Anda di halaman 1dari 11

Al Tamimi Kesmas

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences)


http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kesmas
Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
p-ISSN: 2338-2147
e-ISSN: 2654-6485

KONTAMINASI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS SP PADA KEJADIAN LUAR


BIASA KERACUNAN MAKANAN DI DUSUN SAWANGAN KABUPATEN
MAGELANG JAWA TENGAH INDONESIA

Riska Epina Hayu

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Al-Insyirah Pekanbaru, Indonesia


riskaepinahayu@ymail.com

ABSTRAK
Pada 11 Mei 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menerima laporan bahwa 25 orang
mengalami gastrointestinal setelah sesi doa di rumah penduduk. Sejak wabah keracunan
makanan diduga, tim FETP dikirim untuk melakukan investigasi untuk mengidentifikasi sumber
dan merekomendasikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian. Kami melakukan studi
kasus-kontrol. Ada 25 kasus dan 16 kontrol. Kasus adalah tamu yang mengembangkan tanda-
tanda dan gejala gastrointestinal setelah acara. Kendali werw peserta baik. Subyek
diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang makanan yang dikonsumsi. Kami juga
meminta kasus tentang timbulnya penyakit mereka, tanda dan gejala yang dialami. Kiri-atas
makanan yang dikirim ke laboratorium untuk pengujian. Ada 41 tamu selama acara yang 25
menjadi sakit (tingkat serangan: 11,2%). Kurva epidemi adalah bahwa dari wabah sumber
umum. Tanda dan gejala kasus adalah diare (76%), mual (76%), nyeri perut (56%), kelemahan
(48%), demam (40%), dan muntah (36%). Masa inkubasi berkisar 4-9 jam (median: 6 jam).
Kasus lebih mungkin dibandingkan kontrol untuk makan kari ayam (OR 24, 95% CI; 2,4-
1107.4) dan souce cabai (OR 11,5, 95% CI: 1,67-124,22). Bakteri stafilokokus ditemukan di
kari ayam. Ini wabah keracunan makanan itu mungkin disebabkan oleh terkontaminasi kari
ayam. Untuk mencegah wabah masa depan, kami merekomendasikan praktek penanganan
makanan, melayani makanan sementara panas (segera setelah memasak atau simpan dalam
lemari es dan kembali panas) dan menggunakan peralatan masak yang bersih

Kata kunci: Keracunan makanan, studi kasus-kontrol, Staphylococcus sp

ABSTRACT
On may 11, 2012, the Magelang District Health Departement was informed of a cluster of 25
patient with gastrointestinal illness after prayer session in the home of a resident. Since a food
poisoning outbreak was suspected, an FETP team was sent to conduct an investigation to
identify the source and recommend prevention and control measures. We did case-control study.
There werw 25 cases and 16 controls. Cases were guasts who developed gastrointestinal signs
and symptoms after the event. Control werw well attendees. Subjects were interviewed to obtain
information on foods consumed. We also asked cases about onset of their illness, sign and
symptoms experienced. Left-over food items were sent to laboratory for testing. There were 41
guests during the event of which 25 became ill (attact rate: 11.2%). The epidemic curve was
that of a common source outbreak. Signs and symptoms of cases were diarrhea (76%), nausea
(76%), abdominal pain (56%), weakness (48%), fever (40%), and vomiting (36%). Incubation
periods ranged from four to nine hours (median: 6 hours). Cases were more likely than controls
to have eaten chicken curry (OR 24, 95% CI; 2,4-1107.4) and chilli souce (OR 11.5, 95% CI:
1.67-124.22). Staphylococcal bacteria were found in the chicken curry. This food poisoning

Page | 22
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

outbreak was probably caused by contaminated chicken curry. To prevent future outbreak, we
recommended food handling practices, serve foods while hot (immediately after cooking or
store in refrigerator and re-heat) and use clean cooking utensils.

Keywords: Food poisoning, case control study, Staphylococcus sp.

