Anda di halaman 1dari 17

NAMA : SANDY ARDHI ASMARA

NIM : 30323042
PRODI : D3 FARMASI
Judul Esai : PANDANGAN ISLAM MENGENAI VAKSINASI COVID 19 DARI
PRESPEKTIF SEJARAH DAN SAAT INI.

 PENGERTIAN VAKSINASI

Menurut World Health Organization (2019), imunisasi atau vaksinasi adalah cara
sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit
berbahaya, sebelum bersentuhan dengan agen penyebab penyakit.

Vaksinasi, menurut para ahli, adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Hal ini
dilakukan dengan memberikan antigen atau bakteri dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh akan memiliki kekebalan
terhadap penyakit tersebut. Dengan demikian, jika terpapar dengan patogen yang
sebenarnya, tubuh akan memiliki kekebalan yang sudah terbentuk dan hanya
mengalami gejala ringan atau bahkan tidak sakit sama sekali. Vaksinasi dianggap
sebagai salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan
menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat penyakit-penyakit tertentu.

vaksinasi juga dianggap sebagai upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan
efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, vaksinasi dapat mencegah beberapa penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti polio, tuberculosis, hepatitis B,
difteri, campak rubella, sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital
rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang paru), meningitis (radang
selaput otak), dan cacar air.

Vaksinasi juga dianggap sebagai investasi kesehatan untuk masa depan karena
dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi dan mencegah
seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal. Selain itu,
perkembangan teknologi dan informasi dalam bidang kesehatan telah
menghasilkan beberapa vaksin baru, seperti Rotavirus, Japanese Encephalitis,
dan lain-lain, serta vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan
imunisasi, mengurangi jumlah suntikan, dan kontak dengan petugas.

Namun, terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan vaksinasi, seperti


perbedaan persepsi yang ada di masyarakat, takut anaknya demam, sering sakit,
keluarga tidak mengizinkan, tempat vaksinasi jauh, tidak tahu tempat vaksinasi,
serta sibuk/repot . Selain itu, pemahaman yang kurang mengenai vaksinasi dan
efek samping yang mungkin terjadi juga dapat menyebabkan orang tua atau
masyarakat tidak membawa anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga
mengakibatkan sebagian besar bayi dan balita belum mendapatkan vaksinasi.

Untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan vaksinasi, diperlukan upaya-


upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya vaksinasi. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye sosialisasi dan
edukasi mengenai manfaat vaksinasi, serta memberikan informasi yang akurat
dan jelas mengenai efek samping yang mungkin terjadi.

Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan program imunisasi rutin yang
dilaksanakan secara wajib dan berkesinambungan pada periode waktu yang telah
ditetapkan sesuai dengan usia dan jadwal imunisasi. Program ini dilaksanakan di
berbagai tempat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, rumah
bersalin, polindes, posyandu, kunjungan rumah, sekolah, serta oleh swasta seperti
rumah sakit, dokter praktik, dan bidan praktik,

Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan, terutama bidan, sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan imunisasi kepada masyarakat, terutama di
daerah yang sulit dijangkau. Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan jika
fasilitas kesehatan sulit dijangkau, karena ada disparitas geografis dan
transportasi yang tidak memungkinkan,

Dengan upaya-upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan cakupan


vaksinasi, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, serta meningkatkan
kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Cakupan vaksinasi bervariasi tergantung pada akses, keterjangkauan, kesadaran,
dan penerimaan. Beberapa umat Muslim memiliki kekhawatiran terhadap vaksin
dan obat-obatan non-halal, mungkin menyebabkan ketidakdivaksinasi. Dalam
Islam, umat diwajibkan untuk mengikuti hukum Syariah yang melarang konsumsi
bahan haram seperti babi.

Bahan-bahan dari babi, seperti trypsin babi dan gelatin babi, digunakan dalam
produksi vaksin. Meskipun trypsin semi-sintetik tersedia, trypsin babi umum
digunakan karena lebih terjangkau. Gelatin babi digunakan untuk stabilisasi dalam
vaksin. Sertifikasi halal untuk vaksin COVID-19 dikeluarkan oleh lembaga resmi,
seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Di Indonesia, vaksin Sinovac telah disertifikasi Halal oleh MUI, sedangkan


AstraZeneca dianggap haram karena menggunakan trypsin babi dalam produksi
awal. Namun, AstraZeneca tetap digunakan di beberapa negara Muslim.
Beberapa vaksin lain belum tersertifikasi Halal atau Haram oleh MUI. Ada
kekhawatiran bahwa seperti vaksin campak-rubella sebelumnya, keputusan
agama dapat mempengaruhi cakupan vaksin COVID-19, terutama di provinsi
dengan pertimbangan keagamaan yang kuat.

