Anda di halaman 1dari 9

ARGIPA. 2019. Vol. 4, No.

2: 85-93
Available online: https://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa
p-ISSN 2502-2938; e-ISSN 2579-888X
DOI 10.22236/argipa.v4i2.1012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI KELURAHAN
PAMULANG BARAT KOTA TANGERANG SELATAN
Factors related to feeding of formula milk in infant 0-6 months in West Pamulang, Southern
Tangerang City

Osa Marfina Lova1)*, Debby Endayani Safitri1), Indah Yuliana1)


1)Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta,
Indonesia
*Email korespondensi: osamarvina5@gmail.com

ABSTRAK
Kematian balita menurut WHO disebabkan oleh multifaktor, salah satunya adalah
kegagalan ASI eksklusif. Salah satu faktor penyebab kegagalan dalam pemberian ASI
eksklusif adalah pemberian susu formula. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan. Subjek dari penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
berjumlah 101 orang. Adapun faktor yang diteliti adalah pengetahuan, usia, pekerjaan,
pendidikan, jumlah anak, akses informasi, penghasilan keluarga, dukungan keluarga,
penolong persalinan, dan tempat melakukan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan, usia, akses informasi, penghasilan keluarga, dan
dukungan keluarga dengan pemberian susu formula terhadap bayi usia 0-6 bulan.
Kata kunci: ASI eksklusif, Susu Formula

ABSTRACT
Infant mortality according to WHO is caused by multifactors, one of which is the failure of
exclusive breastfeeding. One of the factors causing failure in exclusive breastfeeding is formula feeding.
This study uses a cross-sectional design to find out the factors related with the formula feeding of the
infants aged 0-6 months. The subjects of this study were mothers who had babies aged 6-12 months with
total number of 101 people. The factors studied were knowledge, age, occupation, education, number of
children, access to information, family income, family support, childbirth assistance and the place of
delivery. The results showed that there was a relationship between knowledge, age, access to
information, family income, and family support with the formula feeding of the infants aged 0-6 months.

Keywords: Exclusive breastfeeding, Formula Milk

PENDAHULUAN Pada tahun 2030 SDG’s menargetkan


mengakhiri kematian bayi dan balita
Menjamin kehidupan sehat dan
yang dapat dicegah, dengan berusaha
sejahtera bagi semua orang pada segala
menurunkan angka kematian neonatal
usia merupakan salah satu Tujuan
setidaknya hingga 12/1.000 kelahiran
Pembangunan Keberlanjutan atau
hidup (KH) dan angka kematian balita
Sustainable Development Goals (SDG’s).
25/1.000 kelahiran hidup (KH). ASI

