Anda di halaman 1dari 9

TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP Dr. SARDJITO 1/10

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh:


KSM Kesehatan Anak Dir. Medik & Keperawatan

Panduan Praktis TanggalTerbit Ditetapkan Oleh:


Klinis DirekturUtama,

dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A


NIP. 196010091986101002
1. Wewanti  PPK ini khusus membahas tata laksana Near Drowning
 Respons pasien terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi
 PPK ini berlaku sejak tanggal diterbitkan sampai revisi
berikutnya
 PPK ini berisi panduan praktis, tidak berisi uraian lengkap
tentang drowning
2. Pengertian  Tenggelam (drowning) adalah kematian akibat asfiksia yang
terjadi dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air,
sedangkan hampir tenggelam (near drowning) adalah korban
masih dalam keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah setelah
peristiwa tenggelam di air.
 Tenggelam (drowning) merupakan suatu keadaan fatal, sedangkan
hampir tenggelam (near drowning) mungkin dapat berakibat
fatal.1-4 Sedangkan WHO mendefinisikan sebagai proses
gangguan pernapasan akibat tenggelam/hampir tenggelam dalam
cairan.
 Luaran tenggelam diklasifikasikan sebagai meninggal, morbiditas
dan tidak ada morbiditas.5
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

3. Klasifikasi Berdasarkan temperatur air, klasifikasi tenggelam dibagi menjadi


tiga:3,7
1. Tenggelam di air hangat (warm water drowning), bila temperatur
air ≥ 20°C
2. Tenggelam di air dingin (cold water drowning), bila temperatur air
5-20°C
3. Tenggelam di air sangat dingin (very cold water drowning), bila
temperatur air < 5°C
Berdasarkan osmolaritas air, klasifikasi tenggelam dibagi menjadi
dua:3
1. Tenggelam di air tawar
2. Tenggelam di air laut
Kejadian tenggelam atau submersed accident dapat memberikan dua
hasil:2,3
 immersion syndrome, yang merupakan kematian mendadak setelah
kontak dengan air dingin,
 submersed injury, yaitu dapat menyebabkan kematian 24 jam
setelah kejadian tenggelam, survival, atau pulihnya keadaan setelah
kejadian tenggelam.

2
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


3/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

4. Pemeriksaan Pada sebagian besar kasus tenggelam;


Fisik - Termoregulasi: didapatkan kondisi hipotermi
- Paru: terjadi edema paru, kecuali pada kasus dry lungs, dimana
paru paru tetap dalam keadaan kering dikarenakan terjadi spasme
laring yang membuat air hanya masuk ke saluran pencernaan.
Dapat terjadi pernapasan kussmaul sebagai akibat dari kondisi
asidosis metabolik.
- Jantung: dapat terjadi hipotensi, disritmia ventrikol dan asistol.
- SSP: terjadi penurunan kesadaran sebagai akibat dari kondisi
hipoksemia dan hipoksia.
5. Tatalaksana Prinsip tata laksana kasus adalah mengatasi gangguan oksigenisasi,
ventilasi, sirkulasi, keseimbangan asam basa, dan mencegah
kerusakan sistim saraf pusat yang lanjut.
1. Segera setelah korban ditolong, harus dilakukan resusitasi jantung
paru. Oksigen harus diberikan secepatnya dan dilanjutkan dalam
perjalanan ke Rumah Sakit. Setiap menit yang dilalui tanpa
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat menurunkan secara
dramatis kesempatan luaran yang baik. Semua korban hampir
tenggelam harus dirawat di rumah sakit, bagaimanapun kondisi
pasien.1
2. Pasien yang tidak bergejala harus diobservasi, minimal selama 24
jam di rumah sakit. Kematian yang lambat dapat terjadi akibat
atelektasis yang luas, edema paru akut, dan hipoksemia setelah
pasien meninggalkan ruang gawat darurat.1,3
3. Jalan napas harus bersih dari muntahan dan benda asing.
Abdominal thrusts tidak dianjurkan untuk mengeluarkan cairan
dari paru. Bila diduga adanya benda asing, maneuver chest
compression atau back blows lebih dianjurkan.1
4. Bila pasien dapat bernapas spontan, berikan oksigen 100% yang
dilembabkan, dengan menggunakan masker. Jika korban tidak
bernapas, ventilasi darurat segera dilakukan, setelah
membersihkan jalan napas.
5. Pemberian oksigen selanjutnya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan analisis gas Darah arteri.1,3 Spina servikal dijaga bila
terdapat kemungkinan cedera tulang leher. Leher diposisikan
dalam posisi netral.1
3
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


