Anda di halaman 1dari 56

Morbus Hansen

Relaps
Oleh :
Bianca Naila Najah-1102018278

Pembimbing :
dr. Evy Aryanti, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN


KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 05 DESEMBER 2022 - 07 JANUARI 2023
01
Laporan
Kaus
Identitas

Nama Tn. C Alamat Gr. Cikarang City

Usia 33 tahun No rekam Medis 165---

Jenis Kelamin Laki-laki Tanggal Laki-laki


Pemeriksaan
Pekerjaan Buruh

Agama Islam

Status Menikah
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien
Anamnesis tanggal 8 desember 2022 pukul 11.00 WIB di ruang
tunggu poli kulit dan kelamin RSUD Kabupaten
Bekasi.

Keluhan Utama Keluhan Tambahan


Terdapat bentol merah di tangan Pasien merasakan badan terasa
panas, nyeri pada bagian benjolan,
yang menyebar ke kaki dan selalu
demam (+). Ketika muncul lesi baru
muncul setiap ½ bulan
Riwayat penyakit Sekarang

Tn. C, laki-laki usia 33 tahun rujukan dari puskesmas cikarang datang ke RSUD
Kabupaten Bekasi dengan keluhan terdapat bentol merah ditangan yang menyebar ke muka sejak 8
bulan yang lalu. Pasien dirujuk atas dasar telah berobat sejak 8 bulan yang lalu namun tidak
kunjung membaik. Di puskesmas pasien diberikan obat prednisone, setelah 3 minggu berobat
keluhan membaik lalu diturunkan dosisnya tetapi keluhan muncul kembali.

Pasien mengeluhkan adanya benjolan baru setiap ½ bulan, pasien merasakan hawa
badan yang panas dan demam setiap muncul benjolan yang baru. Benjolan terasa nyeri ketika
ditekan dan tidak ada rasa gatal maupun baal pada benjolan. Pasien memiliki benjolan terbaru
dibagian muka yang baru muncul 1 hari SMRS, pasien juga mengeluhkan kurangnya nafsu makan.
Riwayat penyakit Sekarang
Pasien merupakan buruh pabrik yang bekerja 3 kali shift dalam sehari sehingga pasien
mudah kelelahan dan hal ini menjadi salah satu faktor timbulnya bentol merah pada tubuh pasien.
Pasien memiliki Riwayat penyakit yang sama 3 tahun yang lalu dengan keluhan adanya kelainan
kulit berwarna kehitaman, tidak bentol dan baal ketika disentuh, BTA kulit pasien (+) pasien rutin
kontrol serta minum MDT dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Riwayat keluarga tidak ada
yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Keluhan lemas dan kelemahan pada anggota
badan disangkal.
Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa • Pasien mengeluhkan hal yang sama 3
tahun lalu, keluhan kulit tidak bentol
dan berwarna hitam pekat, rutin
kontrol ke puskesmas dan sudah
dinyatakan sembuh

Riwayat Autoimun • Disangkal

Riwayat DM • Disangkal

Riwayat Hipertensi • Disangkal

Riwayat Penyakit hati • Disangkal

Riwayat Alergi • Disangkal


Riwayat penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Serupa • Disangkal

Riwayat Autoimun • Disangkal

Riwayat DM • Disangkal

Riwayat Hipertensi • Disangkal

Riwayat Penyakit hati • Disangkal

Riwayat Alergi • Disangkal


Riwayat Pengobatan

• 8 bulan yang lalu pasien datang ke


3 tahun yang lalu pasien mengeluhkan puskesmas dengan keluhan
adanya kelainan kulit berwarna hitam
di muka dan tangan, pasien diberikan adanya bentol kemerahan
MDT, mecobalamin dan ditangan dan diberikan prednisone
metilprednisone. Pasien dinyatakan
sembuh setelah mengonsumsi MDT namun tidak kunjung membaik
selama 12 bulan saat diturunkan dosisnya
Status Generalis
Keadaan Tampak Sakit Pernapasan 20x/menit
Umum Sedang
Spo2 Composmentis
Kesadaran Composmentis

Tanda Vital

Tekanan
Darah

Nadi

Suhu
Pemeriksaan Fisik

Kulit Berwarna putih, ikterik (-) Thorax Paru paru

Kepala Normocephal, rambut warna Inspeksi Normochest, pergerakan dinding


hitam dan tidak mudah dicabut dada simetris, sikatrik (-)

