Di Susun Oleh :
A. Definisi
Sectio Caecaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (NANDA, 2015). Sectio Caecaria suatu
persalitan buatan, dimana janin dilahirkan mellui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding Rahim dengan sayatan Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Winkjosastro, 2013).
Sectio Caecaria adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (amru sofian 2012). Secio caecaria adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina .
C. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan secio caeserea , bahkan sekarang
sectio caeserea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
panggul sempit, partus tidak maju (partus lama) , pre-eklamsi, distoksia service, dan mall
presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan
yaitu secio saecerea. . Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan
menyebabkan pasien mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intorelansi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan akan ilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dn saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostagladin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir , daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi ,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi .
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. Elektrolit
4. Pemeriksaan urin
I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Umum
2. Riwayat Perawatan
a. Keluhan utama
Keluahan utama yang biasa ditemukan adalah nyeri seperti tusuk-tusuk,
panas, perih , mules, dan sakit pada jahitan perineum
b. Riwayat penyakit sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tba-tiba atau
perlahan , lokasi, obat yang diminum dan cara penanggulangan
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit yang diderita keluaga baik penyakit kronis, keturunan, maupun
menular.
d. Riwayat seksualitas / reproduksi
Kebanyakan klien enggan diajak untuk berhubungan dengan pasangan.
Frekuensi untuk berhubungan berkurang karena pasien masih merasakan sakit
pada area bekas operasi.
Usia menarche, siklus haid,lama haid, haid terakhir.
Masalah dalam menstruasi,apakah ibu pernah melakukan papsmear
Penggunaan kontrasepsi sebelumnya (IUD, suntik, implan dan oral)
Riwayat reproduksi
3. Pengkajian Psikososial
Pengkajian faktor emosional, perilaku, dan sosial pada masa pascapartum
memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan kelurga terhadap
dukungan, penyuluhan dan bimbingan antisipasi , respons mereka terhadap
pengalaman kehamilan dan persalinan , dan perawatan pascapartum dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembanan tanggung jawab menjadi orang tua baru.
Perawat juga mengkaji pengetahuan kemampuan ibu yang terkait dengan
perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan pemeliharaan kesehatan serta
perasaan tentang diri dan gambaran diri.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh diukur setiap 4-8 jam selama beberapa hari pasca partum karena
demam biasanya merupakan tanda awal infeksi. Suhu tubuh 38 derajat
mungkin disebabkan oleh dehidrasi karens awitan laktasi dalam 2-4 hari.
Demam yang menetap atau berulang diatas angka ini pada 24 jam pertama
dapat menandakan adanya infeksi.
Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6-10 hari
pascapartum dengan frekuensi nadi 40-70x/menit. Frekuensi diatas
100x/menit (takikardi) dapat menunjukkan adanya infeksi, hemoragic , nyeri
atau kecemasan. Nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan
hipotensi menunjukkan hemoragi, syok, atau emboli.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan.
Wanita pascapartum dapat mengalami hipertensi ortostic karena diuresis dan
diaphoresis, yag menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler.
Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli.
Peningkatan tekanan darah dapat menunjukkan hipertensi akibat kehamilan,
yang dapat muncul pertama kali pada masa pascapartum. Kejang eklemsia
dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari pascapartum. Nadi dan tekanan
darah diukur setiap 4-8 jam, kecuali jika ada penyimpangan dari nilai normal
sehingga perlu diukur lebih sering.
Suhu tubuh diukur setiap 4-8 jam selama beberapa hari pasca partum karena
demam biasanya merupakan tanda awal infeksi. Suhu tubuh 38 derajat
mungkin disebabkan oleh dehidrasi karens awitan laktasi dalam 2-4 hari.
Demam yang menetap atau berulang diatas angka ini pada 24 jam pertama
dapat menandakan adanya infeksi.
Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6-10 hari
pascapartum dengan frekuensi nadi 40-70x/menit. Frekuensi diatas
100x/menit (takikardi) dapat menunjukkan adanya infeksi, hemoragic , nyeri
atau kecemasan. Nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan
hipotensi menunjukkan hemoragi, syok, atau emboli.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan.
