Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN FARMAKOLOGI

AKTIVITAS ANTIPIRETIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 2
Nama Anggota Kelompok: 1. Aprina Ferantika (20011023)
2. Arfah Dewi (20011025)
3. Ayub Purnama (20011031)
4. Benni Saputra (20011035)
5. Chenia Nandini (20011039)
KELAS/SHIFT: 2020C/1
DOSEN PENGAMPU: 1. Apt. Fitratul Wahyuni M.Farm
2. Apt. Ifora, M.Farm
3. Syamsi Kahirani, S.Si
ASISTEN DOSEN: 1. Alfarhan tri putra (19011111)
2. Arya putra (19011107)
3. Clara Alta Fanta (19011034)
4. Dwi suci julianti (19011035)
5. Ego medya unggul (19011076)
6. Putri nova susanti (20012016)
7. Silmi kaffah (19011120)
8. Thesa helmalia putri (19011024)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM) PADANG
2022/2023
Pratikum Objek 6

Aktivitas Analgetik

I. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menghitung dosis antipiretik untuk hewan uji.


2. Mahasiswa mampu mengukur deman pada hewan uji melalui rektal.
3. Mahasiswa mampu menghitung penurunan suhu pada mencit

II. Teori

Demam merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu di atas


normal. Bila diukur pada rectal sushunya mencapai > 38˚C, jika diukur pada oral,
suhunya di atas 37,8˚C dan jika diukur melalui aksila suhunya di atas 37,2˚C (99˚F).
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang,
misalnya terhadap toksinbakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila
produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi
maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah
melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh.

Demam terjadi sebagai bentuk respon terhadap rangasangan pirogenik,


maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang
dikenal sebagai pirogen endogen IL-1 (Interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis
Factor α), IL-6 (Interleukin 6), INF (Interferon) yang bekerja pada pusat
termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Hipotalamus
memepertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal.
Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9˚C,
hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37˚C sudah terlalu
dingin untuk sushu tubuh, sehingga organ ini memicu mekanisme-mekanisme
respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh. Rangsangan endogen seperti
eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen
endogen diantaranya, IL-1 dan TNFα, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini
akan bekerja pada system saraf posat tingkat OVLT (Organum Vasculosum
Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nucleus
preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap
sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2
(Cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh yang biasa disebut
dengan istilah demam (Odding, H. A. 2016)

Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon


normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,
bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus.
Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (Overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan system
imun. Pengukuran suhu tubuh melalui rectal cukup akurat karena lebih mendekati
suhu tubuh yang sebenarnya da paling sedikit terpengaruh oleh suhu lingkungan,
namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak-anak (Florencia, R., Herlina, H.,
& Fitrya, F.2018)

Ada beberapa macam demam yang telah diklasifikasikan oleh beberapa ahli
diantaranya yaitu:

1. Demam Septik

Pada setiap demam septic suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali pada ke tingkat di atas normal pada pagi
hari. Demam ini disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
paling tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal maka hal tersebut disebut
sebagai demam hektik.

2. Demam Remiten

Pada tipe demam remiten suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.

3. Demam Intermiten
Pada demam intermiten suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.

4. Demam kontinyu

Pada setiap demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat celcius. Pada tingkat demam yang terus-menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik

Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

Antipiretik merupakan obat yang dapat menurunkan suhu tubuh akibat


demam/suhu yang lebih tinggi. Suhu normal pada manusia berada dikisaran antara
36 – 37˚C. Kebanyakan analgetik juga memberikan efek antipiretik, dan begitupun
sebaliknya antipiretik juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita pasien.
Masing-masing obat tergantung yang mana efek paling dominan. Salah satu contoh
Acetaminofen dan aspirin memiliki efek antipiretik yang lebih dominan ketimbang
efek analgesiknya. Antipiretik termasuk kedalam golongan obat yang memiliki
target menurunkan suhu tubuh.