Pentingnya keterlibatan pemimpin agama dalam memberikan fatwa tentang vaksin


non-halal dalam keadaan darurat disoroti sebagai langkah untuk memastikan
penerimaan vaksin dalam komunitas Muslim.

 MANFAAT VAKSIN

Manfaat vaksinasi sangatlah besar dalam upaya pencegahan penyakit dan


perlindungan kesehatan masyarakat. Beberapa manfaat utama vaksinasi meliputi:

 Mencegah Penyakit Serius


Vaksinasi membantu melindungi individu dari penyakit serius seperti polio,
campak, rubella, hepatitis B, difteri, tetanus, dan lainnya. Dengan
memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit ini, vaksinasi dapat
mencegah terjadinya kasus penyakit yang dapat mengakibatkan
komplikasi serius bahkan kematian.
 Perlindungan Masyaraka
Selain melindungi individu yang divaksin, vaksinasi juga membantu
melindungi masyarakat secara keseluruhan dengan menciptakan
kekebalan komunal atau "herd immunity". Hal ini berarti bahwa ketika
sebagian besar populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit,
maka penyakit tersebut akan sulit menyebar di masyarakat, melindungi
individu yang rentan dan tidak dapat divaksin.
 Mengurangi Beban Kesehatan Masyarakat
Dengan mencegah penyakit-penyakit tertentu, vaksinasi membantu
mengurangi beban penyakit dan cedera yang memerlukan perawatan
medis intensif, mengurangi biaya perawatan kesehatan, serta mengurangi
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular.
 Mengurangi Penyebaran Penyakit
Vaksinasi membantu mengurangi penyebaran penyakit menular di
masyarakat, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya wabah penyakit.
 Mencegah Komplikasi Serius
Dengan memberikan kekebalan terhadap penyakit, vaksinasi juga
membantu mencegah terjadinya komplikasi serius yang dapat timbul akibat
penyakit tersebut.
 Merangsang Sistem Kekebalan Tubuh
Vaksin yang terdiri dari berbagai produk biologi dan bagian dari virus yang
sudah dilemahkan yang disuntikkan ke dalam manusia, akan merangsang
timbulnya imun atau daya tahan tubuh seseorang.
 Mengurangi Risiko Penularan
Tubuh seseorang yang telah disuntikkan vaksin, akan merangsang
antibodi untuk belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan tersebut.
Dengan demikian, tubuh akan mengenai virus dan mengurang risiko
terpapar.
 Mengurangi Dampak Berat dari Virus
Dengan kondisi kekebalan tubuh yang telah mengenali virus, maka jika
sistem imun seseorang kalah dan kemudian terpapar, maka dampak atau
gejala dari virus tersebut akan mengalami pelemahan.
 Mencapai Herd Immunity
Semakin banyak individu yang melakukan vaksin di sebuah daerah atau
negara, maka Herd Immunity akan tercapai, sehingga meminimalisir risiko
paparan dan mutasi dari virus Covid-19

Dengan adanya informasi diatas, diharapkan masyarakat akan mendapatkan


kesadaran bersama tentang penting nya melakukan vaksinasi di tengah pandemi
yang melanda saat ini.

Dengan memahami manfaat vaksinasi dan terus meningkatkan cakupan


vaksinasi, diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan
terlindungi dari penyakit menular yang dapat dicegah.

 MACAM MACAM VAKSIN

Ada beberapa macam vaksinasi yang umumnya diberikan kepada anak-anak dan
orang dewasa. Berikut adalah beberapa contoh vaksinasi yang umumnya
diberikan:

 Vaksin Polio: Vaksin polio digunakan untuk mencegah penyakit polio yang
disebabkan oleh virus polio. Vaksin ini umumnya diberikan dalam bentuk
tetes oral atau suntikan.
 Vaksin Hepatitis B: Vaksin hepatitis B digunakan untuk mencegah infeksi
virus hepatitis B yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Vaksin ini
umumnya diberikan dalam beberapa dosis.
 Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Vaksin DPT mengandung antigen
difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini digunakan untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.
 Vaksin MMR (Campak, Mumps, Rubella): Vaksin MMR digunakan untuk
mencegah penyakit campak, gondongan (mumps), dan rubella (campak
Jerman).
 Vaksin Influenza: Vaksin influenza atau flu digunakan untuk mencegah
infeksi virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit flu.
 Vaksin HPV (Human Papillomavirus): Vaksin HPV digunakan untuk
mencegah infeksi virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks dan
beberapa jenis kanker lainnya. Vaksin Pneumokokus: Vaksin
pneumokokus digunakan untuk mencegah infeksi bakteri pneumokokus
yang dapat menyebabkan pneumonia, otitis media, dan infeksi lainnya.
 Vaksin Rotavirus: Vaksin rotavirus digunakan untuk mencegah infeksi virus
rotavirus yang dapat menyebabkan diare berat pada anak-anak.
 Vaksin Varisela (Varicella): Vaksin varisela digunakan untuk mencegah
penyakit cacar air (varicella).
 Vaksin Meningokokus: Vaksin meningokokus digunakan untuk mencegah
infeksi bakteri Neisseria meningitidis yang dapat menyebabkan penyakit
meningitis dan sepsis.
 Vaksin Flu (influenza): Untuk mencegah flu, CDC merekomendasikan
vaksinasi flu tahunan untuk semua orang, mulai dari anak-anak yang
berusia 6 bulan ke atas sampai orang tua. Vaksin untuk dewasa ini penting,
terutama untuk ibu hamil, orang dengan kondisi kesehatan jangka panjang
dan orang berusia 65 tahun ke atas. Namun, orang tua tidak boleh
mendapatkan vaksin flu semprot
 Vaksin Tdap: Vaksin Tdap juga penting untuk orang dewasa, karena bisa
memberikan perlindungan dari tetanus, difteri, dan batuk rejan (pertusis).
Satu dosis vaksin Tdap secara rutin diberikan pada usia 11 atau 12 tahun.
Namun, bila kamu belum pernah mendapatkan vaksin ini, CDC
merekomendasikan untuk mendapatkannya sesegera mungkin. Vaksin
Tdap juga dianjurkan untuk ibu hamil. Idealnya, vaksin diberikan antara
minggu ke-27 dan ke-36 kehamilan. Booster Td direkomendasikan setiap
10 tahun.
 Vaksin Herpes Zoster: Untuk mencegah herpes zoster, CDC
merekomendasikan vaksin Shingrix untuk orang dewasa sehat berusia 50
tahun ke atas. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis. Meskipun jarang
membahayakan jiwa, herpes zoster atau yang lebih dikenal sebagai cacar
ular bisa menimbulkan ruam yang menyakitkan di tubuh. Jadi, penting
untuk mendapatkan vaksin herpes zoster untuk melindungi diri dari
penyakit tersebut.
 Vaksin COVID-19: Mengingat pandemi COVID-19 masih belum berakhir
dan virus corona terus bermutasi, dianjurkan untuk mendapatkan vaksin
COVID-19 sesegera mungkin. Vaksin ini bisa mencegah kamu terinfeksi
virus corona atau mengurangi risiko mengalami sakit parah, atau
meninggal akibat penyakit tersebut. Itulah jenis-jenis vaksin untuk dewasa
yang penting. Kamu juga bisa bertanya pada dokter mengenai jenis
vaksinasi yang kamu butuhkan. Selain vaksinasi, penting juga untuk
memeriksakan kesehatanmu secara berkala untuk mendeteksi masalah
kesehatan lebih dini. Dengan begitu, pengobatan bisa diberikan sedini
mungkin sebelum penyakit berkembang semakin parah.

Ini hanya beberapa contoh vaksinasi yang umumnya diberikan. Terdapat juga
vaksinasi lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan risiko penyakit di
masing-masing wilayah. Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter atau petugas
kesehatan untuk informasi lebih lanjut mengenai vaksinasi yang diperlukan.

 IMUNISASI DI INDONESIA

Imunisasi merupakan salah satu cara mencegah penularan penyakit menular yang
diberikan tidak hanya kepada anak-anak namun juga dewasa. Indonesia
merupakan negara yang memiliki cakupan imunisasi campak cukup besar
dibanding negara lain di Asia Tenggara, sebesar 84%. Pemerintah Indonesia juga
telah mengatur kepentingan memperoleh imunisasi dalam UU Kesehatan No. 36
tahun 2009 dan Permenkes No. 42 tahun 2003.