85
eksklusif adalah memberikan ASI ibu (pendidikan, pengetahuan, dan
kepada bayi tanpa ada cairan atau pekerjaan), faktor ekonomi, faktor
makanan padat lain yang diberikan lingkungan, dukungan keluarga, hingga
kecuali vitamin, mineral, dan obat dalam faktor pertolongan kelahiran (tenaga
bentuk oralit, tetes, dan sirup (WHO, penolong persalinan dan tempat
2014). persalinan).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
proporsi pola pemberian ASI pada bayi METODE
umur 0-5 bulan di Indonesia sebanyak Penelitian ini menggunakan
37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI parsial, desain studi cross-sectional dengan
dan 3,3% ASI predominan. Pemberian accidental sampling pada 8 posyandu di
susu formula merupakan salah satu Kelurahan Pamulang Barat. Populasi
faktor yang menyebabkan kegagalan pada penelitian ini adalah ibu yang
dalam pemberian ASI eksklusif. Data memiliki bayi berusia 6-12 bulan. Alat
dari Puskesmas Pamulang Barat pengumpulan data merupakan
menunjukkan bahwa ibu yang kuesioner yang berisi pertanyaan terkait
memberikan ASI eksklusif sebesar karakteristik subjek (pengetahuan ibu,
44,9%, sedangkan sisanya mengganti pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia,
ASI dengan susu formula atau jumlah anak) akses terhadap informasi,
memberikan MP-ASI dini. Mengganti pendapatan keluarga, dukungan
ASI dengan susu formula atau keluarga dalam pemberian ASI eksklusif,
pemberian MP-ASI terlalu dini dapat penolong persalinan, dan tempat
membawa masalah gizi di kemudian bersalin. Data yang didapatkan
hari seperti gizi lebih, gizi kurang hingga selanjutnya dilakukan uji hubungan
kematian bayi (Ariani, 2008). dengan analisis chi-square menggunakan
Suatu perilaku kesehatan perangkat lunak komputer.
dipengaruhi oleh 3 kategori faktor utama
yaitu, faktor presdiposisi, faktor HASIL
pemungkin dan faktor pendorong, Pemberian susu formula
begitu pula dengan perilaku pemberian dijadikan salah satu alternatif sebagai
susu formula. Masih rendahnya angka pengganti maupun tambahan ASI,
ASI eksklusif di daerah Pamulang Barat pemberian susu formula kepada bayi
salah satunya disebabkan oleh pemberi- dapat disebabkan oleh berbagai alasan.
an susu formula, maka penelitian ini Hasil dari penelitian ini adalah sebagian
bertujuan untuk mengetahui faktor apa besar bayi (64,4%) diberikan susu
saja yang memengaruhi ibu dalam formula, sedangkan bayi yang diberikan
pemberian susu formula pada bayi. ASI eksklusif hanya 36,6%, hal tersebut
Variabel yang akan diteliti adalah faktor dapat dilihat pada Tabel 1.

86
Tabel 1.
Distribusi frekuensi pemberian susu formula
Pemberian Susu
n %
Formula
Ya 64 64,4 %
Tidak 37 36,6%
Total 101 100%

Tabel 2 menunjukkan data diartikan ibu memiliki pendidikan


karakteristik subjek yang meliputi yang baik.
pengetahuan, usia, pekerjaan, Pada variabel jumlah anak,
pendidikan, jumlah anak, akses 61,4% ibu memiliki anak 1-2 orang,
informasi, dan dukungan keluarga. untuk akses informasi 74,3% ibu
Berdasarkan Tabel 2, sebanyak 62,4% mudah mendapatkan akses informasi
ibu memiliki pengetahuan yang baik, mengenai susu formula. Untuk
62,4% ibu masuk ke dalam kategori variabel penghasilan, 67,3% ibu
usia 20-35 tahun, 56,4% merupakan memiliki penghasilan yang tinggi dan
ibu rumah tangga, dan mayoritas ibu untuk dukungan keluarga 61,4% ibu
(76,2%) memiliki riwayat pendidikan mendapatkan dukungan dari
hingga lulus SMA yang dapat keluarga untuk memberikan susu
formula kepada bayinya.

Tabel 2.
Distribusi karakteristik subjek
Variabel n %
Pengetahuan
Cukup 38 37,6%
Baik 63 62,4%
Usia
<20th & >35th 38 37,6%
20th – 35th 63 62,4%
Pekerjaan
Bekerja 44 43,6%
Tidak bekerja 57 56,4%
Pendidikan
Tidak tamat 24 23,8%
SMA
Tamat SMA 77 76,2%
Jumlah Anak
>2 39 38,6
1-2 62 61,4
Akses Informasi
Dapat Informasi 75 74,3%
Tidak dapat 26 25,7%
informasi
Penghasilan
Tinggi 68 67,3%
Rendah 33 32,7%
Dukungan Keluarga
Ya 62 61,4%
Tidak 39 38,6%

87
Tabel 3.
Distribusi subjek berdasarkan tempat bersalin dan
penolong persalinan
Variabel n %
Tempat bersalin
Rumah Sakit 22 21,8%
Puskesmas 79 78,2%
Penolong Persalinan
Dokter 19 18,8%
Bidan 82 81,2%