Antipiretik bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan


mengurangi jumlah PGE2 dalam hipotalamus. Selain itu, leukosit yang teraktivasi
dan sel endotel yang berada disitus inflamasi juga berpotensi sebagai target obat
antipiretik. Antipiretik yang efektif dapat mengganggu pirogenesis yang
berhubungan pada peradangan perifer dengan produksi utama PGE2. Antipiretik
dapat menekan inflamasi perifer atau sinyal pirogenik pusat dan bahkan dapat
mempengaruhi keduanya (Widyasari, R., dkk. 2018)

Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh atau reaksi fisiologi


terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam
bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi, bukan untuk
menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibedakan menjadi dua
garis besar yaitu secara non farmakologi dan secara farmakologi. Akan tetapi,
diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita
dengan umur < 3 bulan dengan suhu rectal > 38˚C, penderita dengan umur 3-12
bulan dengan suhu rectal di atas 39˚C, penderita dengan suhu > 40,5˚C, dan demam
dengan suhu yang tidak turunturun selama 48-72 jam. 2.

Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari penatalaksanaan


demam antara lain:

a. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan


beristirahat yang cukup.
b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah cukup
untuk memberikan rasa nyaman kepada penderita.
c. Memberikan konpres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif
terutama setelah pemberian obat. Jangan memberikan kompres dingin karena
akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti
tubuh.

Terapi Farmakologi Obat-obatan yang sering digunakan dalam mengatasi


demam (antipiretik) adalah paracetamol (Asetaminofen) dan ibuprofen.
Paracetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen
memiliki efek kerja yang lama. Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian
paracetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan karenakan
fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-anak.

Ibuprofen merupakan obat golongan NSAIDs yang tidak selektif karena


menghambat COX-1 dan COX-2 secara reversible serta memiliki efek analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik. Obat ini diabsorbsi secara cepat melalui lambung dan
kadar maksimal dalam plasma dicapai setelah 1- 2 jam dan memiliki durasi terapi
yaitu 4-6 jam. Dosis terapi ibuprofen untuk antipiretik berkisar 200-800 mg tiap 6-
8 jam dengan maksimal dosis 3,2 g perhari. Menurut Badan Pusat Pengawasan Obat
dan Makanan, dosis umum ibuprofen yaitu 200 hingga 250 mg untuk dewasa dan
anak usia 8-12 tahun sedangkan dosis 50 mg untuk anak usia 1-2 tahun dan dosis
100-125 mg untuk anak usia 3-7 tahun 3-4 kali sehari.

Ibuprofen memiliki onset lebih lama dari parasetamol. Obat ini biasanya
digunakan pada anak-anak yang demam dan nyeri akut dengan dosis 5-10 mg/kgBB
setiap 6-8 jam karena memiliki keamanan yang lebih baik dari aspirin dan memiliki
kemanjuran lebih baik dari parasetamol. Selain itu, ibuprofen (dewasa: 200-800 mg
setiap 6-8 jam; pediatrik: 5-10 mg/kgBB setiap 6-8 jam) memiliki efek antipiretik
dan analgesik yang lebih besar pada anak-anak dan orang dewasa dari parasetamol
(dewasa: 500-1000 mg setiap 6-8 jam; pediatrik: 10-15 mg/kgBB setiap 4-6 jam).
Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan ibupforen diantaranya: sakit
kepala, diare, konstipasi, mual, muntah, perdarahan lambung, nyeri abdomen, dan
lain-lainnya (Purnamasari, R., & Tiku, E. 2021)
III. Alat Dan Bahan
Hewan Percobaan: Mencit (3 ekor), berat badan 20-30g

