Anda di halaman 1dari 19

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendampingan Suami

a. Pengertian

Kehadiran suami atau pasangan sangat dianjurkan untuk

mendampingi ibu selama kehamilan dan persalinan karena pendekatan

langsung dapat mendorong komunikasi diantara pasangan sehingga

dapat mengatasi semua kekhawatiran (Liu, 2011).

Secara psikologis, istri sangat membutuhkan pendamping suami

selama proses persalinan. Proses persalinan merupakan masa yang

cukup berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan dan

pendamping suami dalam proses persalinan sampai melahirkan dengan

aman dan nyaman (Musbikin, 2012).

b. Peran Suami selama kehamilan

Empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung yaitu

(Friedman, 2012):

1) Dukungan informasi {informational), dalam hal ini keluarga

memberikan informasi, penjelasan tentang situasi dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi

oleh seseorang. Mengatasi permasalahan dapat digunakan

seseorang dengan memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan

masukan.

6
2

2) Dukungan penilaian (<appraisal) yaitu: keluarga berfungsi sebagai

pemberi umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian

masalah yang merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas

anggota keluarga. Keberadaan informasi yang bermanfaat dengan

tujuan penilaian diri serta penguatan (pembenaran).

3) Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga merupakan

suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan mencakup

memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan

secara langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan.

Dukungan ekonomi akan membantu sumber daya untuk kebutuhan

dasar dan kesehatan anak serta pengeluaran akibat bencana.

4) Dukungan emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi sebagai

suatu tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap

ketenangan emosional, mencakup pemberian empati, dengan

mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih

c. Peran Suami selama persalinan

Menurut Maryunani (2012), kehadiran dan dukungan dari

pendamping akan membantu proses persalinan berjalan lancar karena

pendamping dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat

persalinan. Pendamping yang ideal dalam proses persalinan adalah

suami. Peran suami sebagai pendamping dalam persalinan antara lain:


3

1) Membantu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang sudah mulai

muncul. Misalnya, menemani ibu berjalan-jalan, bercerita atau

menonton televisi.

2) Membuatkan minuman yang segar yang nantinya untuk memberi

ekstra energi dan mencegah dehidrasi, selalu mengingatkan ibu

untuk minum setiap beberapa jam sekali dan buang air kecil setiap

dua jam sekali.

3) Pada saat nyeri atau kontraksi timbul, suami bisa mengajak ibu

berbicara sambil memberi pujian bila ibu berhasil melewati setiap

kontraksi yang terjadi.

4) Suami bisa membantu ibu untuk mengganti posisi tubuh ketika ibu

mulai terlihat stres atau lelah.

5) Suami bisa memberikan pijatan lembut di punggung, kaki atau

pundak ibu.

d. Manfaat Pendamping Suami

Menurut Kurniasih (2012), pendamping suami selama proses

persalinan dan melahirkan dapat memberikan manfaat bagi ibu dalam

menghadapi proses persalinan, berupa :

1) Memberi rasa tenang dan penguat secara psikis

Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman

dan tenang yang diharapkan ibu dalam menjalani proses persalinan

itu. Di tengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan


4

pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan,

dan kepanikan.

2) Selalu ada bila dibutuhkan

Dengan berada di sisi ibu, suami siap membantu apa yang

dibutuhkan ibu, dari mengambil minum hingga mengusap keringat

ibu, dan ketika ada suatu tindakan dokter yang memerlukan

keputusan keluarga, seperti tindakan vakum atau operasi, akan ada

suami yang akan memberikan persetujuan atau tidak segera.

3) Kedekatan emosi suami istri bertambah

Suami akan melihat sendiri perjuangan antara hidup dan mati sang

istri saat melahirkan anak. Begitu susahnya melahirkan membuat

suami bertambah sayang kepada istri.

4) Menumbuhkan naluri kebapakan

Perhatian yang diberikan ayah saat kelahiran sang buah hati sudah

bisa menumbuhkan keterikatan dengan anaknya, ini merupakan

modal awal yang perlu diteruskan dengan ikutnya ayah terlibat

dalam pengasuhan si kecil.

5) Suami akan lebih menghargai istri

Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih

menghargai istrinya dan menjaga perilakunya, karena dia akan

mengingat bagaimana besarnya pengorbanan sang istri.

