Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANTICIPATORY GUIDANCE DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN


PADA USIA REMAJA
Mata kuliah : Keperawatan Anak I
Dosen Koordinator : Ns.Sumiati Sinaga,S.Kep,M.Kep.

Disusun oleh kelompok 14


1. Deand Makenedi 1701501501
2. M. Rifki 1703403401
3. Ririn Saniah D.A 1705505501

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSDA
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anticipatory Guidance dan Pencegahan Kecelakaan pada Usia Remaja”.
Selama penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan masukan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada
teman, orang tua, dan dosen yang telah membantu dan membimbing kami sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
semoga yang membaca dapat memberikan kritik ataupun saran untuk memperbaiki
makalah ini agar kedepannya kami dapat lebih sempurna dalam penyusunannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca dan juga dapat
dijadikan acuan terhadap penyusunan makalah-makalah berikutnya

Samarinda, 03 April 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan penulisan ............................................................................................................. 3
1.3 Manfaat .............................................................................................................................. 3
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Perkembangan Remaja................................................................................................. 6
2.2 Anticipatory Guidance (petunjuk antisipasi) ........................................................ 11
2.3 Pencegahan Kecelakaan............................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
3.2 Saran ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 20
LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak.
Mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas
dari berbagai halangan dan tantangan. Dalam rangka membesarkan mereka, sangat
besar perannya terhadap tumbuh kembang anak.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Secara Etimologi, remaja berarti
“tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescene)menurut organisasi kesehatan
dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 18 tahun
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional, perawat mempunyai peran
yang penting dalam membantu memberikan bimbingan dan pengarahan pada orang
tua (anticipatory guidance) untuk menghindari atau meminimalkan terjadinya
kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan pada anak, sehingga setiap fase dari
kehidupan anak yang kemungkinan mengalami trauma dan ketakutan yang abstrak
dapat dibimbing secara bijaksana agar masa emas (golden age) ini dapat berlangsung
dengan baik dan tidak ada penyesalan orang tua di kemudian hari.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Anticipatory Guidance
2. Untuk menguraikan pengetahuan ibu tentang Anticipatory Guidance
3. Untuk mengetahui apa itu Pencegahan kecelakaan
4. Untuk menguraikan cara pencegahan kecelakaan
1.3 Manfaat
1. Sebagai pengemban ilmu pengetahuan mengenai pengetahuan ibu terhadap
anticipatory guidance dan pencegahan kecelakaan pada usia remaja

3
2. Dapat digunakan sebagai pedoman serta sebagai pengetahuan baru tentang
pengetahuan ibu terhadap anticipatory guidance dan pencegahan kecelakaan
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan ibu tentang anticipatory guidance
dan pencegahan kecelakaan
4. Makalah ini bisa dijadikan sebagai literatur untuk makalah sellanjutnya dan
makalah selanjutnya diharapkan bisa menyempurnakan makalah ini

4
BAB II
TELAAH PUSTAKA

Masa anak merupakan masa dimana rasa ingin tahu mereka terhadap
lingkungan sekitar sangat tinggi. Mereka akan mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan menggunakan seluruh panca indra mereka tanpa memperhitungkan
kemungkinan bahaya yang akan timbul sehingga dapat menyebabkan kecelakaan dan
melukai tubuh mereka bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tidak jarang luka yang
diakibatkan karena kecelakaan pada anak ini bersifat menetap dan harus ditanggung
oleh anak sepanjang usianya. Saat anak menginjak usia remaja dimana rasa identitas
dirinya muncul, ia akan menjadi minder karena body imagenya terganggu, akibatnya
anak akan menjadi rendah diri dan dapat membatasi diri dalam pergaulan.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa
ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa
Inggris: adolescence). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan
cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.
Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau
kematangan yang menyertai masa pubertas. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia
remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa
remaja terbagi atas masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun)
dan masa remaja akhir (17-19 tahun) (Depkes Jakarta I, 2010).
Secara Etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi
remaja (adolescene)menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia
antara 10 sampai 18 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut
kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai 24 tahun. Sementara itu menurut The Health