Di Indonesia, program imunisasi telah menjadi bagian integral dari upaya


kesehatan masyarakat sejak tahun 1956. Program imunisasi di Indonesia terus
berkembang dan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi
dan pengetahuan medis.

Beberapa poin penting terkait dengan program imunisasi di Indonesia meliputi:

1. Imunisasi Wajib: Indonesia memiliki jadwal imunisasi wajib yang harus diterima
oleh setiap anak. Imunisasi wajib ini mencakup vaksinasi untuk penyakit seperti
polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri, campak, rubella, dan sindrom kecacatan
bawaan akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS).

2. Program Pengembangan Imunisasi (PPI): Pada tahun 1977, program imunisasi


di Indonesia dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dengan tujuan mencegah penularan beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus serta Hepatitis B.

3. Cakupan Imunisasi: Cakupan imunisasi di Indonesia terus dipantau dan


dievaluasi. Data menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap di
Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, cakupan
imunisasi dasar lengkap kembali mengalami penurunan menjadi 57,95%.

4. Pengaruh Pandemi COVID-19: Seperti di banyak negara lain, pandemi COVID-


19 juga berdampak pada program imunisasi di Indonesia. Gangguan terkait
program imunisasi akibat pandemi COVID-19 telah dilaporkan, yang dapat
menyebabkan penurunan cakupan imunisasi dan meningkatkan risiko terjadinya
wabah penyakit lain.

Program imunisasi di Indonesia terus berkembang dan disesuaikan dengan


kebutuhan kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi
dan mengatasi tantangan yang muncul selama pandemi COVID-19 menjadi fokus
penting dalam menjaga kesehatan masyarakat melalui imunisasi.

Pelaksanaan imunisasi sebagai program pelayanan kesehatan primer saat ini


menjadi fokus pilar transformasi Kementerian Kesehatan. Tahun 2023, Pekan
Imunisasi Dunia (PID) telah mengusung tema nasional Ayo Lindungi Diri,
Keluarga, dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap diharapkan tema ini dapat
menjadi pengingat dan penyemangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
mampu mengejar ketertinggalan imunisasi bagi dirinya, keluarganya, dan tentu
untuk perlindungan bagi masyarakat di sekitarnya. Saat ini cakupan imunisasi
rutin lengkap nasional perlahan kembali meningkat pasca pandemi COVID-19.
Kini sekitar 94,9% anak-anak Indonesia telah diimunisasi. Menteri Kesehatan
Budi G. Sadikin mengatakan saat ini pemerintah terus menggenjot cakupan
imunisasi di seluruh pelosok Indonesia. “Selamat dan terima kasih karena
berhasil meningkatkan kembali cakupan imunisasi dari 84% di tahun 2019 ke
94,9% di tahun 2022. Saya beri nilai bagus, namun ini belum cukup,” kata
Menkes saat menghadiri puncak peringatan Pekan Imunisasi Dunia (PID) Tahun
2023 di Kantor Kementerian Kesehatan Jakarta pada Minggu (7/5). Sebab,
masih ada sekitar 5% atau 240.000 anak-anak Indonesia yang belum
mendapatkan perlindungan tambahan dari imunisasi dasar lengkap. Artinya
mereka masih berisiko tinggi terkena penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Menkes menilai percepatan imunisasi perlu dilakukan terutama
di Daerah Terluar DTPK serta di daerah-daerah yang cakupan imunisasinya
masih rendah. Menurut Menkes, implementasinya perlu difokuskan pada dua hal.
Pertama, meningkatkan pengetahuan masyarakat utamanya ibu hamil akan
pentingnya perilaku promotif preventif melalui pemberian imunisasi rutin lengkap
pada anak. Kedua, memeratakan cakupan imunisasi di seluruh pelosok Tanah
Air. Logistik imunisasi harus bisa terdistribusi di kurang lebih 7000 pulau di
Indonesia. Perwakilan WHO Indonesia, Dr. N. Paranietharan menyebut selama
pandemi COVID-19 sebanyak 1,1 juta anak Indonesia tidak mendapatkan
imunisasi dosis lengkap. Dengan hasil yang dicapai Indonesia saat ini, ia pun
mengapresiasi kerja keras pemerintah Indonesia yang mampu meningkatkan
kembali cakupan imunisasi nasional seperti sebelum pandemi COVID-19. “Untuk
mencapai cakupan Imunisasi sekitar 99% itu sangatlah mungkin, kami sangat
mengapresiasi kerja keras pemerintah Indonesia termasuk pemerintah daerah,
Puskesmas dan Posyandu untuk mencapai target tersebut. Kami juga
mengapresiasi kepemimpinan Menteri Kesehatan serta upaya Indonesia yang
mengadaptasi microplanning untuk Imunisasi. Kami berharap kerja sama ini bisa
terus berlanjut dan diperkuat dimasa yang akan datang,” terangnya. Pekan
Imunisasi Dunia (PID) diperingati pada minggu keempat bulan April. PID tahun ini
dirayakan pada tanggal 23-30 April 2023. Rangkaian puncak Peringatan PID
tahun 2023 digelar di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, pada Minggu pagi
(7/5). Beragam aktivitas seru dan sehat mewarnai rangkaian kegiatan yang
digelar di halaman Kantor Kemenkes. Ada funwalk, flashmob, lomba kostum,
pameran foto, talkshow serta pemberian hadiah pemenang lomba PID tahun
2023. Momentum ini juga dilangsungkan pemberian penghargaan untuk daerah
kabupaten/kota, sekolah, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang mencapai target
imunisasi rutin. “Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan perhatian dan kepedulian masyarakat, partisipasi aktif masyarakat
terutama orang tua dan pengasuh anak dalam mencapai status imunisasi rutin
lengkap agar terlindung dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I),” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kemenkes Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.,MARS yang juga turut hadir
dan menyampaikan laporannya pada puncak Peringatan PID Tahun 2023 di
Kantor Kementerian Kesehatan. Selain itu, kegiatan PID juga untuk mendorong
keterlibatan lintas program, lintas sektor dan organisasi profesi dalam
pelaksanaan imunisasi guna mencapai eradikasi dan eliminasi PD3I.
Memperkenalkan masyarakat akan paradigma imunisasi rutin lengkap di
Posyandu dan Pelayanan Kesehatan lainnya dan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kepercayaan masyarakat akan nilai penting dan manfaat
imunisasi untuk kesehatan keluarga sepanjang usia.