1. Alat
• Batang Pengaduk
• Spuit Oral (Sonde Oral)
• Spuit 1 ml
• Stopwacht
• Thermometer badan
• Timbangan berat badan
2. Bahan
• Alcohol 70%
• Aqua Destilat
• Na.CMC 0,5%
• Asetosal 500mg/KgBB Manusia
• Ibuprofen 400 mg/KgBB Manusia
• Parasetamon 500 mg/KgBB Manusia
IV. Prosedur Kerja

Pastikan alat dan bahan yang akan digunakan sudah lengkap

• Mencit ditimbang berat badannya dan hitung dosis mencit sesuai berat
badannya.
• Periksa temperature awal (ta) mencit dengan menggunakan thermometer
yang sebelumnya telah diolesi dengan vaselin
• Suntikkan pepton 5% secara subkutan sesuai dosis yang telah dihitung
sebelumnya, untuk menginduksi terjadinya demam. Semua hewan uji yang
mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan 1,5 oC dapat
dikategorikan demam.
• Setelah 15 menit, dilakukan pengukuran temperature suhu deman pada
rektal mencit(t0)
• Setelah didaptkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan bahan uji
sesuai prmbagian kelompok yaitu ibuprofen 400 mg/KgBB Manusia secara
peroral sesuai dosis yang telah dihitung.
• Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran
suhu rektal dari menit ke-15, 30, 45 dan menit ke-60 setelah pemberian
bahan uji dengan menggunakan thermometer digital.
• V. Hasil

Dosis lazim: 4mg/70kg BB manusia

• Mencit 1(berat badan: 22,4g)


Perhitungan:
▪ Dosis = DM lazim x faktor koreksi
= 400 x 0,0026
= 1,04 (untuk 20g)
Untuk 22,4g = (22,4/20) x 1,04

= 1,1648

▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 22,4
= 0,224 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x ,104)/0,224
= 464,28 mg
= 0,464 g
▪ % kadar = (0,464/100) x 100%
= 0,464%

• Mencit 2 (berat badan: 23,7g)


Perhitungan:
▪ Dosis = DM lazim x faktor koreksi
= 400 x 0,0026
= 1,04 (untuk 20g)
Untuk 23,7 g = (23,7/20) x 1,04

= 1,2324

▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 23,7
= 0,237 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 1,04)/0, 237
= 438,8 mg
= 0,4388 g
▪ % kadar = (0,4388/100) x 100%
= 0,4388%

• Mencit 3 (berat badan 16,5 g)


Perhitungan:
▪ Dosis = DM lazim x faktor koreksi
= 400 x 0,0026
= 1,04 (untuk 20g)
Untuk 16,5 g = (16,5/20) x 1,04

= 0,858

▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 16,5
= 0,165 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 1,04)/0,165
= 630,303 mg
= 0,6303 g
▪ % kadar = (0,6303/100) x 100%
= 0,6303%
Data pengamatan dan hasil:
Table I :
kelompok Replikasi Rata-rata suhu rektal mencit (0 C) pada menit ke
ta to 15 30 45 60
Kel 1 1 35,8 35,4 36,0 36,3 35,8 34,9
2 37,7 35,6 36,0 36,7 35,4 36,0
3 38,1 38,1 36,8 37,1 35,6 36,3
Jumlah 111,6 109,1 108,8 110,1 106,7 107,2

Rata-rata 37,2 36,3 36,2 36,7 35,5 35,7

Kel 2 1 35,8 36,5 36,4 36,5 36,8 34,8


2 37,6 36,6 36,4 38,3 36,5 36,0
3 37,0 36,4 35,4 36,3 35,7 34,5
Jumlah 110,4 109,5 109,3 111,1 109 105,3

Rata-rata 36,8 36,5 36,4 37,0 36,3 35,1


Kel 3 1 36,6 37,2 37,2 35,2 38,0 36,6
2 36,4 37,0 34,3 36,2 36,7 37,8
3 36,5 36,1 36,9 34,6 36,2 38,2
Jumlah 109,5 110,3 108,4 106 110,9 112,6

Rata-rata 36,5 36,7 36,1 35,3 36,9 37,5

Kel 4 1 37,0 35,0 37,0 36,2 36,1 36,9


2 37,1 36,8 35,4 35,5 37,2 36,7
3 35,4 35,7 36,0 35,6 33,7 33,8
Jumlah 109,5 107,5 108,4 107,3 107 107,4

Rata-rata 36,5 35,8 36,1 35,7 35,6 35,8

Perhitungan:
• T1= suhu 15o-suhu demam
=36,4 – 36,5
=0,1
• T2= suhu 15o – suhu 30o
= 36,4 – 37,0
= 0,6
• T3= suhu 30o – suhu 45o
= 37,0 – 36,3
= 0,7
• T4= suhu 45o – suhu 60o
= 36,3 – 35,1
= 1,2
Table II:
Waktu Menit ke Kelompok perlakuan
1 2 3 4
To Suhu demam 36,3 36,5 36,9 35,8
T1 15 0,07 0,1 0,4 0,30
T2 30 0,44 0,6 0,2 0,36
T3 45 1,14 0,7 0,6 0,09
T4 60 0,17 1,2 0,8 0,14
VI. Pembahasan

Pada pratikum kali ini kami melakukan pratikum mengenai Aktivasi


Antiparetik pada mencit yang bertujuan untuk mebandingkan efek antiparetik dan
untuk memahami dasar - dasar perbedaan efek antiperitik berbagai obat. Pada
praktikum ini dilakukan kepada 3 mencit, digunakan mencit karena mencit
mempunyai metabolisme dalam tubuh yang berlangsung cepat sehingga cocok
digunakan sebagai objek pengamatan dan dapat mempermudah pengamatan.
Sebelum mencit diinduksi berat badan ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui volume pemberian sediaan yang sesuai dengan berat badan mencit
selanjutnya suhu tubuh pada mencit diukur pada suhu normalnya untuk mengetahui
adanya peningkatan suhu atau tidak setelah penyuntikan pepton. pengukuran suhu
tubuh dengan alat thermometer, pengukuran suhu tubuh dilakukan dibagian rektal
karena suhu rektal lebih tinggi 1 derajat dari suhu urin maupun oral. Sebelum di
masukan ke dalam rektal thermometer di oleskan dengan vaselin guna untuk
mengurangi resiko terjadinya lecet pada rektal mencit serta memperlancar
masuknya thermometer.
Pepton merupakan suatu polimer deri asam amino dimana memiliki banyak
sekali ikatan peptide namun, jumlahnya masih lebih sedikit dari protein sehingga
masanya relative cukup besar untuk dapat mengaktivasi system kekebalan tubuh
dimana oleh tubuh pepton dianggap sebagai pirogen eksogen yang merangsang
pagosit untuk membentuk pirogen endogen yang memulai peningkatan sintesis
prostaglandin dan mengatur nilai ambang suhu yang lebih tinggi. Pepton
disuntikkan secara subcutan pada kulit tengkuk. Pemberian pepton secara subcutan
bertujuan agar pepton diabsorbsi dalam waktu yang cukup lama sehingga
memperpanjang kinerja pepton dan menyebabkan kondisi demam pada mencit.
Volume pemberian pepton masing masing mencit sesuai dengan perhitungan yang
sebelumnya telah dihitung.
Setelah diinduksi mencit dibiarkan selama 10 menit guna memberikan
jangka waktu agar pepton dapat aktif dalam tubuh mencit, kemudian suhu mencit
diukur kembali untuk mengetahui apakah mencit demam atau tidak setelah itu
mencit diberi sediaan ibuprofen 400 mg/kg BB secara oral dengan volume
pemberian sediaan sesuai perhitungan yang telah dihitung sebelumnya. sebelum di
beriperlakuan masing masing mencit di timbang berat badanya untuk mengihitung
dosis pemberian selanjutnya dilakukan
Dalam praktikum kali ini digunakan induksi demam yaitu pepton 5%.
Pemberian larutan pepton ini dapat menyebabkan suhu atau demam pada mencit
tersebut dan terjadinya demam tersebut dapat terlihat setelah pengukuran suhu
dengan menggunakan thermometer rektal hal ini disebabkan karena larutan pepton
5% merupakan pirogen eksogen yang dapat meningkatkan setpoint thermostat
hipotalamus sehingga memicu timbulnya kenaikan suhu atau (demam). Demam
merupakan kendali terhadap peningkatan suhu tubuh akibat suhu setpoint
hipotalamus meningkat. Alasan yang paling umum ketika hal ini terjadi adanya
infeksi, kelainan inflmasi dan terapi beberapa obat
Demam terjadi karena terganggunya keseimbangan antara produksi dan
ilangnya panas alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus pada keadaan
demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat
anitipiretik seperti paracetamol, ibuprofen dan asetosal dan demam juga dapat
disebabkan oleh infeksi atau salah satun akibat kerusakan jaringan ,peradangan
,penolakan,pencakokan,adanya tumor ganas atau keadaan penyakit lainnya dan
demam juga merupakan efek samping dari prostaglandin yang
diberikan,prostaglandin juga menghambat demam.
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh
melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada
manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa
derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem
kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih
banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untum melawan infelsi.
Demam selalu menjadi salah satu gejala pertama penyakit infeksi. Demam
merupakan respons alami terhadap infeksi.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih oleh
pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi atau reaksi imun. Pirogen
eksogen dan endogen akan merangsang endotelim hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
thermostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap
suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga memicu
mekanisme vounter seperti memakai selimut. Hal ini menyebabkan peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut. ibuprofen adalah obat
antipiretik yang sering digunakan.
Pengaturan suhu tubuh memerlukan keseimbangan yang akurat antara
pembentukan dan hilangnya panas, hipotalamus mengatur set point sehingga suhu
tubuh dipertahankan. Saat demam set point ini meningkat NSAID mendorongnya
kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh jika suhu
tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan.
Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak di bagian otak dengan yang
disebut diencephalon. Hipotalamus juga sangat penting dalam mengontrol perilaku
internal tubuh tetap konstan. Hipotalamus juga sangat penting dalam mengontrol
perilaku dan memungkinkan Respon yang tepat terhadap berbagai stimulus yang
datang. Hipotalamus secara terus-menerus menerima informasi dari sistem saraf
pusat dan perifer.
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi) hanya menurunkan temperature
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Pada umumnya demam
adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit sendiri. Sejumlah
pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih
dari 37,5oC. Obat tersebut menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat
sintesis prostaglandin tetapi demam yang timbul akibat pemberian prostaglandin
tidak terpengaruh.
Ibuprofen adalah sebagai antiinflamasi,analgesik,dan antipiretik melalui
inhibisi produksi hormone prostaglandin dan menghambat aktivitas enzim
siklooksigenasi I dan II sehingga, terjadi reduksi pembentukan precursor
prostaglandin dan tromboksan selanjutnya akan terjadi penurunan dari sintesis
prostaglandin oleh enzim sintase prostaglandin. Mekanisme kerja ibuprofen
sebagai antipiretik terdiri dari dua aksi yaitu: mengendalikan produksi dan
komponen peptide lainya dari pirogen endogen. Dan menginhibisi secara langsung
produksi pirogen endogen atau interleukin PGE 2 yang diinduksi oleh hipotalamus.
Suhu tubuh mencit mulai meningkat,dan pada menit ke 15,30,45, dan 60,
sedangkan mencit yang di berikan perlakuan menggunakan ibuprofen sebagai
antiparetik,suhu tubuh mencit tersebut terjadi turun naik.hal ini di sebabkan karena
beberapa faktor salah satunya pada pemberian sedian secara oral memperlambat
efek kerja nya obat.karena obat yang di berikan secara oral harus melalui beberapa
proses terlebih dahulu dan memerlukan waktu yang lama untuk memberikan atau
menimbulkan efek pada mencit sehingga efek yang ditimbulkan untuk menurunkan
demam tidak stabil.
Obat antipiretik yang kami gunakan juga mempengaruhi efek sehingga
memperlamabat kerjanya obat. Pengendalian rasa nyeri oleh ibuprofen melibatkan
beberapa mekanisme yang berbeda namun, berhubungan satu sama lainnya. Suhu
demam pada mencit dapat dikatakan demam bila terjadi kenaikan 0,5 dari suhu
awalnya, namun pada pratikum ini suhu terjadi turun naik, hal ini kemungkinan
karena efek obat yang diberikan tidak sesuai dosis atau volume sediaan yang
seharusnya diberikan sehingga efek yang ditimbulkan pun berkurang, penurunan
suhu setelah pemberian ibuprofen terlihan pada menit ke 45 dan ke 60, hal ini
kemungkinan obat yang diberikan secara perorah telah terabsorbsi secara
sempurna. Sehingga suhunya turun meskipun hanya sedikit.
penyimpangan ini terjadinya beberapa faktor yaitu ketika pemberian
penginduksi waktu jeda teralalu lama sehingga efek yang di timbulkan berkurang,
faktor fisologis dari mencit,yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga
kemungkinan mencit stress,waktu penyuntikan ada laruratan yang tumpah sehingga
mengurangi dosis obat yang di berikan , pengambilan larutan yang tidak cocok tidak
sesui volume dosis sedian sehingga dosis sedian yang diambil setiap spuit berbeda
karena larutan yang di buat adalah bentuk sedian suspensi,seharusnya sebelum
pengambilan larutan di kocok terlebih dahulu agar bahan yang di ambil buakan
hanya larutan tetapi juga zat aktif obat tersebut.
VII. kesimpulan

Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa obat antipiretik adalah obat
yang dapat menurunkan demam (kenaikan suhu tubuh dari suhu normal) dengan
mekanisme menghambat prostaglandin. Contoh obat antipiretik yang dipakai pada
percobaan ini adalah ibuprofen dan penginduksi demam yang digunakan adalah
pepton 5%. Penurunan suhu tubuh setelah pemberian sediaan ibipropen terlihat
pada menit ke 45 dan ke menit 60.

VIII. Saran

• Diharapkan praktiakn lebih hati-hati dalam perhitungan dosis


• Diharapkan praktikan lebih hati-hati dalam pemberian sediaan baik secara oral
maupun secara peritonial.
Daftar Pustaka

Florencia, R., Herlina, H., & Fitrya, F. (2018). Uji Aktivitas Antiperetik Ekstrak Biji
Kebiul (Caesalpinia bondul (L.) Roxb.) Terhadap Tikus Putih Jantan Yang
Diinduksi Vaksin DPT-HB (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Odding, H. A. (2016). Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Srikaya
(Annona Squamosa Linn.) terhadap mencit (Mus Musculus)
Jantan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).
Purnamasari, R., & Tiku, E. (2021). Uji Efektivitas Antipiretik Sari Buah Kendur
(Benincasa hispida (Thunb). Cogn) Pada Mencit Jantan (Mus musculus)
Antipyretic Effectivenes Test Of Kundur Fruit Juice (Benincasa hispida
(Thunb). Cogn) On Male Mice (Mus musculus).
Widyasari, R., Yuspitasari, D., Fadli, F., Masykuroh, A., & Tahuhiddah, W. (2018).
Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Daun Sisik Naga (Pyrrosia Piloselloides
(L.) MG Price) Terhadap Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan Galur
Wistar Yang Diinduksi Pepton 5%. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik, 15(01), 22-28.
IX. Dokumentasi Pratikum

Anda mungkin juga menyukai