Mata • Konjungtiva tidak anemis Auskultasi • Wheezing (-), Rhonki (-),


• Sklera ikterik (--)
• RCL (+) Jantung
• Rctl (+)
• Eritema palpebra (+) Auskultasi BJ I-II regular, gallop(-), murmur (-
)
Telinga Serumen (-), Nyeri tekan tragus
(-)
Pemeriksaan Fisik

Abdomen Paru paru Ekstremitas


Akral hangat, edema(-), CRT < 2’
Atas
Inspeksi Supel
Ekstremitas Akral hangat, edema(-), CRT < 2’
Palpasi • Hepatomegaly (- Bawah
), Splenomegaly
(-),

Auskultasi Bising usus normal


Status Neurologis

Kanan Kiri
Raba Halus
Ekstremitas Superior Normal Normal
Ekstremitas Inferior Normal Normal
Sensasi Nyeri
Ekstremitas Superior Normal Normal
Ekstremitas Inferior Normal Normal
Gambar 1. Regio Antebrachii Bilateral : Makula dan nodul
eritematosa, multiple, ukuran nummular, sirkumskrip, diskret-
konfluens
Gambar 2. Regio Zygomatica
Regio orbitalis sinistra
Unilateral sinistra : Makula
macula dan nodul
dan eritematosa, multiple,
eritematosa, soliter,
nummular, sirkumskrip,
nummular, sirkumskrip,
diskret dan Regio Nasalis :
diskret
Nodul eritematosa, soliter,
nummular, sirkumskrip,
diskret
Regio Manus Bilateral :
Makula dan nodul
eritematosa, multiple, ukuran
nummular, sirkumskrip,
diskret
Laboratorium 06-12-2022
Laboratorium 06-12-2022

Hematologi
BTA Kulit Telinga kanan BTA -
Telinga kiri BTA -
Lengan kanan 1 BTA -
Lengan kanan 2 BTA -
Lengan kiri 1 BTA -
Lengan kiri 2 BTA -
Resume
Tn. C, laki-laki usia 33 tahun rujukan dari puskesmas cikarang datang ke RSUD
Kabupaten Bekasi dengan keluhan terdapat bentol merah ditangan yang menyebar ke muka
sejak 8 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan adanya benjolan baru setiap ½ bulan, pasien
merasakan hawa badan yang panas dan demam setiap muncul benjolan yang baru. Benjolan
terasa nyeri ketika ditekan dan tidak ada rasa gatal maupun baal pada benjolan. Pasien
memiliki benjolan terbaru dibagian muka yang baru muncul 1 hari SMRS, pasien juga
mengeluhkan kurangnya nafsu makan.
Pasien merupakan buruh pabrik yang bekerja 3 kali shift dalam sehari sehingga pasien
mudah kelelahan dan hal ini menjadi salah satu faktor timbulnya bentol merah pada tubuh
pasien. Pasien memiliki Riwayat penyakit yang sama 3 tahun yang lalu dengan keluhan adanya
kelainan kulit berwarna kehitaman, tidak bentol dan baal ketika disentuh, BTA kulit pasien (+)
pasien rutin kontrol serta minum MDT dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologikus Pada pemeriksaan penunjang didapatkan :
- Regio Antebrachii Bilateral : Makula dan nodul - Darah lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit,
eritematosa, multiple, ukuran nummular, sirkumskrip, MCH, MCHC menurun dan leukosit meningkat
diskret-konfluens - Hitung jenis : Eosinofil menurun, sedangkan laju
- Regio Manus Bilateral : Makula dan nodul eritematosa, endap darah dan monosit meningkat
multiple, ukuran nummular, sirkumskrip, diskret - BTA kulit –
- Regio Zygomatica Unilateral sinistra : Makula dan
nodul eritematosa, multiple, nummular, batas tegas, Pada pemeriksaan neurologis didapatkan :
diskret - Raba halus : tidak terdapat kelainan ekstremitas
- Regio Nasalis : Nodul eritematosa, soliter, nummular, superior inferior dextra sinistra
sirkumskrip, diskret - Sensasi nyeri : : tidak terdapat kelainan ekstremitas
- Regio orbitalis sinistra macula dan nodul eritematosa, superior inferior dextra sinistra
soliter, nummular, sirkumskrip, diskret
D. Banding
• Morbus Hansen relaps
Diagnosa Kerja multibasiler borderline
lepromatosa
Morbus Hansen Relaps • Morbus Hansen relaps
Multibasiler Borderline
tuberkuloid
Lepromatosa
Edukasi
• Tentang penyakit &
reaksi gejala
• Minum obat & kontrol
Tatalaksana • Evaluasi kondisi kulit dan
kekuatan otot
• 2 Kapsul rifampisin • Edukasi tentang obat
300 mg yang tersedia
• 3 Tab. Lampren 100
mg
• 1 Tab. Dapson 100 mg
(hari ke 2-28)
• 1 Tab lampren 50 mg
1 Tab. Dapson 100 mg