PENDAHULUAN disebabkan oleh makanan yang


Keracunan makanan merupakan hal terkontaminasi atau tercemar, sebagian
yang perlu mendapatkan perhatian dan besar penyebab pencemaran makanan
pemecahannya sesegera mungkin untuk adalah dari industri boga dan rumah
menanggulangi dan mencegah makan. Pada tahun 1994 sebuah
meluasnya kejadian, serta mencegah lembaga pengawasan penyakit menular
kejadian tersebut tidak terulang di Amerika Serikat (CDC/ Center for
kembali. Identifikasi apa yang menjadi Disease Control and Prevention)
penyebab kejadian tersebut perlu melaporkan bahwa 14 faktor yang dapat
dilaksanakan secara sistematis dan menyebabkan keracunan makanan.
cepat. Penyakit yang disebabkan oleh Faktor-faktor tersebut adalah (1)
makanan masih merupakan salah satu pendinginan yang tidak adekuat: 63%;
penyebab kematian dan kesakitan di (2) makanan terlampau cepat disajikan:
Indonesia. Makanan merupakan jalur 29%; (3) kondisi tempat
utama penyebaran patogen dan toksin mempertahankan panas yang tidak baik:
yang diproduksi oleh mikroba patogen. 27%; (4) higiene yang buruk pada
Makanan juga dapat menimbulkan pengonsumsi makanan, atau telah
masalah serius jika mengandung racun terinfeksi: 26%; (5) pemanasan ulang
akibat cemaran kimia, bahan berbahaya yang tidak adekuat: 25%; (6) alat
maupun racun alami yang terkandung pembersih yang tidak baik: 9%; (7)
dalam makanan, yang sebagian mengkonsumsi makanan basi: 7%; (8)
diantaranya menimbulkan KLB kontaminasi silang: 6%; (9) memasak
keracunan. atau memanaskan makanan secara tidak
Kejadian luar biasa (KLB) adekuat: 5%; (10) wajan berlapis bahan
keracunan makanan pada umumnya kimia berbahaya: 4%; (11) bahan
terjadi pada suatu keadaan dimana mentah tercemar: 2%; (12) penggunaan
orang secara bersamaan atau hampir zat adiktif secara berlebihan: 2%; (13)
bersamaan pada waktu yang sama tidak sengaja menggunakan zat adiktif
terpapar dengan jenis makanan atau kimia: 1%; (14) sumber bahan makanan
minuman tertentu dengan gejala yang yang memang tidak aman: 1%.
sama atau hampir sama dan kemudian Identifikasi etiologi KLB
menderita sakit. Berdasarkan analisis keracunan makanan dilakukan dengan
epidemiologi, pangan tersebut terbukti memeriksa spesimen tinja, air kencing,
sebagai sumber penularan. KLB darah atau jaringan tubuh lainnya,
keracunan pangan masih menjadi pemeriksaan muntahan serta
masalah kesehatan masyarakat, pemeriksaan sumber makanan yang
terutama di perkotaan, pemukiman dan dimakan. Dengan memperhatikan gejala
perindustrian (Kemenkes RI, 2011). dan didukung dengan hasil pemeriksaan
Pada tahun 1993, WHO (World laboratorium dapat diketahui penyebab
Health Organitation) melaporkan KLB keracunan makanan. Pada tanggal
bahwasannya telah terjadi kasus diare 11 Mei 2012 Puskesmas Sawangan II
sebesar 70% di negara berkembang Kabupaten Magelang melaporkan

