“DEMAM”
KELOMPOK : B10
ANGGOTA :
ABIE KANZY (1102018281)
JIHAN FAADHILAH (1102018273)
M. BAGUS PRASETYO (1102018274)
FARZA IZATY (1102018275)
MUHAMMAD RAZIF AKBAR (1102018276)
SINTIA PRAMUDIA WARDANI (1102018277)
BIANCA NAILA NAJAH (1102018278)
TAUFAN PUTRA WIDODO (1102018279)
MUHAMMAD PANDU GIRI PRABOWO (1102018280)
WINITA (1102018341)
SKENARIO II
Demam
Seorang anak laki-laki, 12 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan 1 hari
demam. Demam sepanjang hari dan nafsu makan menurun. Buang air kecil dan besar tidak ada
keluhan. Pemeriksaan fisik diperoleh hasil nadi 96 kali per menit, suhu 39 °C, frekuensi
pernapasan 20 kali per menit, thorak dan abdomen tidak ada kelainan, serta tidak terdapat
tanda-tanda perdarahan pada kulit. Dokter memberikan obat penurun panas dan menyarankan
bila demam tidak sembuh dalam 3 hari, pasien diminta datang kembali untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Ibu pasien bertanya ke dokter, apakah pasien boleh berwudlu
karena sedang panas tinggi.
KATA SULIT
Demam : Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal (temperature rektal
> 38 °C ) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus, peningkatan
suhu ini akan berdampak buruk bagi anak bahkan bisa mengakibatkan kejang dan
penurunan kesadaran.
Berwudhu : Bentuk peribadatan kepada Allah Swt dengan mencuci anggota tubuh tertentu
dengan cara yang khusus.
Puskesmas : menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1991, Puskesmas merupakan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesahatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Obat penurun panas : Obat yang dapat menurunkan suhu tubuh agar lebih normal
Denyut Nadi : Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di
pompa keluar jantung
Thorax : Bagian tubuh Antara leher dan diafragma yang dihubungkan oleh iga
Abdomen : Rongga perut
Perdarahan : Keluarnya darah dari pembuluh darah yang terluka
Frekuensi Pernapasan : Intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit dari
dalam ke luar tubuh atau sebaliknya.
PERTANYAAN
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal (temperature rektal > 38 °C )
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus, peningkatan suhu ini akan
berdampak buruk bagi anak bahkan bisa mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran yang
disebabkan oleh Demam infeksi : Terjadi karena virus dan bacteri,Demam non – infeksi :
Terjadi karena adanya tumor,kanker,dan autoimun,dan Fisiologis tubuh : Terjadi karena cairan
tubuh menurun dan suhu udara panas,dengan cara Pirogen terbagi menjadi 2 : Eksogen dan
endogen keduanya merangsang hipotalamu menghasilkan prostaglandin sehingga hipotalamu
menaikkan set point suhu tubuh,ditandai dengan Menggigil,Dingin ,Panas ,Sakit kepala
,Dehidrasi ,dan Berkeringat. Tipe-tipe nya:
- Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali normal saat pagi hari
- Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
- Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
- Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
- Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
Untuk menegetahui penyebab demam dilakukan Pemeriksaan untuk mengetahui adanya demam :
1) Pemeriksaaan Hematologi
- Hb
- LED
- Leukosit
- DIT
- Trombosit
2) Pmeriksaan Urine lengkap
- Pemeriksaan Malaria
- Pemeriksaan SGOT & SGPT
- Pemeriksaan Widal
- Pemeriksaan Tubex TF
- Pemeriksaan Salmonella Paru
- Rontgen paru
dan dapat ditanggulangi dengan Kompres air hangat agar pembuluh darah
bervasodilatasi sehingga panas akan keluar dari tubuh,Minum air putih yang
banyak,dan
Menjaga suhu ruangan.Pandangan islam terhadap bersuci saat demam Boleh ,Karena
masih menyanggupi dalam bersuci atau tidak berdampak pada kesehatan tetapi
Tidak boleh jika membuat penyakit semakin parah.
SASARAN BELAJAR
1 . Seseorang yang kondisi sakitnya tergolong penyakit ringan, yaitu jika tetap berwudhu
menggunakan air tidak menimbulkan perburukan penyakit, serta tidak memperberat rasa sakit
atau akibat buruk lainnya. Yang seperti ini misalnya sakit kepala dan sakit gigi. Begitu pula
bagi mereka yang memungkinkan untuk menggunakan air hangat dan tidak membahayakan
baginya. Maka pada kedua kondisi tersebut tidak diperbolehkan tayyamum. Karena
diperbolehkannya tayyamum adalah untuk menghilangkan kemudharatan sementara tidak
terjadi kemudharatan pada kondisi sakit tersebut. Karena dia mendapatkan air maka wajib
baginya untuk berwudhu.
2. Seseorang yang kondisi penyakitnya dikhawatirkan jika menggunakan air akan menambah
parah sakit pada dirinya atau pada anggota badannya, atau hilangnya manfaat, maka
dibolehkan baginya untuk bertayyamum. Hal ini karena Allah Ta’ala berfirman, :
َ وا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن هّللا َ َك
ً ان بِ ُك ْم َر ِحيما ْ َُوالَ تَ ْقتُل
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu “ (An Nisa’ :29)
3. Jika kondisi sakitnya tidak mampu untuk bergerak dan mengambil air, maka boleh baginya
untuk bertayyamum. Jika dia tidak mampu tayyamum, maka bisa dibantu tayyamum oleh
orang lain. Jika ada najis pada badannya, pakaiannya, maupun tempat tidurnya dan tidak bisa
untuk dihilangkan atau dibersihkan, maka boleh sholat dengan tetap keadaan seperti itu,
karena Allah Ta’ala berfirman,
َ َفَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْست
ط ْعتُ ْم
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu “ (At Taghabun:16).
Tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya dalam kondisi apapun dengan alasan tidak
mampu bersuci atau menghilangkan najis.
4. Seseorang yang memiliki luka atau patah tulang atau bagian yang sakit yang jika
menggunakan air akan memberikan madharat baginya kemudian dia junub, maka boleh
baginya untuk tayyamum berdasarkan dalil sebelumnya. Jika memungkinkan baginya untuk
mandi pada sebagian tubuhnya yang sehat, maka wajib untuk tetap mandi dan tayyamum pada
sisa bagian tubuh yang lainnya.
5. Jika orang yang sedang sakit tidak mendapatkan air maupun debu dan tidak ada yang bisa
membantunya utuk mendapatkan air maupun debu, maka dia tetap shalat dalam kondisi
tersebut dan tidak boleh mengakhirkan shalat, karena Allah Ta’ala berfirman, :
َ َفَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْست
ط ْعتُ ْم
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu “ (At Taghabun:16).
6. Seseorang dengan penyakit tidak bisa menahan kencing atau yang terus mengeluarkan darah
atau tidak bisa menahan kentut dan tidak bisa diobati, maka wajib baginya untuk berwudhu
setiap kali hendak shalat setelah masuk waktunya dan mencuci bagian tubuh dan pakaiannya,
atau menggantinya dengan pakaian yang bersih jika memungkinkan. Allah Ta’ala berfirman :
ِ َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الد
ٍ ِّين ِم ْن َح َر
ج
“Allah sekali-kali tidak menjadikan kesulitan bagimu dalam beragama “ (Al Hajj:78).
Juga firman-Nya (yang artinya),
ي ُِري ُد هّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوالَ ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“ (Al
Baqarah:185).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم
“Jika Aku memerintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian”
Dan hendaknya dia hati-hati menjaga dan mencegah dirinya, pakiannya, dan tempat tidurnya
dari air kencing dan darah.
Dia bisa menggunakan waktu shalat tersebut untuk membaca Al Qur’an sampai waktu
shalat selesai. Jika telah keluar waktu shalat dia harus mengulang wudhu atau bertayyamum
jika tidak mampu berwudhu. Karena Nabi memerintahkan bagi wanita yang istihadhoh untuk
berwudhu pada setiap waktu shalat dan ada padanya darah yang bukan darah haid. Dalam
kondisi seperti itu jika keluar kencing pada waktu tersebut, tidak membatalkan wudhunya
setelah dia berwudhu tatkala masuk waktu sholat.
Jika dia diperban maka diusap pada bagian tersebut tatkala mandi atau wudhu, dan bagian
tubuh yang lainnya tetap terkena air. Namun jika hal tersebut membahayakan dirinya maka
cukup baginya untuk tayyamum saja. Tayyamum batal dengn melakukan hal-hal yang
membatalkan wudhu, adanya kemampuan untuk menggunkan air,atau bisa mendapatkan air
setelah sebelumnya tidak ada. Wallahu waliyyut taufiq.
Mudah-mudahan penjelasan di atas bermanfaat bagi kaum muslimin, terutama yang
sedang ditimpa musibah sakit agar dapat melakukan tata cara bersuci yang benar saat sakit.
Hal ini juga perlu dipahami bagi keluaga pasien dan tenaga medis agar bisa menuntun
pasiennya untuk beribadah.
DAFTAR PUSTAKA
Eko, Yuli. 2011. Analisis Permintaan Masyarakat akan Pusat KesehatanMasyarakat di kota
semarang . Diakses pada tanggal 8 Maret 2019 dengan situs
http://eprints.undip.ac.id/29523/1/jurnal.pdf
Wardiyah, Aryanti. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid
Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang
Alamanda RSUD dr.H.Abdul Moeloek. Diakses pada tanggal 8 Maret 2019 dengan situs
http://malahayati.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Jurnal-Aryanti-Setiawati-Umi-
Romayati.pdf
Ismoedijanto. 2016. Demam Pada Anak. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan situs
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967
Rosinta, 2015. Demam. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan situs
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/5157/06bab2_rosinta_10100111
037_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Mianoka,Adika. 2013. Tuntutan Bersuci Bagi Orang yang Sakit. Diakses pada tanggal 7
Maret 2019 diakses dari https://kesehatanmuslim.com/tuntunan-bersuci-bagi-orang-sakit-2/
THANK YOU