Wanita pascapartum dapat mengalami hipertensi ortostic karena diuresis dan
diaphoresis, yag menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler.
Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli.
Peningkatan tekanan darah dapat menunjukkan hipertensi akibat kehamilan,
yang dapat muncul pertama kali pada masa pascapartum. Kejang eklemsia
dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari pascapartum. Nadi dan tekanan
darah diukur setiap 4-8 jam, kecuali jika ada penyimpangan dari nilai normal
sehingga perlu diukur lebih sering.
b. Pernafasan
Klien post operasi terjadi peningkatan pernafasan, lihat adanya tarikan dinding
dada, frekuensi pernapasan, irama nafas, serta kedalam bernapas.
c. Kepala dan muka
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidak adanya hiperpigmentasi pada
wajah ibu ,amati warna dari keadaan rambut, kaji kerontokan dan kebersihan
rambut , kaji pembengkakan pada muka.
d. Mata
Amati ada atau tidak ada peradangan pada kelopak mata, kesimetrisan kanan
dan kiri , amati keadaan conjungtiva, sclera (ikterik atau indikasi
hiperbilirubin dan gangguan pada hepar), pupil (isokor kanan dan kiri
(normal)). Refleks pupil terhadap cahaya miosis atau mengecil, ada atau tidak
adanya nyeri tekan, atau peningkatan intraokuler pada kedua bola mata .
e. Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat ditengah, kaji adanya masa abnormal
dalam hidung dan adanya sekret. Kaji adanya nyeri tekan pada hidung.
f. Telinga
Amati kesimetrisan , warna, ada atau tidak adanya luka , kebersihan telinga, ,
amati ada atau tidak serumen otitis media.
g. Mulut
Amati bibir ada kelainan kogenital(bibir sumbing) warna, kesimetrisan ,
sianosis atau tidak dan pembengkakan. , lesi, amati adanya stomatitis pada
mulut, amati jumlah dn bentuk gigi, warna dan kebersihan gigi.
h. Leher
Amati adanya luka , kesimetrisan dan masa abnormal, kaji adanya distensi
vena jungularis , dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
i. Paru
Kesimetrisan bentuk /postur dada , dan gerakan nafas (frekuensi irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot bantu nafas), warna kulit,
lesi, edema, pembengkakan/penonjolan, kaji pergerakan dada , massa, nyeri,
tractile fremitus apakah normal kanan dan kiri, perkusi (normalnya berbunyi
sonor), kaji bunyi (normal kanan dan kiri terdengar vesikuler).
j. Cardiovskuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta peningkatan
tekanan darah.
k. Payudara
Pengkajian payudara selama pasca partum meliputi inspeksi ukuran , bentuk,
warna, dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pad 1 sampai 2 hari pertama pascapartum,
payudara tidak banyak berubah kecil, kecuali skresi kolostrum yang banyak.
Pada ibu menyusui, saat asi mulai diproduksi payudara menjadi lebih besar ,
keras, hangat dan mungkin terasa berbenjol-benjol atau bernodul. Wanita
sering mengalami ketidaknyamanan dengan awitan awal laktasi. Pada wanita
yang tidak menyusui, perubahan ini kurang menonjol dan menghilang dalam
beberapa hari. Banyak wanita mengalami pembengkakan nyata seiring dengan
awitan menyusui. Payudara menjadi lebih besar, dan teraba beras dan tegang
dengan kulit tegang yang mengkilap serta terlihatnya pembesara vena
berwarna biru. Payudara dapat terasa sangat nyeri dan teraba panas saa
disentuh.
l. Abdomen
Kaji apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa, lingkar
abdomen , bising usus, tampak linear nigra atau alba , striae livida atau
albican, terdapat bekas luka operasi. Mengkaji luka jahitan post sectio
caesarea yang meliputi kondisi luka (melintang, membujur, keringm basahm
atau adanya nanah atau tidak). Dan mengkaji kondisi jahitan (jahitan menutup
atau tidak, terdapat tanda-tanda infeksi serta warna kemerahan pada sekitar
area jahitan luka postsectio sectio caesarea.
m. Ekstremitas bawah
Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, varises, suhu dan
pembengkakan dirasakan dengan palpasi.