Page | 23
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

bahwa telah terjadi KLB Keracunan (variabel bebas) dan kejadian keracunan
Makanan yang menyerang warga Dusun makanan (variabel tergantung)
Ngaglik Ngisor Kelurahan Sawangan dilakukan dengan cara membandingkan
Kabupaten Magelang. Berdasarkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
laporan tersebut, maka dilakukan berdasarkan status paparannya
penyelidikan epidemiologi oleh Tim (Murti,1997).
Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang, petugas Puskesmas HASIL
Sawangan II dan Mahasiswa FETP A. Pemastian Diagnosa
(Field Epidemiology Training Program) Pemastian diagnosis kejadian luar
di lokasi tersebut. Investigasi dilakukan biasa keracunan makanan didasarkan
dengan mendatangi penderita untuk pada gejala klinik dan hasil
mewawancarai secara langsung tentang pemeriksaan laboratorium.
kejadian luar biasa keracunan makanan. Berdasarkan hasil penyelidikan
Informasi yang didapat di lapangan epidemiologi di lokasi KLB yaitu
mengatakan bahwa keluarga Bapak Dusun Ngaglik Ngisor Desa
Joko salah satu warga Dusun Ngaglik Sawangan Kecamatan Sawangan
Ngisor mengadakan acara yasinan yang Kabupaten Magelang, ditemukan
mengundang 38 warga setempat. Acara kasus keracunan makanan sebanyak
yasinan tersebut diadakan setelah sholat 25 orang. Berdasarkan gejala klinis
isya, kemudian ditutup dengan dengan hasil penyidikan KLB keracunan
makan malam bersama pukul 21.00. makanan dapat dilihat pada tabel
Menu yang disajikan adalah nasi gulai dibawah ini :
ayam, sambal dan beberapa jajanan
pasar (tahu susur, brownis dan Tabel 4 : Distribusi Gejala Klinis
nagasari). Berdasarkan informasi dari Keracunan Makanan di
yang punya hajat bahwa gulai ayam Dusun Ngaglik Ngisor Desa
tersebut dimasak pada tanggal 10 mei Sawangan Tahun 2012
2012 jam 11.00 siang, sedangkan gulai
ayam tersebut disajikan pada pukul No Gejala Klinis Jumlah Persentase
21.00. Berdasarkan informasi tersebut, N=25 (%)
(Kasus)
dimungkinkan adanya kontaminasi
1 Diare 19 76
bakteri terhadap makanan yang 2 Mual 19 76
disajikan maka tim investigasi 3 Muntah 9 36
mengambil sampel makanan untuk 4 Demam 10 40
diperiksa di Balai Laboratorium 5 Pusing 13 52
Kesehatan (BLK) Semarang Propinsi 6 Perih 14 56
perut/mules
Jawa Tengah. 7 Lemah 12 48

METODE Berdasarkan data pada tabel di atas,


Jenis penelitian yang digunakan dapat dilihat bahwa gejala utama pada
adalah deskriptif untuk menggambarkan keracunan makanan di Dusun Ngaglik
KLB keracunan makanan dan analitik Ngisor Desa Sawangan ini adalah diare
yang bertujuan untuk menganalisa dan mual (76%), perih perut/mules
faktor risiko terjadinya keracunan (56%), pusing (52%), lemah (48%),
makanan. Penelitian ini menggunakan demam (40%) dan muntah (36%). Dari
rancangan studi case control, dimana distribusi gejala klinis tersebut maka
pengukuran terhadap faktor risiko dicurigai penyebab KLB keracunan

Page | 24
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

makanan di Dusun Ngaglik Ngisor Desa orang (72,00%) dan laki-


Sawangan Kecamatan Sawangan laki yaitu 7 orang (28,00%).
Kabupaten Magelang adalah akibat
toksin bakteri. Beberapa jenis bakteri Tabel 5 : Distribusi kasus keracunan
yang menyebabkan gejala-gejala makanan di Dusun Ngaglik
tersebut adalah Salmonellosis, Ngisor desa Sawangan
Staphylococcus, Bacillus dan Vibrio berdasarkan Jenis Kelamin
Parahaemolyticus.
Jenis Jumlah Proporsi
B. Deskripsi Kejadian Luar Biasa Kelamin Kasus (%)
1. Daftar Kasus Laki-laki 7 28%
Perempuan 18 72%
Jumlah kasus keracunan makanan Total Kasus 25 100%
yang terjadi terhadap warga
Dusun Ngaglik Ngisor Desa
Sawangan Kecamatan Sawangan c. Distribusi Menurut Waktu
adalah 25 orang dari total yang Deskripksi kasus menurut
mengkonsumsi makanan diacara waktu kejadian KLB
yasinan tersebut sebanyak 41 keracunan makanan di Dusun
orang. Angka Serangan (attack Ngaglik Ngisor Desa
rate) kejadian keracunan makanan Sawangan Kecamatan
adalah AR= 11,21 % dari total Sawangan Kabupaten
jumlah penduduk Dusun Ngaglik Magelang Tanggal 10 Mei
223 jiwa. 2012 dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
2. Deskripsi Kasus Menurut Variabel
Tempat, Orang dan Waktu
a. Distribusi Menurut Tempat
Seluruh penderita kasus Masa Inkubasi terpanjang
keracunan makanan adalah
warga Dusun Ngaglik Ngisor
Desa Sawangan Kecamatan Masa Inkubasi
Sawangan adalah 25 orang dari Terpendek

