Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Febris

2.1.1 Definisi Febris

Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas

yang tidak mampu untuk dipertahankan karena terjadinya peningktan suhu tubuh

abnormal (Valita, 2007). Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat

dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau sters, suhu tubuh yang

terlalu ekstrim baik panas ataupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2008).

Sedangkan menurut (Widjaja, 2001) Febris atau demam merupakan reaksi alamiah

dari tubuh manusia dalam usaha manusia untuk melakukan perlawanan terdapat

beragam penyakit yang masuk atau yang berada di dalam tubuh manusia. Normalnya

suhu tubuh manusia berkisar antara 360-370C, di mana pada suhu tersebut diartikan

sebagai keseimbangan antara produksi panas tubuh yang diproduksi dan panas yang

hilang dari tubuh. Penyakit febris atau demam Tidak hanya diderita pada anak-anak,

tetapi pada manusia dewasa maupun lansia juga, tergantung dari sistem imun setiap

individu itu sendiri (Hidayat, 2008).

Kerugian yang bisa terjadi karena disebabkan oleh febris atau demam yaitu

penderita febris dapat mengalami dehidrasi karena pada saat demam terjadi

peningkatan pengeluran cairan tubuh yang berlebih (Purwanti, 2008). Oleh karena itu

sebaiknya penderita di usahkan agar banyak minum air dan banyak istirahat.
Pada penurunan suhu badan dengan antipiretik, hendaknya antipiretik

diberikan pada saat dibutuhkan sekali yaitu bila suhu >390C. (Waspadji, 1996).

2.1.2 Etiologi

Penyebab utama terjadinya demam yaitu Infeksi virus, bakteri, fungus dan

parasit lainnya. Hal ini merupakan penyebab demam yang utama (Munandar, 1979).

Demam dihasilkan oleh pirogen endogen yang bekerja pada mekanisme

pengatur suhu tubuh di sistem saraf pusat. Pirogen terpenting yang bertanggung

jawab atas demam adalah interleukin 1. Produksi hasil bakteri, virus, serta jamur

merangsang pelepasan interleukin 1 dari makrofag, serta juga produksi sitokin-sitokin

lain, sehingga menghasilkan demam dan manifestasi lain respon radang (Rudolph,

2006).

2.1.3 Gejala Febris

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada

fase demam meliputi:

Fase 1 awal ( dingin/ menggigil)

Tanda dan gejala

a. Peningkatan denyut jantung

b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot

d. Peningkatan suhu tubuh

e. Pengeluaran keringat berlebih

f. Rambut pada kulit berdiri


g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)

Tanda dan gejala

a. Proses mengigil lenyap

b. Kulit terasa hangat / panas

c. Merasa tidak panas / dingin

d. Peningkatan nadi

e. Peningkatan rasa haus

f. Dehidrasi

g. Kelemahan

h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)

i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)

Tanda dan gejala

a. Kulit tampak merah dan hangat

b. Berkeringat

c. Mengigil ringan

d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).

1.1.4 Diagnosis

Pada dasarnya harus diperhatikan untuk mencapi ketepatan diagnosis

penyebab demam, antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,

pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi


pemeriksaan laboratorium, serta penunjang secara tepat dan holistic (Rahmasnyah,

2010).

2.2 Penatalaksanaan Febris

Pada saat demam ini, terdapat beberapa cara-cara untuk penatalaksanaannya.

Cara penatalaksanaan ini di bagi menjadi 2 yaitu dengan obat atau metode

farmakologi dan non-obat atau metode terapi. Dalam memberikan penanganan secara

obat, penderita dapat diberikan parasetamol karena parasetamol ini adalah suatu obat

antipiretik yang sifatnya dapat mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun

harap diperhatikan bahwa obat ini hanya mengurangi gejala penyakit dan bukan

untuk mengobati penyakit. Selain itu ada juga asetosal selain fungsinya sebagai

analgesik atau pengurang rasa nyeri juga sebagai penurun demam yang merupakan

salah satu gejala suatu peradangan atau infeksi (Aziz, 2008).