5
Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11
sampai 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun);
remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)yang mencakup usia 10
sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011).
2.1 Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait,
berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan merupakan
suatu proses di mana perubahan-perubahan dalam diri remaja akan diintegrasikan
sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespons dalam menghadapi
rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam tumbuh
kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan
psikososial (Depkes Jakarta I, 2010).
Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi aspek perubahan
fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial.

a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan
saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon pertumbuhan (growth hormone),
hormon gonadotropik (gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta
testosteron.
Aspek perubahan fisik pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perepuan rata-rata
meningkat 3,5-4,2 inci. Berat badan juga meningkat karena ada perubahan otot
pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.

6
2. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang mempengaruhi
karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen pada laki-laki dan estrogen
pada perempuan. Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan
bulu rambut pada pubis dan ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama.
Sedangkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum,
perubahan suara, pertumbuhan kumis dan janggut, meningkatnya aktivitas kelenjar
sehingga menimbulkan jerawat.
3. Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang membesar dan
membidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada
perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan puting
susu yang menjadi lebih menonjol

Beberapa hal penting yang terkait dengan perubahan fisik pada remaja di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital: nadi berkisar antara 55-110x/menit, pernafasan berkisar antara
16 20x/menit, dan tekanan darah berkisar antara 110/60-120/76 mmHg.
2. Berat badan bervariasi, untuk laki-laki terjadi kenaikan 5,7-13,2 kg dan perempuan
4,6- 10,6 kg.
3. Tinggi badan terjadi kenaikan 26-28 cm pada laik-laki dan perempuan 23-28 cm.
4. Keadaan gigi lengkap
5. Tajam penglihatan 20/20.
6. Pertumbuhan organ-organ reproduksi.
7. Pertumbuhan tulang dua kali lipat.
8. Peningkatan massa otot dan penimbunan lemak.
9. Pada kulit terjadi peningkatan munculnya jerawat.
10. Pertumbuhan rambut pada aksila, rambut pubis, dan rambut wajah pada laki-laki.

7
b. Perkembangan Kognititf
Menurut teori Piaget, prinsip perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap,
yaitu tahap sensorimotor, tahap paraoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal (remaja dan dewasa). Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan
perkembangan remaja di antaranya sebagai berikut
1. Remaja awal
Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di
dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis,
sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di
sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri mempunyai
pandangan, seperti: olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok
bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk
berpenampilan menarik.
2. Remaja menengah
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak
selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan
menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini
remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan
berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “Siapa saya?”. Pada
masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan,
dan membuat rencana sendiri.
3. Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja berakhir, proses berpikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah idealisme,
toleransi, keputusan intik karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam
masyarakat.

8
c. Perkembangan psikososial
Masa remaja juga merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan
perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan
kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain,
cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk
memahami kepribadian mereka sendiri dan berperilaku menurut cara mereka. Transisi
sosial yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan adanya perubahan hubungan
sosial. Salah satu hal yang pnting dalam perubahan sosial pada remaja adalah
meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih
intens dan akrab dengan lawan jenis mereka.
Perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahap. Dari tahapan-tahapan
tersebut, remaja melalui lima di antaranya. Lima tahapan yang dilalui remaja tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan (trust) versus ketidakpercayaan (mistrust)
Tahapan ini terjadi dalam 1-2 tahun awal kehidupan. Anak belajar untuk percaya
pada dirinya sendiri maupun lingkungannya. Anak merasa bingung dan tidak
percaya, sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara orang tua dan anaknya.
2. Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan merupakan
bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi perubahan
ketergantungan, dari ketergantungan khas anak-anak ke arah otonomi khas
dewasa. Misalnya: remaja umumnya tidak terburu-buru bercerita kepada orang tua
ketika merasa kecewa, khawatir, atau memerlukan bantuan.
3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)
Tahapan perkembangan psikosoial ini terjadi pada usia pra-sekolah dan awal usia
sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk memperluas kemampuannya melalui
bermain aktif, bekerja sama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukannya.
4. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)