Tanda-tanda tromboflebitis adalah bengkak unilateral, kemerahan, panas, dan
nyeri tekan biasanya terjadi pada betis. Trombosis pada vena femoralis
menyebbakan nyeri dan nyeri tekan pada bagian distal paha dan daerah
popliteal. Tanda hormon munculnya nyeri betis saat gerakan dorsofleksi.
n. Genitalia
Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, varises, suhu dan
pembengkakan dirasakan dengan palpasi.
Tanda-tanda tromboflebitis adalah bengkak unilateral, kemerahan, panas, dan
nyeri tekan biasanya terjadi pada betis. Trombosis pada vena femoralis
menyebbakan nyeri dan nyeri tekan pada bagian distal paha dan daerah
popliteal. Tanda hormon munculnya nyeri betis saat gerakan dorsofleksi
5. Nutrisi
Ibu yang menyusui mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, pil zat besi
harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin, makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Makan makanan bergizi terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan buah.
Konsumsi sayur hijau seperti bayam , sawi, kol dan sayur hijau lainnya menjadi
sumber makanan bergizi. Untuk lauk pauk dapat memilih daging ayam, ikan, telur
dan sejenisnya. Ibu post secti caesar harus menghindari makanan dan minuman
yang mengandung bahan kimia, pedas dam menimbulkan gas, karena gas perut
kadang-kadang menimbulkan masalah sesudah secio caesarea . jika ada gas dalam
perut iu akan merasakan nyeri yang menusuk (Siti, dkk 2013)
6. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, bau, serta masalah eliminasi (Anggraini, 2010) .
pada klien post SC biasanya 2-3 hari mengalami kesulitan buang air besar
(konstipasi) hal ini dikarenakan ketakuan akan rasa sakit pada daerah sekitar post
operasi dan takut jahitan terbuka karena mengegajan. (handayani, 2011).
7. Peremiksaan Penunjang
Untuk mengkaji apakah ada anemia , pemeriksaan darah lengkap, hematokit atau
hemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah persalinan. Karena
banyaknya adaptasi fisilologis saat wanita kembali ke keadaan sebelum hamil,
nilai darah berubah setelah melahirkan. Dengan rata-rata kehilangan darah 400-
500 ml, penurunan Ig kadar hemoglobin atau 30 % nilai hematokrit masih dalam
kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang lebih besar disebabkan oleh
perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi, atau anemia prenata.
Selama 10 hari pertama pascapartum jumah sel darah putih dapat meningkat
sampai 20.000/mm3 sebelum akhirnya kembali ke nilai normal. Karena
komponen selular lekosit ini mirip dengan komponen selular selama infeksi,
peningkatan ini dapat menutupi proses infeksi kecuali jika jumlah sel darah putih
lebih tinggi dari jumlah fisiologis.
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN DENGAN INDKASI SECTIO CAECARIA
1. Defenisi
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya
sendiri untuk menyusu sesegera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan
kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008). Kebijakan inisiasi menyusu
dini telah disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007 (Roesli, 2008). World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk mendapatkan
kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai infeksi dan
mendapatkan ASI sejak lahir selama 6 bulan (Kemenkes, 2012).
Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu
dini, baik kondisi ibu maupun kondisi bayi. Namun biasanya kondisi seperti ini hanya
ditemui di Rumah Sakit karena kondisi ini merupakan kondisi kegawatdaruratan yang
penanganan persalinannya pun hanya dapat dilakukan oleh dokter-dokter yang ahli
dibidangnya (Roesli, 2008).
3. Langkah-langkah tindakan
Menurut Roesli (2010), tahapan yang biasanya dilakukan bayi pada saat IMD adalah :
a. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya
b. Memasukkan tangan ke mulut.
c. Menghisap tangan dan mengeluarkan suara
d. Bergerak ke arah payudara dengan aerola sebagai sasaran.
e. Menyentuh puting susu dengan tangannya.
f. Menemukan puting susu.
g. Melekat pada puting susu.
h. Menyusui untuk pertama kalinya