Dari Tabel 3 terlihat bahwa tentang susu formula, sedangkan ibu


sebagian besar ibu melahirkan di yang tidak mendapat akses informasi
puskesmas (78,2%) dan diberikan tersebut, hanya 46,2% yang memberikan
pertolongan oleh bidan (81,2%). Tabel 4 susu formula. Ada hubungan yang
menunjukkan hubungan karakteristik signifikan antara akses informasi dengan
subjek dengan kejadian pemberian susu kejadian pemberian susu formula
formula. Pengetahuan ibu, usia ibu, dengan p-value 0,035. Dari uji tersebut
akses informasi, dan penghasilan didapatkan nilai PR 0,379, yang dapat
keluarga memiliki hubungan yang disimpulkan bahwa ibu yang
signifikan dengan pemberian susu mendapatkan akses informasi memiliki
formula pada bayi usia 0-6 bulan. Pada kecenderungan 2,6 kali lebih besar untuk
variabel pengetahuan, terlihat bahwa ibu memberikan susu formula dibandingkan
yang memiliki pengetahuan baik, ibu yang tidak mendapatkan akses
cenderung untuk tidak memberikan informasi.
susu formula kepada bayinya Hasil analisis menyatakan ada
dibandingkan dengan ibu yang memiliki hubungan yang signifikan (p=0,000)
pengetahuan cukup. Hasil uji hubungan antara penghasilan keluarga dengan
tersebut memiliki p-value sebesar 0,012. pemberian susu formula, yakni 72,7%
Untuk variabel usia ibu juga memiliki keluarga yang memiliki penghasilan
hasil serupa dengan pengetahuan, yakni dalam kategori rendah, tidak
terdapat 78,9% ibu yang memiliki bayi memberikan susu formula kepada
pada usia <20 - >35 tahun memberikan bayinya. Dari hasil uji didapatkan nilai
susu formula, sedangkan pada ibu yang PR 11,2 yang berarti ibu yang memiliki
rentang usia 20-35 tahun, sebanyak 54% penghasilan dalam kategori tinggi 11,2
memberikan susu formula kepada kali lebih berisiko untuk memberikan
bayinya. susu formula kepada bayinya
Sebanyak 69,3% ibu yang dibandingkan dengan ibu yang memiliki
memberikan susu formula kepada penghasilan rendah.
bayinya, mendapatkan akses informasi

88
Tabel 4.
Hubungan karakteristik responden dengan pemberian susu formula
Pemberian Susu Formula 0-6 bln
Variabel Tidak Ya Total p-value
n % n % n %
Pengetahuan Ibu
Baik 29 46 34 54 63 100 0,012
Cukup 8 21,1 30 78,9 38 100
Usia Ibu
Berisko 8 21,1 30 78,9 38 100 0,012
(<20 - >35th)
Normal 29 46 34 54 63 100
(20 – 35th)
Pekerjaan Ibu
Bekerja 16 36,4 28 63,6 44 100 0,961
Tidak Bekerja 21 36,8 36 63,7 57 100
Pendidikan Ibu
Tamat SMA 30 39 47 61 77 100 0,385
TidakTamat SMA 7 29,2 17 70,8 24 100
Jumlah Anak
>2 anak 16 41 23 59 39 100 0,467
1-2 anak 21 33,9 41 66,1 62 100
Akses Informasi
Pernah dapat info 23 30,7 52 69,3 75 100 0,035
Tidak dapat info 14 53,8 12 46,2 26 100
Penghasilan Keluarga
Rendah 24 72,7 9 27,3 33 100 0,000
Tinggi 13 19,1 55 80,9 68 100

Tabel 5.
Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian susu formula
Dukungan Pemberian Susu Formula Usia 0-6 bln
Keluarga Tidak Ya Total
p-value
n % n % n %
Tidak 20 51,3 19 48,7 39 100 0,015
Ya 17 27,4 45 72,6 62 100