Prognosis
• Quo ad vitam : Ad
Bonam
• Quo ad functionam : Ad
bonam
• Quo ad sanactionam :
Ad bonam
02
Tinjauan
Pustaka
Definisi

• Infeksi granulomatosa kronis oleh karena mycobacterium


leprae.
• Meng-infeksi jaringan kulit, mukosa & saraf perifer
• Hilang sensasi kulit
Epidemiologi

Usia
Faktor social 3 thn – 70 thn
ekonomi

Gender Kasus
• Indonesia berada di peringkat ketiga kasus kusta
Laki-laki dan • Os jenis kelamin
terbanyak
perempuan laki-laki
• tahun 2017 mencapai 15.910 Penderita Kusta
seimbang • Usia 30 tahun
• Faktor ekonomi :
menengah
Etiologi : Mycobacterium Leprae

menempel dan menginvasi • Waktu pembelahannya sangat


sel Schwann yang lama, yaitu 2-3 minggu
berhubungan dengan • dapat bertahan sampai
sistem saraf tepi • 9 hari (dalam iklim tropis) di
luar tubuh manusia.

Transmisi diduga terjadi • dapat bertahan pada


melalui rute aerosol, suhu 27-30 C
menyebar ke jaringan dan • masa inkubasi rata-
saraf melalui aliran darah rata 2-5 tahun
Faktor risiko

tinggal di rumah dengan


• Kekebalan tubuh
rendah kepadatan tinggi dengan >2
• Tinggal di daerah orang tidur bersama dalam satu
endemik atau
hiperendemik kusta kamar

Kontak serumah yang • status gizi buruk,


sanitasi buruk atau
tinggal serumah dengan kekurangan air bersih,
kasus indeks kusta dan kesehatan yang
buruk. ketersediaan
multibasiler yang tidak perawatan
diobati
Klasifikasi Ridley Jopling
Klasifikasi
WHO
Kasus

1. Lesi kulit eritematosa


2. Jumlah lesi pada kulit > 5
3. Hapusan sediaan BTA hasilnya negative
4. Pasien tidak ada kelainan sensoris dan
tidak baal pada lesi
5. Distribusi lesi bilateral dextra sinistra

Berdasarkan hal diatas pasien ini termasuk


ke dalam klasifikasi WHO Multibasiler dan
ridley Jopling – borderline lepromatosa
Manifestasi Klinis