9
Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya. Anak
menggunakan pengalaman kognitif menjadi lebih produktif dalam grupnya. Di sini
anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal. Anak mulai terasah
rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif serta termotivasi untuk belajar
lebih tekun.
5. Identitas (identity) versus kebingungan (identity confusion)
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab pertanyaan, “Siapa
saya?”. Mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan sistem nilai yang ada.
Namun demikian, sering juga terjadi penyimpangan identitas, misalnya: melakukan
percobaan tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela
lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita
dibangun, dan secara bertahap mengembangkan cita-cita yang diinginkan.

Untuk tahap selanjutnya yaitu: tahap keintiman (intimacy) versus isolisasi


(isolation); generativitas (generativity) versus stagnasi (stagnation); dan integritas
(integrity) versus keputusasaan (despair), akan dilalui pada tahap-tahap perkembangan
selanjutnya (Depkes Jakarta I, 2010).

Tugas perkembangan remaja ada sepuluh, yaitu:


1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya.
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah dan menggunakannya seefektif mungkin.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
5. Mencapai kebebasan ekonomi.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk
kepentingan hidup bermasyarakat.
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

10
10.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-tindakannya
dan sebagai pandangan hidup (Widyastuti, 2009).

Untuk menghindari atau meminimalkan terjadinya kecelakaan dan hal-hal yang


tidak diinginkan pada anak, maka perawat perlu membekali orang tua dengan
bimbingan petunjuk antisipasi (anticipatory guidance) agar masa emas (golden age) ini
dapat berlangsung dengan baik dan tidak ada penyesalan orang tua di kemudian hari.

2.2 Anticipatory Guidance (petunjuk antisipasi)


Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory
guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk
antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih
dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam, 2005).
Anticipatory Guidance juga merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat
dalam membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang
tua sadar akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan tahapan usia anak.
Anticipatory Guidance pada usia remaja:
1. Terima remaja sebagai manusia biasa
2. Hargai ide-idenya,kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya
3. Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya walaupun
metodenya berbeda dengan orang dewasa
4. Berikan batasan yang jelas dan masuk akal
5. Hargai privacy remaja
6. Berikan kasih sayang tanpa menuntut
7. Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan menentukan
aturan-aturan

11
8. Orang tua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif terhadap
perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya merupakan hal
yang sangat penting dan memandang segala sesuatu sebagai hitam atau putih,
baik atau buruk.
2.3 Pencegahan Kecelakaan
Cedera fisik merupakan penyebab tunggal kematian yang besar pada kelompok
usia remaja dan meminta korban lebih banyak daripada semua penyebab kombinasi
lainnya. Usia yang paling rentan adalah 15 sampai 24 tahun,ketika jumlah cedera akibat
kecelakaan menyebabkan 60% putra dan 40% kematian remaja putri, Gambaran ini
agaknya cukup konstan dari tahun ke tahun dan signifikan karena hampir semua
cedera fatal sebenarnya dapat di cegah.
Selama masa remaja, puncak fungsi fisik, sensorik, dan psikomotor memberi
remaja perasaan kuat dan percaya diri yang belum pernah mereka alami sebelumnya,
dan perubahan fisiologis pubertas memberi dorongan terhadap berbagai kekuatan
naluri dasar. Salah satu manifestasi dari hal ini adalah peningkatan energi yang semata-
mata dikeluarkan melalui aksi, sering kali dengan mengorbankan pikiran logis dan
mekanisme kontrol lainnya. Kecenderungan remaja melakukan perilaku yang berisiko
serta perasaan super mengakibatkan remaja rentan terutama terhadap cedera.
a. Cedera kendaraan bermotor
Kemampuan yang baru diperoleh remaja untuk mengemudi dan kebutuhan
perkembangan yang normal terhadap kemandirian dan kebebasan menyebabkan
kendaraan bermotor menjadi bagian yang menarik, dalam kehidupan remaja
kecelakaan bermotor penyebab tunggal terbesar terjadinya cedera yang serius dan
fatal pada remaja (cohen dan potter, 1999), berbagai cidera fatal ini melibatkan
pengunaan zat-zat alkohol dan zat-zat lainnya (Neinsten, 1996). Karena terdapat
peningkatan jumlah kecelakaan yang signifikan pada remaja yang mengendarai
kendaraan bermotor dimalam hari, banyak negara bagian yang memberlakukan
peraturan jam malam yang efektif untuk melarang remaja mengendarai remaja untuk
mengendarai kendaraan bermotor dimalam hari guna mengurangi resiko ini, perawat