Hasil analisis menyatakan ada susu formula kepada bayinya


hubungan yang signifikan (p=0,000) dibandingkan dengan ibu yang
antara penghasilan keluarga dengan berpenghasilan rendah.
pemberian susu formula, yakni 72,7% Tabel 5 menunjukkan hubungan
keluarga yang memiliki penghasilan dukungan keluarga dengan pemberian
dalam kategori rendah tidak susu formula. Hasil uji statistik
memberikan susu formula kepada menunjukkan ada hubungan yang
bayinya, sedangkan 19,1% keluarga yang bermakna (p=0,015) antara dukungan
memiliki penghasilan kategori tinggi keluarga dengan pemberian susu
tidak memberikan susu formula kepada formula. Sebanyak 51,3% ibu tidak
bayinya. Dari hasil uji didapatkan nilai memberikan susu formula kepada
PR 11,2, yang berarti ibu yang memiliki bayinya karena tidak mendapatkan
penghasilan dalam kategori tinggi, 11,2 dukungan dari keluarga, sedangkan
kali lebih berisiko untuk memberikan terdapat 27,4% ibu yang mendapatkan

89
dukungan keluarga tetap memilih untuk formula. Pada Tabel 6 dapat dilihat
tidak memberikan susu formula. Dari bahwa hampir sama banyak ibu yang
hasil analisis diperoleh pula nilai PR = melahirkan di puskesmas (63,3%)
2,786 artinya responden yang tidak dengan ibu yang melahirkan di rumah
mendapat dukungan keluarga 2,786 kali sakit (63,6%) dalam memberikan susu
untuk tidak memberikan susu formula formula. Selanjutnya, diketahui bahwa
pada bayi usia 0-6 bulan dibandingkan ibu yang melahirkan ditolong oleh bidan
dengan responden yang mendapatkan 63,4% memberikan susu formula kepada
dukungan keluarga. bayinya, sedangkan ibu yang ditolong
Hasil analisis tempat persalinan oleh dokter tidak jauh berbeda yakni
dan penolong persalinan menunjukkan 63,2% yang memberikan susu formula
hasil yang tidak berhubungan (p=0,976) kepada bayinya.
dengan kejadian pemberian susu

Tabel 6.
Hubungan tempat dan penolong persalinan dengan pemberian susu formula
Pemberian Susu Formula Usia 0-6 bln
Variabel Tidak Ya Total p-value
n % n % n %
Tempat Persalinan
Puskesmas 29 36,7 50 63,3 79 100 0,976
Rumah Sakit 8 36,4 14 63,6 22 100
Penolong Persalinan
Bidan 30 36,6 52 63,4 82 100 0,976
Dokter 7 36,8 12 63,2 19 100

DISKUSI adalah karakteristik ibu atau pengasuh


Air susu ibu (ASI) merupakan (pengetahuan, pendidikan, usia, peker-
makanan utama bagi bayi yang di jaan, jumlah anak, akses informasi,
dalamnya telah terkandung berbagai penghasilan, dukungan keluarga),
zat gizi yang dibutuhkan, ASI eksklusif tempat persalinan, dan penolong
adalah pemberian ASI saja kepada bayi persalinan.
pada usia 0-6 bulan tanpa tambahan Pengetahuan adalah merupakan
apapun kecuali obat. Susu formula hasil dari proses belajar, pada
merupakan salah satu penyebab dalam penelitian ini pengetahuan ibu
kegagalan pemberian ASI eksklusif. dikategorikan menjadi dua yakni baik
Pemberian susu formula yang dan cukup. Mayoritas ibu memiliki
dilakukan oleh orang tua maupun pengetahuan yang baik. Ibu yang
pengasuh bayi dapat disebabkan oleh memiliki pengetahuan baik cenderung
multifaktor. Dalam penelitian ini tidak memberikan susu formula
faktor-faktor yang diteliti karena kepada bayinya. Menurut Rosita
dianggap memiliki hubungan terhadap (2008), pengetahuan ibu mengenai
kejadian pemberian susu formula pentingnya ASI eksklusif akan