Menurut Musbikin (2012), kehadiran atau pendamping suami

saat persalinan akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu


5

dari stress. Kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara

psikologis, dan berdampak positif pada kesiapan ibu secara fisik.

Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh

motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan

tabah menghadapi rasa sakit dan kecemasannya serta memiliki

motivasi untuk berjuang melahirkan bayinya.

2. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah respon emosional terhadap kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang

tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2012).

Kecemasan yaitu satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir

disertai dengan gejala shomatik yang menandakan suatu kegiatan

berlebihan dari susunan saraf outonomik (SSA) dan gejala umum

tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi (Kaplan

& Sadock (2012).

b. Fungsi Kecemasan

Calvin (2011) menyatakan fungsi kecemasan adalah

memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya; yang merupakan

isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat,

maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan-

tindakan yang efektif disebut traumatik. Ia akan menjadikan sang


6

pribadi dalam keadaan tak berdaya, serba kekanak-kanakan . Pada

kenyataannya, prototype dari semua bentuk kecemasan di masa

kemudian adalah trauma kelahiran. Apabila ego tidak dapat

menanggulangi kecemasan dengan cara-cara rasional, maka ia akan

kembali pada cara-cara yang tidak realistik.

c. Tingkat Kecemasan

Sulistyawati (2013) membagi kecemasan menjadi empat

tingkatan, yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang di alami sehari-hari.

Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,

menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan

mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi

perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat

melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat

perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat

berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk


7

mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk

terfokus pada area lain.

4) Panik

Individu kehilangan kendali diri detil perhatian hilang.

Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun

meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,

penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak

mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan

disorganisasi kepribadian,

d. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Kozier (2012), kecemasan dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain :

1) Sifat Stressor

Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-

angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi

kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang. Sifat stressor

dapat meliputi : apa arti stressor bagi ibu bersalin?, apakah proses

persalinan menimbulkan kecemasan?, apakah jenis persalinan

dapat mempengaruhi kecemasan?, seorang ibu yang mengetahui

kondisi kehamilannya normal dan dapat melahirkan normal akan

memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dibandingkan dengan

seorang ibu dengan penyulit dalam kehamilan dan persalinannya.


8

2) Jumlah stressor yang bersamaan

Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus

dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dialami

seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh, sehingga

jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang

berlebihan.

3) Lama stressor

Lamanya waktu terpapar stressor dapat menurunkan

kemampuan seseorang untuk dapat mengatasi masalah dan dapat

mempengaruhi respon tubuh, misalnya : saat menanti persalinan

merupakan saat yang membuat ibu berada dalam kecemasan yang

lebih lama karena panjangnya waktu persalinan.

4) Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi

kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi

stressor yang sama karena individu memiliki kemampuan

beradaptasi/mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat

kecemasan pun akan berbeda, dapat menunjukkan tingkat

kecemasan yang lebih ringan, misalnya : Ibu bersalin multipara

memiliki pengalaman persalinan yang lalu sehingga tingkat

kecemasannya berbeda dibandingkan dengan ibu primipara.


9

5) Tingkat perkembangan

Tingkat perkembangan individu dapat membentuk

kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor.

e. Gejala Klinis Kecemasan

Gejala utama dari gangguan anxietas menurut Idrus (2011)

adalah rasa cemas, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan

kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan dan mengganggu aspek

lain kehidupan pasien gejala klinis gangguan cemas menyeluruh

meliputi:

1) Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai

bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan

situasi khusus tertentu saja (free floating atau mengambang)

2) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung

tanduk, sulit berkonsentrasi, dll)

b) Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak

dapat santai, dsb)

c) Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi,

takipnea, jantung berdebar-debar, sesak napas, epigastrik,

pusing kepala, mulut kering, dan gangguan lainnya)


10

d) Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan

untuk ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang

menonjol

e) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk

beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan

diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal

tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi,

gangguan anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan

obsesif kompulsif.

f. Kecemasan pada ibu hamil

Menurut Kusmiyati (2012), Peristiwa kehamilan adalah peristiwa

fisiologis namun proses tersebut dapat mengalami penyimpangan

sampai berubah menjadi patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:

1) Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan,

penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan,

perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan,

takut terhadap kehamilan persalinan, kehilangan pekerjaan.

