Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IV


Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja
(Metode: Role Play)

Fasilitator
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 5 A2 2015
Agi Putri Alfiyanti (131511133046)
Elly Ardianti (131511133058)
Heny Oktora Safitri (131511133068)
Asti Pratiwi (131511133069)
Fara Anggita Rosa (131511133104)
Talia Puspita Adianti (131511133118)
Dewita Pramesti S. (131511133125)
Nadia Nur Mar’atush S (131511133137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

23
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja (Metode: Role Play)” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku fasilitator pada mata kuliah Keperawatan
Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya
kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1......................................................................................... Latar Belakang 1
1.2.................................................................................... Rumusan Masalah 2
1.3....................................................................................................... Tujuan 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Promosi Kesehatan................................................................4
2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan ..................................................... 4
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan ....................................................... 4
2.1.3 Fungsi Promosi Kesehatan ....................................................... 5
2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan ...................................................... 5
2.1.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ......................................... 6
2.1.6 Strategi Promosi Kesehatan ..................................................... 6
2.1.7 Jenis Metode Promosi Kesehatan ............................................. 7
2.2. Konsep Promosi Kesehatan Pada Remaja........................................12
2.2.1 Definisi Remaja....................................................................12
2.2.2 Batasan Usia Kelompok........................................................13
2.2.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja.....................................13
2.2.4 Ciri-Ciri Remaja ...................................................................13
2.2.5 Tahapan Remaja ...................................................................14
2.2.6 Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja ........15
BAB III Kasus
Kasus..........................................................................................................18
BAB IV Kesimpulan........................................................................................27
Daftar Pustaka.................................................................................................28
Lampiran 1. SAP Kegiatan................................................................................29

iii
`BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun (WHO). Masa remaja
merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,
psikologis, maupun intelektual. Sifat keingintahuan yang besar, menyukai petualangan, dan
cenderung berani menanggung banyak resiko tanpa didahului oleh pertimbangan yang
matang. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat remaja dapat menghadapi konflik dan
jatuh dalam perilaku cenderung berisiko serta harus menanggung akibat jangka pendek dan
jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik maupun psikososial (Kemenkes RI).

Remaja menghadapi masalah yang kompleks meskipun selama ini diasumsikan


sebagai kelompok yang sehat. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol cukup tinggi
dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) untuk pernah minum akohol
kadang-kadang, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional
RISKESDAS 2007 yaitu sebesar 5.5% (Badan Litbangkes, 2007). Kesehatan reproduksi juga
masih merupakan salah satu masalah kesehatan di usia remaja. Penelitian yang dilakukan
oleh Suwandono, dkk di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, menunjukkan bahwa 65%
orang tua remaja, 83.3% guru sekolah, dan 77.3% remaja mempunyai pengetahuan yang
kurang, dalam hal perkembangan reproduksi remaja, perubahan psikologis dan emosional
remaja, penyakit menular seksual dan abortus. Masalah kesehatan lain yang juga dialami
remaja dan sudah umum terlihat di masyarakat adalah merokok.

Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth
Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar yang
pernah merokok sebesar 33%, sedangkan prevalensi perokok saat ini (perokok tiap hari dan
kadang-kadang) diantara pelajar adalah 22% (Kemenkes RI, 2004). Data dari Susenas 2001
menunjukkan bahwa persentase merokok pada usia 10 tahun ke atas di Jawa Barat adalah
sebesar 31%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%).
Masih dari hasil Susenas 2001, persentase usia mulai merokok tertinggi di Jawa Barat adalah
pada kelompok usia 15 – 19 tahun (62.9%), sedangkan persentase untuk usia mulai merokok
lebih muda, 10 – 14 tahun adalah 5.6%. Sementara data dari GYTS tahun 2009 menunjukkan
proporsi pernah merokok pada laki-laki usia 13 -15 tahun adalah sebesar 57.8% di populasi

1
25
anak sekolah di Jawa dan Sumatra. Faktor risiko perilaku lainnya yang juga berperan dalam
status kesehatan usia remaja adalah pemakaian obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan zat
dan konsumsi minumanberalkohol. Penyalahgunaan obat terlarang masih merupakan salah
satu masalah remaja di Indonesia, yang diketahui erat kaitannya dengan masalah sosial
seperti kejahatan, pengangguran, kesehatan, dan juga masalah ekonomi. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Jakarta, selama bulan Oktober dan
Desember 2000 | 5 menunjukkan bahwa psikopatologi mempunyai hubungan yang bermakna
dengan keparahan penggunaan zat diantara remaja (Gerald, 2001).

Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas
merupakan hasil akhir dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai
moral yang dianut, serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi (IDAI,
2013). Faktor yang menyebabkan munculnya perilaku berisiko pada remaja menurut
Kumpfer Alvarado antara lain yaitu kurangnya sosialasi dari orang tua, lemahnya
pengawasan, kemiskinan, perbedaan budaya, faktor lingkungan, dan teman sebaya. Hasil
survei yang dilakukan WHO di beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik
dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Sementara
informasi mengenai pemeliharaan kesehatan remaja secara benar dan masih sangat kurang.
Penanganan masalah remaja dilakukan melalui kerjasama multi-sektoral dan
multidimensional, dengan intervensi pada aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif
yang komprehensif. Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas
sejak satu dekade yang lalu. Selama lebih dari 10 tahun, program ini lebih banyak bergerak
dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan dan diskusi dengan remaja tentang masalah
kesehatan. Makalah ini akan dibahas lebih detail mengenai promosi kesehatan pada
kelompok remaja sebagai salah satu upaya preventif dan promotif.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari promosi kesehatan ?
1.2.2 Apa tujuan dari promosi kesehatan ?
1.2.3 Siapa saja sasaran dari promosi kesehatan ?
1.2.4 Bagaimana strategi prmosi kesehatan ?
1.2.5 Apa definisi dari remaja ?
1.2.6 Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada remaja ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok remaja ?
1.2.8 Bagaimana promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok ?

2
25
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari promosi kesehatan
1.3.2 Mengetahui tujuan dari promosi kesehatan
1.3.3 Mengetahui sasaran dari promosi kesehatan
1.3.4 Mengetahui dtrategi promosi kesehatan
1.3.5 Mengetahui definisi dari remaja
1.3.6 Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada remaja
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada kelompok remaja
1.3.8 Mengetahui promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok

3
25
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan
kemampuan. Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan
suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Piagam
Ottawa, 1986 dalam Susilowati, 2016).
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada
tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau
gerakan yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Direktorat Promosi
Kesehatan menjadi bagian yang secara khusus membawahi segala
aktivitas promkes atau promosi kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat luas.
(Kemenkes RI, 2011)
Menurut Green (1991) dalam Maulana (2009), tujuan promosi kesehatan terdiri
dari tiga tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan
lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan

4
25
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke
klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan
ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan,
contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja
meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan
2.1.3 Fungsi Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring informasi
langsung dari tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di tingkat
masyarakat dapat menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan
informasi yang kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi
penunjang untuk merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam
program promosi kesehatan selanjutnya.
Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing
dan pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan. Promosi ini dapat berupa kegiatan
lintas program, lintas sektoral ataupun melibatkan berbagai elemen masyarakat, instansi
pemerintah ataupun instansi swasta.
2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 jenis sasaran, yaitu :
a. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan
tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
c. Sasaran Tersier
5
25
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) dengan cara : Memberlakukan kebijakan/ peraturan
perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan
mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat Membantu menyediakan
sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya
PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada
khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.
2.1.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Menurut Keleher, dkk, (2007) terdapat 10 area tindakan promosi kesehatan,
meliputi:
a. Membangun kebijakan kesehatan publik
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
c. Memberdayakan masyarakat
d. Mengembangkan kemampuan personal
e. Berorientasi pada layanan kesehatan
f. Promote social responbility of health
g. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
h. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
i. Meningkatkan kemampuan masyarakat.
j. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
2.1.6 Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, yang didukung oleh bina
suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan.
a. Pemberdayaan, adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS.
b. Bina suasana, adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
6
25
c. Advokasi, adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi.
d. Kemitraan, kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka
atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
2.1.7 Jenis Metode Promosi Kesehatan
Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan
promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus
dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan
disampaikan, keadaan sasaran/penerima informasi (termasuk sosial budaya), dan hal-
hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-
masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan
beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu
metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok atau sasaran individual.
Berikut metode yang sering digunakan dalam promosi kesehatan:
1) Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/ mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari
atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan.
Perorangan disini tidak berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi
mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat bagaimana cara membantunya maka
perlu menggunakan bentuk pendekatan (metode) berikut ini, yaitu:
7
25
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah
klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2) Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
A. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan
metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
 Persiapan: Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah
harus mempersiapkan diri.
- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.

8
25
- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,
slide, transparan, sound system, dan sebagainya.
 Pelaksanaan: Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut:
- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap raguragu
dan gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
- Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA) semaksimal mungkin.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa
orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat
di masyarakat.
B. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan
penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini
mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus
9
25
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau
kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan
berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang
peserta. Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
 Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
 Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
 Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
 Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang
diawali dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi
tanggapan dari peserta. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban
atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh
siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Balling)
Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi
kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang
lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah
lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4

10
25
orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya
sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau
berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. 6) Permainan
Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara
role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa
orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3) Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan
pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran)
masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada
perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau
11
25
melalui media massa. Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa
ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah
satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan
promosi kesehatan massa.
e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke
Posyandu
2.2 Konsep Remaja
2.2.1 Definisi
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja
merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Masa remaja dimulai
dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Masa
remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu
masa menjelang dewasa muda. (Soetjiningsih, 2004).
2.2.2 Batasa Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17
12
25
tahun.Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan
pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada
perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut


Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN
adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat
diketahui bahwa usia remaja pada perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan
usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang
lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

2.2.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja


Ali & Asrori (2006) tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), tugas perkembagan remaja meliputi:

1) Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang
berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di
masyarakat.
2) Mencapai peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan sosial
dan kultural masyarakatnya.
3) Menerima kesatuan organ-organ tubuh/ keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan
menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing
4) Menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di
tengah-tengah masyarakatnya.
5) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan
mulai menjadi “diri sendiri”.
6) Mempersiapkan diri untuk mencapai karir (jabatan dan profesi) tertentu dalam
bidang kehidupan ekonomi.
7) Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku
dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.
2.2.4 Ciri-Ciri Remaja

13
25
Menurut Soerjono Soekanto (1990:52), ciri-ciri remaja apabila dilihat dari sudut
kepribadian sebagai berikut:

1) Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita
tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja,
sehingga perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan.
2) Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih
matang kepribadiannya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu
mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.
3) Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa
walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang.
4) Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomi maupun
politik dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh
orang tua atau sekolah.
5) Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan
identitas.
6) Mengingatkan sistem kaidah atau nilai yang serasi dan kebutuhan atau
keinginannya, yang tidak selalu sama dengan kaidah dan nilai yang dianut oleh
seseorang dewasa.
2.2.5 Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
1) Masa remaja awal/dini (early adolescence): umur 11–13 tahun. Dengan ciri khas :
ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih
banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14–16 tahun. Dengan ciri
khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang
seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17–20 tahun. Dengan ciri khas :
mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai
citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang
jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
14
25
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu
peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan
biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan
walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti
pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada
remaja laki-laki.

2.2.6 Tahap Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja


Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh remaja, antara lain:
1) Masalah emosi pribadi
Pada saat pubertas, terjadi perubahan emosi yang signifikan. Remaja biasanya
menunjukkan emosi yang kuat dan terkadang naik turun sehingga sering
menimbulkan konflik. Pubertas sangat sensitif terhadap emosi dan terkadang mereka
sering menyalahartikan ekspresi atau bahasa tubuh seseorang. Kemudian, remaja
juga lebih sadar diri. Mereka mulai memperhatikan penampilan dibandingkan
setelah mereka dewasa.
Masalah yang terjadi pada perubahan emosi, biasanya adalah konflik yang
dapat terjadi di keluarga, lingkungan sekolah atau teman. Orang tua terkadang
kesulitan berkomunikasi dengan anaknya karena adanya pemahaman yang berbeda
antara keduanya. Belum lagi akibat keinginan orang tua yang terlalu tinggi terhadap
anaknya. Semua itu akan menyebabkan anak merasa tidak didukung dan
diperhatikan oleh orang tuanya.
Masalah emosi lain yang sering timbul adalah emosi dengan lawan jenis. Pada
saat pubertas, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Mereka sudah mulai melihat
lawan jenis dengan penglihatan berbeda. Dengan matangnya organ-organ seksual
pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual.
Masalah tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana
mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya
berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual,
kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
2) Masalah perilaku
Pada saat pubertas terjadi perubahan perilaku pada remaja. Remaja  mencari
cara untuk menemukan jati dirinya. Perilaku negatif sering ditemukan pada remaja

15
25
yang mengalami pubertas. Perilaku agresif seperti berkelahi, mencuri, mengganggu
(bullying) temannya merupakan contoh masalah perilaku negatif pada remaja saat
ini.
3) Masalah kesehatan reproduksi
Remaja mengalami perubahan seks sekunder yang tampak dari perubahan
fisik mereka. Remaja laki-laki sudah bertambah tingginya, pertumbuhan jakun dan
bulu rambut yang muncul, serta pengalaman mereka mengalami mimpi basah
merupakan tanda dari munculnya seks sekunder. Pada remaja perempuan, payudara
yang mulai muncul, bentuk badan yang lebih berlekuk, dan terjadinya menstruasi.
Orang tua harus dapat menjelaskan semua perubahan ini, agar remaja menjadi tidak
malu terhadap dirinya sendiri. Pada masa pubertas, remaja harus diberi penjelasan
mengenai masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya. Perilaku seks
bebas, hamil di luar nikah dan aborsi merupakan masalah yang sering terjadi pada
remaja yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Mereka juga sering
membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. 
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi,
pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset
merokok, dan perilaku makan yang maladaptif (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton,
2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal
munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman,
1999; Thompson et al).
4) Masalah sosial
Remaja mulai memperhatikan kondisi sosial lingkungan sekitarnya. Mereka
mulai merasa pentingnya teman dekat dan terdapat pengaruh teman sebayanya.
Mereka juga sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif.
Konflik sosial antar teman biasanya sering terjadi. Selain itu, rasa hormat terhadap
orang tua juga mulai berkurang dan terkadang seringkali berkata kurang baik ke
orang tua.
Permasalahan penggunaan alkohol dan obat-obatan pada remaja menjadi
sangat memprihatinkan saat ini. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan
mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk
meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun
untuk kompensasi.
16
25
5) Pubertas yang terlalu cepat atau terlambat
Pubertas yang terlalu cepat atau tanda-tanda pubertas sudah muncul sebelum
usia 8 tahun untuk anak wanita dan kurang dari 9 tahun untuk anak laki-laki lebih
sering dikenal dengan pubertas prekoks. Penyebab pasti pubertas prekoks secara
pssti belum dapat di ketahui namun dapat terjadi karena adanya gangguan organ
endokrin, bawaan genetik, gangguan pada otak, gangguan tumor yang menghasilkan
hormon reproduksi.
Pubertas yang terlambat adalah perkembangan pubertas pada umur yang
terlambat yaitu sewaktu remaja berumur 13 tahun pada perempuan dan 14 tahun
pada laki-laki. Pubertas terlambat biasanya disebabkan riwayat pubertas terlambat
dalam keluarga atau karena terdapat penyakit kronis yang mendasarinya.
Penanganan dengan dokter anak harus dilakukan guna memeriksa penyebab
pubertas prekoks maupun pubertas yang terlambat ini.

17
25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus pada Remaja (Pengunaan Rokok)

Di sebuah SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa . Terdapat
300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan. Berdasarkan catatan yang ada pada guru BK,
terdapat beberapa siswa yang mengkonsumsi rokok yang dilakukan oleh mayoritas siswa
laki-laki dari kelas VII sampai kelas IX. Selama ini belum pernah ada kegiatan penyuluhan
mengenai bahaya merokok di SMP tersebut. Saat dilakukan penggeledahan ditemukan ada
siswa yang menyimpan beberapa batang rokok di tas mereka. Setelah dilakukan pengkajian
beberapa diantaranya mengaku hanya mencoba-coba dan ikut-ikutan kakak kelas mereka.
Mereka mengaku mengetahui efek samping dari merokok namun hanya dari mulut ke mulut
dan tidak pernah ada penyulian secara langsung dari pihak sekolah. Siswa juga mengaku
bahwa mereka merokok secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tua dan guru-guru
di sekolah.
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Data inti
1. Data Umum
a. Sejarah Komunitas
Di SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa.
Terdapat 300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan..
b. Luas Wilayah
Luas wilayah SMP X 30 km2
c. Batas Wilayah
Utara : berbatasan langsung dengan masjid An Nur
Selatan : berbatasan langsung dengan perumahan warga
Timur : berbatasan dengan sawah
Barat : berbatasan langsung dengan jalan raya

18
25
2. Demografi
a. Agama
Siswa SMP X mayoritas beragama islam.
b. Pekerjaan
Pelajar
c. Suku
Siswa SMP X mayoritas bersuku Jawa.
d. Data Statistik
Dari 800 siswa terdapat :
1) 300 siswa laki-laki, 23 diantaranya mengkonsumsi rokok.
2) 500 siswa perempuan.
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Jarak sekolah dan rumah para siswa berdekatan. Bangunan sekolah terbuat dari
tembok (permanen). Lantainya terbuat dari tegel, rata-rata di setiap kelas terdapat
jendela, dan pencahayaan sebagian besar terang.
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a. Penyakit terbanyak 3 bulan terakhir yang terjadi di sekolah adalah batuk dan
pilek.
b. Mayoritas siswa SMP X bila sakit memanfaatkan fasilitas kesehatan dari
puskesmas dan bidan setempat.
c. Siswa SMP X belum memanfaatkan Usaha Kesehatan Sekolah sebagai sarana
pelayanan kesehatan.
3. Keamanan dan Transportasi
a. Siswa SMP X menggunakan angkutan umum (becak, angkot), dan jalan kaki
untuk berangkat ke sekolah.
b. Keamanan kesehatan lingkungan di SMP X kurang, karena masih ada oknum
guru yang merokok. Guru merokok di tempat yang terbuka, bisa dilihat siswa-
siswa dan saat jam pembelajaran telah usai. Kebersihan lingkungan sudah
cukup baik.
4. Komunikasi
a. Sebagian besar siswa SMP X menggunakan handphone sebagai sarana
komunikasi meskipun telah dilarang oleh pihak sekolah.

19
25
b. Siswa SMP X mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan secara
langsung dari pihak sekolah terkait bahaya merokok.
5. Rekreasi
Di SMP X memiliki event khusus untuk hiburan siswa yaitu classmeeting yang
diadakan tiap semester.

3.2 ANALISA DATA

No Data Obyektif Data Subjektif Masalah Keperawatan


1. − Terdapat 300 siswa laki- − Siswa yang merokok Perilaku kesehatan
laki di SMP X, 23 mengaku hanya cenderung berisiko
diantaranya
mencoba-coba dan pada anak usia remaja
mengkonsumsi rokok.
− Ditemukan beberapa ikut-ikutan kakak di SMP X [Domain 1.
batang rokok di dalam tas kelas mereka. Promosi Kesehatan,
siswa
Kelas 2. Manajemen
Kesehatan, Kode
00188]

2. -  Mereka mengaku Ketidakefektifan


mengetahui efek pemeliharaan
samping dari kesehatan pada anak
merokok namun usia remaja di SMP X
hanya dari mulut ke [Domain 1. Promosi
mulut dan tidak Kesehatan, Kelas 2.
pernah ada Manajemen
penyuluhan secara Kesehatan, Kode
langsung dari pihak 00099]
sekolah.
 Siswa mengaku
sering melihat
beberapa guru
merokok di tempat
yang dapat dilihat
semua siswa

20
25
3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. D.0099
Kategori: psikologi
Subkategori: Integritas ego
Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat
(mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan
2. D.0117
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah
d.d kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

3.4 Skala Prioritas Masalah


1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis.
Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan
masalah kesehatan
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
Aktual (3) aktual, kurang terpapar
informasi, ketidakadekuatan
dukungan sosial, pemilihan gaya
hidup tidak sehat (merokok).
2. Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di guru, orang tua, serta siswa
rubah : masalah dapat teratasi dan
Rendah (0) kebiasaan merokok siswa dapat
dihentikan.
3. Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Salah pergaulan dapat dicegah
untuk dicegah : dengan memberikan konseling
Cukup (2) yang baik serta memberikan

21
25
contoh yang baik untuk siswa-
siswa.
4. Menonjolnya 2 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual (terjadi)
masalah dan perlu segera ditangani
Harus ditangani (1)
Skor 3 2/3
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d
kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
Aktual (3) aktual, situasi penyerta
memepengaruhi individu, kurangnya
saling mendukung, salah/tidak
pahamnya informasi yang
didapatkan orang terdekat.
2. Kemungkinan 2 0/2 x 2 = 0 Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di anggota keluarga dan guru, masalah
rubah : dapat teratasi
Tinggi (2)
3. Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena guru
untuk dicegah : sebagai role model tidak
Cukup (2) memberikan contoh yang baik.
4. Menonjolnya 2 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual (terjadi) dan
masalah perlu segera ditangani
Harus ditangani (1)
Skor 2 1/3

22
25
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
.
1 D.0099 Tujuan : Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan (5510)
Kategori: psikologi tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat
Subkategori: Integritas ego 3x24 jam, diharapkan perilaku meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat
Diagnosa 2 : Perilaku kesehatan menjadi lebih baik 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup
kesehatan cenderung dengan kriteria hasil: perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok
berisiko b.d pemilihan gaya 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak
hidup tidak sehat (mis. Keseimbangan perilaku yang tidak sehat atau berisiko
gaya hidup
Merokok, konsumsi alkohol (2013) 4. Libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam
perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau
berlebihan) d.d gagal 1. Dapat mencari informasi
modifikasi perilaku kesehatan
melakukan tindakan tentang strategi untuk
5. Manfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk
pencegahan masalah aktivitas hidup yang
meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi
seimbang
kesehatan perilaku kesehatan
2. Ikut dalam aktivitas yang
6. Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan
meningkatkan pengembangan
olahraga , dan lain-lain.
diri
3. Ikut dalam aktivitas yang
Modifikasi perilaku (4360)
sesuai dengan nilai-nilai
1. Tentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan
personal
perilaku
2. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak
diinginkan denga kebiasaan yang diinginkan
3. Dukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri
4. Berikan umpan balik terkait dengan perasaan saat pasien
tampak bebas dari gelala-gejala dan terlihat rileks.
5. Dukung pasien untuk berpartisipasi dalam monitor dan
pencatatan perilaku

1
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
23
Pertemua
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
n ke

1 1 Perilaku Pendidikan kesehatan (5510) S: Siswa menyatakan telah α


1. Mengidentifikasi faktor internal atau
(6 kesehatan mengetahui informasi mengenai
eksternal yang dapat meningkatkan atau
November cenderung mengurangi motivasi untuk berperilaku bahaya merokok
sehat.
2018) berisiko b.d O: Siswa tampak memahami
Respon: Klien dapat mengetahui dan
pemilihan menyebutkan faktor dalam meningkatkan penjelasan yang telah diberikan
atau mengurangi untuk berperilaku sehat
gaya hidup namun belum mau ikut turut
seperti berhenti merokok untuk hidup lebih
tidak sehat sehat serta dalam aktivitas yang
2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan
(mis. meningkatkan kesehatan
gaya hidup perilaku saat ini pada individu,
Merokok, keluarga atau kelompok. A: Kriteria hasil belum tercapai
Respon: Klien mengetahui bahwa gaya
konsumsi P: Lanjutkan intervensi
hidup saat ini tidak baik untuk kesehatan.
alkohol 3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan selanjutnya
untuk menolak perilaku yang tidak sehat
berlebihan)
atau berisiko.
d.d gagal Respon: klien menerima petugas kesehatan
dengan baik dan tetapi masih belum berani
melakukan
menolak ajakan teman-temannya untuk
tindakan merokok.
4. Melibatkan individu, keluarga dan
pencegahan
kelompok dalam perencanaan dan rencana
masalah implementasi gaya hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan.

24
kesehatan Respon: Klien mengatakan bahwa teman-
temannya juga belum memiliki gaya hidup
yang sehat.
5. Memanfaatkan sistem dukungan sosial dan
keluarga untuk meningkatkan efektivitas
gaya hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan.
Respon: klien mengatakan bahwa ia santai
dalam merokok mengingat beberapa guru
juga merokok ditempat yang mereka bisa
lihat.
6. Menekankan pentingnya pola makan yang
sehat, tidur dan olahraga , dan lain-lain.
Respon: Klien mengatakan akan mulai
menerapkan pola hidup sehat.

Modifikasi perilaku (4360)


1. Menentukan motivasi klien terhadap
perlunya perubahan perilaku.
Repon: klien belum memiliki motivasi untuk
berhenti merokok.
2. Mendukung untuk mengganti kebiasaan
yang tidak diinginkan dengan kebiasaan
yang diinginkan.
Respon: Klien terlihat mulai mengurangi
porsi rokoknya, yang awalnya 3 batang
sehari menjadi 1 batang sehari
3. Mendukung klien untuk memeriksa
perilakunya sendiri.
Respon: Klien menyadari bahwa
perilakunya saat ini merugikan bagi
kesehatannya.

3
4. Memberikan umpan balik terkait dengan
perasaan saat pasien tampak bebas dari
gelala-gejala dan terlihat rileks.
Respon: Klien merasa diperhatikan dengan
adanya umpan balik ini.
5. Mendukung pasien untuk berpartisipasi
dalam monitor dan pencatatan perilaku.
Klien menerima petugas dan terlihat
bersemangat dalam menerima penyuluhan

4
BAB 4
KESIMPULAN

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa
dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial. Banyak
permasalahan yang dapat dialami oleh remaja diantaranya: masalah emosi pribadi, perilaku,
kesehatan reproduksi, sosial, pubertas yang terlalu cepat atau terlambat, serta adanya masalah
psikologi. Faktor penyebab masalah- masalah tersebut dapat berasal dari dalam individu anak
tersebut, keluaarga, masyarakat, atau bahkan dari lingkungan sekolah. Untuk melakukan
promosi kesehatan paada remaja, kita perlu menerapkan beberapa pendekatan, metode, serta
media yang sesuai dengan usia sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

drg. Marlina Ginting, M.Kes, dkk. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah
Kesehatan. Jakarta : . Kementrian Kesehatan Indonesia Pusat Promosi Kesehatan

Fertman, Cl., & Allensworth, DD.2010. Health Promotion Program. San Francisco, US : A
Wiley Imprint.

IDAI. 2013. Kesehatan Remaja di Indonesia (online). Diakses dari


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-di-indonesia
pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (online). Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf

pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Puslitbang. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia
(online). Diakses dari
http://www.who.int/ncds/surveillance/gshs/GSHS_2015_Indonesia_Report_Bahasa.p
df pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:


Erlangga.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
Syamsul Bachri Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana
Widyastuti, Y., dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya.
Zayanti, Nina et al. 2017. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah
Diberikan Promosi Kesehatan Mengenai Bahaya Seks Bebas Di Desa Cilayung
(online). JSK, Volume 2 Nomor 3 Maret Tahun 2017. Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/11960-24247-1-PB.pdf pada Selasa, 06 November
2018 pukul 19.00

http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan diakses pada 6 November 2018pukul 14.00


WIB

2
28
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP MELATI

Disusun oleh :
Kelompok 5
A2/2015
Agi Putri Alfiyanti (131511133046)
Elly Ardianti (131511133058)
Heny Oktora Safitri (131511133068)
Asti Pratiwi (131511133069)
Fara Anggita Rosa (131511133104)
Talia Puspita Adianti (131511133118)
Dewita Pramesti S. (131511133125)
Nadia Nur Mar’atush S (131511133137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


29
BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP KUSUMA BANGSA

Tempat : Aula SMP Kusuma Bangsa


Sasaran : Siswa kelas VII-IX SMP Kusuma Bangsa
Hari/Tanggal : Sabtu/ 10 November 2018

3
Alokasi waktu : 45 menit

A. TUJUAN
Meningkatkan pengetahuan peserta tentang bahaya rokok, dampak negatif serta cara
mencegah supaya tidak merokok.
B. MATERI
Pengertian rokok, bahan kimia yang terkandung dalam rokok, dampak negatif dan
upaya pencegahan merokok.
C. METODE
Role play
D. MEDIA
Bermain peran
E. KEGIATAN
Tahap dan
No Kegiatan fasilitator Kegiatan responden
waktu

1. Pendahuluan Pembukaan
10 menit 1. Membuka acara dan salam 1. Menjawab salam dan
2. Perkenalan mendengarkan
3. Kontrak waktu 2. Mendengarkan
4. Menyampaikan tujuan dari 3. Mendengarkan
role play 4. Mendengarkan
2. Kegiatan inti Pelaksanaan
25 menit 1. Pemeranan Role play dari 1. Duduk
perawat. memperhatikan dan
menyaksikan.

3. Penutup 10 1. Evaluasi: Pemberian 1. Mendengarkan


menit edukasi dan penyampaian 2. Menjawab salam
kesimpulan oleh perawat 30
yang bertugas.
2. Menutup dan mengucapkan
salam

4
F. ANTISIPASI MASALAH
1. Perhatian yang kurang dari audience.
2. Pemeran kurang mendalami peran
G. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Ruang kondusif untuk kegiatan
b. Peserta hadir di tempat yang telah ditentukan
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias dan memperhatikan terhadap role play yang diperankan.
b. Ketepatan waktu pelaksanaaan
3. Evaluasi hasil
a. Perawat dapat menjalankan role play dengan baik sesuai dengan yang
diperankan.
b. Peserta memahami tentang bahaya rokok bagi kesehatan

31

5
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Rokok
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan
bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan
lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan
spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Tendra, 2003). Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari
tanaman Nicotiana Tabacum L. Tembakau dipergunakan sebagai bahan untuk sigaret,
cerutu, tembakau untuk pipa serta pemakaian oral. Di Indonesia, tembakau ditambah
cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek,
tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa,
dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembako kunyah).
B. Bahan-Bahan Kimia yang Terkandung di Dalam Rokok
1. Tar
Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatik
polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok
akan menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronchitis, kanker
nasofaring dan kanker paru. 2. Nikotin Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang
merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH
fisiologis, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui
membran sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini
nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat
sehingga di mukosa pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok.
Pada perokok yang menggunakan pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa,
asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan nikotin pada umumnya tidak dalam
bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik melalui mulut.
2. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier,
bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31% nikotin
berbentuk bukan ion dan dapat melalui membran sel. Asap rokok pada umumnya
bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak
dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipih hanya terjadi

6
sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Pada perokok yang menggunakan pipa,
cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5
dan nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan
baik melalui mulut.
3. Karbonmonoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat
terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin akan
membuat haemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya
fungsi haemoglobin sebagai pengangkut 11 oksigen berkurang, sehingga
membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat
menyebabkan kematian (Triswanto, 2007).
4. Timah Hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke
dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat
menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini
masuk ke dalam tubuh (Triswanto, 2007).
C. Dampak Negatif Merokok
Merokok dapat menimbulkan dampak negatif yaitu dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit, seperti:
1. Penyakit paru-paru
Efek dari perokok yang paling pertama merusak organ tubuh akibat asap rokok
adalah paru-paru. Asap rokok tersebut terhirup dan masuk ke dalam paru-paru
sehingga menyebabkan paru-paru mengalami radang, bronchitis, pneumonia.
Belum lagi bahaya dari zat nikotin yang menyebabkan kerusakan sel-sel dalam
organ paru-paru yang bisa berakibat fatal yaitu kanker paru-paru. Bahaya
merokok bagi kesehatan ini tentu sangat beresiko dan bisa menyebabkan
kematian.
2. Penyakit impotensi dan organ reproduksi
Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa mengakibatkan
impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh para perokok. Sebab
kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun tersebut bisa mengurangi
produksi sperma pada pria. Bukan hanya itu saja, pada pria juga bisa terjadi
7
kanker di bagian testis. Oleh sebab itu, sebelum hal itu terjadi maka kurangi
secara perlahan konsumsi rokok Anda. Terutama untuk usia remaja karena efek
bahaya merokok bagi kesehatan remaja yang bisa menyebabkan resiko tidak
memiliki keturunan. Sedangkan pada wanita yang merokok, efek dari rokok
juga bisa mengurangi tingkat kesuburan wanita.
3. Penyakit lambung
Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas otot di bawah
kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar saluran pernafasan bagian
bawah akan lemah secara perlahan sehingga proses pencernaan menjadi
terhambat. Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa dirasakan sampai ke
lambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem pencernaan akan
menyebabkan meningkatnya asam lambung. Jika hal ini dibiarkan terus menerus
maka bukan tidak mungkin akan menjadi penyakit yang lebih kronis seperti
tukak lambung yang lebih sulit diobati.
4. Resiko stroke
Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke, karena efek samping
rokok bisa menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Ketika pelemahan
tersebut terjadi dan kerja pembuluh darah terhambat bisa menyebabkan
serangan radang di otak. Hal itulah yang bisa beresiko terjadi stroke meskipun
orang tersebut tidak ada latar belakang darah tinggi atau penyakit penyebab
stroke lainnya. Penyebab stroke tersebut bersumber dari kandungan kimia
berbahaya seperti nikotin, tar, karbon monoksida dan gas oksidan yang
terkandung dalam rokok. Sehingga bahaya merokok bagi kesehatan terkena
stroke hampir 505 terjadi pada seorang perokok aktif.
D. Upaya Pencegah Merokok
Beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah para remaja tidak
merokok:
1. Memahami apa yang menyebabkan remaja merokok. Harus dipahami betul
mengapa anak mulai merokok, jangan langsung menghakimi. Bisa saja ada
suatu permasalahan dalam diri mereka sehingga mereka memilih rokok sebagai
pelarian. Pahami dahulu alasan mereka merokok lalu mulailah pendekatan agar
bisa dicarikan cara pencegahannya.
2. Selalu ingatkan untuk tidak merokok. Jangan pernah bosan mengingatkan anak
untuk jangan merokok, jauhi rokok karena rokok hanya membawa keburukan.
8
3. Berikan contoh yang baik. Kondusifkan suasana didalam rumah, tak perlu ada
contoh buruk yang berasal dari orang tua. Bila anak merasa nyaman dengan
kehidupan dirumah maka akan semakin menjauhkan mereka dari pengaruh
rokok.
4. Tekankan kalau rokok bisa mengakibatkan kecanduan. Anak harus tahu apa
buruknya bila mereka telah terjangkit rokok. Resiko kecanduan dan penyakit
dalam lainnya senantiasa mengintai bagi siapa saja yang merokok, karena itu
perlu diingatkan tentang bahayanya rokok. Bila remaja sudah mulai merokok
maka hindari yang namanya ancaman pada anak, percayalah kalau ancaman
atau kemarahan terhadap anak justru akan membuat anak semakin tertekan dan
malah mungkin anak akan mulai melangkah lebih jauh dari hanya mencoba
rokok menjadi coba-coba soal narkotika. Bicarakan dengan baik dan tanpa perlu
ada emosi

9
NASKAH ROLE PLAY

Cast :

1. Nadia Nur Mar’atush S sebagai Anton


2. Heny Oktora S sebagai Budi
3. Elly Ardianti sebagai Candra
4. Fara Anggita Rosa sebagai Perawat 1
5. Agi Putri Alfianti sebagai Perawat 2
6. Dewita Pramesti sebagai Bu Guru
7. Talia Puspita Adianti sebagai Perawat 3
8. Asti Pratiwi sebagai Narator

Bu Guru : Selamat siang anak-anak, bagiamana kabarnya hari ini?

Audience : Alhamdulillah sehat bu guru

Bu Guru : Alhamdulillah,……. Anak-anak siang ini kita kedatangan mbak

perawat dari RS. UNAIR, yang akan memberikan wawasan kepada


kalian tentang bahaya dari merokok… baik langsung saja, silahkan
mbak perawat.

Audience : Baik Bu Guru

Perawat 1 : Selamat siang adek-adek perkenalkan kami dari RS.UNAIR ingin


memberikan sedikit wawasan tentang bahaya merokok dengan metode
roleplay. Hari ini kami disini karena kepala sekolah mengajukan
permohonan untuk kami agar adek-adek paham bahaya merokok
karena sebelumnya, kemarin saat penggeledahan ditemukan banyak
anak yang membawa rokok di sekolah. Roleplay ini membutuhkan
waktu sebentar saja ya adek-adek tolong diperhatikan!

Audience : iya Ners

10
Perawat 1 : Kita perkenalan dulu ya (sebutkan siapa berperan sebagai siapa). Baik
kita mulai ya.

Pada suatu pagi yang cerah terdapat segerombolan anak SMP yang sedang kumpul bersama
teman-temanya disebuah warung. Tetapi salah satu diantara mereka sedih karena
mempunyai masalah dengan keluarganya.

Anton : He kenapa kamu dari tadi diam saja? Ada masalah?


Iya nih kenapa kamu diam saja? Gak asik banget. Cerita dong sama kita.
Budi :
siapa tau kita bisa bantu
Aku lagi ada masalah dengan keluarga nih... Lagi kepikiran banget... Lagi
Candra :
gak tenang banget. Ada gak sih obat atau sesuatu yang bisa bikin aku
tenang? Kamu berdua ada usul gak?
Wah kebetulan bro ini aku ada sesuatu yang bisa bikin kamu tenang dan
Anton :
kamu harus coba.
Candra : Apaan emang? Jangan nyuruh aku bunuh diri

Budi : Bukanlah. Santai aja bro nggak nyakitin kamu

Anton : (Nyerahin rokok) ini coba aja pasti kamu tenang. Sedul-sedul nikmat

Candra : Aduh aku takut nyoba ngerokok, ntar aku sakit asmaku kambuh

Budi : Halah gapapa udah coba aja enak kok pasti bikin kamu ketagihan.

Anton : Iyaa coba aja dulu. Kan belum mencoba. Nggak ngaruh sama penyakit lo
Chandra : (Mencoba dan menghisap rokok) huk huk huk ... Aduh sesak dada aku...
uhuk uhuk uhuk
Kenapa kamu? haduh norak gitu aja udah batuk-batuk terus. Ayo sedul
Anton :
lagi…
Budi :
Iya nih gitu aja udah KO. Cemen lu. Gak keren

Chandra : Tolong beneran sakit dadaku... (merintih kesakitan tapi masih diterusin)
Kamu ini minta seneng-seneng, dikasih malah ngomel sakit mulu. Terusin
Anton :
ntar lama-lama bakal biasa
Budi : Iya udah loyo aja. Udah terusin aja deh

Chandra : (menghisap rokok trus batuk2 trus tiba2 pingsan)


Haduh kamu kenapa ? kok pingsan sih. gimana ini .. Kamu sih Budi,
Anton :
maksain dia buat ngerokok..
Budi : Kan kamu juga tadi yang nawarin nerusin, kok jadi nyalahin aku sih.

11
Haduh gimana ini cara bangunin dia
Anton : Udah bawa ke UKS aja. Ayo gotong dia bareng-bareng
Beberapa saat kemudian.......
Setelah sampai di UKS
Anton &
Bu Ners tolong teman saya batuk tidak berhenti-berhenti trus pingsan.
Budi :
Perawat 1 : Ini ada apa ?

Anton : Tolong Bu Ners dia baru mencoba merokok trus tiba-tiba pingsan.
Hah ? merokok ? siapa yang ngajak dia ngerokok? Ayo ini temennya
Perawat 1 :
dibaringkan dulu trus ceritakan kenapa dia bisa seperti itu saya akan
memeriksanya. Ayo bantu saya Ners …… memeriksanya di ruangan !
Perawat 2 : Baik Ners……
Setelah terjadi kejadian tersebut Budi dan Anton kelihatan gelisah.
Kemudian Guru BK mendapat laporan kalau ada siswa yang pingsan dan dibawa ke UKS
karena merokok. Akhirnya Guru BK menemui Anton dan Budi di ruang UKS.

Guru: Anton , Budi mengapa kalian merokok disekolah ? Gimana ini tadi
kejadiannya ?
Budi : Saya ngerokok karena ikut2 an saja Bu Guru. Tadi dia kami paksa untuk
merokok Bu Guru. Soalnya dia lagi ada masalah jadi saya kasih rokok buat
menenangkan hatinya agar tidak sedih lagi.
Guru : Kamu tahu tidak, apa yang kalian lakukan itu salah .. kenapa kalian
memaksa teman kalian untuk merokok .. kalau sudah kejadian seperti ini
siapa yang bingung ? siapa yang takut ? kalian sendiri kan ?
Anton : Iya Bu Guru.. saya juga tidak tau kalau keadaanya bakalan seperti ini.

Beberapa saat kemudian…….Perawat 2 keluar dari ruang tindakan.

Anton & Bagaimana Ners keadaan teman saya ???.


Budi :
Teman kalian sudah tertangani, di riwayat medis dia mengidap penyakit
Perawat 2 :
asma. Keadaanya sudah membaik dengan diberi obat.
Alhamdulillah. Ini tolong Ners diberikan wawasan tentang bahaya
Guru : merokok supaya anak-anak berhenti merokok. Anak-anak ini sudah
kecanduan dan ngajak teman-temennya untuk ikut ngerokok juga.
Anton &
Maafkan kami …..
Budi :
Perawat 2 : Adek-adek kalian masih muda dan masih banyak mimpi-mimpi yang bisa
kalian raih, jadi jauhi rokok ya dek. Orang tua kalian menyekolahkan

12
kalian disini agar masa depannya cerah. Jika kalian merusak masa depan
kalian dg merokok sekarang efek jangka panjang nantinya kalian bisa
terkena penyakit jantung kanker paru-paru, kehilangan suara karena
kanker nasofaring dan masih banyak lagi yang akan merugikan kalian.
Kalian punya media social kan ? coba kalian cari pengelaman orang-
orang yang merokok, mereka jatuh sakit dan merugikan orang yang
mencintai mereka.
Anton & Baik Ners saya akan menguranginya (menjawab dengan pelan dan kepala
Budi : menunduk kebawah).
Merokok itu tidak bias dengan cara dikurangi. Tapi jika memutuskan
Perawat 2 : berhenti merokok demi kesehatan kalian. Kalian harus berhenti seketika
agar tidak tetap kecanduan.
Anton & Oh begitu, ya Ners saya akan berhenti demi kesehatan dan masa depan
Budi : saya

Setelah perawat 2 meninggalkan Anton dan Budi, mereka berpelukan dan berkomitmen tidak
akan merokok lagi demi masa depan dan mimpi-mimpi mereka.

…………………………………………….

Role play finish………………………………………………….

: Baik, roleplaynya sudah selesai adik-adik, bagiamana sudah paham kan


Perawat 3 apa bahaya dari merokok? Coba disebutkan lagi bahaya dari merokok
adek-adek!
Audience : (berpendapat)
Perawat 3 : Iya betul sekali. Jadi merokok itu sangat merugikan bagi kesehatan kita.
Dampak dari merokok pada kesehatan kita yaitu bisa menyebabkan
serangan jantung, stroke, kanker paru-paru, bisa merusak semua organ
tubuh kita, dan bisa membahayakan pada orang lain juga, karena orang
yang tidak merokok, namun menghisap asapnya juga akan memiliki
penyakit yang sama bahkan bisa lebih parah. Untuk itu mari kita jauhi
rokok sejauh-jauhnya dan kita alihkan keinginan kita untuk merokok
dengan memakan permen, puasa, atau melakukan hal-hal positif lainnya

13
supaya kita bisa mencegah diri kita untuk tidak merokok. Bersedia ya
adek-adek semua??
Audience : Bersedia Ners.
Jadi ,yang merokok yang ketahuan atau tidak, mulai hari ini berhenti
ya…. Ingat jauhi rokok. Jika ingin berhenti, berhenti sepenuhnya, bukan
Perawat 3 : dengan mengurangi jumlah rokoknya. OK. Baiklah adek-adek. Untuk itu
cukup sekian pemaparan dari kami semua, apabila banyak kesalahan
kami mohon maaf yang sebesar-besanya. Wassalamualaikum wr wb.
Audience : Waalaikumssalam wr wb.

35

14

Anda mungkin juga menyukai