 PANDANGAN ISLAM MENGENAI VAKSINASI

Dalam pandangan Islam, diharamkan berobat dari barang dan benda yang
haram. Karena semua yang diharamkan dalam al-Quran, dapat memberikan efek
kerusakan pada umat manusia secara keseluruhan.

Hal tersebut tak terkecuali vaksinasi yaitu proses memasukkan vaksin (materi
antigen, virus yang telah dimatikan atau dilemahkan dan atau racun) pada tubuh
manusia untuk menghasilkan sistem kekebalan terhadap penyakit, infeksi dan
atau virus tertentu.

Proses vaksinasi yang juga sering digunakan di Indonesia ternyata adalah


sesuatu yang hukumnya makruh jika ditinjau dari bahaya yang ditimbulkan ketika
melakukan vaksinasi. Telah banyak kasus yang terjadi sebelumnya menunjukkan
bahaya vaksinasi. Islam mendorong eksplorasi dan pemahaman terhadap dunia
alam, termasuk penggunaan ilmu pengetahuan dan kedokteran untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

Vaksinasi dianggap sebagai sarana untuk mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan, yang merupakan prinsip fundamental dalam Islam. Status halal-
haram vaksinasi menjadi topik perdebatan di dunia Islam, dengan beberapa
ulama melarangnya dan yang lain membenarkannya. Namun, penulis cenderung
pada pandangan bahwa vaksinasi lebih bersifat halal. Penggunaan vaksin tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip tibbun-nabawy (kedokteran kenabian),
selama vaksin tersebut aman dan efektif. Manfaat vaksinasi lebih besar daripada
potensi risiko, dan penting untuk mempertimbangkan kebaikan yang lebih besar
bagi masyarakat dalam membuat keputusan mengenai vaksinasi.
Berikut beberapa hadits dan ayat Qur’an yang menunjukkan bahwa Islam sangat
menganjurkan aspek pencegahan terhadap penyakit.

