Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN SINGKAT PERTANYAAN SEPUTAR

IMUNISASI
05.09.2016

A. MANFAAT IMUNISASI
1. Benarkah IMUNISASI Penting dan BERMANFAAT ?
Benar. Imunisasi merangsang kekebalan spesifik didalam tubuh bayi, anak dan remaja,
sehingga mampu melawan penyakit-penyakit yang berbahaya, mencegah sakit berat, cacat
dan kematian

Benar terbukti bermanfaat, sehingga semua negara melakukan imunisasi rutin untuk
melindungi bayi, anak dan remaja terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya, agar
terhindar dari sakit berat, cacat dan kematian

2. Benarkah IMUNISASI AMAN ? Adakah BADAN-BADAN RESMI yang


mengawasi program imunisasi ?
Benar. Buktinya hampir setiap hari jutaan bayi dan anak diimunisasi di semua negara,
Institusi resmi di semua negara menyatakan bahwa imunisasi aman

Di semua negara ada badan-badan resmi yang mengawasai program imunisasi yang
anggotanya terdiri dari para ahli. Semua menyatakan bahwa imunisasi bemanfaat dan
aman

3. Benarkah bayi dan balita yang TIDAK DI IMUNISASI LENGKAP


RAWAN TERTULAR PENYAKIT BERBAHAYA, dan bisa TIMBUL
WABAH ?
Benar. Banyak penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak
diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan. Mereka mudah tertular penyakit tersebut,
akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah,
menyebabkan banyak cacat dan kematian.

Hal tersebut Itu sudah terbukti di banyak negara.

4. Benarkah vaksin Program Imunisasi di Indonesia buatan Pt Biofarma


juga dipakai oleh 132 negara lain termasuk 36 negara Islam ?
Benar. Karena vaksin Pt Biofarma Bandung kualitasnya telah diakui oleh WHO maka
vaksin-vaksin tersebut dibeli dan digunakan oleh 132 negara lain, termasuk 36 negara
dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
B. ISU-ISU SALAH SEPUTAR IMUNISASI
5. Mengapa ADA ORANGTUA TIDAK MAU ANAKNYA DIIMUNISASI ?
Karena ketidak tahuan orangtua, pengertian yang salah dan dipengaruhi oleh isu-isu yang
sengaja disebarkan oleh orang-orang tertentu agar anak indonesia tidak diimunisas.
Dampaknya anak yang tidak diimuniasi atau tidak lengkap mudah diserang penyakit
berbahaya, akan terjadi wabah, sakit berat, cacat dan kematian

6. Imunisasi bisa menimbulkan BENGKAK, KEMRAHAN, NYERI,


DEMAM ?
Benar tapi sangat jarang. Kadang-kadang ada beberapa anak yang dibekas suntikan
merah, bengkak, nyeri, demam setelah imunisasi adalah reaksi normal. Akan hilang dalam
2-3 hari dengan obat penurun panas.

Kalau dalam 3 hari tidak hilang segera periksakan anak ketempat layanan imunisasi
tersebut.

7. BERITA DI MEDIA MASA bahwa banyak bayi balita cacat atau


meninggal akibat imunisasi ?
Tidak benar. Isu ini beredar di media masa karena seringkali wartawan dan masyarakat
menyimpulkan sendiri tanpa konfirmasi dari tim profesi yang kompeten.

8. Ada “ilmuwan” menyatakan bahwa “imunisasi berbahaya” terdapat


zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ?
Tidak benar imunisasi berbahaya. “Ilmuwan” yang sering dikutip di buku, tabloid, milis blog,
twitter, atau facebook, mereka bukan ahli vaksin. Mereka tidak punya pengalaman
melakukan dan meneliti imunisasi.

Isu itu disebarkan oleh orang yang tidak mengerti isi vaksin dan sengaja menakut-nakuti
agar bayi anak di Indonesia tidak diimunisasi sehingga berisiko mudah terserang penyakit.
Buktinya tidak ada negara yang melarang imunisasi, bahkan semua negara berusaha untuk
memberikan imunisasi > 90 % bayi dan balita untuk mencegah wabah

9. Penelitian Dr. Wakefield” ttg MMR menyebabkan autism tidak valid ?


Ya, penelitiannya tidak valid. Dr. Wakefield dokter spesialis bedah di Inggeris tidak pernah
melakukan imunisasi, hanya berdasarkan sampel 12 anak, 5 subjek sudah ada kelainan
sebelum imunisasi dan 7 subjek ternyata bukan autism. Lebih dari 26 penelitian dari negara
lain pada ratusan bayi dan anak oleh berbagai ahli menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan MMR dan autism.

10. Benarkah imunisasi justru melemahkan kekebalan tubuh bayi dan


anak ?
Tidak benar. Kadar antibodi (zat kekebalan) bayi & anak yang telah diimunisasi terbukti
jauh lebih tinggi daripada bayi & anak yang tidak diimunisasi, atau imunisasi tidak lengkap.

11. Benarkah isu program imunisasi adalah konspirasi untuk membuat


bangsa Indonesia lemah?
Tidak benar. Negara-negara yang cakupan imunisasi lebih tinggi justru kekebalannya lebih
merata, lebih kuat, jarang terjadi wabah, angka kematian lebih rendah. Negara yang
cakupan imunisasinya rendah justru kekebalan tidak merata, lebih mudah terjadi wabah,
sakit berat, cacat dan kematian.

12. Benarkah vaksin untuk program imunisasi di Indonesia buatan


Amerika ?
Tidak benar. Semua vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah
buatan PT Biofarma Bandung, yang telah berpengalaman selama lebih 120 tahun, diawasi
olehi ahli-ahli vaksin WHO.

13. Benarkah isu bahwa vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin
anjing, babi, manusia yang sengaja digugurkan?
Tidak benar. Isu itu bersumber dari isu-isu “ilmuwan” 50 – 60 tahun lalu. Teknologi
pembuatan vaksin berkembang sangat pesat dan sangat jauh berbeda dengan vaksin-
vaksin generasi pertama.

14. Benarkah isu “imunisasi tidak ada gunanya ”, karena setelah


diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ?
Tidak benar, karena perlindungan vaksin memang tidak 100 %. Bayi dan balita yang telah
diimunisasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak
berbahaya. Sedangkan bayi balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit
tersebut bisa sakit berat, cacat atau meninggal.

15. Bisakah imunisasi digantikan dengan ASI, gizi, suplemen herbal?


Tidak bisa. Tidak ada penelitian sahih yang menyatakan imunisasi bisa digantikan oleh ASI,
gizi, suplemen herbal. Kekebalan yang dibentuk imunisasi sangat spesifik. Kekebalan yang
dibentuk oleh ASI, gizi, suplemen kekebalan yang tidak spesifik. Maka semua negara
melakukan imunisasi rutin terus menerus.

C. Seputar VAKSIN PALSU


16. Apa dampak vaksin palsu pada bayi dan anak ? Benarkah vaksin
palsu tidak berbahaya?
Benar. Vaksin palsu tidak berbahaya karena hanya berisi cairan infus NaCl, sedikit
antibiotik gentamisin, dan vaksin hepatitis yqng diencerkan. Kalau pembuatannya tidak
steril maka dalam beberapa hari akan timbul bengkak, kemerahan dan demam. Sampai
sekarang tidak ada laporan kasus dampak negatif vaksin palsu jangka pendek mapupun
jangka panjang.

Mereka tidak timbul kekebalan spesifik, karena isinya tidak mampu merangsang kekebalan
spesifik

Bayi dan anak yang mendapat vaksin asli akan mempunyai kekebaln spesifik sesuai
potensi vaksin asli.

17. Apa yang harus dilakukan orangtua kalau bayi dan anak mendapat
vaksin palsu ?
Vaksin yang dipalsukan hanya Tripacel (DPaT) dan Pediacel (DpaT, Hib dan polio IPV) di
14 RS dan 6 bidan yang telah diumumkan oleh polisi dan Badan POM.

Segera minta imunisasi ulang dengan vaksin yang disediakan oleh pemerintah, yaitu vaksin
Pentabio (DPT, Hepatitis B, Hib) dan polio. Imunisasi ulang di puskesmas atau RS yang
telah ditentukan oleh pemerintah di dekat 14 RS yang telah diumumkan. Anak umur 7 tahun
keatas dengan vaksin Td.

18. Apakah vaksin yang disediakan pemerintah sama fungsi dan


kualitasnya dengan vaksin Tripacel (DPaT) dan Pediacel (DPaT, Hib
polio IPV)?
Sama baiknya. Karena Pentabio (berisi vaskin DPT, HepB, Hib) telah diuji pada 600 anak
umur 2 bulan sampai 18 bulan di Jakarta dan Bandung mampu menimbulkan kekebalan
yang tinggi. Untuk pengganti Pediacel perlu ditambah vaksin polio oral. Setelah
penyuntikan Pentabio kadang2 ditempat suntikan timbul kemerahan, bengkak, nyeri dan
demam yang akan hilang dalam 2 -3 hari dengan pemberian obat penurun panas. Demikian
juga vaksin Td untk menggantikan vaksin Tripacel dan Pediacel pada umur lebih dari 7
tahun.

19. Bagaimana mengetahui bahwa seorang bayi atau anak mendapat


vaksin palsu ?. Benarkah pemeriksaan kesehatan tidak bisa
membedakan vaksin asli dan paslu ?
Bila mendapat imunisasi Tripacel atau Pediacel sebelum tahun 2016 di 14 RS atau 6 bidan
yang telah diumumkan tersebut, maka ada kemungkinan vaksin tersebut palsu. Diluar 14
RS atau 6 bidan tsb tidak perlu resah. Pemeriksaan fisik tidak bisa membedakan apakah
anak mendapat vaksin asli atau palsu. Pemeriksaan laboratorium sulit dan sangat mahal
karena harus di lakukan di laboratorim khusus. Anak juga akan trauma karena harus
diambil darahnya dalam jumlah banyak.

20. Kalau ragu-ragu apakah mendapat vaksin asli atau palsu, apa yang
harus dilakukan ?
Segera minta imunisasi ulang dengan vaksin yang disediakan oleh pemerintah, yaitu
Pentabio (DPT, Hepatitis B, Hib) , polio untuk anak umur sd 7 thn, dan vaksin Td untuk
umur > 7thn . Imunisasi ulang di puskesmas atau RS yang telah ditentukan oleh pemerintah
di dekat 14 RS yang telah diumumkan.

21. Kalau ternyata dulu mendapat vaksin asli, kemudian diulang lagi
dengan Pentabio apakah berbahaya ?
Tidak berbahaya. Malah kekebalannya lebih tinggi. Tetapi kadang-kadang di bekas
suntikan timbul sedikit kemerahan, bengkak, nyeri dan demam, tetapi akan hilang dalam 2-
3 hari.

22. Berapa kali imunisasi ulang? Berapa bulan jaraknya?


Tergantung umur. Sampai umur 1 tahun dengan vaksin Pentabio dan polio sebanyak 3 kali
dengan jarak 1 bulan. Umur 1-7 tahun dengan vaksin Pentabio dan polio 3 kali dengan
jarak 2 dan 6 bulan. Umur 7 – 18 tahun dengan vaksin Td sebanyak 3 kali dengan jarak 2
dan 6 bulan.

Mari segera kita lengkapi imunisasi bayi - balita kita

Penulis:
Dr. Soedjatmiko, dr.,SpA(K), MSi
MELENGKAPI/ MENGEJAR IMUNISASI
(BAGIAN I)
30.05.2015

TUJUAN imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap


penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, seperti imunisasi cacar.
Jika seseorang terlindungi dari suatu penyakit, kemungkinan terkena penyakit tersebut akan
berkurang, sehingga pada akhirnya tercapailah tujuan akhir imunisasi, yaitu pemberantasan
penyakit di dunia. Agar terlindungi dari penyakit tersebut, seseorang harus mempunyai
kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) dengan kadar tertentu
yang disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi).

Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal imunisasi
ulangan. Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi
dan bahkan pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi. Jadwal imunisasi tersebut
dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam
imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan
sesuai jadwal yang seharusnya, atau imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya
diberikan atau dikejar.

Masalah yang paling umum dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah imunisasi yang tidak
sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum imunisasi. Pemberian imunisasi
yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut bukan merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi. Imunisasi yang telah diberikan sudah menghasilkan respon
imunologis walaupun masih di bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai
perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity)sehingga dokter tetap perlu
melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up immunization) agar tercapai kadar
perlindungan yang optimal.

Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju dan
Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54 persen
diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya disebabkan oleh
radang paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebbkan oleh berbagai kuman patogen di
antaranya kuman HiB dan Pneumokokus.

Imunisasi dibedakan sesuai dengan kelompok umur. (Tabel 1)


Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Saat anak
berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan
imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum
lengkap (catch up immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia
remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi.

Tabel 1 Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur

Kelompok Umur Jenis Imunisasi

BCG, polio, hepatitis B, DPT,


Lahir < 1 tahun campak, HiB, pneumokokus,
rotavirus

DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis


1 - 4 tahun A, varisela, influenza, HiB,
pneumokokus

DPT, polio, campak, MMR, tifoid,


5 - 12 tahun Hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus

TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid,


12 - 18 tahun hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV

Lansia Influenza, pneumokokus

IMUNISASI yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen
global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia seperti
program pemberantasan penyakit polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B, rotavirus.
Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis.

Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu
dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2
minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi
hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung.
Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.

BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di
dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada
usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang. Pemberian
imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.

DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi
DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali
(interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk
sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu
diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).

Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval keterlambatannya, jangan
mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah
diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah
maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5
paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun,
pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.

Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan
sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia
2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan
mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli
berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash programcampak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6.
Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan
sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen
individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi
dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak
berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan
MMR.

MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara
imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah
penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia
12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada
usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan
setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada
prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2 kali.

HiB
IMUNISASI HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6
bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin
kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di
atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak dibawah
usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin
Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.

Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi kuman
pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan
beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program
pemerintah.

Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien (Table 2).

Tabel 2. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus

Usia Dosis dan Interval Ulangan

3 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15


2 - 6 bulan
8 minggu bulan

2 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15


7 - 11 bulan
8 minggu bulan

2 dosis, interval 6 -
12 - 23 bulan
8 minggu

> 24 bulan 1 dosis

Rotavirus
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah diare karena
rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada
2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14
minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada
usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu
dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum
diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi
keamanannya.

Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup
0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia <8 tahun, untuk
pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan
bila anak berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.

Varisela
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak berusia
>13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila terlambat,
berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.

Hepatitis A & Tifoid


Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A
diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia
lebih dari 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin
polisakarida sehingga di atas usia 2 tahun.

Vaksin pada masa remaja

Imunisasi HPV, pencegahan kanker mulut rahim yang diberikan pertama kali pada usia
remaja awal, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV diberikan
sejak anak berusia 10 tahun, dapat diberikan hingga anak berusia 26 tahun. Vaksin ini
bertujuan untuk mencegah kanker leher rahim. Kejadian kanker serviks di Indonesia lebih
tinggi dibandingkan dengan kanker payudara. Terdapat dua jenis vaksin HPV. Pertama,
vaksin HPV bivalen (tipe 16 dan 18), yang diberikan pada 0, 1, dan 6 bulan. Kedua, vaksin
HPV kuadrivalen (tipe 6, 11, 16, dan 18) diberikan pada 0, 2, dan 6 bulan, Pada masa remaja
pertengahan, imunisasi diberikan pada remaja yang tidak mendapat imunisasi lengkap
sebelumnya, misalnya imunisasi hepatitis B, polio, MMR, varisela, hepatitis A, pnumokokus
polisakarida, serta vaksin untuk remaja tertentu yang berisiko tinggi. Demikian juga, pada
masa remaja akhir, semua jenis vaksin sudah harus dilengkapi pemberiannya. Imunisasi juga
penting diberikan pada lansia untuk mengurangi terjadinya penyakit, khususnya influenza
dan bakteri pneumokokus.

Anda mungkin juga menyukai