total undangan sebanyak 38


orang dan 3 orang anggota Waktu makan
keluarga yang mengadakan
acara. Gambar 1. Distribusi kasus KLB
Keracunan Makanan di Dusun Ngaglik
b. Distribusi Menurut Orang Ngisor Desa Sawangan Kabupaten
1. Distribusi Menurut Jenis Magelang Berdasarkan masa inkubasi
Kelamin.
Dari 41 orang yang Berdasarkan gambar grafik diatas
mengkomsumsi makanan diketahui bahwa puncak timbulnya
diacara yasinan pada gejala mulai sakit adalah setelah 6 jam
tanggal 10 Mei 2012, 25 penderita mengkonsumsi makanan yang
orang mengeluh sakit. diduga terkontaminasi bakteri penyebab
Dengan proporsi kasus terj9adinya keracunan makanan. Masa
berdasarkan jenis kelamin inkubasi terpendek adalah 4 jam
yaitu wanita sebanyak 18 terdapat 1 kasus dan masa inkubasi

Page | 25
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

terpanjang adalah 9 jam terdapat 1 dan makanan


kasus. Jenis kurva epidemik KLB prostrati matang
on didalam
keracunan makanan yang terjadi di wadah besar
Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan di dalam
adalah tipe common source, yaitu suatu kulkas,
tipe KLB dengan kasus-kasus yang menyiapkan
terpapar dalam waktu sama dan singkat. makanan
beberapa jam
sebelum
C. Lama Pemaparan dihidangkan,
Kasus keracunan makanan yang orang dengan
terjadi di Dusun Ngaglik Ngisor lukaMenyim
Desa Sawangan berlangsung 1 hari pan makanan
pada suhu
yaitu tanggal 11 Mei 2011. ruang,
Berdasarkan gejala klinis dan masa menyimpan
inkubasi maka jenis bakteri yang makanan
paling mungkin menjadi penyebab matang
terjadinya keracunan makanan pada didalam
wadah besar
KLB ini dapat dilihat pada tabel di dalam
dibawah ini : kulkas,
menyiapkan
Tabel. 7 : Diagnosis Banding makanan
Kejadian Keracunan beberapa jam
sebelum
Makanan Di Dusun Ngaglik dihidangkan,
Ngisor Desa Sawangan orang dengan
Berdasarkan Masa Inkubasi, luka
Tanda dan Gejala Dan bernanah,
Sumber Kontaminan fermentasi
makanan
berasam
Bakteri Masa Tanda Sumber rendah tak
Inkubasi dan Kontaminan normal
Gejala Salmone- 6 sampai Kejang Menyimpan
Bacillus 1/2 Mual, Menyimpan llosis 72 jam perut, makanan
cereus Sampai 5 muntah makanan mual, pada suhu
jam dan pada suhu muntah, ruang,
kadang- ruang, menggi- menyimpan
kadang menyimpan gil, makanan
diare makanan demam matang
matang dan didalam
didalam lemah wadah besar
wadah besar di dalam
di dalam kulkas,
kulkas, menyiapkan
menyiapkan makanan
makanan beberapa jam
beberapa jam sebelum
sebelum dihidangkan,
dihidangkan menyimpan
Staphy- 1 sampai Mual, Menyimpan makanan
lococuss 8 jam Muntah, makanan pada suhu
sakit pada suhu hangat,
perut, ruang, kontaminasi
diare menyimpan silang,