2) Stressor eksternal: status marital, maladaptasi, relationship, kasih

sayang, support mental, broken home.

Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu

dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga perubahan

psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berfikir dan

perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Trimester pertama sering


11

dikatakan sebagai masa penentuan, saat inilah tugas pikologis pertama

sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan

kehamilannya. Selain itu, dampak dari peningkatan hormo estrogen

dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan

pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan dan kesedihan (Kusmiyati, 2012).

Reaksi psikologi dan emosional wanita yang pertama kali hamil

ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan

kepanikan. Diantara mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan

merupakan ancaman maut yang menakutkan dan membahayakan bagi

diri mereka (Huliana, 2011).

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran

kesehatan, saat ibu merasa sehat. Quickening mungkin menyerang

wanita untuk memikirkan bayinnya sebagai individu yang merupakan

bagian dari dirinya. Pada trimester ini kecemasan yang terutama ialah

kemungkinan cacat pada anaknya (Kusmiyati, 2012).

Pada periode ini perasaan cemas pun muncul kembali ketika

melihat keadaan perutnya yang bertambah besar, payudara semakin

membesar, dan bercak-bercak hitam yang semakin melebar. Perasaan

cemas muncul karena mereka mengkhawatirkan penampilannya akan

rusak dan merasa takut suaminya tidak akan mencintai dirinya lagi

(Huliana, 2011)
12

Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita

mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak tahu

kapan akan melahirkan. Mimpinya mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya. Ibu hamil akan lebih sering bermimpi tentang

bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak di suatu

tempat kecil dan tidak bisa keluar. Ibu mulai merasa takut akan rasa

sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa

tidak nyaman timbul kembali karena perubahan body image yaitu

merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami,

keluarga dan bidan (Kusmiyanti, 2012).

Dan menurut Musbikin (2012), semua kegelisahan mengenai

keadaan bayi, sehingga menghasilkan mimpi yang bervariasi. Bayi

yang cacat, sangat kecil atau sangat besar misalnya, menggambarkan

kecemasan akan kesehatan bayi. Wanita juga mengalami proses

berduka seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki

selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa

kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka

juga terjadi pada masa ini wanita merasa canggung, jelek, tidak rapi,

membutuhkan perhatian yang lebih besar dari pasangannya

Perubahan mood dan peningkatan sesitivitas terhadap orang lain

akan membingungkan mereka sendiri dan juga orang di sekelilingnya.

Mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, dan ledakan kemarahan serta

perasaan sukacita, kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti


13

hanya karena suatu masalah kecil atau bahkan masalah sama sekali

( Kusmiyati, 2012).

Penyebab perubahan mood ini kemungkinan karena perubahan

hormonal dalam kehamilan, ini hampir seperti pre menstrual syndrom

atau selama menopause. Selain itu masalah seksual atau rasa takut

terhadap nyeri melahirkan, mungkin juga menjadi penyebab perubahan

mood. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluh

ketidaknyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik

peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang

toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Kusmiyati, 2012).

3. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Prawirohardjo, 2011).

b. Jenis Persalinan

Prawirohardjo (2011), membagi jenis persalinan menurut cara

persalinan, menjadi:

1) Persalinan Spontan

Persalinan dikatakan spontan jika persalinan berlangsung

dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.


14

2) Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep

atau dilakukan operasi sectio caesarea.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan

untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan

misalnya pemberian pitogin dan prostaglandin.

c. Tanda-tanda Persalinan

Asrinah (2011), menjelaskan bahwa membagi tanda persalinan,

meliputi:

1) Terjadi His persalinan

His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit, yang

menjalar ke depan, sifatnya teratur,intervalnya makin pendek dan

kekuatannya makin besar, kontriksi uterus mengakibatkan

perubahan uterus dan makin beraktivitas(jalan), kekuatan makin

bertambah.

2) Pengeluaran lendir dan darah (Blood show)

Keluaran lendir bercampur darah (Blood show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan pada kapiler pembuluh darah serviks yang

diakibatkan oleh pendataran dan pembukaan serviks.


15

3) Pendataran dan pembukaan serviks

Pendataran serviks adalah pemendekan dari kanalis servikalis yang

semula berupa sebuah saluran yang panjang 1-2 cm menjadi suatu

lubang dengan pinggir yang tipis, sedangkan pembukaan serviks

adalah pembesaran dari ostium externum yang berupa lubang

dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat

dilalui bayi kira-kira 10 cm.