12
perawat harus memberi penyuluhan kepada remaja dan orang tua mengenai resiko
mengendarai kendaraan bermotor dalam keadaan sedang minum alkohol atau ketika
mabuk, atau berada satu mobil dengan pengendara yang mabuk. Banyak keluarga
telah mengembangkan perencanaan untuk melarang anak menumpang kendaraan
orang lain guna mencegah remaja berada satu mobil dengan pengendara yang mabuk,
keluarga juga perlu mengawasi praktik remaja mengemudikan kendaraan dengan jarak
tempuh beberapa jam sebelum diizinkan mengendarai mobil sendiri
Cidera akibat kendaraan non otomotif. Meningkatkan penggunaan sepeda
motor, all-terrain vehicle (ATV, kendaraan untuk diberbagai medan), jet ski, dan
sniwmobile telah mengakibatkan peningkatan terjadinya cedera pada remaja dibawah
usia yang resmi untuk mengemudikan automobil. Banyak remaja mengendarai sepeda
tanpa menggunakan helm dan tanpa menggunakan lampu di malam hari, dan
mayoritas kematian akibat cidera (terutama cidera kepala) terjadi pada remaja.
b. Senjata api
Senjata api merupakan penyebab utama cidera mematikan yang sengaja di
Amerika Serikat, masa remaja merupakan usia puncak untuk menjadi korban atau
menjadi pelaku dalam cidera yang menggunakan senjata api, membawa senjata di
kalangan remaja kini sedang meningkat dan tidak terbatas hanya pada remaja dalam
kota yang stereotip. Jumlah remaja kulit putih yang membawa senjata di pinggiran kota
mengalami peningkatan lebih dari 130% dalam 10 tahun terakhir (Hayes dan
Hamenway, 1999). Memiliki senjata di rumah meningkatkan resiko bunuh diri dan
pembunuhan pada remaja, semua keluarga harus dikaji terhadap adanya senjata di
dalam rumah, keluarga harus mengambil tindakan preventif untuk memastikan bahwa
senjata tersebut tidak pernah diisi, dan bahwa senjata tersebut terkunci di tempat yang
aman dan amunisinya disimpan serta dikunci di lokasi yang terpisah dan hanya orang
dewasa yang pantas yang dapat mengambilnya.
Senjata api tanpa mesiu. Senjata api tanpa mesiu atau senapan angin walaupun
banyak dipandang sebagai mainan jumlah cedera akibat senapan ini hampir sama
dengan jumlah cedera akibat senjata api dengan peraturan tentang penggunaan

