id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Bencana
Bencana dapat diartikan sebagai suatu kejadian atau rangkaian peristiwa
yang membahayakan dan mengganggu kehidupan serta penghidupan
masyarakat yang ditimbulkan baik oleh faktor alam serta faktor non alam
maupun manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, kerugian dokumen dan kerugian
psikologis. Menurut Yu, dkk (2018: 1) bencana alam dapat didefinisikan sebagai
sebuah kombinasi dari bahaya alam dan kerentanan yang membahayakan
komunitas rentan yang tidak mampu lagi menangani kesulitan yang ditimbulkan
akibat bencana.
Bencana alam sendiri adalah bencana yang disebabkan oleh berbagai
peristiwa alam atau buatan manusia, seperti tsunami, banjir, angin topan, gempa
bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi dan kekeringan (UU No. 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Disamping bencana alam tersebut,
Indonesia juga rawan terhadap terjadinya bencana non alam maupun sosial
seperti ketidakstabilan sosial dan politik serta kejadian luar biasa yang
disebabkan oleh penyakit menular.
Penanggulangan bencana di Indonesia diatur sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana. Penanggulangan bencana merupakan komponen penting yang tidak
dapat terpisahkan dari pembangunan nasional suatu negara. Kegiatan ini
mencangkup beberapa tahapan, seperti upaya penanggulangan bencana sebelum
terjadinya bencana atau sering disebut dengan pra bencana. Upaya yang
dilakukan selama atau setelah terjadinya bencana disebut dengan pasca bencana.
Pemerintah menjadi pihak yang paling signifikan yang memiliki wewenang serta
tugas untuk pelaksanaan penanggulangan bencana (Mas’Ula, dkk, 2019: 104).
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
2. Bencana Banjir
a. Pengertian Bencana Banjir
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana
banjir adalah peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah sebagai akibat
dari curah hujan yang turun terus menerus sehingga menyebabkan sungai,
drainase, laut atau danau meluap karena volume air yang melebihi
kapasitasnya, selain curah hujan yang tinggi bencana banjir juga dapat terjadi
akibat ulah manusia. Menurut Pemani, dkk (2019: 399) Bencana banjir
merupakan peristiwa atau kondisi dimana suatu wilayah daerah atau daratan
tergenang karena peningkatan jumlah volume air. Dampak dari bencana
banjir adalah rusaknya rumah tinggal, korban jiwa, harta benda, lapangan
pekerjaan, terganggunya aktivitas masyarakat dan kerugian material yang
menjadikan wilayah tersebut menjadi rawan dan rentan terhadap bencana
banjir. Bencana banjir merupakan masalah yang harus ditanggulangi
utamanya pada aspek ketahanan pangan serta ketahanan sosial ekonomi
(Handayani, dkk, 2020: 7).
b. Jenis Bencana Banjir
Menurut Rahma dan Yulianti (2020: 25) jenis bencana banjir bisa
dibedakan menjadi enam tipe banjir sebagai berikut:
1) Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan banjir dengan intensitas tinggi yang
terjadi secara tiba-tiba. Banjir bandang umumnya terjadi pada wilayah
yang sungainya tersumbat oleh sampah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
sampah, drainase lahan, bangunan air, kerusakan pada pengendali banjir dan
perencanaan pada sistem pengendalian banjir yang tidak tepat (Akhirianto,
2018: 67-68).
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana
banjir dapat disebabkan oleh faktor kondisi alam yang statis seperti faktor
geografis, topografis dan geometri alur sungai. Pada kondisi alam yang
dinamis dapat disebabkan beberapa faktor seperti curah hujan yang tinggi,
pembendungan dari laut atau pasang pada sungai induk, amblesan tanah dan
pendangkalan sedimentasi, serta aktivitas dari manusia yang dinamis seperti
adanya penggunaan lahan di dataran banjir yang tidak tepat seperti
mendirikan permukiman di bantaran sungai, kurangnya prasarana
pengendalian banjir, amblesan permukaan tanah serta kenaikan muka air laut
akibat masalah global warming.
3. Kerawanan
a. Pengertian Kerawanan
Kerawanan (Vulnerability) bencana menurut Undang-Undang No. 24
Tahun 2007 merupakan kondisi atau karakteristik geologi, biologi, hidrologi,
klimatologi, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan
untuk menanggapi dampak buruk dari bahaya tertentu. Menurut Husein, dkk
(2017: 61) kerawanan bencana adalah sifat atau karakteristik dasar suatu
wilayah yang tergolong rentan mengalami suatu proses alami yang
berpeluang untuk menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Kim, dkk
(2021: 1) kerawanan adalah konsep utama yang diterapkan secara luas di
dalam manajemen risiko bencana dan studi terkait untuk memahami risiko
bencana. Kerawanan dipahami secara langsung memiliki berbagai arti mulai
dari kerusakan bencana langsung hingga tidak langsung yang mempengaruhi
kerusakan seperti keterpaparan, kerentanan dan adaptasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
2) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah perbandingan persentase jarak vertikal
(ketinggian tanah) terhadap jarak horizontal (panjang tanah datar).
Semakin landai kemiringan lerengnya, maka akan semakin besar
kemungkinan terjadinya bencana banjir, begitu pula sebaliknya jika
semakin curam kemiringan lerengnya, maka akan semakin rendah terkena
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
3) Jenis Tanah
Jenis tanah di suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap proses
penyerapan air atau biasa disebut dengan infiltrasi. Infiltrasi merupakan
suatu proses aliran air yang mengalir di dalam tanah secara vertikal yang
diakibatkan oleh gaya gravitasi. Secara fisik ada beberapa hal yang
mempengaruhi proses infiltrasi diantaranya adalah jenis tanah, kepadatan
tanah, kelembapan tanah serta tanaman di atasnya, tetapi kelembapan
tanah juga mengalami peningkatan sehingga infiltrasi tanah semakin lama
semakin rendah. Jika serapan atau infiltrasi semakin besar terhadap air
maka potensi terkena bencana banjir akan semakin kecil, sebaliknya jika
serapan atau infiltrasi semakin kecil terhadap air maka potensi terkena
bencana banjir akan semakin tinggi (Matondang dalam Darmawan, dkk,
2017: 33). Klasifikasi jenis tanah terdapat pada Tabel 2.3.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
4) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan mempengaruhi kerawanan banjir di suatu
wilayah, penggunaan lahan akan mempengaruhi pada besarnya air
limpasan hasil dari hujan yang telah melebihi dari laju infiltrasi. Wilayah
dengan banyak penggunaan lahan berupa vegetasi akan lebih kecil
kemungkinannya untuk terjadi bencana banjir dibandingkan wilayah yang
tidak memiliki penggunaan lahan berupa vegetasi (Suherlan dalam
Darmawan, dkk, 2017: 34). Klasifikasi penggunaan lahan terdapat pada
Tabel 2.4.
Kerawanan Banjir = (Ch x 0,2) + (KL x 0,1) + (JT x 0,1) + (PL x 0,25)
+ (E x 0,15) + (JS x 0,2)
Keterangan:
CH = Curah Hujan
KL = Kemiringan Lereng
JT = Jenis Tanah
PL = Penggunaan Lahan
E = Elevasi (Ketinggian Wilayah)
JS = Jarak Wilayah terhadap Sungai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
4. Kerentanan
a. Pengertian Kerentanan
Kerentanan (Susceptibility) telah muncul sebagai konsep sentral untuk
memahami konsekuensi dari bencana alam dan mengembangkan strategi
dalam manajemen risiko bencana. Kerentanan merupakan tingkat kerugian
yang dapat dialami oleh elemen yang terkena dampak dengan tingkat
keparahan bahaya. Beberapa faktor seperti faktor sosial, fisik, ekonomi dan
lingkungan serta proses yang terjadi di dalamnya dapat mempengaruhi
seberapa rentan suatu masyarakat terhadap dampak bencana (Arif, dkk, 2017:
80), sedangkan menurut Chuang, dkk (2020: 2) kerentanan adalah
kemampuan masyarakat untuk dapat merespons bencana secara tepat,
termasuk kemampuan untuk menghadapi bencana serta memulihkan diri.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
kerentanan merupakan suatu kondisi dari masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi suatu ancaman bencana. Pengertian
secara umum tentang kerentanan adalah tingkatan dari sebuah suatu sistem
yang mudah terkena atau tidak mampu menanggulangi bencana dan tingkat
dari kerentanan dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek sosial, fisik,
ekonomi dan lingkungan (Horhoruw, dkk, 2020: 126).
b. Indikator Kerentanan Banjir
1) Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial sendiri menggambarkan kondisi dari tingkat
kerentanan sosial dalam menghadapi suatu bahaya bencana. Di dalam
kondisi sosial yang cenderung rentan, maka jika terjadi bencana dapat
dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Menurut
Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 indikator kerentanan sosial terdiri dari
parameter kepadatan penduduk serta kelompok rentan. Kelompok rentan
ini terdiri dari rasio jenis kelamin, rasio kelompok umur rentan, rasio
penduduk miskin dan rasio penduduk cacat. Parameter penyusun dan
skoring kerentanan sosial terdapat pada Tabel 2.7.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
a) Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di dalam kerentanan banjir merupakan
gambaran mengenai kondisi masyarakat yang berhubungan dengan jumlah
penduduk per Km2. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), indeks kepadatan penduduk tinggi yaitu lebih dari 1.000
Jiwa/Km2, indeks kepadatan penduduk sedang 500-1.000 Jiwa/Km2 dan
indeks kepadatan penduduk rendah yaitu kurang dari 500 Jiwa/Km2. Bobot
maksimal pada parameter kepadatan penduduk ini adalah 60%.
b) Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin merupakan sebuah persentase perbandingan
antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks rasio jenis kelamin tinggi yaitu
kurang dari 20%, indeks rasio jenis kelamin sedang yaitu 20-40% dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
indeks rasio jenis kelamin rendah yaitu lebih dari 40%. Bobot maksimal
pada parameter kelompok rentan ini yaitu rasio jenis kelamin adalah 10%.
c) Rasio Kelompok Umur Rentan
Rasio kelompok umur rentan adalah sebuah persentase
perbandingan antara umur tidak produktif dengan umur produktif.
Kategori dari umur produktif sendiri adalah 15-64 tahun, sedangkan umur
tidak produktif yaitu umur 0-14 tahun dan umur yang lebih dari 65 tahun.
Balita dan penduduk lanjut usia yang merupakan masyarakat yang rapuh
dan tidak berdaya, sehingga ketika terjadi bencana mereka harus menjadi
yang pertama mendapatkan pertolongan. Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks rasio kelompok umur rentan
tinggi yaitu lebih dari 40%, indeks rasio kelompok umur rentan sedang
yaitu 20-40% dan indeks rasio kelompok umur rentan rendah yaitu kurang
dari 20%. Bobot maksimal pada parameter kelompok rentan ini yaitu rasio
kelompok umur rentan adalah 10%.
d) Rasio Penduduk Miskin
Rasio penduduk miskin adalah sebuah persentase perbandingan
antara jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dan
jumlah penduduk seluruhnya. Menurut Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), indeks rasio penduduk miskin tinggi yaitu lebih dari
40%, indeks rasio penduduk miskin sedang yaitu 20-40% dan indeks rasio
penduduk miskin rendah yaitu kurang dari 20%. Bobot maksimal pada
parameter kelompok rentan ini yaitu rasio penduduk miskin adalah 10%.
e) Rasio Penduduk Cacat
Persentase rasio penduduk cacat merupakan perbandingan antara
penduduk cacat dan penduduk tidak cacat. Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks rasio penduduk cacat tinggi
yaitu lebih dari 40%, indeks rasio penduduk cacat sedang yaitu 20-40%
dan indeks rasio penduduk cacat rendah yaitu kurang dari 20%. Bobot
maksimal pada parameter kelompok rentan ini yaitu rasio penduduk cacat
adalah 10%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
2) Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan
terhadap faktor bahaya tertentu. Menurut Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
indikator kerentanan fisik terdiri dari tiga parameter yaitu rumah, fasilitas
umum dan fasilitas kritis. Parameter penyusun dan skoring kerentanan
fisik terdapat pada Tabel 2.8.
a) Rumah
Rumah di dalam kerentanan fisik adalah jumlah rumah di setiap desa
atau kelurahan yang dianalisis berdasarkan kualitas serta ukurannya,
kemudian dikalikan dengan asumsi harga pembangunan rumah tersebut.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks kelas
rumah tinggi adalah lebih dari 800 juta, indeks kelas rumah sedang adalah
400-800 juta dan indeks kelas rumah rendah adalah kurang dari 400 juta.
Bobot maksimal pada parameter rumah adalah 40%.
b) Fasilitas Umum
Fasilitas umum di dalam kerentanan fisik adalah keberadaan fasilitas
yang berfungsi untuk kepentingan umum masyarakat seperti fasilitas
pendidikan, fasilitas beribadah, fasilitas transportasi, fasilitas perdagangan
dan hiburan, kemudian dikalikan dengan asumsi harga masing-masing
bangunan tersebut. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), indeks kelas fasilitas umum tinggi adalah lebih dari 1 miliar,
indeks kelas fasilitas umum sedang adalah 500 juta-1 miliar dan indeks
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
kelas fasilitas umum rendah adalah kurang dari 500 juta. Bobot maksimal
pada parameter fasilitas umum adalah 30%.
c) Fasilitas Kritis
Fasilitas kritis di dalam kerentanan fisik adalah keberadaan fasilitas
yang berfungsi sebagai keadaan darurat seperti fasilitas kesehatan yang
sangat berperan penting bagi masyarakat, kemudian dikalikan dengan
asumsi harga bangunan tersebut. Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks kelas fasilitas kritis tinggi
adalah lebih dari 1 miliar, indeks kelas fasilitas kritis sedang adalah 500
juta-1 miliar dan indeks kelas fasilitas kritis rendah adalah kurang dari 500
juta. Bobot maksimal pada parameter fasilitas kritis adalah 30%.
3) Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat
kerapuhan ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya. Kerentanan
ekonomi ini menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan
ekonomi yang terjadi apabila di wilayah tersebut terjadi ancaman bahaya.
Menurut Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 indikator kerentanan ekonomi
terdiri dari parameter lahan produktif dan PDRB. Parameter penyusun dan
skoring kerentanan ekonomi terdapat pada Tabel 2.9.
a) Lahan Produktif
Lahan produktif di dalam kerentanan ekonomi adalah luas lahan
produktif seperti pertanian, perkebunan, kehutanan dan pertambangan. Hal
yang akan dianalisis merupakan produktivitas lahan dalam satu tahun
dikalikan dengan jumlah nilai rupiah. Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks kelas lahan produktif tinggi
adalah lebih dari 200 juta, indeks kelas lahan produktif sedang adalah 50-
200 juta dan indeks kelas lahan produktif rendah adalah kurang dari 50
juta. Bobot maksimal pada parameter lahan produktif adalah 60%.
b) PDRB
Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) adalah PDRB di suatu
wilayah dibagi dengan luas wilayah dan dikalikan dengan luas wilayah
yang akan dicari. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), indeks kelas PDRB tinggi adalah lebih dari 300 juta, indeks kelas
PDRB sedang adalah 100-300 juta dan indeks kelas PDRB rendah adalah
kurang dari 100 juta. Bobot maksimal pada parameter PDRB adalah 40%.
4) Kerentanan Lingkungan
Kerentanan lingkungan disini menggambarkan kondisi mengenai
kerapuhan lingkungan di dalam menghadapi bahaya atau ancaman
tertentu. Menurut Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 indikator kerentanan
lingkungan terdiri dari lima parameter yaitu hutan lindung, hutan alam,
hutan bakau atau mangrove, semak belukar dan rawa. Parameter penyusun
dan skoring kerentanan lingkungan terdapat pada Tabel 2.10.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
a) Hutan Lindung
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks
kelas hutan lindung tinggi adalah lebih dari 50 Ha, indeks kelas hutan
lindung sedang adalah 20-50 Ha dan indeks kelas hutan lindung rendah
adalah kurang dari 20 Ha. Bobot maksimal dari parameter ini adalah 30%.
b) Hutan Alam
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks
kelas hutan alam tinggi adalah lebih dari 75 Ha, indeks kelas hutan alam
sedang adalah 25-75 Ha dan indeks kelas hutan alam rendah adalah kurang
dari 25 Ha. Bobot maksimal dari parameter ini adalah 30%.
c) Hutan Bakau atau Mangrove
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks
kelas hutan bakau atau mangrove tinggi adalah lebih dari 30 Ha, indeks
kelas hutan bakau atau mangrove sedang adalah 10-30 Ha dan indeks kelas
hutan bakau atau mangrove rendah adalah kurang dari 10 Ha. Bobot
maksimal dari parameter ini adalah 10%.
d) Semak Belukar
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks
kelas semak belukar tinggi adalah lebih dari 30 Ha, indeks kelas semak
belukar sedang adalah 10-30 Ha dan indeks kelas semak belukar rendah
adalah kurang dari 10 Ha. Bobot maksimal dari parameter ini adalah 10%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
e) Rawa
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks
kelas rawa tinggi adalah lebih dari 20 Ha, indeks kelas rawa sedang adalah
5-20 Ha dan indeks kelas rawa rendah adalah kurang dari 5 Ha.
5) Indeks Kerentanan Banjir
Indeks kerentanan banjir didapatkan dari hasil penggabungan skor
kerentanan sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan dengan menggunakan bobot
masing-masing komponen kerentanan sebagai berikut.
Keterangan:
IKS = Indeks Kerentanan Sosial
IKF = Indeks Kerentanan Fisik
IKE = Indeks Kerentanan Ekonomi
IKL = Indeks Kerentanan Lingkungan
5. Kesiapsiagaan Masyarakat
a. Pengetahuan Kebencanaan
Pengetahuan tentang bencana merupakan kemampuan untuk mengingat
kembali suatu peristiwa yang menimbulkan ancaman serta mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang ditimbulkan oleh faktor alam
maupun faktor non alam yang bisa mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan serta dampak psikologis
masyarakat. Pengetahuan bencana akan menjadi sangat penting terutama bagi
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana, karena ada berbagai jenis
informasi mengenai bencana yang dapat mengancam mereka meliputi tanda-
tanda terjadinya bencana, perkiraan wilayah cakupan bencana, teknik
penyelamatan diri, tempat yang disarankan sebagai lokasi evakuasi serta
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Kedua hal tersebut saling berhubungan satu sama lain, dengan adanya
pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana maka akan mempengaruhi sikap
seseorang ketika terjadi bencana, selain itu sikap yang didasarkan pada
pengetahuan akan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang
(Hildayanto, 2020: 580-581). Masyarakat disini harus berperan aktif untuk
bersiap menghadapi ancaman bencana dengan persiapan sedini mungkin,
serta pengelolaan yang cukup untuk menghadapi bencana. Pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang atau masyarakat secara tidak langsung akan
mempengaruhi sikap dan perilaku terutama pada saat mengantisipasi setiap
kejadian bencana yang terjadi. Oleh karena itu kesuksesan dalam penanganan
dan evakuasi atau pengungsian ketika bencana sangat bergantung dari
kesiapsiagaan masyarakat dan perseorangan itu sendiri.
c. Indikator Kesiapsiagaan Masyarakat
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (dalam Rahma dan Yulianti, 2020: 24),
terdapat empat faktor yang sudah disepakati sebagai indikator atau parameter
untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi
terjadinya bencana, yaitu:
1) Pengetahuan Terhadap Risiko Bencana
Pengetahuan terhadap risiko bencana adalah faktor yang utama dari
kesiapsiagaan masyarakat. Pengetahuan disini harus dimiliki oleh
masyarakat mengenai bencana yaitu pemahaman mengenai bencana dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tersebut yang meliputi
penyelamatan diri yang tepat pada saat terjadi bencana serta diperlukan
persiapan sebelum terjadinya bencana.
2) Rencana Tanggap Darurat
Rencana tanggap darurat menjadi salah satu bagian yang penting
dalam kesiapsiagaan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan
pertolongan serta penyelamatan korban bencana.
3) Sistem Peringatan Dini
Sistem peringatan dini mencangkup tanda atau rambu-rambu
peringatan dan distribusi informasi mengenai bencana yang akan segera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
B. Kerangka Berpikir
Bencana banjir dapat didefinisikan sebagai peristiwa tingginya aliran sungai
dimana air menggenangi suatu wilayah dataran banjir. Bencana banjir merupakan
ancaman bagi masyarakat beserta aktivitasnya dan risiko bencana banjir meningkat
di banyak tempat disebabkan karena pembangunan yang intensif pada wilayah
dataran banjir. Kabupaten Banyumas adalah salah satu wilayah yang memiliki
tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi, Kecamatan Banyumas merupakan
salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas yang rawan akan terkena
bencana banjir sehingga perlu adanya suatu penilaian secara menyeluruh agar dapat
diketahui tingkat kerawanan, kerentanan serta kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir di Kecamatan Banyumas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Kecamatan Banyumas
Kabupaten Banyumas
Bencana Banjir
Indikator Indikator
Kerawanan Banjir Kerentanan Banjir
Analisis Analisis
Kerawanan Banjir Kerentanan Banjir
Keterangan:
: Alur
: Input
: Output