4/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

6. Segera setelah korban ditolong, harus dilakukan resusitasi jantung


paru. Oksigen harus diberikan secepatnya dan dilanjutkan dalam
perjalanan ke Rumah Sakit. Setiap menit yang dilalui tanpa
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat menurunkan secara
dramatis kesempatan luaran yang baik. Semua korban hampir
tenggelam harus dirawat di rumah sakit, bagaimanapun kondisi
pasien.1
7. Pasien yang tidak bergejala harus diobservasi, minimal selama 24
jam di rumah sakit. Kematian yang lambat dapat terjadi akibat
atelektasis yang luas, edema paru akut, dan hipoksemia setelah
pasien meninggalkan ruang gawat darurat.1,3
8. Jalan napas harus bersih dari muntahan dan benda asing.
Abdominal thrusts tidak dianjurkan untuk mengeluarkan cairan
dari paru. Bila diduga adanya benda asing, maneuver chest
compression atau back blows lebih dianjurkan.1
9. Bila pasien dapat bernapas spontan, berikan oksigen 100% yang
dilembabkan, dengan menggunakan masker. Jika korban tidak
bernapas, ventilasi darurat segera dilakukan, setelah
membersihkan jalan napas.
10.Pemberian oksigen selanjutnya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan analisis gas Darah arteri.1,3 Spina servikal dijaga bila
terdapat kemungkinan cedera tulang leher. Leher diposisikan
dalam posisi netral.1
11.Pemantauan tanda vital, penilaian kardiopulmonal dan neurologis
berulang, x-ray dada, dan penilaian oksigenisasi melalui AGD
atau oksimetri perifer harus dilakukan pada semua korban
tenggelam.
12.Pemeriksaan lainnya bergantung kondisi klinis dan tempat
kejadian. Pada korban yang asimptomatik atau gejala minimal,
hampir setengahnya mengalami perburukan atau hipoksemia pada
4-8 jam setelah peristiwa tenggelam.1
13.Pemantauan suhu inti tubuh merupakan hal penting, pengukuran
terbaik dilakukan pada membrane timpani karena berkorelasi kuat
dengan suhu otak. Alat untuk menghangatkan penderita dapat
digunakan selimut penghangat atau radiant warmer.1

4
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

14.Gejala pernapasan atau edema paru lambat yang ringan sampai


berat dapat terjadi meski awalnya penderita menunjukkan
pemeriksaan fisik dan x-ray dada normal. Sebaliknya, kebanyakan
anak dengan gejala minimal saat ke UGD dapat menjadi
asimptomatik dalam 18 jam setelah tenggelam.1
15.X-ray dada biasanya didapatkan gambaran edema antar sel atau
edema alveolar. Sebagian besar menunjukkan adanya infiltrate
nodular yang berkonfluensi pada 1/3 medial lapangan paru.1,3
16.Menurut Model dan kawan-kawan, 70% kasus mengalami asidosis
metabolik. Bila pasien menunjukkan hipotensi atau tidak ada
respons, dianjurkan pemberian natrium bikarbonat dengan dosis 1
mEq/kg BB secara intravena. Jika pemeriksaan analisis gas darah
dapat dilakukan, natrium bikarbonat diberikan sesuai dengan
rumus.3
Na bikarbonat (mEq) = berat badan (kg) x deficit basa (mEq) x
0,3
17.Jalan napas harus dibersihkan dari kotoran dan dijamin tetap
terbuka. Pada korban hampir tenggelam yang banyak menelan air,
risiko aspirasi muntahan sangat besar. Oleh karena itu, lambung
harus cepat dikosongkan dengan memakai pipa nasogastrik.3
18.Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil evaluasi PaO2,
PaCO2, dan pH darah. PaCO2 lebih dari 60 mmHg merupakan
indikasi untuk melakukan bantuan pernapasan. Bila terjadi
kegagalan oksigenisasi meskipun telah diberikan oksigen, perlu
dilakukan intubasi endotrakeal.3
19.Inisial positive end-expiratory pressure (PEEP) dimulai sekitar 5
cm H2O, dapat di naikkan bertahap hingga 10-15 cm H2O bila
oksigenisasi masih belum adekuat (target SaO2>90%).1
20.Anak-anak korban tenggelam menunjukkan irama jantung asistol
55%, ventrikel takikardi (VT) atau ventrikel fibrilasi (VF) 29%
dan bradikardi 16%. Defibrilasi elektrik atau kardioversi
diperlukan pada korban dengan VF atau VT tanpa nadi. Obat-
obatan kardioaktif mungkin diperlukan untuk memperbaiki ritme
jantung. Oksigenisasi dan ventilasi yang adekuat merupakan
syarat memperbaiki fungsi miokard. Resusitasi cairan dan
5
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