Page | 26
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

pembersihan 2. Attact Rate Berdasarkan Jenis


alat yang Makanan
tidak tepat,
mendapatkan
Untuk mengetahui besaran
makanan dari risiko (relative risk) yang
sumber yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi
terkontami- salah satu jenis makanan dapat
nasi dilakukan studi case control
dengan cara membandingkan AR
Berdasarkan tanda dan gejala, masa pada kelompok terpapar (makan)
inkubasi dan sumber kontaminan dari dengan AR pada kelompok tidak
tiap-tiap bakteri yang potensial menjadi terpapar (tidak makan) sebagai
penyebab keracunan makanan maka berikut :
bakteri yang paling mungkin menjadi
penyebab keracunan pada KLB ini Tabel. 8 : Attack Rate Jenis Makanan
adalah Becillus cereus dan Berdasarkan Status Sakit
Staphylococcus. Penegakan diagnosa dan Tidak Sakit pada
untuk jenis bakteri yang berperan Kejadian Luar Biasa di
terhadap terjadinya keracunan makanan Dusun Ngaglik Ngisor
tersebut berdasarkan konfirmasi hasil Tahun 2012
pemeriksaan laboratorium terhadap
sampel makanan yang dikonsumsi di No Jenis Status Jumlah Attack
acara yasinan di Dusun Ngaglik Ngisor Makanan Sakit Tidak Rate
terdapat bakteri staphylococcus pada Sakit (%)
gulai ayam. Hal ini sesuai dengan 1 Sambal 23 8 31 74,19
diagosa banding berdasarkan masa 2 Nagasari 18 10 28 64,29
inkubasi dan gejala klinis yang yang 3 Tahu 17 15 32 53,13
dialami penderita. susur
4 kari 24 8 32 75
ayam
D. Identifikasi Sumber dan Cara 5 Nasi 24 12 36 66,67
Penularan Putih
1. Sumber Penularan 6 Brownis 18 12 30 60
Dari hasil wawancara
didapatkan informasi keracunan Berdasarkan tabel diatas attack rate
makanan terjadi beberapa jam atau angka serangan kejadian keracunan
setelah mengkonsumsi makanan makanan tertinggi adalah pada gulai
yang disajikan pada pukul 21.00 ayam yaitu 75% kemudian sambal
tanggal 10 Mei 2012. Diduga 74,19%, nasi putih 66,67%, nagasari
penularan terjadi melalui 64,29%, brownis 60% dan tahu susur
makanan yang telah 53,13%.
terkontaminasi oleh kuman
patogen karena tidak dijumpai 3. Odd Ratio Berdasarkan Jenis
kasus yang sama diluar Makanan
pemaparan selain ditempat Berikut ini adalah hasil uji
kejadian. statistik menggunakan stata 11
untuk mengetahui nilai OR, P-
value dan CI.

Page | 27
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Tabel. 9 : Odd Ratio Berdasarkan Multivariabel dapat dilihat pada tabel


Jenis Makanan Pada dibawah ini :
Kejadian Keracunan Tabel. 10 : Hasil Analisis
Makanan di Dusun Ngaglik Multivariabel Pada
Ngisor Desa Sawangan 10 Variabel Jenis Makanan
Mei 2012 yang Diduga Berhubungan
No Jenis P-value Odd Confident dengan KLB Keracunan
Makanan Ratio Interval Makanan di Dusun
(95%) Ngaglik Ngisor, Desa
1 Tahu 0,066 0,142 0,003-1,321 Sawangan Tahun 2012.
susur
2 Brownis 1 0,857 0,150-4,329
3 Gulai 0,001 24 2,372- Pseudo R2 = 0,3872
Ayam 1107,4
4 Sambal 0,007 11,5 Keracunan
Coef std. Err Z P> [Z] CI (95%)
5 Nasi 0,067 8 0,658- Makanan
Putih 409,892 Nasi 1,493446 1,40587 1,06 0,288 - 1.262008_
6 Nagasari 0,4066 1,548 0,325-7,119 Putih 4.248901
Sambal 2,511454 1,288061 1,95 0,051 - 0.0130996_
5.036007
Berdasarkan tabel diatas dapat Tahu -2,23601 1,394845 -1,6 0,109 - 4.969856_
diketahui hasil analisis bivariat pada Susur 0.4978374
kejadian keracunan makanan yang Gulai 2,397413 1,666847 1,44 0,15 -0.8695465_
terjadi pada 10 Mei 2012 di dusun Ayam 5.664372
Ngaglik Ngisor desa Sawangan -Cons - 2,150926 - 0,171 7.160642_
2,944904 1,37 1.270834
menunjukkan bahwa yang bermakna
secara statistik adalah gulai ayam
(0,001) dan sambal (0,007) P-value < a Tabel diatas menunjukkan bahwa
0,05. Odd ratio yang tertinggi dan persamaan regresi KLB keracunan
bermakna secara statistik adalah gulai makanan adalah -2,94 + 1,49(nasi putih)
ayam yaitu OR=24 dengan nilai CI + 2,51(sambal) – 2,24(Tahu susur) +2,4
(2,372-1107,4). Hal ini berarti orang (Gulai ayam). Variabel yang memiliki
yang mengkonsumsi gulai ayam pada nilai z tertinggi adalah sambal dan gulai
acara yasinan yang diadakan oleh ayam yaitu 1,95 dan 1,44, sehingga
keluarga Pak Joko pada 10 Mei 2012 dapat disimpulkan bahwa dugaan
memiliki risiko mengalami keracunan sementara penyebab keracunan
lebih besar 24 kali dibandingkan dengan makanan adalah sambal dan gulai ayam,
yang tidak mengkonsumsi gulai ayam dengan ini dapat diketahui bahwa yang
tersebut. Selain itu orang yang merupakan faktor risiko terjadinya
mengkonsumsi sambal memiliki risiko keracunan makanan di Dusun Ngaglik
terkena keracunan makanan sebesar Ngisor Desa Sawangan. Untuk
11,5 kali lebih besar dibandingkan memastikan hal tersebut maka makanan
dengan yang tidak mengkonsumsi yang dikonsumsi diacara yasinan
sambal. tersebut diperiksa di Laboratorim
Untuk lebih memperkuat analisis Kesehatan Semarang dengan hasil
bivariat, makan dilakukan analisis sebagai berikut :
multivariabel untuk variabel yang
memiliki nilai p < 0,25. Variabel
tersebut adalah Nasi putih, sambal, tahu
susur dan gulai ayam. Hasil Analisis

Page | 28
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Tabel. 11 : Hasil Pemeriksaan antara mengkonsumsi makanan pada


Laboratorium Kesehatan acara yasinan tersebut dengan kejadian
Semarang Terhadap keracunan makanan. Hasil wawancara
Beberapa Jenis Makanan dengan penyelenggara acara diketahui
yang diduga Penyebab bahwa gulai ayam selesai dimasak pada
Keracunan Makanan. jam 11.00 siang sedangkan disajikan
dan dikonsumsi oleh tamu pada pukul
Diperiksa
Terhadap
Hasil 21.00, namun sebelum disajikan
Tahu Isi Brownis Nagasari Sambal Gulai
(susur) Ayam makanan tersebut dipanaskan kembali.
Staphylococc
us
Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Gejala yang pertama kali dirasakan
Streptoco- Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif yaitu pada pukul 01.00 dini hari,
ccus
E.coli Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif kemungkinan pada jam-jam sebelumnya
Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif penderita sudah ada yang merasakan
Shigella Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
gejala namun tidak terasa karena
V. Cholerae Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Bacillus Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif mengantuk.
Cereus
Clostridium Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
sp Makanan yang sering dicurigai
Kapang Negatif Mucor Negatif Mucyor sp Negatif
sp
dalam kasus keracunan makanan
Khamir/ Positif Positif Positif Positif Positif staphylococcal antara lain daging dan
Yeast Cell
Kuman lain Providenc Klebsie- Enterobact Bacillus sp Bacillu produk daging; daging unggas dan
yang ia rettgeri lla er s sp
ditemukan pneumo- aerogenes produk telur; salad seperti telur, ikan
niae
Pseudomon
tuna, kentang, dan macaroni; produk
as sp roti seperti kue dengan isi krim, kue
Sumber : BLK Semarang Provinsi Jawa Tengah
krim, dan chocolate éclairs ; roti isi;
dan susu dan produk susu. Makanan
Hasil pemeriksaan laboratorium yang memerlukan banyak penanganan
terhadap makanan pada tabel diatas selama penyiapannya dan yang
menunjukkan bahwa gulai ayam positif disimpan dalam suhu yang sedikit lebih
terdapat bakteri staphylococcus dan tinggi setelah dimasak sering menjadi
khamir/yeast cell pada setiap sampel penyebab kasus keracunan makanan
makanan yang diperiksa. staphylococcal.
Staphylococci ada di udara, debu,
PEMBAHASAN air buangan, air, susu, dan makanan
Berdasarkan hasil penyelidikan atau pada peralatan makan, permukaan-
epidemiologi yang telah dilakukan pada permukaan di lingkungan, manusia, dan
tanggal 11 Mei 2012 terhadap kasus hewan. Manusia dan hewan merupakan
keracunan makanan yang terjadi di sumber utama infeksi. Staphylococci
Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan ada pada saluran hidung dan
Kecamatan Sawangan Kabupaten tenggorokan dan pada rambut dan kulit
Magelang, dapat diketahui bahwa dari 50% atau lebih individu yang sehat.
penyebab terjadinya keracunan Tingkat keberadaan bakteri ini bahkan
makanan di acara yasinan yang lebih tinggi pada mereka yang
diadakan oleh Keluarga Bapak Joko berhubungan dengan individu yang
pada tanggal 10 Mei 2012 pukul 21.00 sakit dan lingkungan rumah sakit.
adalah gulai ayam yang terkontaminasi Walaupun pengolah makanan
bakteri staphylococcus sp. Hal ini merupakan sumber utama kontaminasi
sesuai dengan gejala, masa inkubasi, dalam kasus-kasus keracunan makanan,
hasil laboratorium dan hasil uji statistik peralatan dan permukaan lingkungan
menunjukkan bahwa ada hubungan

Page | 29
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

dapat juga menjadi sumber kontaminasi keracunan jenis ini adalah kontaminasi
oleh S. aureus. Keracunan pada manusia makanan yang cocok (banyak sekali
disebabkan oleh konsumsi enterotoxin makanan yang dapat menunjang
yang dihasilkan oleh beberapa strain S. pertumbuhan stafilokokus) dan rentang
aureus di dalam makanan, biasanya waktu beberapa jam setelah makanan
karena makanan tersebut tidak disimpan disiapkan selama itu jasad renik mampu
pada suhu yang cukup tinggi (60°C, memperbanyak diri. Hal ini dapat
atau lebih) atau cukup dingin (7.2°C, terjadi selama pendinginan lambat
atau kurang). sesudah proses memasak, atau bila
Pencegahan secara total mungkin makanan dibiarkan terletak di dalam
tidak dapat dilakukan, namun makanan suhu ruang dengan iklim sekitar yang
yang dimasak, dipanaskan, dan panas. Pemanasan ulang atau
disimpan dengan benar umumnya aman mendidihkan kembali tidak akan dapat
dikonsumsi. Resiko paling besar adalah mencegah penyakit karena penyebab
kontaminasi silang, yaitu apabila langsungnya adalah toksin yang tahan
makanan yang sudah dimasak panas dan bukan stafilokokus hidup
bersentuhan dengan bahan mentah atau yang terdapat di dalamnya.
peralatan yang terkontaminasi Kejadian keracunan makanan yang
(misalnya alas pemotong). Penanganan disebabkan oleh gulai ayam yang
dan penyimpanan makanan yang tidak terkontaminasi oleh bakteri
benar menyebabkan bakteri staphylococcus yang terjadi di dusun
berkembang biak dan menghasilkan ngaglik ngisor ini kemungkinan selain
racun. Pemasakan makanan sesudahnya karena makanan dibiarkan terbuka di
mungkin tidak cukup untuk dalam suhu ruangan dalam waktu yang
menghancurkan racun. Semua orang cukup lama juga dapat terjadi karena
diyakini rentan terhadap keracunan masih kurangnya menjaga sanitasi dan
karena bakteri ini; namun, intensitas higiene, terlebih lagi jika diikuti dengan
gejala yang dialami dapat bervariasi. cara memasak atau mengolah yang
Menurut Arisman (2012) tidak baik. Saat dilakukannya
Staphylococcus dapat diisolasi dari kulit penyelidikan epidemiologi di rumah
dan hidung manusia serta binatang, yang mengadakan acara terlihat kondisi
serta lesi-lesi kulit yang terinfeksi. dapurnya tidak cukup bersih yang
Organisme ini berbentuk batang, memungkinkan kontaminasi bakteri
bersifat gram positif, tumbuh dalam dengan mudah.
lingkungan aerob dan anaerob pada Kebiasaan makan masyarakan
suhu optimal 370 C, sedangkan mati Indonesia yang cenderung
apabila suhu meningkat hingga mengkonsumsi makanan yang benar-
melebihi 550 C. Bentuk keracunan benar matang dan bukan makanan yang
makanan yang lazim disebabkan oleh dimasak ringan (medium, rare)
multiplikasi stafilokokus pembentuk sebenarnya dapat menghindarkan kita
toksin didalam makanan sebelum dari keracunan yang disebabkan oleh
disantap. Pencemaran makanan oleh patogen yang tidak membentuk spora.
jasad renik ini sering terjadi karena Hal ini disebabkan karena patogen-
bakteri dapat tumbuh ditangan 50% patogen jenis ini, relatif tidak tahan
orang. Pertumbuhan yang pesat kerap panas dan dapat dimusnahkan selama
berlangsung pada celah-celah dan luka proses pemasakan. Meskipun demikian
kecil pada kulit yang tampak tidak pada kenyataannya keracunan makanan
terinfeksi. Kondisi yang mendukung siap santap kadang-kadang terjadi