1. Makula atau bercak hipopigmentasi dengan


anestesi
2. Makula hipopigmentasi dengan tepi
menimbul dan sedikit eritematosa
3. Infiltrat /plak eritematosa
4. Papul atau nodul
5. Gangguan sensorik
6. Gangguan motoric
7. Gangguan otonom
Manifestasi Klinis
Intermediate Leprosy Lesi tampak datar dan kadang sembuh sendirinya
Tuberculoid Leprosy Lesi tampak datar diantaranya ukuran besar dan
mati rasa,
Borderline tuberculoid leprosy Lesi seperti tuberculoid leprosy tapi lebih kecil
dan banyak
Mid borderline leprosy Plak kemerahan, kadang mati rasa,
pembengkakan kelenjar getah bening
Borderline lepromatous leprosu Lesi jumlah banyak, benjolan, plak, noduldan
kadang mati rasa
Lepromatous Leprosy Lesi mengandung banyak bakteri, rambut rontok,
gangguan saraf, anggota badan melemah, tubuh
deformitas
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis • Riwayat kontak dengan penderita kusta
• Riwayat penyakit
• Waktu pertama kali muncul bercak/keluhan yang dirasa
• Anggota rumah dengan keluhan yang sama
• Berapa lama kontak dengan penderita
• Pernah tinggal di daerah endemis
• Riwayat pengobatan
Pemeriksaan • Bercak kulit eritema atau hipopigmentasi, datar atau
Fisik menimbul, disertai dengan gata. Mengkilap atau bersisik
• Anhidrosis
• Bengkak atau penebalan pada wajah dan cuping telinga
• Lepuh atau luka tanpa rasa nyeri di tangan dan kaki
Diagnosis
Pemeriksaan • Nyeri tekan
fisik • Kesemutan, terusuk tusuk, nyeri anggota gerak
• Kelemahan anggota gerak
• Deformtitas
• Raba halus, nyeri dan suhu
1. Bakterioskopis :
Pemeriksaan
Penunjang 1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

2. Serologi : Pemeriksaan antibody

antibody anti phenolic glycolipid- 1 (PGL-1) , antiprotein 16 kD dan 53 kD, antibodi


anti-lipoarabinomaan (LAM)
Kasus

Pada kasus didapatkan


1. Pasien memiliki Riwayat kusta 3 tahun lalu dan
mengkonsumsi obat MDT selama 12 buan
2. Lesi saat ini yaitu macula dan nodul eritematosa
bilateral dextra dan sinistra
3. Lesi jika ditekan akan menimbulkan nyeri
4. Bta pasien negative
5. Pasien tidak ada kelainan rangsangan sensoris
maupun kelemahan anggota gerak
6. Selama 8 bulan pasien telah mengkonsumsi
prednisone dan tidak kunjung sembuh

Dari penjelasan diatas pasien didiagnosis morbus


Hansen relaps tipe multibasiler
Diagnosis Banding

• Lesi eritem bersisik: psoriasis,


pitiriasis rosea, dermatitis seboroik,
dermatofitosis
• Lesi hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi tanpa skuama:
vitiligo, birth marks.
• Lesi hipopigmentasi dengan skuama
halus: pitirasis versikolor, pitiriasis
alba
• Papul, plak atau nodul:
neurofibromatosis, sarkoma kaposi,
veruka vulgaris, leukemia kutis,
granuloma anulare, tuberculosis kutis
verukosus, xanthomatosis

Lesi plak eritema berbatas tegas,


lesi eritema, vesikel dan krusta,
skuama berlapis
Diagnosis Banding
Morbus Hansen Psoriasis
Lesi biasanya tidak memiliki sisik yang Lesi mungkin memiliki sisik keperakan
mengelupas. yang mengelupas.
Penyakit Lepromatous Hansen Tidak menyebabkan benjolan kulit.
menyebabkan benjolan besar di kulit.
Nyeri cenderung lebih parah. Nyeri cenderung tidak terlalu parah.
Dapat menyebabkan mati rasa di Tidak menyebabkan mati rasa.
sekitar area yang terkena.
Dapat menyebabkan cacat anggota Tidak menyebabkan cacat anggota
tubuh tubuh.
Dapat menyebabkan hilangnya sensasi Tidak menyebabkan hilangnya sensasi
nyeri yang menyebabkan patah tulang, nyeri.
luka bakar, atau cedera lainnya.
Dapat menyebabkan kelemahan otot. Tidak mempengaruhi otot
Kasus

• Pasien tidak memiliki lesi yang bersisik


maupun mengelupas,
• terdapat benjolan kemerahan pada regio
ante brachii dan fascialis serta nasal.
• Pasien tidak merasakan baal atau mati rasa
dan tidak ada kelemahan otot
Reaksi Kusta
episode akut yang timbul di tengah proses perjalanan
penyakit kusta yang kronis

Tipe 1 Tipe 2
Reaksi reversal : Terjadi pada : borderline (BL, Reaksi sering disebut sebagai reaksi ENL
BB, BT), (eritema nodusum leprosum)
tipe tidak stabil, sehingga mudah berubah pada tipe LL dan BL
respons imun seluler berperan penting, yaitu gambaran klinis munculnya nodus di kulit
terjadi peningkatan SIS mendadak
Reaksi terjadi pada masa pengobatan MDT 6 Reaksi ENL dapat terjadi sebelum pengobatan,
bulan pertama saat pengobatan ataupun setelah selesai,
namun banyak terjadi di tahun kedua
pengobatan MDT
bertambah aktifnya sebagian atau seluruh lesi reaksi tipe 2 yang berperan penting adalah
yang sudah ada, munculnya lesi baru dalam respons imun humoral
waktu yang singkat.
nodus eritem disertai nyeri yang terutama
muncul pada kulit lengan dan tungkai
Tatalaksana

Paubasiler Multibasiler
2 kapsul rifampisin @ 300 mg 2 kapsul rifampisin @ 300 mg
1 tablet dapson/DDS 100 mg Pengobatan 3 tablet lampren @ 100 mg
harian : hari ke-2 hingga 28.
1 tablet dapson/DDS 100 mg Satu blister 1 tablet dapson/DDS 100 mg Pengobatan
untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang harian: hari ke-2 hingga 28
diminum selama 6-9 bulan .
1 tablet lampren 50 mg
1 tablet dapson/DDS 100 mg.
Tatalaksan Reaksi Kusta

Berat
Ringan a) Mobilisasi lokal/istirahat di rumah.
b) Pemberian analgesik, sedatif.
a) Berobat jalan, istirahat di rumah c) Mencari dan menghilangkan faktor pencetus.
b) Pemberian analgetic/antipiretik d) Jika dalam pengobatan, MDT tetap diberikan
c) MDT diberikan terus dengan dosis dengan dosis tidak berubah.
tetap e) Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat diobati
d) Menghindari/menghilankan faktor dengan prednisone sesuai skema.
pencetus f) Bila ada indikasi rawat inap Penderita Kusta
dikirim ke rumah sakit.
g) Reaksi tipe 2 berat berulang diobati dengan
prednison dan Klofazimin.
Non Farmakologis
1) Konseling

Memanfaatkan potensi mental pasien


seoptimal mungkin untuk
meningkatkan kualitas penyesuaian
baik dengan dirinya sendiri maupun
lingkungannya.

2) Edukasi Kesehatan

Memberikan informasi Kesehatan


kepada pasien mengenai penyakit
kusta, penyebab, pengobatan dan
disabilitas yang terjadi serta
pencegahan disabilitas
Pengobatan dalam keadaan
khusus
Hamil dan menyusui rejimen MDT standar aman unttuk ibu dan janin.
Tuberculosis Aktif Pengobatan penting untuk dilakukan dalam waktu
bersamaan, berikan anti TB yang pantas untuk
tambahan terapi anikusta multiobat sesuai dengan tipe
kusta nya. Rifampisin lazaim untuk kedua rejimen dan
harus diberikan sesuai dengan dosis tuberculosis
HIV Tidak ada modifikasi, tatalaksana diberikan seperti
pasien lainnya
Pasien menolak klofazimin • Ofloksasin, 400 mg/ hari selama 12 bulan, ATAU
• Minosiklin, 100 mg/ hari selama 12 bulan
tidak dapat menggunakan Tidak dapat konsumsi dapson
rifampisin
Pencegahan : Kemoprofilaksis
Definisi Kriteria
Kemoprofilaksis Kusta 1. tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan
adalah pemberian obat yang hati;
ditujukan untuk pencegahan 2. bukan suspek tuberkulosis;
Kusta 3. bukan suspek Kusta atau terdiagnosis
Kusta;
4. bukan lanjut usia dengan gangguan
kognitif.

Kriteria
1. penduduk yang menetap paling singkat
3 (tiga) bulan pada daerah yang Pemberian Kemoprofilaksis
memiliki Penderita Kusta; Kusta dilaksanakan 1 (satu) kali
2. berusia lebih dari 2 (dua) tahun; dan dapat diulang kembali
3. tidak dalam terapi rifampisin dalam setelah 2 (dua) tahun
kurun 2 (dua) tahun terakhir;
4. tidak sedang dirawat di rumah sakit;
Prognosis
Prognosis kusta tergantung pada beberapa faktor, yang
meliputi: stadium penyakit saat diagnosis, inisiasi pengobatan
dini, akses pasien terhadap pengobatan, dan kepatuhan
terhadap terapi.