Penatalaksanaan febris atau demam menurut (Shvoong, 2010), untuk

menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan

cara di kompres :

1. Menyiapakan air hangat

2. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke

seluruh tubuh

3. Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering)

4. Mengeringkan tubuh dengan handuk

5. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati


Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh

karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan

dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila

demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan

obat penurun demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat

penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut (Nita, 2004).

2.3 Pengobatan Febris

Pengobatan febris atau demam dapat menggunakan obat diantaranya yaitu

sebagai berikut :

1. Paracetamol (para acetoaminophenol)

Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat

ini aman untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat

ini dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan

fungsi hati. Efek samping obat (ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat

memperbaiki keadaan umum anak dan ESO akan berangsur-angsur hilang sehingga

kondisi anak kembali normal.

Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis parasetamol

berdasarkan BB. Jenis obat yang mengandung parasetamol sangat banyak seperti

Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-

15 mg/kg berat badan (BB) per kali pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari.

Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya berkonsultasi dengan

dokter atau apoteker.


Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau pada anak

dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada anak

dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak usia diatas

12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan suppositoria sama

efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur) diberikan bila pemberian oral tidak

memungkinkan, contohnya anak dengan muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar.

2. Ibuprofen

Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam

membandel yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang

disertai dengan peradangan.

Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian, maksimal 40

mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen antara lain Proris,

Rhelafen, Fenris, Bufect, dll (Anonim, 2009).

Dalam memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung alkohol,

karena beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai

campurannya (Anonim, 2009).

2.4 Tinjauan Tentang Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

disuatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis

dinas kesehatan pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya


kesehatan Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada

di Puskesmas (Adi, 2010).

Fungsi Puskesmas yaitu untuk:

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

3. Pelayanan Kesehatan Perorangan

4. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Adi, 2010)

2.4.1 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan, tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,

maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (Suryanto, 2012).

2.4.2 Manajemen Puskesmas

Untuk dapat terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas secara optimal,

tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas yang

meliputi :

1. Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas meliputi penyusunan Rencana Usulan

Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action

(POA) Tahunan, dan POA Bulanan. Perencanaan dilakukan secara menyeluruh


dengan memanfaatkan seluruh sumber anggaran, baik dari APBD, BOK maupun

sumber anggaran lainnya.

2. Setelah RUK disetujui oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Puskesmas

menyusun RPK/POA Tahunan pada awal tahun berjalan. RPK/POA Tahunan

merupakan dokumen perencanaan Puskesmas yang berisi rencana kegiatan untuk

mencapai target yang akan dicapai selama satu tahun di wilayah kerjanya.

3. RPK/POA Tahunan dibahas pada forum Lokakarya Mini Puskesmas yang

dilaksanakan secara berkala untuk menghasilkan POA Bulanan. Rencana kegiatan

pada POA Bulanan dapat berbeda dengan rencana kegiatan pada RPK/POA

Tahunan, karena disesuaikan dengan kebijakan dan atau kondisi/permasalahan

terkini yang terpantau melalui PWS (Pemantauan Wilayah Setempat), (Kemenkes,

2013).

2.5 Profil Puskesmas Paguyaman

Puskesmas Paguyaman terletak di Kecamatan Paguyaman Kabupaten

Boalemo Provinsi Gorontalo. Puskesmas Paguyaman memiliki luas wilayah 928 km2

yang terdiri dari daratan, persawahan, pengunungan sebagai berikut:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Puskesmas Berlian

Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Boliyohuto Kab Gorontalo

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Paguyaman Pantai

Sebelah barat : Berbatasan dengan Puskesmas Bongo Nol

Paguyaman Medical Center kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo

dewasa ini melaksanakan pembangunan disegala bidang terutama bidang peningkatan


kesehatan wajib dan kesehatan pengembangannya. Bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada

kualitas sumber daya manusia (SDM).