13
senjata tanpa mesiu, tidak ketat senjata tersebut dapat dibeli secara ilegal oleh remaja
dan diberi label sebagai senjata yang sesuai untuk anak-anak minimal berusia 8 tahun,
beberapa negara bagian mengatur penggunaan senjata jenis ini, perawat harus
bertindak sebagai pembela anak dan mendesak jalur hukum untuk mengatur penjualan
mainan yang potensial membahayakan ini.
c. Cidera akibat olahraga
Karena derajat kematangan, ukuran, koordinasi dan daya tahan fisik di antara
remaja dengan tingkat usia yang sama sangat bervariasi, kompetisi olahraga di antara
anak muda yang kekuatan dan ketangkasan nya sangat berbeda merupakan tindakan
yang tidak adil dan membahayakan pemilihan kandidat olahraga harus dilakukan
bergantung pada kematangan fisik, tinggi badan, berat badan dan kesegaran fisik serta
keterampilan, terutama olahraga yang melibatkan kontak tubuh yang keras usia bukan
merupakan pertimbangan yang paling penting.
Setiap olahraga memiliki beberapa resiko cedera, baik berupa aktivitas yang
melibatkan persaingan serius atau Hanya berupa aktivitas yang murni untuk
kesenangan, sejumlah besar cedera berat atau patal terjadi pada individu yang tidak
dipersiapkan secara fisik untuk melakukan aktivitas, peningkatan kekuatan dan tenaga
pada remaja dapat mendorong mereka berolahraga terlalu berat, terutama remaja
putra yang didesak oleh rekan satu tim atau didorong oleh kekaguman dari remaja
putri yang memperhatikan mereka berolahraga rentang cidera yang terus-menerus
dalam olahraga atau aktivitas rekreasi dapat melibatkan semua bagian tubuh dan
meluas dari luka sayat, memar dan luka lecet yang relatif minor sampai cidera sistem
saraf pusat yang mengakibatkan remaja menjadi cacat secara total dan atau kematian,
penyebab utama cedera olahraga yang serius di antara remaja putra adalah
keikutsertaan pertanyaannya dalam sepakbola sementara kebanyakan remaja putri
mengalami cidera pada saat ikut serta dalam olahraga senam.

Pertimbangan keperawatan

14
Pencegahan cidera merupakan bagian dari tanggung jawab keperawatan selama masa
kanak-kanak, panduan antisipasi untuk orang tua dan anak-anak tentang perkiraan
masalah dan bahaya yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tidak
terjadi sampai anak-anak mendekati kematangan, mereka memerlukan pengajaran
mengenai tindakan pencegahan keamanan dasar, dan juga pengajaran keterampilan
yang diperlukan dalam melakukan aktivitas seperti olahraga, petunjuk mengemudikan
kendaraan bermotor, dan petunjuk yang tepat dalam memelihara peralatan. namun
selama masa remaja pengajaran kesehatan dan keamanan akan lebih efektif jika remaja
terlibat secara langsung; orang tua dan profesi kesehatan dapat menekan
kepentingannya keamanan selama melakukan aktivitas dan mengondisikan serta
mempersiapkan olahraga yang sesuai.
Pencegahan cedera selama masa remaja

Kemampuan perkembangan yang Pencegahan cedera


berhubungan dengan risiko cedera

Kebutuhan terhadap kemandirian dan Pejalan kaki- Tekan kan dan dorong
kebebasan menguji coba kemandirian perilaku yang aman sebagai pejalan kaki
Pada malam hari, berjalan dengan teman
merupakan usia yang diizinkan untuk Apabila seseorang mengikuti anda, pergi
mengendarai kendaraan bermotor ke tempat terdekat yang dipenuhi oleh
orang-orang
kecenderungan mengambil resiko Jangan berjalan di dalam area terpencil
cari jalanan yang sering dilintasi oleh
merasa super atau tidak dapat pejalan kaki.
dihancurkan
Penumpang- tingkatkan perilaku yang
perlu penyaluran energi seringkali sesuai ketika menumpang kendaraan
dengan mengabaikan pemikiran logis bermotor.
dan mekanisme kontrol lainnya
Pengemudi- beri pengajaran mengemudi

15
kebutuhan yang kuat terhadap Yang competent, dorong penggunaan
penerimaan dari teman sebaya kendaraan dengan bijaksana; larang
balapan “Flying chicken”, pelihara
dapat mencoba perbuatan kendaraan dalam kondisi yang baik (rem,
membahayakan ban dll).
Ajarkan dan tingkatkan keamanan dan
merupakan puncak praktik dan perawatan kendaraan beroda dua tindak
partisipasi dalam olahraga Tingkatkan dan dorong penggunaan alat
pengaman seperti helm, celana panjang,
kesempatan untuk menggunakan sepatu yang kuat.
peralatan, objek, dan lokasi yang lebih Tekankan bahaya penggunaan obat-
rumit obatan termasuk alkohol ketika
mengemudi kendaraan bermotor.
dapat memikul tanggung jawab terhadap
tindakan sendiri. Tenggelam
Ajarkan berenang jika individu tidak bisa
berenang
Ajarkan peraturan dasar keamanan di air,
seleksi dengan ketat lokasi untuk
berenang, kedalaman air yang cukup
untuk menyelam, berenang dengan
didampingi
Tinjau kembali penggabungan
penggunaan alkohol dengan aktivitas di
air.

