AKTIVITAS ANTIPIRETIK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 2
Nama Anggota Kelompok: 1. Aprina Ferantika (20011023)
2. Arfah Dewi (20011025)
3. Ayub Purnama (20011031)
4. Benni Saputra (20011035)
5. Chenia Nandini (20011039)
KELAS/SHIFT: 2020C/1
DOSEN PENGAMPU: 1. Apt. Fitratul Wahyuni M.Farm
2. Apt. Ifora, M.Farm
3. Syamsi Kahirani, S.Si
ASISTEN DOSEN: 1. Alfarhan tri putra (19011111)
2. Arya putra (19011107)
3. Clara Alta Fanta (19011034)
4. Dwi suci julianti (19011035)
5. Ego medya unggul (19011076)
6. Putri nova susanti (20012016)
7. Silmi kaffah (19011120)
8. Thesa helmalia putri (19011024)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM) PADANG
2022/2023
Pratikum Objek 6
Aktivitas Analgetik
I. Tujuan
II. Teori
Ada beberapa macam demam yang telah diklasifikasikan oleh beberapa ahli
diantaranya yaitu:
1. Demam Septik
Pada setiap demam septic suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali pada ke tingkat di atas normal pada pagi
hari. Demam ini disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
paling tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal maka hal tersebut disebut
sebagai demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.
3. Demam Intermiten
Pada demam intermiten suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada setiap demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat celcius. Pada tingkat demam yang terus-menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Ibuprofen memiliki onset lebih lama dari parasetamol. Obat ini biasanya
digunakan pada anak-anak yang demam dan nyeri akut dengan dosis 5-10 mg/kgBB
setiap 6-8 jam karena memiliki keamanan yang lebih baik dari aspirin dan memiliki
kemanjuran lebih baik dari parasetamol. Selain itu, ibuprofen (dewasa: 200-800 mg
setiap 6-8 jam; pediatrik: 5-10 mg/kgBB setiap 6-8 jam) memiliki efek antipiretik
dan analgesik yang lebih besar pada anak-anak dan orang dewasa dari parasetamol
(dewasa: 500-1000 mg setiap 6-8 jam; pediatrik: 10-15 mg/kgBB setiap 4-6 jam).
Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan ibupforen diantaranya: sakit
kepala, diare, konstipasi, mual, muntah, perdarahan lambung, nyeri abdomen, dan
lain-lainnya (Purnamasari, R., & Tiku, E. 2021)
III. Alat Dan Bahan
Hewan Percobaan: Mencit (3 ekor), berat badan 20-30g
1. Alat
• Batang Pengaduk
• Spuit Oral (Sonde Oral)
• Spuit 1 ml
• Stopwacht
• Thermometer badan
• Timbangan berat badan
2. Bahan
• Alcohol 70%
• Aqua Destilat
• Na.CMC 0,5%
• Asetosal 500mg/KgBB Manusia
• Ibuprofen 400 mg/KgBB Manusia
• Parasetamon 500 mg/KgBB Manusia
IV. Prosedur Kerja
• Mencit ditimbang berat badannya dan hitung dosis mencit sesuai berat
badannya.
• Periksa temperature awal (ta) mencit dengan menggunakan thermometer
yang sebelumnya telah diolesi dengan vaselin
• Suntikkan pepton 5% secara subkutan sesuai dosis yang telah dihitung
sebelumnya, untuk menginduksi terjadinya demam. Semua hewan uji yang
mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan 1,5 oC dapat
dikategorikan demam.
• Setelah 15 menit, dilakukan pengukuran temperature suhu deman pada
rektal mencit(t0)
• Setelah didaptkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan bahan uji
sesuai prmbagian kelompok yaitu ibuprofen 400 mg/KgBB Manusia secara
peroral sesuai dosis yang telah dihitung.
• Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran
suhu rektal dari menit ke-15, 30, 45 dan menit ke-60 setelah pemberian
bahan uji dengan menggunakan thermometer digital.
• V. Hasil
= 1,1648
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 22,4
= 0,224 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x ,104)/0,224
= 464,28 mg
= 0,464 g
▪ % kadar = (0,464/100) x 100%
= 0,464%
= 1,2324
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 23,7
= 0,237 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 1,04)/0, 237
= 438,8 mg
= 0,4388 g
▪ % kadar = (0,4388/100) x 100%
= 0,4388%
= 0,858
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 16,5
= 0,165 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 1,04)/0,165
= 630,303 mg
= 0,6303 g
▪ % kadar = (0,6303/100) x 100%
= 0,6303%
Data pengamatan dan hasil:
Table I :
kelompok Replikasi Rata-rata suhu rektal mencit (0 C) pada menit ke
ta to 15 30 45 60
Kel 1 1 35,8 35,4 36,0 36,3 35,8 34,9
2 37,7 35,6 36,0 36,7 35,4 36,0
3 38,1 38,1 36,8 37,1 35,6 36,3
Jumlah 111,6 109,1 108,8 110,1 106,7 107,2
Perhitungan:
• T1= suhu 15o-suhu demam
=36,4 – 36,5
=0,1
• T2= suhu 15o – suhu 30o
= 36,4 – 37,0
= 0,6
• T3= suhu 30o – suhu 45o
= 37,0 – 36,3
= 0,7
• T4= suhu 45o – suhu 60o
= 36,3 – 35,1
= 1,2
Table II:
Waktu Menit ke Kelompok perlakuan
1 2 3 4
To Suhu demam 36,3 36,5 36,9 35,8
T1 15 0,07 0,1 0,4 0,30
T2 30 0,44 0,6 0,2 0,36
T3 45 1,14 0,7 0,6 0,09
T4 60 0,17 1,2 0,8 0,14
VI. Pembahasan
Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa obat antipiretik adalah obat
yang dapat menurunkan demam (kenaikan suhu tubuh dari suhu normal) dengan
mekanisme menghambat prostaglandin. Contoh obat antipiretik yang dipakai pada
percobaan ini adalah ibuprofen dan penginduksi demam yang digunakan adalah
pepton 5%. Penurunan suhu tubuh setelah pemberian sediaan ibipropen terlihat
pada menit ke 45 dan ke menit 60.
VIII. Saran
Florencia, R., Herlina, H., & Fitrya, F. (2018). Uji Aktivitas Antiperetik Ekstrak Biji
Kebiul (Caesalpinia bondul (L.) Roxb.) Terhadap Tikus Putih Jantan Yang
Diinduksi Vaksin DPT-HB (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Odding, H. A. (2016). Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Srikaya
(Annona Squamosa Linn.) terhadap mencit (Mus Musculus)
Jantan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).
Purnamasari, R., & Tiku, E. (2021). Uji Efektivitas Antipiretik Sari Buah Kendur
(Benincasa hispida (Thunb). Cogn) Pada Mencit Jantan (Mus musculus)
Antipyretic Effectivenes Test Of Kundur Fruit Juice (Benincasa hispida
(Thunb). Cogn) On Male Mice (Mus musculus).
Widyasari, R., Yuspitasari, D., Fadli, F., Masykuroh, A., & Tahuhiddah, W. (2018).
Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Daun Sisik Naga (Pyrrosia Piloselloides
(L.) MG Price) Terhadap Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan Galur
Wistar Yang Diinduksi Pepton 5%. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik, 15(01), 22-28.
IX. Dokumentasi Pratikum