4) Pengeluaran cairan

Ketuban pecah menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar

ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap, dengan

pecahnya ketuban diharapkan persalinan akan berlangsung dalam

waktu 24 jam.

5) Engagement presenting part

Kepala janin akan mengalami engagement atau terbenam ke dalam

panggul. Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu

sebelum proses persalinan dimulai,

d. Tahap-Tahap Proses Persalinan

Maryunani (2012), membagi tahap-tahap persalinan menjadi

beberapa tahap yaitu:

1) Kala I persalinan

Kala I persalinan disebut kala pembukaan, yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala I (kala

pembukaan) dibagi atas 2 fase, yaitu :


16

a) Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai

pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 sub fase, yaitu:

(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm.

(2) Periode dilatasi maksimal (steady) : berlangsung 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam.

(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap.

2) Kala II persalinan

Kala II persalinan disebut sebagai kala pengeluaran janin, kala dua

persalinan merupakan stadium desensus penuh dan ekspulsi janin.

Kala II persalinan pada primipara berlangsung dalam 5-2 jam,

sedangkan pada multipara berlangsung dalam 0,5-1 jam. Pada kala

ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama.

3) Kala III persalinan

Kala III persalinan disebut kala pengeluaran uri. Setelah kala II,

kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Tanda-tanda

lepasnya plasenta adalah sebagai berikut uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim, tali pusat bertambah panjang, dan terjadi perdarahan.


17

4) Kala IV persalinan

Kala IV persalinan adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah

bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum.

4. Hubungan Pendamping Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu

Menghadapi Persalinan

Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia

adalah kurangnya dukungan keluarga, terutama dukungan suami dalam

proses pelayanan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Dukungan

suami sangat penting dalam membantu menenangkan kondisi fisik

maupun psikis ibu selama proses persalinan. Penelitian membuktikan

bahwa dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang

bersifat fisik dan emosional khususnya pada ibu primi. Dukungan yang

bersifat fisik dapat berupa pendamping suami selama proses persalinan,

menggosok punggung istri atau memegang tangannya dan memberi janji

bahwa istri selama persalinan tidak akan ditinggal sendirian (Mander,

2012).

Menurut Musbikin (2012), kehadiran atau pendamping suami saat

persalinan akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari

stress. Kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara

psikologis, dan berdampak positif pada kesiapan ibu secara fisik.

Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh motivasi

yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah
18

menghadapi rasa sakit dan kecemasannya serta memiliki motivasi untuk

berjuang melahirkan bayinya Stress persalinan secara reflex menyebabkan

peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar yang ditemukan pada

wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan. Stress

psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas

meningkatkan sekresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat

menyebabkan kontraksi uterus berlebihan sehingga terjadi vasokonstriksi

akibatnya aliran darah uterus menurun. Sehingga mengakibatkan

terjadinya hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi

kematian janin dan dapat menghambat kontraksi, sehingga memperlambat

persalinan (Chapman,2012).

Berdasarkan penelitian Dr. Robert Sosa dan koleganya yang dikutip

dari Musbikin (2012), menemukan bahwa kehadiran seorang pendamping

persalinan (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung akan

membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan

yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalianan, kehadiran suami

akan membawa pengaruh positif secara psikologis dan berdampak positif

pula pada kesiapan ibu secara fisik.


19

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendampingan Suami Kecemasan Ibu

Gambar 1
Kerangka Konseptual

C. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional
Definisi Alat Cara
Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Independen
Pendamping Suami yangChecklist Observasi 0. Tidak Nominal
Suami mendampingi atau Checklist didampingi
menemani istri suami
dalam menghadapi 1. Didampingi
persalinan suami
Dependen
Tingkat Perasaan takut,Checklist Observasi 0. Kecemasan Ordinal
kecemasan khawatir dan Checklist berat
ibu gelisah yang 1. Kecemasan
menghadapi dirasakan oleh ibu sedang
persalinan saat menghadapi 2. Kecemasan
persalinan ringan

D. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu

primi dalam menghadapi persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas

Pendopo Empat Lawang.

Anda mungkin juga menyukai