Luka bakar
Tekan kan perilaku yang tepat di area
yang melibatkan kontak dengan benda-

16
benda mudah terbakar dan berbahaya,
(bensin, kawat listrik, api)
Anjurkan untuk menghindari pajanan
yang berlebihan terhadap sinar matahari
alami atau buatan (luka bakar ultraviolet).
Larang merokok
Dorong penggunaan tabir surya.

Keracunan
Beri pengajaran mengenai bahaya
penggunaan obat, termasuk alkohol

Jatuh
Beri penyuluhan dan dorong tindakan
keamanan umum dalam semua aktivitas

Kerusakan pada tubuh


Tingkatkan aktivitas olahraga yang sesuai
petunjuk dan penggunaan perlengkapan
olahraga
Anjurkan penggunaan yang aman dan
sesuai petunjuk berkenaan dengan
senjata api Serta peralatan lain yang
potensial membahayakan misalnya
peralatan listrik dan petasan
Beri dan dorong pengguna perlengkapan
pelindung ketika menggunakan
peralatan yang potensial berbahaya
Tingkatkan akses kedai atau persediaan

17
perlengkapan olahraga yang aman dan
fasilitas rekreasi lainnya
Waspada terhadap tanda depresi atau
potensial bunuh diri
Larang penggunaan dan atau penyediaan
peralatan olahraga yang berbahaya
misalnya trampolin dan papan luncur
Anjurkan penggunaan peralatan koreksi
yang sesuai misalnya kacamata lensa
kontak, alat bantu pendengaran
Dukung dan bantu meningkatkan
penerapan prinsip keamanan dan
pencegahan Cedera yang ketat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Keismpulan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Untuk menghindari atau meminimalkan
terjadinya kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan pada anak, maka perawat perlu
membekali orang tua dengan bimbingan petunjuk antisipasi (anticipatory guidance)
agar masa emas (golden age) ini dapat berlangsung dengan baik dan tidak ada
penyesalan orang tua di kemudian hari. Anticipatory Guidance juga merupakan suatu
upaya yang dilakukan oleh perawat dalam membimbing orang tua tentang tahapan
perkembangan anak sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan mengetahui
apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tahapan usia
anak. Salah satu anticipatory guidance pada remaja ialah biarkan remaja mempelajari
dan melakukan hal-hal yang disukainya walaupun metodenya berbeda dengan orang
dewasa. Selain anticipatiry guidance, juga ada pencegahan kecelakaan pada usia
remaja, cedera yg sering terjadi pada usia remaja seperti cedera kendaraan bermotor,
cedera senjata api, dan cedera akibat olahraga.
3.2 Saran
Sebaiknya untuk para pembaca jangan puas terhadap makalah ini saja,
pembaca juga harus menambah ilmu pengetahuannya lagi tentang materi bangsa dan
negara dengan mencari buku-buku bacaan lainnya, internet dan media lain. Semoga
pembaca bisa menguraikan lagi dari makalah yang telah kami buat.

19
DAFTAR PUSTAKA
Marcdante, Karen J dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial 6th Edition. Jakarta:
EGC
Nurlaila & Wuri Utami. 2018. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Leutikaprio
Yuliastati & Nining. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

20
LAMPIRAN

Nama/Nim Jabatan Tugas

Ririn Saniah D.A Ketua Buat makalah dan ppt


1705505501

Deand Makenedi Anggota Anticipatory Guidance


1701501501

M. Rifki Anggota Perkembangan remaja & Pencegahan


1703403401 kecelakaan

21

Anda mungkin juga menyukai