Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

“Faktor-Faktor Pelindung Serta Faktor Risiko Dalam Kesehatan Reproduksi Remaja”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Diana Rahma Citra 1911211021

Salma Winda Aufa 1911211041

Nia Oktavina 1911211051

Ridha Putri Gunawan S 1911213027

Gebby Afrila 1911213032

Mutiara Indah Pertiwi 1911216001

Dosen Pengampu :

Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena berkat anugerah-Nya
makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Pelindung Serta Faktor Risiko Dalam
Kesehatan Reproduksi Remaja” ini dapat diselesaikan. Shalawat beriringan salam
semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Di dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, kelompok menemui beberapa kendala. Akan tetapi, kendala
tersebut dapat kelompok atasi karena mendapat masukan yang berarti dari berbagai
pihak.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak tersebut,
yaitu Ibu Dr.dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM selaku dosen mata kuliah Kesehatan
Reproduksi Remaja dan teman-teman anggota kelompok 2 yang selalu memberikan
berbagai masukan berarti demi terwujudnya makalah ini. Semoga segala bantuan (waktu,
koreksi, pemikiran, dan lain-lain) tersebut menjadi amal ibadah dan dibalas oleh Allah
swt. dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin. Kelompok menyadari bahwa makalah
ini belumlah sempurna.

Oleh sebab itu, kritikan dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari
pembaca. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca. Penulis ucapkan terima kasih.

Padang, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I.............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja ............................................................................................. 3

2.2 Faktor-faktor Pelindung Kesehatan Reproduksi Remaja...................................................... 4

2.3 Faktor-faktor Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja ........................................................... 7

2.4 Faktor Protektif pada Kespro Remaja................................................................................. 11

2.5 Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)................................................................. 12

2.5.1 Tujuan Program KRR .................................................................................................. 12

2.5.2 Kebijakan dan Strategi KRR........................................................................................ 13

2.5.3 Ruang Lingkup Program KRR..................................................................................... 14

BAB III......................................................................................................................................... 15

PENUTUP.................................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 15

3.2 Saran ................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,
globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku kehidupan remaja yang kemudian berpengaruh
pada perilaku kehidupan kesehatan reproduksi mereka. Segala yang mempengaruhi perilaku
kesehatan reproduksi jika tidak segera ditangani dengan seksama akan berdampak pada
kesehatan reproduksi remaja. Dituangkan dalam tujuan keenam Millennium Development
Goals (MDGs) salah satu indikatornya adalah persentase populasi usia 12-24 tahun yang
memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.

Pendidikan dan infomasi kesehatan reproduksi dan seksual yang kurang pada remaja
akan menyebabkan rendahnya pengetahuan dan mempengaruhi sikap remaja yang negatif
terhadap masalah kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. Besarnya rasa keingintahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi mendorong remaja untuk mencari informasi dari
berbagai sumber, termasuk teman sebaya, orang tua, sekolah dan media informasi. Situasi
tersebut diperburuk dengan adanya kemudahan remaja dalam mengakses informasi tentang
seks yang keliru melalui media cetak dan elektronik misalnya majalah, video dan internet.

Risiko atau kesulitan dapat terdiri, faktor genetik, biologis, psikologis, lingkungan,
atau sosial-ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan dan kemungkinan ketidakmampuan.
Kemiskinan, pengalaman penganiayaan, cacat fisik, ataupun hidup dalam keluarga yang
tidak harmonis, teman sebaya yang memiliki perilaku negatif adalah beberapa contoh dari
faktor risiko atau kondisi yang tidak menguntungkan bagi perkembangan individu. Faktor
pelindung meliputi karakteristik individual, lingkungan keluarga dan konteks sosial yang
lebih luas. Tiga faktor pelindung ini dapat dipahami sebagai sumber daya pribadi dan sosial
yang mendukung dan mempromosikan pengembangan adaptif. Individu yang memiliki
sumber daya pribadi dan sosial tinggi lebih efektif dalam mengatasi kesulitan dibandingan
individu dengan tingkat sumber daya pribadi dan sosial yang lebih rendah ( Schoon, 2006 ).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?