Secara administratif Puskesmas Paguyaman telah mengalami kemajuan dan

perubahan yang signifikan baik segi pelayanan kesehatan dasar termasuk peningkatan

Pustu menjadi puskesmas induk hal ini telah beberapa kali terwujud oleh tuntutan

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga Puskesmas

Paguyaman merespon upaya tersebut. Setelah menjadi daerah baru Provinsi

Gorontalo dan kabupaten Boalemo. Melahirkan atau meningkatkan status pustu

menjadi Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Paguyaman Pantai, Puskesmas Bongo

Nol dan tahun 2009 bertambah menjadi Puskesmas Berlian.

Puskesmas Paguyaman memiliki wilayah kerja sebagai berikut:

No Kecamatan Puskesmas Nama desa Jumlah penduduk Total


Laki-laki perempuan
1 Paguyaman Paguyaman Tangkobu 933 1034 1967
Rejonegoro 692 757 1449
Sosial 780 790 1570
Molumbulahe 1097 1112 2209
Kuala lumpur 829 799 1629
Wonggahu 1472 1524 2996
Tenilo 698 679 1377
Hulawa 542 543 1085
Balata jaya 539 574 1113
Girisa 531 571 1102
Karya murni 375 448 823
Jumlah 8488 8831 17.319
2.5.1 Visi dan Misi Puskesmas Paguyaman

Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang berlandaskan 4 pilar yakni

Indonesia sehat 2015, Propesionalisme, desentralisasi, dan jaminan pemeliharaan

kesehatan masyarakat, Maka Puskesmas Paguyaman memiliki Visi dan Misi sebagai

dasar pelayanan kesehatan masyarakat yaitu:

1. Visi

‘’PMC Terbaik Dan Terunggul di Provinsi Gorontalo dalam Memberikan

Pelayanan Kesehatan Dasar’’.

2. Misi

1. Meningkatkan profesionalisme SDM kesehatan

2. Memantapkan manajemen Puskesmas

3. Meningkatkan dan memantapkan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangannya

4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

5. Meningkatkan peran lintas sektor kecamatan

2.5.2 Tenaga Kesehatan

Puskesmas Paguyaman memiliki tenaga kesehatan sebanyak 64 orang yang

terdiri dari Dokter umum 2 orang, Dokter gigi 1 orang, Perawat 17 orang, Perawat

gigi 1 orang, Bidan 13 orang, Tenaga gizi 6 orang, Apoteker 2 orang, Sanitasi 3

orang, Tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 6 orang, Administrasi 5 orang, Sopir

2 orang, Cleaning service 4 orang, dan Juru masak 2 orang.


2.6 Rekam Medis

Rekam medis adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan

kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik (Siregar dan Amalia, 2013)

sedangkan menurut (Permenkes, 2008) Rekam medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan,

dan pelayanan yang di berikan kepada pasien.

Isi rekam medis untuk pasien rawat inap pada sarana pelayanan kesehatan

sekurang – kurangnya memuat :

1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesis, mencakup sekurang–kurangnya keluhan dan riwayat penyakit

4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik

5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan

7. Pengobatan atau tindakan

8. Persetujuan tindakan bila diperlukan

9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobtan

10. Ringkasan pulang (Discharge summary)

11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan ksehatan

12. Pelayanan lin yang di lakukan oleh tenaga kesehatan tertentu : dan
13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontograam klinik (Permenkes,

2008).

Suatu rekam medis yang lengkap, jika mencakup data identitas dan sosiologis;

Sejarah Famili pribadi; sejarah kesakitan yang sekarang; pemeriksaan fisik;

pemeriksaan khusus seperti konsultasi, data laboratorium klinik, pemeriksaan sinar X,

dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja; penanganan medik atau bedah; patologi

mikroskopik dan nyata (gross): kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut; dan

temuan otopsi (Siregar dan Amalia, 2003).

Anda mungkin juga menyukai