90
berpengaruh terhadap sikap ibu dalam dinyatakan oleh Roesli (2009) bahwa
pemberian susu formula, semakin baik kurangnya pengetahuan disebabkan
pemahaman ibu mengenai pentingnya oleh rendahnya tingkat pendidikan.
ASI eksklusif akan berbanding lurus Orang yang memiliki pendidikan yang
dengan sikap penolakan ibu terhadap tinggi cenderung terbuka dalam
pemberian susu formula atau MP-ASI menerima perubahan pada hal-hal
dini. Hal ini sejalan dengan hasil baru yang berhubungan dengan
penelitian yang menunjukkan adanya kesehatan. Pernyataan tersebut tidak
hubungan (p=0,012) antara pengeta- sejalan dengan hasil penelitian ini,
huan ibu dengan pemberian susu yaitu tidak terdapat hubungan antara
formula, yakni ibu yang memiliki pendidikan dengan kejadian pembe-
pengetahuan baik cenderung tidak rian susu formula.
memberikan susu formula kepada Variabel selanjutnya yang
bayinya. dianggap memiliki hubungan dengan
Pengetahuan seseorang dapat keputusan untuk memberikan susu
dipengaruhi oleh usia dan tingkat formula adalah pekerjaan. Hasil
pendidikan, dimana semakin dewasa penelitian yang dilakukan oleh Rhosita
usia seseorang dianggap semakin (2011) menyatakan ibu yang bekerja
matang pula pola berpikirnya. Pada cenderung memberikan susu formula
penelitian ini usia memiliki hubungan pada bayinya saat usia 2 minggu,
yang signifikan dengan kejadian dikarenakan faktor kelelahan setelah
pemberian susu formula. Ibu yang pulang bekerja yang menyebabkan ibu
memiliki usia <20 - >35 tahun lebih enggan memberikan ASI kepada
memilih memberikan susu formula bayinya. Hal berbeda terjadi pada hasil
untuk bayinya. Hal ini tidak sejalan penelitian ini yang menyatakan tidak
dengan penelitian yang dilakukan oleh ada hubungan antara status pekerjaan
Untari (2017), dimana ibu yang berusia ibu dengan pemberian susu formula
<20 - >35 tahun menyusui ekslusif bagi karena ibu yang bekerja dan ibu yang
bayinya. Pada penelitian ini, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang sama
berusia > 35 tahun lebih memilih untuk besar dalam memberikan susu
memberikan susu formula, hal tersebut formula.
dapat disebabkan karena usia >35 Jumlah anak juga dianggap sebagai
merupakan umur berisiko, karena variabel yang menjadi faktor
pada usia ini erat kaitannya dengan pendorong untuk ibu memberikan
anemia gizi yang dapat memengaruhi susu formula. Ibu yang baru memiliki
produksi ASI yang dihasilkan, maka anak riskan dengan paparan informasi
ibu lebih memilih memberikan susu yang salah dari lingkungan sekitar,
formula (Handayani, 2007). Selain usia, seperti yang dipaparkan oleh Rizka
pengetahuan juga dapat dipengaruhi (2013) bahwa paritas berhubungan
oleh tingkat pendidikan, seperti yang dengan pemberian susu formula,