2. Apa saja faktor-faktor pelindung kesehatan reproduksi remaja?

3. Apa saja faktor-faktor risiko kesehatan reproduksi remaja?

4. Apa saja faktor protektif pada kespro remaja?

5. Apa saja program kesehatan reproduksi remaja (KRR)?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun selain untuk memenuhi tugas makalah, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi remaja

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pelindung kesehatan reproduksi remaja

3. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko kesehatan reproduksi remaja

4. Untuk mengetahui faktor protektif pada kespro remaja

5. Untuk mengetahui program kesehatan reproduksi remaja (KRR)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja


Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada
masa antara anak-anak dan dewasa. Menurut World Health Organization (WHO), seseorang
bisa disebut remaja jika usianya antara 10-19 tahun.
Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu
yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial. Perubahan fisik
yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ reproduksi selain itu juga sudah
terjadi perubahan psikologis. Hal ini mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku
seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha
menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual.
Karena pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan
dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Saat usia remaja di
mana organ reproduksi rentan terhadap infeksi pada saluran reproduksi, kehamilan, dan
penggunaan obat-obatan (Ali & Asrori, 2016).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengetahuan sehat disini tidak
semata–mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental sosial dan kultural semua yang berhubungan dengan sistem dan fungsinya serta
proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (Irianto, 2017).
Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan cenderung ingin mengeksplorasi
dunia.Seringkali hasrat untuk menjelajahi segala hal ini tidak dibarengi dengan
pertimbangan yang matang, hingga terkadang tindakan-tindakannya berisiko tinggi baik bagi
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Apabila tidak diberi perhatian dan
dibiarkan tanpa pengawasan, perbuatan berisiko ini dapat memunculkan berbagai
masalah.Salah satu masalah yang bisa timbul akibat perilaku tersebut adalah masalah
kesehatan reproduksi (Romlah et al., 2021).

3
2.2 Faktor-faktor Pelindung Kesehatan Reproduksi Remaja
1) Persepsi
Persepsi merupakan semua prosses pemahaman seseorang dalam memahami
informasi lingkungannya, proses pemahaman seseorang dapat dilakukan melalui proses
dilakukan melalui proses penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Ada tiga
variable yang mempengaruhi fungsi persepsi yaitu objek atau peristiwa yang dipahami,
lingkungan terjadinya persepsi, dan orang-orang yang melakukan persepsi. Maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses menafsirkan pola stimulus yang berada
didalam lingkungan. Tujuan dari proses tersebut untuk mengetahui atau mengenali objek
dan kejadian dengan bantuan indera yang melibatkan aspek kognitif dan afektif dari
individu.
Pengetahuan remaja mengenai seksualitas yang setengah-setengah bahkan
mencari informasi dengan mempraktekannya dengan lawan jenis akan mengakibatkan
timbulnya anggapan bahwa perilaku tersebut merupakan hal yang biasa dan apabila
dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan risiko yang akan merugikan mereka.
Pengetahuan seks yang tidak menyeluruh juga dapat mendorong remaja untuk
berperilaku coba-coba sehingga menimbulkan persepsi yang salah. Hal ini tidak hanya
berpengaruh terhadap pola piker akan tetapi juga perlakuan terhadap lawan jenis.
2) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur kompleksitas,
membantu mengembangkan kapasitas aksi serta meningkatkan kolaborasi dan
meningkatkan kemampuan pembelajaran kepercayaan dapat dibedakan menjadi
a. Kepercayaan kepada diri sendiri
b. Kepercayaan kepada orang lain
c. Kepercayaan kepada pemerintah
d. Kepercayaan kepada Tuhan
3) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah juga memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan
remaja.Lingkungan sekolah meliputi segala benda hidup dan mati serta seluruh kondisi
yang terdapat dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan

4
program pendidikan dan membantu siswa yang ada didalamnya untuk mengembangkan
potensi. Pada umumnya orang tua akan menaruh harapan yang besar kepada sekolah.
Oleh sebab itu, orang tua memiliki pertimbangan dan pemilihan sekolah
diantaranya sebagai berikut :
a. Suasana sekolah, prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar
mengajar adalah suasana sekolah, baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung
kepada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sraana pendidikan, dan
disiplin sekolah. Suasana sekolah sangat berpegaruh terhadapperkembangan jiwa
remaja yaitu dalam hal :
1. Kedisiplinan sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan
perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan
disiplin yang longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semuanya dan
terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati,
cenderung brutal dan agresif.
2. Kebiasaan belajar, suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar
mengajar akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan
belajar. Akibatnya prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan
perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai
kompennsasi kekurangannya dibidang akademik, siswa menjadi nakal dan
brutal.
3. Pengendalian diri, suasana bebas disekolah dapat mendorong siswa berbuat
sesukanya tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit
untuk mengendalikan, baik selama berada disekolah maupun dirumah.
Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat
bagi remaja, misalnya penyalahgunaan napza, perkelahian, kebebasan seksual
dan tindakan kriminnal lainnya.
b. Bimbingan guru disekolah, remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, orang tua dan
syaratnya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini peran
wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti. Apabila guru pembimbing sebagai
konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang
sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa maka perlu

5
dikembangkan kegiatan ekstrakulikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar
mengajar, guru tidak kesedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam
kurikulum tertulis melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya,
misalkan kebersamaan, sikap empati dan mau mendengarkan orang lain, menghargai
sikap orang lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional.
4) Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung dari persepsi terhadap individu yang
diderita.Menurut Plowden dan Miller (2000) motivasi internal dan eksternal
mempengaruhi seseorang dalam pencarian pelayanan kesehatan.Kemauan remaja dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi dan ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan reproduksi merupakan upaya dalam meningkatkan pelayanan, namun tidak
semua remaja memiliki kemauan untuk mengakses pelayanan kesehatan reproduksi
karena keterbatasan finansial yang dialami (Majumder, 2004).Adanya masalah sistem
pelayanan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Berhene et al, 2005).
Penilaian remaja terhadap pelayanan kesehatan akan menumbulkan penerimaan
atau penolakan terhadap pemanfaatan pusat pelayanan reproduksi remaja. Apabila
terdapat keluhan atau gangguan aktivitas pada remaja, maka menimbulkan kebutuhan
untuk mengakses pelayanan kesehtan reproduksi remaja (Hausman-Muela,
2003).Menurut WHO tahun 2002, sikap penyedia pelayanan kesehatan reproduksi remaja
yang kurang diterima oleh remaja menyebabkan kurangnya pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Dengan kurangnya pemanfaatan pelayanan yang dilakukan oleh remaja, maka
diperlukan perbaikan kualitas pelayanan, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengikutsertakan remaja dalam pengelolaan pelayanan kesehatan reproduksi
tersebut.
5) Peraturan perundangan atau Kebijakan Pemerintah (Program dan Kebijakan)
Kesehatan reproduksi remaja di Indonesia merupakan penjabaran dari visi
program keluarga berencana nasional, yaitu mempersiapkan keluarga yang berkualitas
dimulai dari sejak pranikah, pembuahan dalam kandungan hingga usia lanjut. Upaya
yang dilakukan untuk membantu remaja memiliki pengetahuan, kesadaranm sikap dan
pelayanan yang berkualitas mengenai seluruh aspek kesehatan reproduksi.Kebijakan dan

6
program kesehatan reproduksi remaja merupakan prioritas dalam upaya pemberian
informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja supaya memiliki
pengetahuan, kesadaran, sikap perilaku kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab.
Dalam rencana pengembangan jangka menengah (RPJM) melalui peraturan
presiden No.7 tahun 2005, dimana program kesehatan reproduksi remaja (KRR)
merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional.Program kesehatan
reproduksi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku
positif remaja tentang kesehatan dan hak reproduksi untuk meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.

