 atau 3A.
Manfaat utama dari aspal modifikasi adalah untuk
meningkatkan durabilitas dan ketahanan terhadap alur
(rutting)
F4 F5 F6 F7 F8
Untuk lalu lintas di bawah 10 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif yang lebih murah3
juta CESA5 lihat bagan desain
3A – 3B dan 3 C
AC WC 40 40 40 50 50
AC BC 5 60 60 60 60 60
AC BC atau AC Base 75 95 125 160 220
CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A2 150 150 150 150 150
Catatan :
1. Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku
2. Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 –150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 –150 mm
3. Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah
4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan
pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.
5. AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.
6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA.
Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif 50
Bagan Desain 3A: Desain Perkerasan Lentur Alternatif, hal 59
Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan, namun untuk
desain perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Bagan Desain 3.
51
Alternatif Bagan Desain 3C: hal 8-5
Desain Perkerasan Lentur - Aspal dgn Lapis Pondasi Berbutir
(Solusi untuk Reliabilitas 80% Umur Rencana 20 Tahun)
STRUKTUR PERKERASAN
FF1 FF2 FF3 FF4 FF5 FF6 FF7 FF8 FF9
Solusi yang dipilih Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 3
Pengulangan beban
sumbu desain 20
tahun di lajur
rencana 1-2 >2 - 4 >4 – 7 >7 - 10 >10 - 20 >20 - 30 >30 - 50 >50 - 100 >100 - 200
(pangkat 5)
(106 CESA5)
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
AC WC 40 40 40 40 40 40 40 40 40
AC BC 60 60 60 60 60 60 60 60 60
AC Base 0 70 80 105 145 160 180 210 245
LPA 400 300 300 300 300 300 300 300 300
Catatan 1 1 2 2 3 3 3 3 3
Catatan Bagan Desain 3A:
1. FF1 atau FF2 harus lebih diutamakan daripada solusi F1 dan F2 atau dalam situasi jika HRS berpotensi rutting
2. FF3 akan lebih efektif biaya relatif terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu
3. CTB dan pilihan perkerasan kaku (Bagan Desain 3) dapat lebih efektif biaya tapi dapat menjadi tidak praktis jika
sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia. Solusi dari FF5 - FF9 dapat lebih praktis daripada solusi Bagan Desain 3
atau 4 untuk situasi konstruksi tertentu. Contoh jika perkerasan kaku atau CTB bisa menjadi tidak praktis : pelebaran
perkerasan lentur eksisting atau diatas tanah yang berpotensi konsolidasi atau pergerakan tidak seragam (pada
perkerasan kaku) atau jika sumber daya kontraktor tidak tersedia.
4. Faktor reliabilitas 80% digunakan untuk solusi ini. 52
5. Bagan Desain 3A digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk diimplementasikan
BAGAN DESAIN 5 - PERKERASAN BERBUTIR DNG LAPIS TIPIS BURDA
hal 8-7
STRUKTUR PERKERASAN
SD1 SD2 SD3 SD43 SD53
Beban sumbu 20 tahun pada lajur desain CESA4x106)
<0,1 0,1 - 0,5 0,5 - 4 4 - 10 10 - 30
Ketebalan Lapis Perkerasan (mm)
Burda 20 nominal
Lapis Pondasi Agregat Kelas A 200 250 300 320 340
Lapis Pondasi Agregat kelas A, atau kerikil
alam atau distabilisasi, CBR ≥10%, pada 100 110 140 160 180
subgrade dengan CBR ≥ 5%
Catatan :
1 Ketentuan-ketentuan struktur pondasi jalan Bagan Desain 1 juga berlaku untuk Bagan Desain 5.
2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dihampar dng tebal padat minimum 125 mm dan maksimum 200 mm.
3 SD4 dan SD5 hanya digunakan untuk konstruksi bertahap atau untuk penutupan bahu.
4 Dibutuhkan pengendalian mutu yang baik untuk semua lapis perkerasan
53
BAGAN DESAIN 6 - PERKERASAN TANAH SEMEN (SOIL CEMENT)
(diijinkan untuk area dengan sumber agregat atau kerikil terbatas), hal 8-7
STRUKTUR PERKERASAN
SC1 SC2 SC3
Beban Sumbu 20 tahun pada lajur
desain (CESA4x106)
<0,1 0,1- 0,5 0,5 – 4
Ketebalan lapis perkerasan (mm)
HRS WC, AC WC (halus), Burtu atau Burda 50
LP Agregat Kelas A 160 220 300
Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B 110 150 200
Tanah distabilisasi, CBR 6% pada tanah dasar dengan
CBR ≥ 3% 160 200 260
Catatan :
1. Bagan Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan Bagan Desain 2 tetap
berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih dari 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan peralatan stabilisasi
yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller kapasitas berat statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain 6 boleh dipasang
dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan Desain 2 sampai maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30 mm jika dihamparkan
dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan Burda atau
pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan menggunakan Bagan
BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS TIPIS BURDA
Bagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk semua kerikil alam,
batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat ataupun dengan lapis tipis Burda.
Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam Lampiran C. (hal 63)
Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30%
Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30% dan PI 4-12%
Tebal
material
berbutir
(mm)
58
8. Drainase Bawah Permukaan (2) hal 5-1
59
. Tabel 5.1 Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berutir
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain hal 5-3
Aggregate base B
60
drainase sub soil, medan datar 1.0 Drainase
Terkadang drainase
Kondisi
Tabel 5.1 Koefisien
sub soil dibawah
Lapangan
Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berutir sub soil
nilai 'm' Lapis Pondasi agregat kelas B
(digunakan untuk pemilihan Detail Tipikal
utk desain
nilai m yang sesuai) hal 5-3
.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu
Bahu
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
1.nase
Galian dengan dari
melintang drainase sub soil,
sub base pada 0.9
1.2
jarak terdrainase
< 10 m atausempurna
pada titik terendah.
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir LapisPondasi
Lapis Pondasiagregat
agregatkelas
kelasBB
Geotekstil
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Jalur
Jalur Lalu
Lalu Lintas
Lintas Bahu
Bahu >500
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
2. timbunan
Timbunantanpa drainase
dg lapis pondasisubsoil
bawahdan 1.2
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm Rounding
menerus sampai bahu (day-lighting)
0.7 Geotekstil
(tidak terkena banjir)
Aggregate base B
Lapis Pondasi agregat kelas B
61
11. Kebutuhan Bahu Jalan
Berpenutup (1)
Tebal Lapisan Berbutir:
Tebal lapisan berbutir bahu harus sama dengan tebal lapisan
berbutir perkerasan untuk memudahkan pelaksanaan
Bahu Tanpa Pengikat (Kelas C):
Tebal lapis permukaan bahu = tebal lapisan beraspal jika
tebalnya > 125 mm, jika tidak maka tebal lapis permukaan
bahu min. 125 mm
Bahu Berpengikat:
Jika terdapat kerb
Gradien Jalan > 4%
Sisi yg lebih tinggi pada kurva superelevasi
LHRT > 10.000
Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan
Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor
62
11. Kebutuhan Bahu Jalan
Berpenutup (2)
Material bahu berpengikat dapat berupa:
Penetrasi makadam
Burda
Beton aspal (AC)
Beton
Kombinasi dari tied shoulder beton 500 – 600 mm dan
bahu dengan pengikat aspal
Lalu Lintas Desain untuk Bahu Berpengikat:
Lalu lintas desain untuk bahu berpengikat ≥ 10% lalu
lintas desain untuk lajur jalan yg bersampingan atau
sama dng perkiraan lalu lintas yg akan menggunakan
bahu, diambil yg terbesar. Umumnya digunakan Burda
atau Penetrasi Makadam yg dilaksanakan dng baik
63
Contoh Soal perhitungan desain perkerasan
jalan lentur terlampir
64
65