91
dengan PR sebesar 1,2 (p=0,001). Bayi Hasil uji chi-square menunjukkan
dari ibu yang baru sekali melahirkan tidak ada hubungan antara tenaga
lebih berisiko 1,2 kali mendapatkan penolong persalinan dan tempat
susu formula. Ibu yang memiliki 1 persalinan terhadap keputusan ibu
anak atau baru melahirkan membe- memberikan susu formula. Hal ini
rikan susu formula kepada bayinya. tidak sejalan dengan penelitian yang
Hal ini biasanya disebabkan oleh dilakukan oleh Alianmoghaddam, et
pengetahuan ibu yang kurang al., (2017) yang menyatakan
memadai mengenai perawatan bayi keberhasilan ASI ekslusif dipengaruhi
baru lahir. Hasil yang berbeda oleh dukungan dan peran serta tenaga
didapatkan dari penelitian ini, tidak kesehatan, dimana tenaga kesehatan
ada hubungan antara jumlah anak dapat mengedukasi mengenai manfaat
dengan pemberian susu formula. Pada dan pentingnya pemberian ASI
penelitian ini pemberian susu formula ekslusif.
yang dilakukan oleh ibu selain
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu juga SIMPULAN
dipengaruhi oleh akses informasi Terdapat hubungan yang
(p=0,035), penghasilan keluarga signifikan antara pengetahuan ibu,
(p=0,000) dan dukungan keluarga usia ibu, akses informasi, dan
(p=0,015). Akses informasi mengenai penghasilan keluarga. Diharapkan bagi
susu formula yang mudah didapat ibu dapat menambah wawasan dan
melalui media-media promosi yang pengetahuan tentang ASI eksklusif
mempromosikan keunggulan susu dengan cara mengikuti penyuluhan
formula secara masif dan dukungan sehingga ibu dapat mengerti arti
dari keluarga serta lingkungan sekitar pentingnya ASI eksklusif serta
tentang persepsi susu formula yang mengetahui usia tepat pemberian susu
tidak diimbangi oleh edukasi formula.
mengenai manfaat ASI eksklusif untuk
DAFTAR RUJUKAN
bayi, menyebabkan banyak ibu yang
menjadi salah persepsi, menganggap Alianmoghaddam, N., Phibbs, S., & Ben,
susu formula lebih baik dari ASI. C. (2017). Resistance to
breastfeeding: A foucauldian
Akibat kesalahan persepsi dan
analysis of breastfeeding support
didukung oleh daya beli yang tinggi, from health professionals. Woman
membuat ibu mudah menjangkau susu and Birth, 645(1): 1-11.
formula untuk diberikan kepada bayi.
Ariani. (2008). Hubungan Umur Penya-
Menurut Piwoz (2006), keputusan pihan Dini dengan Status Gizi
memberikan ASI eksklusif sering kali Balita di Kecamatan Padamaran OKI
dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan tahun 2001. Tesis. Depok: Fakultas
lingkungan sosial. Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.

92
Handayani, D.S. (2007). Gambaran practices of urban middle class
Pengetahuan Ibu Menyusu working and non-working
Tentang Pemberian ASI Eksklusif Indonesian mothers. Maternal and
Berdasarkan Karakteristik Ibu di Child Nutrition, 8(3): 299-314.
Puskesmas Sukawarna Kota Untari, J. (2017). Hubungan antara
Bandung Periode Desember 2006 – karakteristik ibu dengan
Januari 2007. pemberian Asi eksklusif di wilayah
Piwoz EG., et al., (2006). Differences kerja puskesmas minggir
between international Kabupaten sleman. Jurnal Formil,
recommendations on breastfeeding 2(1):17-23.
and HIV and health workers’
attitudes and counseling practices
in Lilongwe, Malawi. International
Breastfeeding Journal, 1-8.
Profil Kesehatan Banten (2013). Jumlah
Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Menurut Jenis Kelamin Provinsi
Banten/Kota dan Puskesmas
Provinsi Banten 2012
http://dinkes.bantenprov.go.id/r
ead/profil-kesehatan-provinsi-
bant/32/Profil-Kesehatan-Tahun-
2013 (16 Februari 2017)
RISKESDAS (2013). Cakupan
Persantase Pemberian Susu
Formula Menurut
Provinsi.http://www.depkes.go.i
d/resources/download/general/
Hasil%2520 Risesdas%25202
013.pdf. (6 Februari 2017)
Rizka, L. (2013). Faktor-faktor Risiko
yang Berhubungan dengan
Pemberian Susu Formula sebagai
Makanan Prelakteal pada Bayi di
Indonesia (Analisis Data
Sekunder Data Riskesdas 2010.
Skripsi. Depok: FKM-UI.
Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Eksklusif.
Revisi. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Rosita, S. (2008). ASI untuk Kecerdasan
Bayi, Panduan Lengkap Ibu
Menyusui. Yogyakarta: Ayyana.
Roshita, A.; Schubert, E.; Whittaker, M.
(2011). Child-care and feeding

93

Anda mungkin juga menyukai