2.3 Faktor-faktor Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja


Faktor risiko kesehatan reproduksi remaja merupakan hal-hal yang mempengaruhi
akibat merugikan dari kesehatan fisik, mental, social secara utuh, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan
prosesnya pada ruang lingkup remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jessor
(1991) terdapat beberapa domain perilaku dalam faktor risiko kesehatan reproduksi remaja
yaitu :
1. Keturunan
Keturunan akan merujuk pada faktor genetic seseorang. Karakteristik yang pada
umumnya diturunkan dari orang tua, yaitu tinggi badan, bentuk wajah, temprmen,
komposisi otot dan tingkat energy. Dan secara substansial perilaku seksyang
menyimpang pada orang tua berkemungkinan besar untuk sama dengan anaknya.
2. Lingkungan Sosial Ekonomi
Menurut Santell at al. (2000), pendidikan dan penghasilan keluarga berpengaruh
terhadap perilaku seksual remaja, dimana semakin tinggi status social maka akan
menurunkan kejadian kehamilan pada remaja. Penelitian lain mengatakan bahwa rata-rata
remaja perempuan melakukan hubungan seks pertama kali pada usia 17 tahun. (Abanihe
dan Oydiran, 1999). Ketersediaan fasilitas dan informasi seksualitas melalui surat kabar,
internet, media massa dan lain sebagainya merupakan peningkatan perilaku seksual pda
status social ekonomi tinggi, sedangkan pada status social ekonomi rendah hubungan
seksual dilakukan pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan ekonomi yang tinggi.

7
3. Penerimaan Lingkungan
Penerimaan didefinisikan sebagai sikap menerima orang lain yang digambarkan
dengan sikap seseorang yang tidak memberi cap tertentu pada orang lain tersebut
(Caroline, 1991). Lingkungan adalah dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan,
normadalam keluarga, teman, kelompok social dan pengaruh lainnya yang dialami oleh
individu. Lingkungan menjadi suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor
berpengaruh timbal balik atu sama lain dan dengan masyarakat. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi diantaranya faktor kerawanan masyarakat (lingkungan) berupa
tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut, anak putus sekolah, napza, peredaran
alcohol, pencemaran lingkungan, media yang bersifat ponografis,perumahan yang kumuh
dan hal lainnya.
4. Perilaku
Perilau menurut Krinner (1938) adalah respon atau reaksi seseorang yang berasal
dari rangsangan. Oleh karena itu, perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme tersebut merespon. Pada kenyataannya berbagai perilaku seksual
menyimpang yang terjadi dalam kehidupan berupa homoseks, dan pemaksaan
seksual.Kurangnya kemampuan untuk mengontrol dorongan seks sehingga mendorong
keinginan untuk coba-coba.Kesederhanaan pola piker serta rendahnya tingkat pendidikan
menyebabkan remaja menuruti kata hatinya (Dharmo, 1999).
5. Asupan Seks dari Media,
Asupan seks dan media merupakan suatu kondisi remaja mendapatkan sesuatu
secara terus menerus berupa sajian seksual berbentuk gambar dan tulisan. Pada awalnya
sajian seksual yang berada di media dianggap sebagai sesuatu yag tabu, namun media
yang mudah digunakan oleh remaja untuk mendengarkan, menikmati lama kelamaan
mulai ketagihan.
6. Jenis Kelamin
Data yang didapatkan dari penelitian di AS, menunjukkan bahwa faktanya remaja
pria cenderung lebih awal melakukan perilaku seksual daripada remaja perempuan
diberbagai kebudayaan termasuk Indonesia sendiri, sikap pria pada umumnya lebih
permisif dan wanita (Sarwono, 2002). Menurut Santrock (2001), perilaku seksual
dinilaiantara remaja laki-laki dan perempuan yaitu :

8
a) Laki-laki lebih cenderung dari pada wanita untuk menyatakan bahwa mereka
sudah berhubungan seks dan sudah aktif berperilaku seksual
b) Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta, alas an mereka untuk
melakukan seks adalah cinta, sementara itu remaja pria kecenderungan ini jauh
lebih kecil
c) Sebagian besar hubungan seks pada remaja diawali dengan agresif pada remaja
pria. Selanjutnya, remaja putrilah yang menentukan sampai batas mana agresif
pria itu dapat dipenuhi
d) Remaja pria cenderung memaksa dan menekan dan memaksa remaja putri
mitranya untuk berhubungan seks, tetapi ia sendiri tidak merasa memaksa.