Kekambuhan (munculnya kembali penyakit setelah pengobatan


selesai) minimal setelah MDT diterapkan, dan kematian juga
jarang terjadi
Anemia
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer (penurunan oxygen carrying capacity) .!
Klasifikasi anemia dibagi menjadi tiga golongan:
1. Anemia Hipokrom Mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH <27 pg

2. Anemia Normositik Normositik, bila MCV 80- 95 fl dan MCH


27 -34pg
3. Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl
03
Kesimpulan
Morbus Hansen/ kusta/ lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae, gejalanya
merupakan adanya kelainan kulit pada kusta dapat berbentuk , makula atau bercak hipopigmetasi dengan
anestesi, atau makula hipopigmetasi disertai tepi yang menimbul dan sedikit eritematosa, atau berupa
infiltrat/plak eritematosa, atau dapat pula berbentuk papul dan nodul. Kusta menurut WHO diklasifikasikan
menjadi tipe pausi basiler dan multi basiler. Penatalaksanaan kusta dapat diberikan rejimen MDT sesuai dengan
klasifikasinya.
Anemia adalah sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
Tn. C, laki-laki usia 33 tahun rujukan dari puskesmas cikarang datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan
keluhan terdapat bentol merah ditangan yang menyebar ke muka sejak 8 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan
adanya benjolan baru setiap ½ bulan, pasien merasakan hawa badan yang panas dan demam setiap muncul
benjolan yang baru. Benjolan terasa nyeri ketika ditekan dan tidak ada rasa gatal maupun baal pada benjolan.
Pasien memiliki benjolan terbaru dibagian muka yang baru muncul 1 hari SMRS, pasien juga mengeluhkan
kurangnya nafsu makan.
Pasien merupakan buruh pabrik yang bekerja 3 kali shift dalam sehari sehingga pasien mudah kelelahan
dan hal ini menjadi salah satu faktor timbulnya bentol merah pada tubuh pasien. Pasien memiliki Riwayat
penyakit yang sama 3 tahun yang lalu dengan keluhan adanya kelainan kulit berwarna kehitaman, tidak bentol
dan baal ketika disentuh, BTA kulit pasien (+) pasien rutin kontrol serta minum MDT dan sudah dinyatakan
sembuh oleh dokter.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologikus : Regio Antebrachii Bilateral : Makula dan
nodul eritematosa, multiple, ukuran nummular, sirkumskrip, diskret-konfluens, Regio Manus Bilateral : Makula
dan nodul eritematosa, multiple, ukuran nummular, sirkumskrip, diskret, Regio Zygomatica Unilateral sinistra :
Makula dan nodul eritematosa, multiple, nummular, batas tegas, diskret, Regio Nasalis : Nodul eritematosa,
soliter, nummular, sirkumskrip, diskret, Dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan : Darah lengkap :
Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, MCH, MCHC menurun dan leukosit meningkat pada Hitung jenis : Eosinofil
menurun, sedangkan laju endap darah dan monosit meningkat serta BTA kulit negative
04
Daftar
Pustaka
Sewon Kang, M. A. (2019). Fitzpatrick Dermatology. United States: The Mc
Graw-Hill Education.
Ridley, D. S. (1966). Classification of leprosy according to immunity. A five-
group system. International journal of leprosy and other mycobacterial diseases : official
organ of the International Leprosy Association, 255–273.
Kemenkes, R. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Kusta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes, R. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
11 Tahun 2019 Tentang penanggulangan Kusta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Siswanto, T. A. (2020). Neglected Tropical Disease Kusta. Kalimantan Timur:
Mulawarman University Press.
Debra Sullivan, P. M. (2022, February 11). What's the Difference Between
Leprosy and Psoriasis. Retrieved from Healthline: health/psoriasis/leprosy-vs-psoriasis
Prakash, R. M. (2012). Leprosy: An Overview of Pathophysiology. Hindawi
Publishing Corporation, 2.
Bakta, I. M. (2007). Pendekatan Terhadap Pasien Anemia Buku Ajar
Penyakit Dalam.IV. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK.
Bhandari, J., Awais, M., Robbins, B. A., & Gupta., V. (2022). Leprosy. National Library Of
Medicine.
Terimakasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai