Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN FIELD LAB

PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)


DI PUSKESMAS JUMANTONO, KABUPATEN KARANGANYAR

Kelompok A IV
BENEDICTUS ADITYA S. G0016041
BINTANG ADITYA S. G0016045
JASON GAUTAMA G0016119
LUTHFI HAFIZH K. G0016137
WIRID SIRRI NURROBBI G0016229
YUDHISTIRA A. G0016235
DIANTI ALZENA PUTRI G0016063
DINABESTIKA ROIDANI G0016065
DIRDA AYU SABRINA G0016067
EVA NUR CHANIFAH R.I. G0016069
FATHIA FAUZIA RAHMAH G0016075
FATIKHA LIDEA RISKA MN. S. G0016077
FELIZIA ALIKA YUSMAN G0016081

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB
TOPIK MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

Disusun Oleh : Kelompok A-IV


Angkatan : 2016
Program Studi : S-1 Kedokteran
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Jumantono, Kabupaten Karanganyar
Tanggal Pelaksanaan : Lapangan 1: Rabu, 27 Maret 2019
Lapangan 2: Selasa, 09 April 2019
Lapangan 3: Rabu, 24 April 2019

Laporan ini telah disetujui dan disahkan di Puskesmas Jumantono, Kabupaten


Karanganyar pada tanggal 24 April 2019 oleh:

Kepala Puskesmas Jumantono, Instruktur Lapangan

drg. Bambang Mulyawan Wahyuni, Amd.Keb


NIP. 19690326 200312 1 003 NIP. 19670710 198803 2 013

Dosen Pembimbing Lapangan


Fakultas Kedokteran UNS

Sigit Setyawan, dr., M.Sc.


NIP. 198307292008010004

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
Daftar Tabel ........................................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 2
BAB II Kegiatan yang Dilakukan ......................................................................................... 3
A. Field Lab Koordinasi .................................................................................................. 3
B. Field Lab Lapangan Pertama .................................................................................... 3
C. Field Lab Lapangan Kedua ....................................................................................... 4
D. Field Lab Lapangan Ketiga ....................................................................................... 4
BAB III Pembahasan ............................................................................................................. 5
BAB IV Penutup ................................................................................................................... 12
A. Simpulan .................................................................................................................... 12
B. Saran .......................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 13
Lampiran ................................................................................................................................. v

iii
Daftar Tabel
Tabel 3.1 .................................................................................................................................. 6
Tabel 3.2 .................................................................................................................................. 8
Tabel 3.3 .................................................................................................................................. 9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, maka
angka kematian neonatal (AKN) adalah 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup,
menyiratkan bahwa 1 dari 67 anak meninggal dalam bulan pertama kehidupannya.
Angka kematian bayi (AKB) pada periode yang sama adalah 24 kematian per 1.000
kelahiran hidup dan Angka kematian balita (AKBA) adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Artinya, angka kematian balita (0-59 bulan) di Indonesia masih
dikatakan tinggi. Untuk itu, diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka
kematian tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan
dalam menangani balita sakit, terutama tenaga medis di Puskesmas sebagai lini
terdepan pemberi pelayanan. Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian
neonatal terbanyak sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia
(15,4 %). Kematian bayi dan balita terbanyak adalah karena diare (42 %) dan
pneumonia (24 %). Hal itu dapat terjadi oleh karena beberapa hal dan yang paling
berperan adalah karena rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Perbaikan kesehatan
anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, gizi,
imunisasi, pencegahan trauma, pencegahan penyakit lain, dan memperbaiki dukungan
psikososial.
Berpijak dari hal tersebut, WHO dan UNICEF telah mengembangkan suatu
strategi/pendekatan yang disebut Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)
atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS atau manajemen terpadu balita
sakit adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi atau terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan baik mengenai beberapa
klasifikasi penyakit, status gizi, status imunitas, maupun penanganan balita sakit
tersebut dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu strategi untuk
meminimalisir tingkat mortalitas dan morbiditas dari balita melalui suatu pendekatan
yang meliputi preventif, promotif, dan kuratif.
World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS
sangat cocok diterapkan di negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di
lebih dari 100 negara dan terbukti dapat menurunkan angka kematian balita,

1
memperbaiki status gizi, meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
memeperbaiki kinerja petugas kesehatan, dan memperbaiki kualitas pelayanan dengan
biaya lebih murah.
MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu
sistem yang mempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.
Mengingat pentingnya manfaat dari MTBS maka sudah seharusnya mahasiswa
sebagai calon dokter memahami dan mampu melaksanakan MTBS tidak hanya di
puskesmas melainkan di berbagai pelayanan kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini adalah


diharapkan mahasiswa:

1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman


MTBS.
2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan
pedoman MTBS.
3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan
WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta.
4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita
sakit pada pedoman MTBS.
5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit berdasarkan
pedoman MTBS berupa perawatan di rumah.
6. Mampu melakukan pendampingan konseling berupa kapan kembali untuk
tindak lanjut.

2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Field Lab kelompok A4 dengan tema “Manajemen Terpadu Balita Sehat
(MTBS)” dilakukan di Puskesmas Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Pertemuan
dilaksanakan sebanyak empat kali termasuk koordinasi, dengan rincian sebagai berikut:

A. Field Lab Koordinasi


Hari, tanggal : Rabu, 20 Maret 2019
Tempat : Puskesmas Jumantono, Karanganyar
Kegiatan : Survei dan Koordinasi
Kegiatan pra-lapangan dilakukan pada hari Rabu, 20 Maret 2019 oleh
perwakilan kelompok yaitu Jason Gautama, Wirid Sirri N., Dirda Ayu S., Eva Nur
C.R.I., dan Fatikha Lidea R.MN.S. di Puskesmas Jumantono. Kami bertemu dengan
drg. Bambang Mulyawan selaku kepala puskesmas untuk menyerahkan surat
pengantar kegiatan Field Lab dan melakukan koordinasi untuk kegiatan pada
pertemuan selanjutnya.

B. Field Lab Lapangan Pertama


Hari, tanggal : Rabu, 27 Maret 2019
Tempat : Puskesmas Jumantono, Karanganyar
Kegiatan : Terbimbing dan Diskusi
Pada hari Rabu, 27 Maret 2019, sesuai kesepakatan sebelumnya pada saat
koordinasi dengan Kepala Puskesmas Jumantono, kami datang pada pukul 08.00
WIB. Kemudian kami menuju ke aula untuk mendapatkan bimbingan materi oleh drg.
Bambang Mulyawan selaku Kepala Puskesmas dan membuat perencanaan kegiatan
untuk lapangan kedua. Kami juga didampingi oleh dr. Sigit Setyawan, selaku dosen
pembimbing lapangan. Adapun kesepakatan yang didapat adalah kami akan
melakukan kegiatan MTBS di Puskesmas Pembantu di daerah Jumantono,
Karanganyar dan akan didampingi oleh Bu Wahyuni selaku instruktur program
MTBS di Puseksmas Jumantono Karanganyar.

3
C. Field Lab Lapangan Kedua
Hari, tanggal : Selasa, 09 April 2019
Tempat : Puskesmas Jumantono, Karanganyar
Kegiatan : Pemantauan Program MTBS
Pertemuan Field Lab lapangan kedua kami laksanakan pada hari Selasa, 09
April 2019. Agenda hari ini dimulai dengan berkumpul terlebih dahulu di Puskesmas
Jumantono Karanganyar pada pukul 07.30 WIB dan diberikan arahan kembali
mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut. Selanjutnya kami dibagi
menjadi 4 kelompok, terdiri dari kelompok 1 yang berkegiatan MTBS di Puskesmas
Jumantono dengan Ibu Wahyuni, kelompok 2 berkegiatan MTBS di Puskesmas
Pembantu Sringin dengan Ibu Wahyuningsih, kelompok 3 di Puskesmas Pembantu
Sedayu dengan Ibu Anita Muji Pratanti, serta kelompok 4 di Puskesmas Pembantu
Tunggulrejo dengan Ibu Nunik Sri Haytmi dan Ibu Sri Parmini. Setelah selesai
mendapatkan pengarahan, kami langsung menuju Puskesmas Pembantu masing-
masing sesuai kelompok yang sudah dibagi. Sesampainya di lokasi praktik, kami
membantu membersihkan dan menata tempat terlebih dahulu sebelum siap untuk
menerima pasien. Pasien yang kami layani adalah pasien umum, dengan hanya
beberapa kasus yang sesuai dengan topik MTBS. Dalam agenda ini, anggota
kelompok kami diberikan kepercayaan untuk membantu menangani pasien dengan
kondisi yang sesuai dengan topik MTBS, sementara pasien umum ditangani oleh
pihak puskesmas pembantu. Setelah selesai kami kembali berkumpul ke Puskesmas
Jumantono untuk mendapatkan pengarahan sebelum pulang.

D. Field Lab Lapangan Ketiga


Hari, tanggal : Rabu, 24 April 2019
Tempat : Puskesmas Jumantono, Karanganyar
Kegiatan : Presentasi dan Evaluasi
Pertemuan Field Lab Lapangan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 24 April
2019 di Puskesmas Jumantono Karanganyar. Kami berkumpul pada pukul 08.00
WIB. Pada pertemuan kali ini kami melakukan presentasi tentang hasil yang dari
kegiatan Field Lab yang telah kami lakukan sebelumnya. Selain melakukan
presentasi, kami juga melakukan revisi bilamana laporan Field Lab kami terdapat
kekurangan. Setelah selesai melakukan presentasi, kami menerima feedback dari

4
pihak puskesmas. Setelah selesai kegiatan, kami berpamitan pulang menuju tempat
tinggal masing-masing.

5
BAB III
PEMBAHASAN

Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas
kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai algoritma MTBS untuk melakukan penilaian /
pemeriksan. Setelah itu petugas akan mengklasifikasi semua gejala berdasarkan hasil tanya
jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenis
tindakan/pengobatan.
Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugan kesehatan akan menanyakan
kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya
umum seperti:
1. Apakah anak bisa minum atau menyusu?
2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
3. Apakah anak menderita kejang?
Kemudian petugas melihat, apakah anak tampak letargis atau tidak sadar?

Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:


1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas
2. Apakah anak menderita diare
3. Apakah anak demam
4. Apakah anak mempunyai masalah telinga
5. Memeriksa status gizi
6. Memeriksa anemia
7. Memeriksa status imunisasi
8. Memeriksa pemberian vitamin A
9. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikan


keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan /pengobatan yang
telah ditetapkan dalam penilaian / klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
2. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
3. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah
4. Memberikan konseling bagi ibu

6
5. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas

Dalam pelayanan MTBS, diperlukan standar kompetensi sebagai berikut:


1. Mampu memahami konsep waktu, sehingga di beberapa daerah diperlukan pelatihan
khusus mengenai penentuan umur anak, bayi muda dalam “minggu” dan balita dalam
“bukan”.
2. Mampu mengidentifikasi:
- Empat tanda bahaya umum pada balita sakit
- Tanda atau gejala penyakit pneumonia, diare, dan demam pada balita
- Mampu menentukan klasifikasi penyakit pada balita sakit
- Mampu menentukan tindakan yang tepat sesuai dengan klasifikasi
- Mampu merujuk segera
- Mampu melakukan tindakan yang diperlukan sebelum merujuk bayi muda
- Mampu mengisi formulir tatalaksanabalita sakit dan bayi muda
- Mampu melakukan pencatatan pengguanan dan permintaan logistik (Depkes
RI, 2014)

Pada kegiatan Field Lab topik Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Lapangan
kedua yang dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019, kami dibagi menjadi 4 kelompok
yang terdiri dari kelompok 1 melakukan kegiatan MTBS di Puskesmas Jumantono, kelompok
2 di Puskesmas Pembantu Sringin, kelompok 3 di Puskesmas Pembantu Sedayu, dan
kelompok 4 di Puskesmas Pembantu Tunggulrejo. Dari kegiatan tersebut, kami menemukan
12 kasus balita sakit. Berikut adalah rincian kasus balita sakit yang kami temukan :

1. Puskesmas Jumantono

No Nama Umur Berat Tinggi Suhu Keluhan Status


badan badan tubuh gizi
(kg) (cm) (°C)

1 Gendhis 20 9,5 81 34,2 Muntah-muntah Tidak


bulan BGM

7
2 Bilal 33 11,9 90 36,7 Batuk pneumonia 1 Tidak
bulan minggu, RR: BGM
52x/menit, tidak
ada tarikan dinding
dada, tidak ada
stridor

Demam 1 minggu,
suhu tubuh naik di
malam hari dan
turun di pagi hari,
ada pilek

3 Faiz 13 10,5 34,9 Gatal di lengan kiri Tidak


bulan atas BGM

4 Novita 36 12,2 36,9 Batuk pneumonia 1 Tidak


bulan hari, RR: BGM
50x/menit, tidak
ada tarikan dinding
dada, tidak ada
stridor

Demam, ada pilek

5 Sholeh 40 11 89 36,7 Batuk pneumonia 2 Tidak


bulan hari, RR: BGM
55x/menit, tidak
ada tarikan dinding
dada, tidak ada
stridor

Demam 2 hari, ada


pilek

8
6 Daniel 4,5 15,4 103 36,6 Batuk bukan Tidak
tahun pneumonia 2 hari, BGM
RR: 24x/menit,
tidak ada tarikan
dinding dada, tidak
ada stridor

Demam 2 hari, ada


pilek

7 Khansa 28 7,2 66 38,1 Demam sejak tadi Tidak


mingg pagi BGM
u

8 Silui 30 11,2 84 36 Batuk bukan Tidak


bulan pneumonia 1 hari, BGM
RR: 24x/menit,
tidak ada tarikan
dinding dada, tidak
ada stridor

Demam 1 hari, ada


pilek

9 Revan 9 77 36,9 Demam 2 hari, ada Tidak


pilek BGM

Gatal, sariawan

Tabel 3.1. Rincian Penemuan Kasus Balita Sakit di Puskesmas Jumantono

No Nama Umur Berat Tinggi Suhu Keluhan Status


badan badan tubuh gizi
(kg) (cm) (°C)

9
1 Aprilia Nur 48 12 - 39 Demam, Tidak
Khasanah bulan batuk, dan BGM
pilek sejak
sehari yang
lalu. Tidak
terdapat
gangguan
pada telinga.
Riwayat
Imunisasi
lengkap
serta pasien
rutin
konsumsi
vitamin A.

2 Naffa Fadila 18 10,3 - 36,4 Demam Tidak


bulan sejak 1 hari BGM
yang lalu
tanpa
disertai
batuk, pilek,
maupun
gangguan
pada telinga.
Riwayat
Imunisasi
lengkap
hingga usia
18 bulan.
Rutin
Konsumsi
vitamin A

10
Tabel 3.2. Rincian Penemuan Kasus Balita Sakit di Puskesmas Pembantu Sedayu

No. Nama Umur Berat Tinggi Suhu Keluhan Status


badan badan tubuh gizi
(kg) (cm) (derajat
celcius)

1 Nindya 24 9 37 Kemerahan Tidak


Calista bulan dimata. Tidak BGM
Putri disertai demam,
batuk, pilek
maupun
gangguan pada
telinga. Riwayat
Imunisasi
lengkap. Tidak
konsumsi
vitamin A

Tabel 3.3. Rincian Penemuan Kasus Balita Sakit di Puskesmas Pembantu Tunggulrejo

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ditemukan 9 kasus balita sakit di


Puskemas Jumantono, 2 kasus balita sakit di Puskesmas Pembantu Sedayu, dan 1 kasus balita
sakit di Puskesmas Tunggulrejo, sedangkan di Puskesmas Pembantu Sringin tidak ditemukan
kasus balita sakit. Menurut alur MTBS, hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa
adanya tanda bahaya umum yang dapat dilihat dari kondisi anak/bayi antara lain; apakah
anak/bayi masih mau minum ASI/makan, apakah ada riwayat atau tanda kejang, apakah
anak/bayi memuntahkan semuanya, dan apakah anak tampak letargis atau tidak sadar. Setelah
dilakukan pemeriksaan pada anak dan alloanamnesa terhadap ibu tidak ditemukan adanya
tanda bahaya umum pada 12 balita tersebut. Selanjutnya, kami melakukan pemeriksaan
antropometri untuk mengukur berat badan dan tinggi badan, serta pemeriksaan suhu badan.

11
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menanyakan mengenai keluhan
utama anak tersebut. Setelah dilakukan anamnesis, terdapat 6 balita yang datang dengan
keluhan utama batuk, pilek, dan demam; 1 balita dengan keluhan demam, gatal dan sariawan;
2 balita dengan keluhan demam; 1 balita dengan keluhan muntah-muntah; 1 balita dengan
keluhan gatal-gatal; serta 1 balita dengan keluhan ada bejolan ada matanya (hordeolum). Dari
hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat 9 kasus balita sakit yang termasuk dalam
kategori MTBS, yaitu balita yang datang dengan keluhan demam dan batuk. Sedangkan 3
kasus balita yang lain bukan termasuk kategori MTBS, karena datang dengan keluhan
muntah-muntah, gatal-gatal, dan hordeolum.
Sembilan balita sakit yang termasuk kategori MTBS, datang dengan keluhan demam,
baik yang dengan keluhan tambahan lain, maupun yang tidak. Sesuai dengan prosedur
MTBS, kami menanyakan onset keluhan, serta memeriksa apakah ada tanda-tanda campak
dan demam berdarah atau tidak. Untuk 6 pasien yang datang dengan keluhan batuk, kami
melanjutkan alur MTBS, yaitu dengan menanyakan onset keluhan; melakukan pemeriksaan
laju napas; dan melakukan identifikasi pneumonia, dengan melihat adanya retraksi dinding
dada dan memeriksa adaya stridor. Selanjutnya kami melakukan penilaian pada status gizi
balita, status imunisasi balita, dan memeriksa pemberian vitamin A pada balita. Untuk
pemeriksaan status gizi, kami menggunakan kurva IMT berdasarkan BB/U.
Sesuai dengan prosedur MTBS, selanjutnya kami melakukan klasifikasi penyakit
balita. Dari 9 balita yang datang dengan keluhan demam, tidak didapatkan adanya indikasi
campak ataupun demam berdarah. Didapatkan bahwa 3 pasien balita menderita batuk bukan
pneumonia, karena tidak didapatkan adanya napas cepat, retraksi dinding dada maupun
stridor; dan 3 balita batuk pneumonia karena mengalami takipneu/napas cepat. Hasil
pengukuran berat badan semua pasien anak menunjukkan Standar Deviasi BB/U menurut Z-
score -2 SD sampai dengan +2 SD, termasuk gizi normal, tidak ada malnutrisi, dan tidak
didapatkan anak dengan BGM (Bawah Garis Merah). Status imunisasi semua anak sudah
lengkap dan sudah diberikan vitamin A. Tidak ada keluhan lain pada anak dan tidak
didapatkan masalah pemberian makan.
Setelah itu, kami melakukan langkah-langkah tindakan /pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian / klasifikasi dan memberi edukasi kepada ibu, mengenai cara
pemberian obat oral di rumah dan menasihati ibu kapan harus kembali ke puskesmas
Secara umum, pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
Jumantono, Puskesmas Pembantu Sringin, Puskesmas Pembantu Sedayu, dan Puskesmas
Pembantu Tunggulrejo berjalan dengan lancar. Namun, kami menghadapi beberapa kendala

12
dalam pelaksanaan kegiatan MTBS tersebut. Adapun kendala yang kami hadapi antara lain
pasien balita yang rewel dan kurang kooperatif; kurangnya edukasi mengenai pencegahan
penyakit kepada pasien; serta tidak meratanya persebaran penemuan kasus balita sakit antara
di Puskesmas Jumantono, Puskesmas Pembantu Sedayu, Puskesmas Pembantu Tunggulrejo,
dan Puskesmas Pembantu Sringin, sehingga ada Puskesmas Pembantu yang tidak
mendapatkan pasien balita sakit, yaitu Puskesmas Pembantu Sringin. Namun dari kendala
yang kami hadapi tersebut, telah dapat diatasi dengan berbagai cara. Untuk pasien balita yang
rewel dan kurang kooperatif, kami mendapat bantuan dari Ibu Wahyuni, Ibu Anita Muji
Pratanti, serta orangtua balita tersebut untuk menenangkannya sehingga pemeriksaan tetap
berjalan lancar.

13
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. MTBS adalah suatu pendekatan terpadu dalam tata laksana balita yang datang ke
fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif,
promotif, preventif, dan rehabilitatif.
2. MTBS sangat sesuai untuk diterapkan di negara berkembang karena MTBS
merupakan jenis intervensi yang paling cost effective.
3. Kegiatan MTBS di Puskesmas Jumantono sudah dijalankan dengan baik dan
lancar.

B. SARAN
1. Peningkatan sosialisasi tentang pelaksanaan MTBS di Puskesmas pembantu
diperlukan agar masyarakat tidak ragu untuk memeriksakan anak balitanya sedini
mungkin ke poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas.
2. Peningkatan sarana dan prasarana di puskesmas pembantu untuk meningkatkan
minat masyarakat untuk memeriksakan anaknya di puskesmas pembantu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chaturvedi dan Kanupriya Chaturvedi. 2003. Adaptation of the Integrated Management of


Newborn and Childhood Illness (IMNCI) Strategy for India.

Depkes R1. 2014. Pedoman Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis
Masyarakat (MTBS-M). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Depkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Depkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Lesley Bamford. 2008. IMCI: new developments and trends. National Department of
Health.

Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak. Disampaikan
pada Simposium Pediatri TEMILNAS 2009 Surakarta 01 Agustus 2009.

Surjono, Achmad. Endang DL, Alan R. Tumbelaka, et al.1998. Studi Pengembangan


Puskesmas Model Dalam Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

WHO. 2002. Overview of IMCI strategy and implementation. Department Child and
Adolescent Health and Development. Jeneva

Wijaya, Awi M. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Diunduh dari :
http://infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=37:manaje
men-terpadu-balitasakit-mtbs&catid=27: helath-programs&Itemid=44 (Diakses 1 Maret
2010).

15
LAMPIRAN

Gambar 1. Anggota kelompok berfoto


bersama dengan instruktur lapangan Gambar 3 Anggota kelompok sedang

Puskesmas Jumantono melakukan tatalaksana MTBS

Gambar 2. Anggota kelompok sedang Gambar 4. Anggota kelompok sedang


melakukan anamnesis pasien melakukan analisis terkait MTBS

Anda mungkin juga menyukai