Faktor resiko menurut Grothberg (1999) disebutkan bahwa dapat berasal dari
berbagai sumber, baik eksternal seperti dalam keluarga, maupun internal yang berasal dari
diri sendiri (Nasution, 2011).
1. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja di era modem ini sudah melebihi batas yang
sewajamya.Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex,
dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.Masalah kenakalan remaja saat ini semakin
dirasakan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang.Banyak
faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja.Menurut Willis (2005: 93) kenakalan
remaja disebabkan oleh empat faktor yaitu faktor yang ada dalam diri anak sendiri, faktor
yang berasal dari lingkungan keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat,
dan faktor yang bersumber dari sekolah.
2. Seks Pranikah
Seks pranikah merupakan salah satu perilaku remaja yang dapat menimbulkan
masalah pada kesehatan reproduksinya adalah perilaku hubungan seksual
pranikah.Hubungan seksual pranikah adalah kontak seksual yang dilakukan remaja
dengan lawan jenis atau teman sesame jenis tanpa ikatan pernikahan yang sah.Perilaku
hubungan seksual pranikah dapat menyebabkan berbagai masalah bagi kesehatan, sosial,
dan ekonomi bagi remaja itu sendiri maupun keluarganya.
3. IMS

9
IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dan akan lebih
beresiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dampak
IMS bagi remaja, diantaranya secara fisik terjadi infeksi yang menurunkan kesehatan
reproduksi, dan lebih beresiko terkena HIV/AIDS, sedangkan dampak secara psikologis
para remaja akan menjadi takut, rendah diri, malu untuk berobat yang mengakibatkan
IMS tidak tertangani. Faktor penyebab tingginya jumlah penyakit IMS pada remaja
antara lain ialah semakin terbukanya akses informasi mengenai seksualitas termasuk
pornografi dari media atau internet yang mempermudah remaja untuk mengaksesnya,
pengetahuan dan pemahaman yang minim, keinginan untuk mencoba pengalaman baru,
nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalahgunakan, kontrol
keluarga dan masyarakat yang semakin rendah serta masih terasa tabu untuk
membicarakan tentang seks dan kesehatan reproduksi sehingga anak remaja cenderung
untuk mencari informasi kepada teman sebaya atau media internet yang salah.
4. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti faktor
sosiodemografik seperti kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam penggunaan
kontrasepsi, dan media massa, karakteristik keluarga yang kurang harmonis (hubungan
antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin
mencoba-coba, kebutuhan akan perhatian), penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan.
Selain itu kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses terjadinya
kehamilan dan metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta dapat juga
terjadi akibat terjadi tindak perkosaan.
5. Aborsi
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan berusia belum mencapai 20
minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.Tindakan
aborsi mengandung resiko yang cukup tinggi apabila dilakukan tidak sesuai standard
profesi medis. Kehamilan yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah dapat
menyebabkan aborsi spontan atau aborsi buatan remaja, misalnya penggunaan
ramuanramuan yang berbahaya untuk rahim, manipulasi fisik seperti melakukan pijat
rahim, ataupun melakukan tindakan aborsi yang tidak steril dan mengakibatkan infeksi
pada rahim.

10
Alasan remaja melakukan aborsi antara lain ketakutan akan kemarahan orangtua,
belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan memiliki anak, malu pada
lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum menikah, tidak menyukai teman yang
menghamili, tidak tahu status anak setelah dilahirkan, ingin terus melanjutkan sekolah
atau kuliah ataupun bekerja tanpa kehadiran anak, dll.

