Anda di halaman 1dari 69

Laporan Jaga Bedah Vaskuler

Chronic Limb Ischemic grade IV

Oleh:
Arista Safitri
Nurul Afrilla Ridwan

Pembimbing:
Dr. Ramzi Asrizal, Sp.B (K) V

BAGIAN ILMU BEDAH SUB DIVISI BEDAH VASKULER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
2020
IDENTITAS PASIEN
0
Agama
Nama 1
Islam
Ny. J

Usia
52 tahun Alamat
Teluk Kuantan Singingi

No. rekam medis


Jenis Kelamin 01041473
Perempuan
Tanggal MRS
18- 09 - 2020
KELUHAN UTAMA

Jari kaki kanan menghitam disertai nyeri


sejak 2 bulan SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
2 Minggu SMRS
6 bulan SMRS Pasien mengeluhkan jari kaki kanan yang
menghitam dan nyeri. Nyeri terus menerus,
pasien mengeluhkan nyeri pada kaki
kanan dan tungkai bawah kiri. Nyeri juga dirasakan saat istirahat, nyeri dirasakan
dirasakan pada saat pasien melakukan seperti terbakar. Kram (+), mati rasa (+),
aktivitas dan menghilang pada saat pasien mengaku sulit tidur karena nyeri
istirahat. Nyeri menjalar (-), kebas (+),
kram (+), dan pasien merasa sulit tidur
akibat nyeri pada kaki kanan dan
tungkai kiri.

Demam (-), mual-muntah (-),


2 bulan SMRS
BAK (+), BAB (+)
pasien melakukan operasi amputasi
pada tungkai kiri karena tungkai kiri
sudah menghitam.
RPD RPK SOSIAL
EKONOMI

• Belum pernah mengeluhkan


keluhan yang sama
• DM (+) • Tidak ada keluhan • Pasien seorang petani
• Hipertensi (+) yang sama • Merokok (-)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat Operasi
• Alkohol (-)
appendektomi 2 tahun yang
lalu
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign
TD : 188/78 mmHg
RR : 18 x/i
HR: 84 x/I
T : 36,9 0c
BB : 75 Kg
TB : 158 cm
BMI : 30,12 (Obes I)
PEMERIKSAAN FISIK

Ekstermitas atas : DBN


Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
Ekstermitas bawah:
normal normal normal normal status lokalis

kepala dan leher Thorax Abdomen Genitourinarius Ektermitas


Regio pedis dextra
STATUS LOKALIS
Look Palpasi
• Pasien sadar adanya perubahan • Akral dingin , CRT >2 detik
• Pulsasi pada arteri fermoralis, arteri
warna pada kulit popliteal, arteri tibialis posterior dan arteri
• Rambut tungkai bawah rontok, dorsalis pedis teraba halus dan kecil
Kuku menebal • Nyeri tekan (-)
• Ulkus iskemik pada jari kaki 1 ,
ukuran sedang, ditutupi dengan Move
jaringan granulasi yang sedikit, • ABI ( Ankle- Brachial Index) 
dasar luka tulang atau tendon, TDS A. DP = 40
Indeks ABI kanan = = 0,37
tepi tidak beraturan, erosi kulit, TDS A. Brakhialis = 108

sangat nyeri terutama malam Indeks ABI kiri = tidak dapat dinilai
hari
• Gangrene dengan “dry eschar”,
warna kulit menghitam pada
digiti 1 dan 2, nyeri berkurang
DIAGNOSIS KERJA
Susp. Chronic Limb Ischemic
DIAGNOSIS BANDING
1. Venous ulcer
2. Chronic pheriperal angiopathy (diabetic neuropathy)
USULAN TATALAKSANA
Non farmakologi
• Bed rest
• Rawat inap

Farmakologi
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
• Inj. Omeprazole 2 x1 mg
• Inj. Ketorolac 3 X1 mg
• Amlodipin 10 gr
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Radiologi
Darah rutin USG DUPLEX

CT ANGIOGRAPHY

MR ANGIOGRAPHY

ANGIOGRAPHY INVASIF
LABORATORIUM
Kimia Klinik
Darah rutin
Albumin : 3,1 g/dl
Hb : 10,3 g/dl
AST : 11 u/l
Leukosit : 15,63 10x3/ul
ALT : 8 u/l
Trombosit : 581 10x3/ul
GDS : 163 mg/dl
Eritrosit : 3,78 10x6/ul
Ureum : 24,0
Hematokrit : 31,0 % Kreatinin : 0,70

Hitung Jenis Elektrolit


Basofil : 0,4 Na+ : 138 mmol/l
Eosinofil : 0,4 K+ : 3,2 mmol/l
Neutrofil : 52,3 Chlorida : 114 mmol/l
Limfosit : 39,9
Monosit : 7,0

Hemostasis
PT : 15,1 detik
APTT : 30,6 detik
CTA
CTA
DIAGNOSIS AKHIR
Chronic Limb Ischemic grade IV
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
Critical limb ischemia didefinisikan sebagai Cronic limb ischemia adalah
suatu kondisi yang paling parah dari PAD dan diperkirakan sekitar 1%
pasien PAD mengalami kondisi ini

Dengan keadaan medis yang ditandai adanya nyeri iskemik pada saat istirahat yang terjadi
dalam waktu lebih dari dua minggu (ischemic rest pain), luka/ulkus yang tidak sembuh, atau
gangrene pada satu atau kedua kaki yang telah dibuktikan secara objektif mengalami oklusi
pada arteri

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
EPIDEMIOLOGI
Amerika dan eropa

CLI dengan LEAD dan amputasi terjadi


sekitar 500 – 1000/juta/tahun (Eropa), Jenis kelamin
150.000 kasus/ tahun ( Amerika serikat). Laki-laki < perempuan

Usia
Prognosis
20% orang dengan CLI berusia 70
tahun ke atas. Usia 50-69 tahun
• 50% dapat hidup dg 2 extrimitas dengan riwayat merokok dan DM
• 25% mangalami amputasi
ANATOMI
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO

Usia 01 05
Dislipidemia

Diabetes 02 06 Gagal
Aterosklerosi Ginjal
s
Hipertensi 03 07 Hyperhomocysteinemia

Merokok 04 08 Laki –laki

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
KLASIFIKASI

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS

1. Klinsi dari CLI tergantung dari iskemik, infeksi, dan neuropati


2. Iskemik : kondisi ini akan membuat pasien nyeri saat berbaring
sehingga sulit tidur dan sakit saat berjalan
3. Infeksi akan meningkat rasa nyeri meskipun tanpa iskemik yang berat
4. Neuropati biasanya berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
nyeri pada ulkus iskemik

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
ANAMNESIS

Gejala sudah dirasakan > 2


minggu
Sensasi tersebut dirasakan semakin
bertambah dengan elevasi tungkai
“Ischemic rest pain “ nyeri saat istirahat
biasanya dideskripsikan seperti sensasi
terbakar atau seperti rasa dingin yang
tidak nyaman
Lebih nyaman jika menggantungkan
.
kaki di tepi tempat tidur
Mati rasa dan kebas atau
kram
Dapat mengganggu tidur

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
PEMERIKSAAN FISIK
Look
• Pasien sadar adanya perubahan warna pada kulit
• Rambut tungkai bawah rontok, Kuku menebal
• Luka yang awalnya kecil dan tidak sembuh
• Ulkus iskemik pada punggung kaki atau jari kaki ,
ukuran sedang, ditutupi dengan jaringan granulasi
yang sedikit, dasar luka tulang atau tendon, tepi
tidak beraturan, erosi kulit, sangat nyeri terutama
malam hari, bisa menjadi gangren
• Gangrene dengan “dry eschar” atau basah karena
bernanah, warna kulit menghitam, nyeri berkurang
• Kaki yang sangat iskemik menunjukkan rona merah
kehitaman yang khas pada saat kaki menggantung
(iskemik rubor) dan berubah pucat saat di Move
elevasikan Palpasi ABI ( Ankle-
• Akral dingin , CRT >2 Brachial Index)
detik  pemeriksaan
• Pulsasi pada arteri
fermoralis, arteri
konfirmasi
popliteal, arteri
tibialis posterior dan
arteri dorsalis pedis
teraba halus dan kecil

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Kaki yang sangat
iskemik menunjukkan
rona merah kehitaman
yang khas pada
ketergantungan (iskemik
rubor) • Ulkus melubangi
sampai fasia dalam
• ditutupi dengan
jaringan granulasi yang
mininal
• Dasar luka bisa tendon
atau tulang
• Penebalan kuku, nyeri,
pucat,rambut rontok,
kulit kering
Wet gangrene

Dry gangrene
PEMERIKSAAAN PULSASI ARTERI
Arteri Dorsalis Pedis Arteri Popliteal

Arteri Posterior Tibial Arteri Femoral


ANKLE-BRACHIAL INDEX (ABI)
ABI direkomendasikan untuk mendiagnosis pasien yang
dicurigai PAD.

 Pemeriksaan TDS kaki (A. Dorsalis Pedis


(DP) atau A. Tibialis Post (TP) dan TDS
A.Brachilais
Indeks ABI = TDS A. DP atau TDS A. TP
TDS A. Brakhialis
ACC/AHA pemeriksaan ABI dilakukan pada :
• Adaanya gejala Exercetional leg atau luka yang tidak sembuh
• Usia >65 tahun
• Usia >50 tahun yang mempunyai riwayat DM atau merokok.
ANKLE-BRACHIAL INDEX (ABI)

Terkonfirmasi CLI, Jika:


• Tekanan sistolik ankle kurang
dari 50 mmHg atau
• Tekanan sistolik jari kurang
dari 30 mmHg (atau hilangnya
pulsasi a dorsalis pedis pada
pasien DM)
• ABI <0,40

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
PT=Posterior Tibialis
DP=Dorsalis Pedis
ANKLE-BRACHIAL INDEX (ABI)
Kerugian Keuntungan :
• Meningkat pada pembuluh darah • Membantu menegakkan
yang mengeras dan tidak dapat diagnosis dan perfusi
dikompresi seperti pada pasien usia jaringan ekstremitas
lanjut serta penyandang DM dan
• Memonitor manfaat dari
penyakit ginjal
• Tidak dapat melokalisasi letak revaskularisasi
pembuluh darah yang terkena • Murah dan mudah dilakukan
• Normal atau mendekati normal pada
arteri infrapoplitea yang terisolasi.
Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Marie D. Gerhard-Herman, Heather L. 2016 AHA/ACC Guideline on the Management of Patients With Lower Extremity Peripheral Artery Disease: Executive Summary. J
Am Coll Cardiol. 2017 Mar, 69 (11) 1465-1508.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

01 02
Duplex ultrasound Computed tomographic
angiography (CTA)

03 04
Magnetic resonance
angiography (MRA) Angiografi invasif
PEMERIKSAAN PENUNJANG

MRA Angiografi invasif CTA


TATALAKSANA

Tujuan penatalaksanaan CLI :


1. Evaluasi revaskularisasi dan terapi penyembuhan luka dengan tujuan
untuk meminimalisasi kehilangan jaringan dan memelihara fungsi
ekstremitas.
2. Terapi medikamentosa untuk menghindari terjadinya kejadian iskemik
kardiovaskular dan merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan
CLI.
3. Meningkatkan kualitas hidup

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
TATALAKSANA
Intervensi

Amputasi Revaskularisasi

Endovaskuler
medikamentosa
Operasi terbuka

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Revaskularisasi Endovaskuler

Prosesdur percutaneous transluminal angioplasty (PTA)


atau disebut juga angioplasti balon adalah tindakan yang
menggunakan kateter balon untuk menghancurlan plak
sehingga aliran darah kembali normal.

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Selama prosedur ini, kateter yang
dirancang khusus dengan ujung
balon kecil diarahkan ke titik
penyempitan di arteri. Setelah
dipasang, balon dipompa untuk
menekan plak di dinding arteri dan
meregangkan arteri agar terbuka
untuk meningkatkan aliran darah ke
jantung.
Revaskularisasi Endovaskuler
Kelebihan Kekurangan

o Teknik yang mudah o Kontrol rutin pada pasien


o Tingkat keberhasilan secara o Keberhasilan tergantung lokasi lesi
klnis tinggi o Pada lesi TASC C dan D memberikan hasil patensi yang
o Komplikasi rendah rendah
o Dapat dilakukan re-intervensi o Perlunya pemasangan stent pada PTA yang berulang
apabila diperlukan

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Revaskularisasi Endovaskuler

Pemasangan stent atau stenting dilakukan


dengan memasang tabung stent pada arteri yang
mengalami kerusakan untuk menjaga kondisi
lumen arteri.

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Revaskularisasi Endovaskuler
Kelebihan Kekurangan

o Hasil yang efektif dengan o Terjadinya fraktur stent sehingga terjadi restenosis atau
patensi dalam 3 tahun mencapai trombosis sehingga akan terbentuk lesi baru sepanjang
88 %, stent dan lebih panjang dari lesi awalnya
o Jarang terjadi oklusi akut atau o Dibandingkan PTA, stent lebih sering merusak pembuluh
subakut darah kolateral

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Revaskularisasi Endovaskuler
Kelebihan Kekurangan

o Dapat mencegah kegaglan PTA o Terjadi restenosis dan trombosis akibat pathnya
yang berulang stent
o meningkatkan akurasi
pemasangan stent dan patensi
yang lebih baik

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Revaskularisasi Endovaskuler
Prosedur endovaskuler
lainnya :
1. CBA ( Cutting ballon
angioplasty
2. Cryoplasty
3. Excimer laser assited
angioplasty (ELA)
4. aterektomi

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Gambar A menunjukkan tungkai dengan penyakit oklusi arteri infrainguinal parah dan adanya
stenosis dan oklusi multifokal. Bypass vena safena besar segmen tunggal (arteri femoralis
superfisial proksimal ke arteri tibialis posterior distal) mengelak dari stenosis ini dan oklusi.
Gambar B menunjukkan kabel (dikirim melalui selubung) yang telah berhasil melewati beberapa
stenosis dan oklusi. Insets menunjukkan pemasangan stent di arteri femoralis superfisial dan
angioplasti balon dari arteri tibialis posterior.
Revaskularisasi Pembedahan

o Pada iskemia tungkai kritis, potensi hilangnya tungkai dan fungsi


dapat mendukung pembedahan ketika terapi endovaskular tidak
memungkinkan atau tidak berhasil dan pasien memiliki
kelangsungan hidup 2 tahun yang wajar.
o Revaskularisasi pembedahan dilakukan berupa tindakan bypass
pembuluh darah melewati lokasi lesi

1. Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946. doi: 10.1161/CIRCINTERVENTIONS.115.001946. PMID:
26858079; PMCID: PMC4827334.
2. Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Klasifikasi tipe lesi

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Lokasi Lesi Berdasarkan Klasifikasi

1. Okhi T. A review of endovascular options for critical limb ischemia. Endovascular today. 2006:60-6.
2. Arain SA, White CJ. endovascular treatment for critical limb ischemia. Vasc Med J. 2008;13:267-79
Revaskularisasi Pembedahan
Tujuan revaskularisasi bedah
1. Memberikan aliran lurus ke kaki
2. Meningkatkan penyembuhan luka
3. Membatasi tingkat amputasi.
4. Memiliki tingkat patensi jangka panjang yang tinggi (> 90%) dan
dianggap lebih baik daripada pengobatan endovaskular

Risiko revaskularisasi bedah :


1. Infark miokard perioperatif
2. kematian dan stroke yang lebih tinggi daripada
revaskularisasi endovaskular.
1. Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946. doi: 10.1161/CIRCINTERVENTIONS.115.001946. PMID:
26858079; PMCID: PMC4827334.
Revaskularisasi Pembedahan
Prosedur :
revaskularisasi bedah untuk penyakit femoralis atau infrainguinal
1. Endarterektomi femoralis umum
2. Bypass poplitea femoralis

1. Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946. doi: 10.1161/CIRCINTERVENTIONS.115.001946. PMID:
26858079; PMCID: PMC4827334.
Infrainguinal bypass

William D. Frank J. ACS Surgery: Principles and Practice 6 VASCULAR SYSTEM 17 INFRAINGUINAL ARTERIAL PROCEDURES INFRAINGUINAL ARTERIAL
PROCEDURES;2007.
William D. Frank J. ACS Surgery: Principles and Practice 6 VASCULAR SYSTEM 17 INFRAINGUINAL ARTERIAL PROCEDURES INFRAINGUINAL ARTERIAL
PROCEDURES;2007.
BYPASS VS ANGIOPLASTY

Suatu penelitian yang dinamakan BASIL (Bypass versus


angioplasty in severe ischemia of the leg) menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna antara revaskularisasi
endovaskular atau angioplasty dan pembedahan dalam
mengurangi angka amputasi dalam dua tahun, namun
revaskularisasi endovaskular lebih diprioritaskan karena
komplikasi yang lebih rendah.

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Berdasarkan Society for Vascular Surgery (SVS) / International Society for cardiovascular surgery (ISCVS),
Keberhasilan tindakan revaskularisasi dinilai dari antomi, hemodinamik, klinis
1. Anatomi
berhasil jika terdapat <30 % stenosss residual dan pada pemeriksaan selanjutnya didapatkan rekurensi
stenosis <50%
2. Hemodinamik
Berhasil jika nilai ABI >0,10% dibandingkan sebelum dilakukan tindakan atau PVR (pulse volume recording)
distal yang di revaskularisasi > 5 mm dari sebelum revaskularisasi ( untuk pasien dengan pembuluh darah non
compressible)
3. Klinis
Perbaikan paling sedikit 1 gejala klinis. Pasien pada kategori 5 dan 6 (klasifikasi rutherford) harus didapatkan
peningkatan paling sedikit 2 kategori dan oerbaikan gejala kaludikasio

David sacks M, david L. Reporting standards for clinical evaluation of new pheripheral arterial revascularization devices. J vas interv radiol, 2003:9
AMPUTASI

1. Amputasi minor dilakukan pada jari kaki, metatarsal, atau


transmetatarsal
2. memerlukan suplai darah yang cukup ke kaki untuk
memaksimalkan penyembuhan dan biasanya merupakan
bagian dari rencana perawatan untuk gangren atau kehilangan
jaringan setelah revaskularisasi berhasil.
3. Umumnya, amputasi minor tidak membatasi kemandirian
fungsional atau memerlukan prostesis

Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946.
AMPUTASI
1. Amputasi mayor (di atas lutut) dapat membatasi kemandirian fungsional dan
membutuhkan prostesis untuk berjalan.
2. Meskipun mencegah amputasi mayor adalah tujuan utama, amputasi, tapi
indikasikannya adalah untuk revaskularisasi yang gagal, pasien dengan
kehilangan jaringan yang luas atau infeksi, pasien yang tidak cocok untuk
revaskularisasi bedah tanpa pilihan endovaskular, dan pasien yang
berpotensi tidak berjalan.
3. Lebih dari 90% amputasi di atas lutut sembuh, tetapi hanya sekitar 20%
orang yang diamputasi mendapatkan kembali mobilitas penuh dengan
prostesis dibandingkan dengan 60% dengan prostesis di bawah lutut.
4. Faktor-faktor yang terkait dengan penggunaan dan fungsi prostesis yang
buruk setelah amputasi mayor termasuk bertambahnya usia, amputasi
bilateral atau di atas lutut, demensia, dan fungsi yang buruk sebelum
amputasi.

Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946.
PERAWATAN LUKA
Prinsip perawatan luka termasuk meningkatkan perfusi pada anggota tubuh, mengobati infeksi, menghindari
tekanan pada luka, debridemen, dan nutrisi yang cukup.
1. Debridemen jaringan yang rusak atau terinfeksi dengan pisau bedah, kolagenase, mempercepat
penyembuhan luka.
2. Antibiotik mungkin diperlukan untuk mengobati infeksi untuk mencegah osteomielitis. Menghindari
tekanan pada luka Juga membantu penyembuhan luka.
3. Balutan bertekanan negatif (misalnya dengan bantuan vakum) meningkatkan aliran kapiler dan
membantu mengeringkan luka.
4. Suhu tubuh dapat ditingkatkan dengan menggunakan sepatu bot kulit domba (Rooke) dan dapat
meningkatkan aliran kolateral superfisial untuk membantu mengalirkan cairan ke anggota tubuh.
5. Terapi oksigen hiperbarik tidak memberikan keuntungan untuk pencegahan amputasi, tetapi dapat
meningkatkan penyembuhan luka pada diabetes.
6. Pada pasien di mana tidak ada pilihan revaskularisasi, kompresi pneumatik intermiten dapat membantu
penyembuhan luka dan mencegah amputasi mayor. Sampai saat ini, terapi berbasis sel seperti infus sel
mononuklear yang diturunkan dari sumsum tulang tidak mencegah amputasi mayor pada pasien tanpa
pilihan revaskularisasi.

1. Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
2. Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946..
Terapi Farmako dan Pengawasan Medis Setelah
Revaskularisasi
o Komplikasi tindakan endovaskular dan pembedahan CLI karena
trombosis, proliferasi neointimal, atau perkembangan aterosklerosis
menuntut pengawasan ketat pasien oleh petugas dengan keahlian
vaskular akan menyebabkan infeksi oleh MRSA pada graft dan oklusi
akibat kegagalan graf. Surveilans juga mencakup pengobatan secara
intensif faktor risiko aterosklerosis untuk mengurangi risiko tinggi
kejadian kardiovaskular.
o Nyeri iskemik berulang di kaki, kurangnya perkembangan dalam
penyembuhan luka, atau penurunan ABI adalah indikator restenosis atau
oklusi

Kinlay S. Management of Critical Limb Ischemia. Circ Cardiovasc Interv. 2016 Feb;9(2):e001946.
Terapi medikamentosa
 Bukti terapi untuk mencegah trombosis atau restenosis setelah intervensi endovaskular masih jarang
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan antara lain antiplatelet :
1. Aspirin (75-325 mg sekali sehari)
• Diberikan dosis rendah (75-100 mg perhari) biasanya diberikan seumur hidup untuk mencegah trombosis
segmen yang diobati dan penyakit kardiovaskular lainnya.
• Efek samping : gastrointestinal (gastritis erosi,dispesia dan ulkus peptik dengan perdarahan dan
perforasi), 1%-3% resiko perdarahan (resiko meningkat jika di konjugasi kan dengan antiplatelet lain).
2. Clopidogrel (75 mg)
• untuk mencegah oklusi segmen.
• Pada penelitian clopidogrel vc aspirin in patient at risk ichemic (CAPRIE) diberikan clopidogrel 75 mg dan
aspirin 325 mg .
 Nilai antikoagulasi untuk bypass ekstremitas bawah bertentangan dengan beberapa
percobaan yang menunjukkan manfaat aspirin untuk vena autogenous versus saluran
prostetik dan sebaliknya. Mengingat peningkatan risiko perdarahan, sebagian besar ahli
bedah mencadangkan antikoagulasi untuk trombosis graft, atau gangguan hiperkoagulasi.
Tidak ada manfaat menambahkan clopidogrel ke aspirin untuk patensi graft

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Modifikasi faktor risiko
 Pada pasien dengan DM, kontrol gula darah sangat penting untuk mengurangi angka amputasi dan
meningkatkan patensi pembuluh darah setelah revaskularisasi.Menurut american diabetes association
guidlines : hemoglobin A12 dibawah 7 % merupakan tujuan pengobatan pada pasien DM
 Pasien PAD yang berhenti merokok memiliki lebih sedikit kejadian kardiovaskular dibandingkan mereka
yang terus merokok
 Pada pasien dengan dislipidemia , AHA merekomendasikan level kolesterol LDL <100 mg/dl (2.59
mmol/l). Terapi menggunakan statin dapat memperbaiki outcome cardiovaskular dan tungkai pada pasien
dengan PAD, sehingga penggunaan statin diindikasikan pada semua pasien dengan PAD
 Pasien hiperetensi mengkonsumsi obat ACE inhibitor dengan teratur untuk menurunkan risiko kejadian
iskemik kardiovaskular

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014
Komplikasi
• Infark miokard
• Stroke
• Ischemic-Reperfusion Injury
• Sepsis
PROGNOSIS
Dalam satu tahun
1. <45 % hidup dengan kedua kaki
2. 30% tindakan dengan amputasi mayor
3. 25% meninggal karena komplikasi kardiovaskuler
4. Perbandingan kematian karena jantung dengan bukan = 4:1

5 tahun kedepan
5. 75% meninggal
6. 20 % mengalami infark miokard dan stroke

Cronewett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 8th ed. Volume 2. Philaladelphia: Saunders, an imprint of elsevier, Inc ; 2014

Anda mungkin juga menyukai