6/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

inotropik seringkali dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi jantung


dan perfusi perifer, namun pada keadaan disfungsi miokard
pemberian cairan yang agresif mungkin dapat memperburuk
edema paru. Infuse epinefrin (dosis 0,05-1μg/kg/menit) biasanya
merupakan pilihan utama pada penderita dengan disfungsi jantung
atau hipotensi setelah kejadian hipoksik-iskemik, dobutamin
(dosis 2-20μg/kg/menit) dapat memperbaiki cardiac output pada
penderita normotensi.1
21.Pengobatan lain yang perlu dipertimbangkan adalah pemberian
bronkodilator dan antibiotik. Jika pada pemeriksaan fisis
didapatkan bronkospasme, pemberian bronkodilator seperti
aminofilin intravena atau nebulisasi agonis-β2 akan memberikan
hasil yang baik.
22. Pemberian antibiotik pada saat awal tidak dianjurkan, meskipun
seringkali air yang diaspirasi mengalami kontaminasi. Oleh karena
itu perlu pemeriksaan kultur darah, kultur sputum, jumlah lekosit,
dan analisis tanda vital. Pemilihan antibiotik dilakukan
berdasarkan kultur darah atau sputum. Penggunaan obat steroid
tidak dianjurkan karena tidak ada bukti baik secara klinis maupun
eksperimental yang menunjukkan bahwa penggunaannya
bermanfaat.1,3

6
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


7/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

6. Prognosis Prognosis terkait dengan evaluasi awal status hemodinamiknya, 92%


korban hampir tenggelam akan pulih seperti semula.
 Penelitian terhadap 93 korban hampir tenggelam dengan usia rata-
rata 31 bulan menyatakan, bahwa pasien yang tidak mengalami
koma saat datang ke ICU atau datang ke IGD dengan nadi teraba
dan tekanan darah terukur, tidak mengalami kerusakan neurologis
permanen. Akan tetapi mereka yang datang dengan pemeriksaan
awal nadi tidak teraba atau dalam keadaan koma, biasanya
meninggal atau mengalami kerusakan otak yang parah.3,6
 Luaran yang buruk dihubungkan dengan adanya asistol,
tenggelam > 15 menit, tidak mendapat resusitasi di tempat
kejadian, lama resusitasi > 30 menit, mendapat epinefrin, asidosis
metabolik, dan suhu inti tubuh rendah.8 Nilai pH < 7,1; Glagow
Coma Scale (GCS) <5; pupil yang terfiksasi dan berdilatasi saat
masuk rumah sakit menandakan prognosis buruk, tetapi bukan
berarti indikasi kontra untuk melakukan resusitasi. Anderson dkk.,
mendapatkan faktor prediktor luaran neurologis adalah pH ≤ 7,1,
rasio PaO2/PAO2 ≤ 0,35 dan anion gap ≥15 mEq, masingmasing
nilai skor 1, bila skor ≥2, maka luarannya buruk yaitu gejala sisa
permanen atau kematian.9 Bila setelah 24-48 jam terapi resusitasi
yang adekuat tidak terdapat perbaikan klinis, kemungkinan besar
kematian otak atau kerusakan berat pada otak telah terjadi.10

7
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


8/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

7. Daftar Pustaka 1. Kallas H. Drowning and near drowning. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-
18. Philadelphia: Saunders; 2007. h. 321-30.
2. Zulkarnaen I. Hampir Tenggelam Dalam: NN Rahajoe, B
Supriyatno, DB
Setyanto, penyunting Buku Ajar Respirologi Anak Edisi pertama
Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia;2008 hlm 427-32
3. Stevenson M, Rimajova M, Edgecombe D, Vickery K. Childhood
drowning:barriers surrounding private swimming pools. Pediatrics
2003:111;e 115-9.
4. Quan L. Near-drowning. Pediatr in Rev 1999;20(8):255-9.
5. World Health Organization. Facts about injuries: drowning.
Injuries & Violence prevention. Non-communicable Diseases and
Mental Health. tersedia dari:
www.who.int/violence_injury_prevention. Diunduh 20 Juli 2011.
6. Habib DM, Tecklenburg F, Sally A, Anas N, Perkin R. Prediction
of childhood drowning and near-drowning morbidity and mortality. .
Pediatr Emerg Care 1996;12(4):55-8
7. Verive MJ. Near Drowning Tersedia dari:
http://emedicinemedscapecom/article/908677-overview Diunduh 28
Juli 2011.
8. Leroy p, Smismans A, Seute T. Invasive pulmonary and central
nervous system aspergillosis after near-drowning of a child: Case
report and review of the literature. Pediatrics 2006. 118;e509.
9. Anderson K, Roy T, Danzl D. Submersion incidents: a review of
39 cases and development of the submersion outcome score Journal
of Wilderness Medicine 1991: 2:27-36.
10. Monttes J, Conn A. Near-drowning: an unusual case. Canad
Anaesth Soc J 1980:27(2):172-174.
Ketua Komite Medik Ketua KSM Kesehatan Anak

Dr. Kartono, SpTHT-KL(K) Dr. Sasmito Nugraha, SpA(K)


NIP 19520116 197912 1002 NIP 19601203 198603 1004
8
TATALAKSANA TENGGELAM PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


9/9
RSUP Dr. SARDJITO

Panduan
Praktis
Klinis

Anda mungkin juga menyukai