2.4 Faktor Protektif pada Kespro Remaja


Faktor protektif berperan penting dalam memodifikasi efek negatif dari lingkungan
yang merugikan hidup serta membantu menguatkan resiliensi (Nasution, 2011).Faktor
protektif dapat juga menjadi referensi orang-orang yang berada di lingkungan remaja untuk
berkontribusi membantu remaja untuk bangkit dan mencapai resiliensinya.Peran serta orang-
orang terdekat remaja dapat memberikan kontribusi tertentu seperti dukungan moral pada
remaja untuk dapat bangkit dan resilien.
1. Pendidikan
Ada dua faktor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja.Faktor
pertama adalah ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan
pendidikan seks sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai
seks adalah hal yang tabu.Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa
tidak bertanggungjawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.Faktor
kedua, dari ketidak pahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi,
mereka kemudian mencaricari informasi yang dapat menjawab pertanyaan mereka.nilai,
serta kemampuan pengambilan keputusan ataupun keterampilan hidup lainnya yang
dibutuhkan remaja untuk dapat membuat keputusan terkait dengan kehidupan seksualnya.
Pendidikan kesehatan reproduksi harus dianggap sebagai bagian dari proses
pendidikan yang mempunyai tujuan untuk memperkuat dasar-dasar pengetahuan dan
pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan kesehatan reproduksi merupakan upaya
bagi remaja untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif
tentang kesehatan reproduksi dan seksualnya, serta meningkatkan derajat reproduksinya.
2. Pengawasan/Perlindungan Orangtua
Upaya perlindungan kesehatan reproduksi dapat dilakukan orang tua melalui cara
sebagai berikut:

11
- Penanaman Nilai Budi Pekerti, yang mengandung nilai keagamaan, kesusilaan dan
kepribadian
- Memfasilitasi perkembangan anak yaitu memfasilitasi anak untuk berinterkasi dalam
kelompok sebaya, menganjurkan anak mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif, orang tua berperan sebagai teman berbagi cerita bagi anak, orang tua
berperan sebagai contoh peran bagi anak dalam melakukan interaksi sosial yang baik,
memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak dalam melakukan aktivitasnya
bersama kelompoknya, dan membimbing remaja dalam menentukan rencana masa
depannya.
- Mengenalkan perlindungan kesehatan reproduksi dengan cara mengubah cara berpikir
anak bahwa makna pendidikan perlindungan kesehatan reproduksi itu sangat luas,
tidak hanya berkisar masalah jenis kelamin dan hubungan seksual, tapi didalamnya
ada perkembangan manusia, hubungan antar manusia, kemampuan personal
3. Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan lingkungan remaja untuk bergaul dalam
mengembangkan jati diri, terjalinnya pergaulan antara remaja dengan teman sebaya
karena adanya interaksi satu sama lain. Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi
perilaku baik positif atau negatif.Pengaruh positif yang di maksud adalah ketika individu
bersama teman-teman sebayanya membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-
norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang di maksud adalah perilaku
seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

2.5 Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

2.5.1 Tujuan Program KRR


a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi
bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
b. Tujuan Khusus

12
1. Meningkatnya komitmen para penentu dan pengambil kebijakan dari berbagai pihak
terkait, baik pemerintah dan non pemerintah.
2. Meningkatnya efektivitas penyelenggaraan upaya kesehatan reproduksi remaja
melalui peningkatan fungsi, peran dan mekanisme kerja di pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.
3. Meningkatnya keterpaduan dan kemitraan pelaksanaan program KRR bagi seluruh
sektor terkait, dipusat, provinsi dan kabupaten/kota.

2.5.2 Kebijakan dan Strategi KRR


Arah Kebijakan Program KRR adalah mewujudkan TEGAR REMAJA, dalam
rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera sebagai
misi Keluarga Berencana Nasional. Kehidupan remaja adalah tahap transisi kehidupan
yang memiliki 5 masa transisi kehidupan (five life transitions of youth) pada saat remaja
dihadapkan untuk mengambil keputusan dalam lima bidang kehidupan yaitu:

a. melanjutkan sekolah,
b. mencari pekerjaan,
c. memulai kehidupan berkeluarga,
d. menjadi anggota masyarakat, dan
e. mempraktekkan hidup sehat.

Dari lima bidang atau tahapan kehidupan dimana remaja harus mengambil keputusan
ternyata sangat tergantung pada cara remaja mengambil keputusan untuk bisa mempraktekan
hidup sehat. Keputusan apakah remaja mempraktekkan atau tidak mempraktekkan hidup
sehat akan mewarnai kualitas kehidupan pada 4 bidang kehidupan yang lain. Mempraktekkan
pola hidup sehat pada masa transisi kehidupan remaja adalah dalam rangka mewujudkan
kehidupan TEGAR REMAJA. Adapun ciri TEGAR REMAJA adalah remaja yang:

a. menunda usia pernikahan,


b. berperilaku sehat,
c. terhindar dari resiko TRIAD-KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, dan napza),
d. bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera,
e. menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

13
2.5.3 Ruang Lingkup Program KRR
Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:

a. Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi organ
reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin,
b. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS,
c. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya),

Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari resiko TRIAD KRR
seperti: kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa pertumbuhan, perubahan dan munculnya berbagai masalah
remaja menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Dipacu rekomendasi dari hasil
International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994 atau
yang disebut dengan Konperensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan,
telah menciptakan berbagai program pelayanan kesehatan reproduksi dalam konteks
pelayanan kesehatan dasar antara lain komunikasi informasi edukasi (KIE) mengenai
perkembangan seksualitas, kesehatan reproduksi dan kewajiban orang tua yang bertanggung
jawab agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi.

Penelitian WHO menunjukkan kurangnya pengertian remaja tentang masa subur


dapat terlihat pada pengetahuan mereka tentang risiko kehamilan.Kurangnya pengetahuan
remaja ini perlu mendapatkan perhatian karena hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan tetap mempunyai risiko untuk hamil.Pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan cara-cara melindungi dirinya terhadap risiko kesehatan reproduksi masih
relatif rendah.Oleh karena itu kesehatan reproduksi remaja perlu mendapatkan perhatian
yang lebih.

3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan yag telah disampaikan penulis berharap makalah ini dapat
bermanfat bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurarangan dalam makalah ini,
dengan itu penulis mengharapkan masukan dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Siti Latifa Resky, Usman dan Arfianty. 2020. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Remaja Seksual di SMA Negeri 1 Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, Vol.
3, No. 3

Dewi Nadia Refilia dan Wiwin Hendriani. 2014. Faktor Protektif untuk Mencapai Resiliensi
pada Remaja Setelah Perceraian Orangtua. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental:
Vol. 3, No. 3

Dien, GAN dan Anggela, P. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja. Padang : FKM Unand
(Buku Ajar)

Hidyaningsih, Puti Sari dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Berisiko Remaja
di Kota Makassar Tahun 2009. Vol. 39, No. 2011:88-98

Kurniawan, Tri Prapto. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktek Kesehatan


Reproduksi Remaja di SMA Negeri Purbalingga Kabupaten Purbalingga. 2008.
Universitas Diponegoro. Semarang. Diakses melalui
http://eprints.undip.ac.id/18028/1/TRI_PRAPTO_KURNIAWAN.pdf pada tanggal 22
Februari 2022 pukul 22.45 WIB.

Marmi. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:Pustaka Belajar; 2015

Miswanto. 2014. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada Remaja.
Jurnal Studi Pemuda, Vol. 3 No. 2

Rahayu, Atikah dkk. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. 2017. Airlangga
University Press. Surabaya. Diakses melalui http://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-
content/uploads/2019/02/BUKU-AJAR-KESEHATAN-REPRODUKSI-REMAJA-DAN-
LANSIA.pdf pada tanggal 22 Februari 2022 pukul 23.00 WIB.

Rulmuzu, Fahrul. 2021. Kenakalan Remaja dan Penanganannya. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan: Vol. 5, No. 1

16
Thaha Rezky Yuliana, Riswan dan Resty Yani. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di SMPN 1 Buntao Kabupaten
Toraja Utara. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat: Vol. 2, No. 1

17

Anda mungkin juga menyukai