Page | 30
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

karena bakteri patogen bukan makanan dalam waktu yang hampir


pembentuk spora ini. Hal ini seringkali bersamaan. Masa inkubasi yang
terjadi karena kontaminasi silang (cross pendek menunjukkan adanya
contamination) maupun kontaminasi kontaminasi oleh bakteri yang
ulang (recontamination) yang terjadi menghasilkan toksin.
setelah pemasakan. Kotaminasi silang 3. Penyebab terjadinya keracunan yang
dapat terjadi jika sarana, wadah atau menimpa warga Dusun Ngaglik
alat pengolahan dan atau penyimpanan Ngisor adalah Gulai ayam yang
digunakan bersama-sama baik untuk dikonsumsi dipastikan sebagai.
bahan mentah maupun bahan yang telah Timbulnya gejala keracunan karena
matang. Kontaminasi ulang terutama adanya kontaminasi bakteri
terjadi karena kurangnya sanitasi dan staphylococcus pada gulai ayam
higiene. Kontaminasi ulang dapat
disebabkan karena penggunaan air,
sarana, wadah, atau alat penyimpanan DAFTAR PUSTAKA
yang tercemar serta oleh pekerja yang
tidak menjaga kebersihan dirinya. Arisman, 2012, Buku Ajar Ilmu Gizi
Langkah paling penting dalam Keracunan Makanan, Buku
pencegahan terjadinya keracunan Kedokteran EGC, Jakarta
makanan adalah dengan melatih para
pengelolah makanan dalam masalah
Bres, P., (1986), Tindakan Darurat
kebersihan perorangan dan cara
Kesehatan Masyarakat pada
pendinginan cepat yang tidak akan
Kejadian Luar Biasa, Gadjah
segera disantap. Enterotoksin tidak
Mada University Press,
dihasilkan pada keadaan dengan
Yogyakarta.
temperatur lemari pendingin yang biasa
digunakan di rumah tangga. Penelitian Chin, J., Ed., (2006), Manual
epidemiologi terhadap kejadian luar Pemberantasan Penyakit
biasa keracunan makanan oleh Menular, edisi 17.
staphylococcus mencakup standar baku
Depkes R.I., (2007), Buku Pedoman
bacteriophage typing untuk
Penyelidikan Dan
mengidentifikasi sumber galur bakteri
Penanggulangan Kejadian Luar
penyebab. Karena pemanasan akhir
Biasa (Pedoman Epidemiologi
dapat membunuh jasad renik tanpa
Penyakit), Depkes RI Direktorat
menginaktivasi enterotoksin,
Jenderal Pengendalian Penyakit
stafilokokus tidak dapat tumbuh pada
dan Penyehatan Lingkungan,
makanan yang dicurigai.
Jakarta.
KESIMPULAN Imari, S., (2011), Investigasi KLB
1. Telah terjadi kejadian luar biasa Keracunan Pangan (Prinsip dan
keracunan makanan pada acara Praktis Epidemiologi), FETP
yasinan (pukul 21.00 WIB) di Dusun Kementerian Kesehatan RI-WHO,
Ngaglik Ngisor Desa Sawangan Jakarta.
Kecamatan Sawangan Kabupaten
Murti.B., (1997), Prinsip-Prinsip dan
Magelang 11 Mei 2012.
Metode Riset Epidemiologi,
2. Penularan terjadi secara common
Gadjah Mada University Press,
source karena adanya satu sumber
Yogyakarta.
penularan yaitu mengkonsumsi

Page | 31
Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Morton, F., Richard ,dkk., 2008,


Panduan Studi: Epidemiologi &
Biostatistika, edisi 5, EGC:
Jakarta.
Profil Puskesmas Sawangan II Tahun
2011 Kabupaten Magelang
Provinsi Jawa Tengah
Timmreck, TC. (2005) Epidemiologi
(Suatu Pengantar). Terjemahan:
Fauziah Munaya. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page | 32

Anda mungkin juga menyukai