Dari Ibnu ‘Abbas c, Nabi n bersabda,

ِ ‫اس مِ نَ َكثِير فِي ِه َما َم ْغبُون نِ ْع َمت‬


‫َان‬ ِ ُ‫َو ْالف ََراغ‬
ِ َّ‫الن‬، ُ‫الص َّحة‬

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu
senggang”. (H.R. Bukhari no. 6412)

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang,

‫ خ َْمس قَ ْب َل خ َْمسًا اِ ْغتَنِ ْم‬: َ‫شبَاب َك‬


َ ‫ص َّحتَكَ َو ه ََرمِ كَ قَ ْب َل‬ َ ‫ش ْغلِكَ قَ ْب َل فَ َراغَكَ َو فَ ْق ِركَ قَ ْب َل ِغن َاكَ َو‬
ِ ‫سقَمِ كَ قَ ْب َل‬ َ ‫َحيَاتَكَ َو‬
‫َم ْوتِكَ قَ ْب َل‬

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:

1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.

2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.

4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.

5) Hidupmu sebelum datang matimu.

(H.R. Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya 4: 341.)

Untuk menghadapi wabah, Nabi n mengajarkan dalam hadits dari Usamah bin
Zaid a, dari Nabi n, beliau bersabda,

َ َ‫بِأ َ ْرض الطَّاعُون‬، َ‫ت َ ْد ُخلُوهَا فَل‬، ‫أرض َوقَ َع َوإِذَا‬


‫سمِ ْعت ُ ُم إِذَا‬ ْ ِ‫ب‬، ‫فِي َها وأ ْنت ُ ْم‬، َ‫مِ ْن َها ت َْخ ُر ُجوا فَل‬. ‫علَ ْي ِه متفق‬
َ

“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah
kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang
kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (H.R.
Bukhari, no. 3473 dan Muslim, no. 2218)

Dari Abu Hurairah a, beliau berkata, Rasûlullâh n bersabda,

ُ‫للا ِإلَـى َوأ َ َحب خَـيْر ْالقَـ ِوي اَلْـ ُمؤْ مِ ن‬


ِ َ‫ض ِعيْفِ الْـ ُمؤْ مِ ِن مِ ن‬ ْ ‫خَـيْـر كُـل َوف‬
َّ ‫ال‬، ‫ِـي‬
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada
Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (H.R. Muslim no.2664)

“dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi…” (Q.S. al Anfâl [8]: 60)

Jadi sangat jelas disini bahwa masalah vaksinasi untuk pencegahan penyakit
sangat dianjurkan dalam islam. Untuk hukum vaksin covid-19 dari Sinovac, MUI
mengeluarkan fatwa yakni halal dan suci.

“Kemudian terkait dengan aspek kehalalan, setelah dilakukan diskusi yang cukup
panjang dari hasil penjelasan dari tim auditor, maka komisi fatwa menyepakati
bahwa vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Sinovac yang diajukan oleh Bio
Farma hukumnya suci dan halal, ini yang terkait dengan aspek kehalalannya,”
kata Ketua MUI Bidang Fatwa dan Urusan Halal, Asrorun Niam Sholeh, melalui
akun YouTube TV MUI, Jumat (8/1/2021).

Untuk hukum vaksin COVID-19 dari AstraZeneca, MUI mengeluarkan fatwa yakni
haram dan boleh digunakan karena darurat.

Salah satu ajaran mazhab Syafi’iyyah yaitu: “Tidak ada penerapan istihalah pada
babi” (atau bahasa lepasnya: Tidak ada ampun buat babi). Penggunaan enzim
katalisator pada vaksin, meskipun sudah tidak menggandung babi lagi tetap saja
haram, karena tidak berlaku istihalah pada babi.

Mayoritas dewan fatwa dunia dan internasional berfatwa bahwa vaksin dengan
prinsip katalisator dari babi itu MUBAH karena sudah tidak ada lagi pada hasil
akhir dengan menggunakan prinsip istihalah dan istihlak.

Istihalah adalah sebutan dalam bahasa yang berarti perubahan. Dalam beberapa
kitab, ulama-ulama fiqih mendefinisikan istihalah dengan makna perubahan
wujud suatu benda dari satu bentuk dengan sifatnya kepada bentuk lain dan
dengan sifat yang berubah juga. Jadi jika tulang dan daging babi berubah
menjadi garam, maka yang dihukumi sekarang adalah garamnya. Garam tentu
saja berbeda statusnya dengan tulang dan daging babi yang sebelumnya
bersatatus haram.
Istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis dengan benda lain yang
suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak, sehingga menghilangkan sifat najis
dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa, warna, maupun
baunya.

Ada dua hadis yang menjadi dasar teori istihlak ini. Hadis pertama, ‘Air itu suci
tidak ada yang dapat menajiskannya’ (HR Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa’i, dan
Ahmad). Hadis kedua, ‘Jika air telah mencapai dua kulah, tidak mungkin
dipengaruhi kotoran (najis)’ (HR Daruqutni dan Al-Darimi)

Kalau kedua teori di atas (istihalah dan istihlak) tidak mau kita terima, maka ada
satu teori tersisa yaitu teori darurat. Dasarnya adalah ayat di bawah ini:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah daging babi dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang
siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) padahal ia tidak menginginkannya
dan tidak melampaui batas maka ia tidak berdosa.” (Q.S. al-Baqarah [2]:173).

 KEHALALAN VAKSIN

kehalalan vaksin berdasarkan dua metode yaitu kaidah istihalah dan keadaan
darurat:

 kaidah istihalah

Definisi Istihalah: Istihalah secara harfiah berarti perubahan suatu zat ke zat lain,
dan dalam konteks fikih, ini merujuk pada perubahan dari zat najis menjadi zat
suci. Contoh Istihalah: Contoh istihalah termasuk perubahan khamr menjadi cuka
dan kotoran sapi menjadi bahan bangunan. Perubahan ini menghilangkan sifat
najis dari produk akhir.

Pendapat Mazhab Hanafi: Mazhab Hanafi menerima metode istihalah secara


mutlak dan memperhatikan hasil akhir. Jika produk akhir tidak termasuk dalam
kategori najis, maka dianggap halal.

Pendapat Mazhab Syafii: Mazhab Syafii cenderung berhati-hati terhadap konsep


perubahan zat, mempertimbangkan apakah perubahan tersebut terjadi secara
alami atau melibatkan campur tangan manusia.
Pandangan MUI: Majelis Ulama Indonesia (MUI) cenderung tidak menggunakan
kaidah istihalah dalam fatwa terkait vaksin yang mengandung unsur haram. MUI
lebih fokus pada pandangan bahwa bahan haram tidak boleh digunakan dalam
berbagai produk.

 Keadaan Darurat

konsep darurat dalam fikih, yang memperbolehkan perbuatan haram dalam


situasi-situasi tertentu, terutama jika terkait dengan penyelamatan nyawa.

Pandangan Ilmiah: bahwa penelitian ilmiah dapat menjadi dasar untuk


menganggap suatu kondisi sebagai darurat, seperti dalam kasus kewajiban
melakukan imunisasi. Kaitan dengan Vaksinasi: Dalam konteks vaksinasi, teks
menyimpulkan bahwa jika komposisi vaksin menggunakan cara dan bahan yang
halal, serta data ilmiah menunjukkan manfaatnya, maka vaksinasi dianggap
wajib, terutama dalam situasi pandemi seperti Covid-19.

 KEMASLAHATAN VAKSINASI

konsep kemaslahatan (maslahah) dalam Islam menjadi penting. Kemaslahatan


dalam Islam mengacu pada prinsip-prinsip kebaikan dan kesejahteraan yang
menjadi landasan bagi penetapan hukum-hukum syariah. Dalam hal vaksinasi,
kemaslahatan dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk melindungi jiwa dan
kesehatan individu serta masyarakat secara keseluruhan dari bahaya penyakit
yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Dalam konteks pandemi Covid-19, pelaksanaan vaksinasi dapat dipandang


sebagai suatu bentuk perlindungan terhadap kemaslahatan umum, dengan
tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat membahayakan jiwa
dan kesehatan masyarakat secara luas. Dalam hal ini, kemaslahatan menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan keharusan dan keabsahan pelaksanaan
vaksinasi.

Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa interpretasi kemaslahatan dalam


konteks vaksinasi dapat bervariasi di antara ulama dan cendekiawan Muslim.
Oleh karena itu, diskusi dan kajian mendalam yang melibatkan aspek-aspek
syariah, kesehatan, dan ilmu pengetahuan menjadi penting dalam menentukan
pandangan Islam terhadap pelaksanaan vaksinasi.

Secara metodologi, kajian ini mempergunakan jenis penelitian kualitatif, data


yang digunakan berasal dari dua sumber, sumber primer dan sekunder. Setelah
melakukan analisa mendalam melalui penggunaan teori maslahat, penelitian ini
mendapati dua temuan penting; Pertama, vaksin merupakan instrumen
pencegahan penyakit yang sudah lazim di kalangan medis. Fungsi utamanya
adalah melakukan pencegahan melalui pembentukan daya imun sehingga tubuh
akan menjadi lebih kebal terhadap penularan virus. Dalam konteks
penanggulangan Covid-19, secara medis orang yang sudah melakukan vaksinasi
memiliki risiko penularan lebih rendah daripada yang belum; Kedua,ditinjau dari
perspektif Islam, dimensi kemaslahatan penggunan vaksin dapat dilihat dari tiga
aspek; 1) Pengaruhnya, bahwa vaksin memiliki fungsi utama membentuk daya
imun diri. Penggunaan vaksin memiliki pengaruh signifikan dalam menekan
pergerakan dan penularan Covid, sehingga jumlah lonjakan dan korbannya
dapat ditekan seminim mungkin; 2) Cakupannya, vaksin memberi manfaat
perlindungan dua arah sekaligus, yakni perlindungan diri dan perlindungan
terhadap lingkungan, keluarga dan masyarakat secara umum; 3) Aspek kekuatan
dalilnya, bahwa penggunaan vaksin memiliki landasan atau dalil keislaman
cukup kuat, baik landasan terkait hukum kebolehan maupun terkait aspek
kemaslahatannya.

 KESIMPULAN

Demikian essay tentang Vaksinasi dalam pandangan Islam dari perspektif sejarah
dan kontemporer. Sebagai umat muslim kita perlu memahami konteks ini agar
dapat memberikan pemahaman terhadap vaksinasi dengan informasi yang tepat
dan terpercaya yang berkaitan dengan ajaran agama (islam). Diharapkan dengan
ini kita bisa meyakinkan bahwa vaksinasi itu halal dan aman, serta tidak ada
seorang ulama di negara-negara muslim yang melarang program vaksinasi ini.

Semoga masyarakat tidak terpengaruh oleh isu-isu dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Manfaat dari vaksinasi adalah Mencegah Penyakit Serius,
Perlindungan Masyarakat, Mengurangi Beban Kesehatan Masyarakat,
Mengurangi Penyebaran Penyakit, Mencegah Komplikasi Serius, Merangsang
Sistem Kekebalan Tubuh, Mengurangi Risiko Penularan, Mengurangi Dampak
Berat dari Virus, Mencapai Herd Immunity. Oleh sebab itu mari kita tingkatkan
program vaksinasi demi kesejahteraan masyarakat. Imunisasi dan vaksin mubah,
silahkan jika ingin melakukan imunisasi jika sesuai dengan keyakinan. Silahkan
juga jika menolak imunisasi sesuai dengan keyakinan dan hal ini tidak berdosa
secara syari’at. Silahkan sesuai keyakinan masing-masing. Yang terpenting
jangan berpecah-belah hanya karena permasalahan ini dan saling menyalahkan.

Semoga pemahaman ini ada manfaatnya bagi masyarakat, termasuk memberikan


penerangan kepada umat islam yang masih terbatas informasinya mengenai
masalah vaksinasi. Hanya kepada Allah swt kita mohon ridho-Nya, kami mohon
ampunan-Nya atas kesalahan dan dosa-dosa yang terlah diperbuat.

 DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from https://upk.kemkes.go.id/new/4-manfaat-vaksin-covid-19-yang-


wajib-diketahui

(n.d.). Retrieved from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7596/3/BAB%20II.pdf

(n.d.). Retrieved from https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/apa-itu-vaksinasi/

Baharuddin, A. A. (2011, oktober 15). Retrieved from https://uin-


alauddin.ac.id/berita/detail/vaksinasi-hukumnya-makruh-dalam-islam/6809

Ibrahim, I. (2020). Retrieved from https://muhammadiyah.or.id/vaksin-halal-atau-haram-


berikut-tinjuan-ushul-fikih/

Nasution, M. M. (n.d.). vaksinasi dalam perspektif islam . 1-10 .

P2P, t. h. (2023, mei 8). Retrieved from https://p2p.kemkes.go.id/pada-momentum-pid-


2023-cakupan-imunisasi-rutin-lengkap-capai-949-persen/

ugm, k. p. (n.d.). Retrieved from https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/sudah-baikkah-


imunisasi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai