Kelompok 4
Step 2
Step 4
Tidak boleh diberkan pada bayi premature yang masih dirawat, kontaindikasinya ada riwayat
sensitifitas, gangguan gastrointestinal kronik.
LO.
https://teams.microsoft.com/l/meetup-
join/19:daca6256b900423ebec534afe7baf0df@thread.tacv2/1618448529508?context=%7B%22Tid
%22:%22f420743c-bb02-44dc-859e-76ef5c248baa%22,%22Oid%22:%2295e53626-6a9d-4d12-8743-
97e6379bca56%22%7D
LO.
Tasya, Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan.
Jut, Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan. Tujuan utama imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). . SUMBER : PERILAKU IBU DALAM
IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS GAYAM KABUPATEN SUMENEP MOTHER’S
BEHAVIOR IN COMPLETE BASIC IMMUNIZATION AT GAYAM COMMUNITY HEALTH
CENTER SUMENEP REGENCY Miftahol Hudhah , Atik Choirul Hidajah, Departemen Epidemiolgi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya 2019
Mila, Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.
Syifa, sumber : Pelayanan Kefarmasian Untuk Vaksin, Imunosera, dan Imunisasi. Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik RI. 2009
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.
Vaksin adalah sautu produk biologic yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang terhadap
penyakit tersebut.
Ika, Imunisasi merupakan intervensi kesehatan yang paling cost effective dalam mencegah terjadinya
penyakit menular dan menurunkan angka kematian pada anak khususnya akibat penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). PENYULUHAN PENTINGNYA PEMBERIAN IMUNISASI
DASAR LENGKAP PADA BAYI USIA < 12 BULAN DI WILAYAH KERJA BIDAN PRAKTIK
MANDIRI ATLANTIKA AMD.KEB TANGKI SERIBU KOTA BATAM Indah Mastikana 1), Akmalia
Ayunita Purnomo 2), Rana Prasenja Sahara 3), 2020
2. Imunisasi Wajib
Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya. .
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
a. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus
sesuai jadwal.
- Imunisasi Dasar : vaksin BCG, vaksin TT, vaksin campak
- Imunisasi Lanjutan : vaksin DT, vaskin Td
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar,
dan wanita usia subur
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan
imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional),
Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak
Response Immunization/ORI).
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit
tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi
Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies.
Ada 2 jenis vaksin berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu, yaitu vaksin yang sensitif terhadap
beku dan sensitif terhadap panas.
1. Vaksin yang sensitif terhadap beku dan yang sensitif terhadap panas
Nurul, Imunisasi aktif, imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri. Contohnya imunisasi polio atau campak. Keuntungan imunisasi aktif yaitu pertahanan
tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup, murah dan efektif, tidak berbahaya, reaksi yang
serius jarang terjadi. Imunisasi pasif, imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin),
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif perlu diberikan pada kondisikondisi tertentu. Pada
difteria atau tetanus, toksin dalam sirkulasi perlu dinetralkan dengan antibodi terhadap toksin
tersebut. Antibodi dari luar perli diberikan bila penderita belum pernah diimunisasi sehingga
tidak dapat diharapkan timbul respons sekunder terhadap toksin ini. Antobodi diberikan pada
kasus-kasus gas gangrens, botulism, gigitan ular atau kalajengking berbisa, dan rabies. {Fitriani,
Eka. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Tanjung Seloka Kabupaten Kotabaru Tahun 2017. Skripsi, tidak
diterbitkan, Politeknik Kesehatan Yogyakarta}
Wulan, Vaksin yang sensitif terhadap
beku (Freeze Sensive/FS), antara lain Vaksin DT, TT, Td, Hepatitis B, dan DPT/HB/Hib
Vaksin yang sensitif terhadap panas (Heat Sensitive/HS) antara lain Vaksin Campak, Polio, dan
BCG
Ika,
Jut, 1. Vaksin Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah virus yang menyebabkan penyakit hepatitis B atau lebih dikenal dengan nama
penyakit kuning. Penyakit ini sangatlah berbahaya karena bisa menyebabkan kerusakan pada hati.
Pemberian vaksin 3 kali pada bayi terbukti mampu mencegah penyakit hepatitis B sampai 75 %.
Vaksin Polio
Penyakit polio adalah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak. Menurut penelitian
vaksin polio terbukti 90 % efektif untuk mencegah infeksi polio pada anak.
Vaksin HiB
Vaksin ini diberikan untuk melakukan pencegahan penyakit meningitis dan pneumonia. Yang di sebabkan
oleh infeksi bakteri Haemofillus Influenza B. Sangat berbahaya karena telah menyebabkan kematian
386.000 anak tiap tahunnya.SUMBER : Jurnal Pengabdian Farmasi Malahayati Vol. 1 No. 1 November
2018 IMUNISASI DAN VAKSINASI PADA POSYANDU BALITA Tutik 1 , Lailatul IzzahProgram
Studi Farmasi Universitas Malahayati
Beberapa jenis vaksin yang dibuat berdasarkan proses produksinya antara lain, yaitu:
Yaitu vaksin yang terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenic akan tetapi tidak
patogenik. Contohnya yaitu virus polio oral.
Vaksin ini tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan
pemberian beberapa kali. Vaksin ini selalu mebutuhkan dosis multiple. Pada umumnya, dosis pertama
tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
3. Rekombinan
Susunan vaksin ini(misal hepatitis B) memerlukan epitoporganisme yang pathogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
4. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri dari atas
rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu.
5. Toksoid
Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan penambahan formalin
biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut
sebagai natural plain toxoi, dan merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakterial toksoid
efektif selama satu tahun. Bahan adjuvant digunakan untuk memperlama ragsangan antigenik dan
meningkatkan imunogenesitasnya.
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang pathogen dan saat ini
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan
bahwa vaksin DNA(virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,
sedangkan penelitian ini klinis pada mausia saat ini sedang dilakukan.
Sumber : Mulyani, Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika. (Buku)
a. Live attenuated vaccine adalahVaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan
daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu
menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah.
b. Inactivated vaccine (Killed vaccine) adalah Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan
dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau
virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja.
c. Vaksin Toksoid adalahVaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.
d. Vaksin Acellular dan Subunitadalah Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri
dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan
vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin
Influenza.
e. Vaksin IdiotipeadalahVaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau
determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.
f. Vaksin Rekombinan adalahVaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar.
g. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)adalah Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin
yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler.
Imunisasi:
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa kanakkanak yang
nyaman.
c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara (Atikah,2010,pp.5-6).
Aulia, Memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian
bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati dan
Andhini, 2010).
- Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan
oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :
1) Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani masa kanak-kanak
yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat
dan berkualitas.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara.
Imunisasi Hepatitis B: untuk mencegah kerusakan hati akibat serangan virus Hepatitis B.
Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di
paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus
hepatitis B dari Ibu pada bayinya.
Imunisasi Polio: untuk mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang
menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang.
Imunisasi BCG: untuk mencegah Tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak, kelenjar getah
bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian atau kecacatan. Vaksin
BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan.
Imunisasi DPT atau DPaT: untuk mencegah 3 penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Kuman Difteri membentuk membran tebal yang menyumbat jalan nafas, serta mengeluarkan
racun yang melumpuhkan otot jantung, sehingga banyak menimbulkan kematian. Kuman
Pertusis mengakibatan batuk hebat dan lama, sesak napas, radang paru sehingga banyak
menyebabkan kematian bayi. Kuman Tetanus masuk melalui tali pusat, atau luka dalam yang
sempit, kemudian kuman mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot, sehingga otot
seluruh tubuh menjadi kaku, tidak bisa minum, makan atau bernafas, sehingga banyak
menimbulkan kematian.
Imunisasi Hib dan Pneumokokus: untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus
yang mengakibatkan radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan radang otak
(meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan.
Imunisasi Rotavirus: untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan
bayi muntah, mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam
basa, sehingga banyak menyebabkan kematian.
Imunisasi Influenza: untuk mencegah serangan virus influenza yang mengakibatkan batuk
pilek hebat, demam tinggi, sesak nafas, radang paru, sehingga dapat menyebabkan kematian.
Imunisasi Campak: untuk mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan demam
tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga
banyak mengakibatkan kematian.
Imunisasi Cacar air (varisela): untuk mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit,
mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin
dalam rahim.
Imunisasi Cacar air (varisela): untuk mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit,
mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin
dalam rahim.
Imunisasi MMR: untuk mencegah serangan virus MMR, yaitu Mumps (gondongan,
mengakibatkan radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman)
yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli,
keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi.
Imunisasi Tifoid: untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam
tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan
kematian.
Imunisasi HPV: untuk mencegah kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV)
yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim
pada dewasa.
Nurul, Hepatitis B. Imunisasi Hepatitis B efektif diberikan sedini mungkin, yaitu pada bayi berusia 0-7
hari. Pemberian vaksin Hepatitis B yang sedini mungkin dianjurkan karena selain respon imun terhadap
hepatitis sudah timbul, juga memberikan perlindungan kepada bayi yang terkena resiko Hepatitis B.
Apabila ibu yang saat hamil menderita hepatitis B, maka respon imun dapat mencegah timbulnya hepatitis
B nantinya pada saat dewasa.
a. BCG. Imunisasi BCG pada bayi optimal diberikan pada bayi usia 2-3 bulan, namun sebaiknya diberikan
sesegera mungkin karena di Indonesia penyakit TBC masih sangat tinggi. Menurut berbagai studi, apabila
seseorang tinggal bersama penderita TBC peru aktif untuk beberapa waktu lamanya, maka kemungkinan
terinfeksi atau tertular adalah sebesar 25-50% dan penyakit ini paling cepat menginfeksi anak-anak. Oleh
karena itu pemberian imunisasi BCG diberikan segera untuk mencegah bayi tertular BCG, apabila bayi
berusia 3 bulan belum diberikan imunisasi BCG perlu dilakukan tesA tuberkulin untuk mendeteksi bayi
terinfeksi kuman TB atau belum.
b. DPT-Hb-Hib Menurut Depkes RI, imunisasi DPT-Hb-Hib diberikan tiga kali dengan interval 4 minggu.
Jadwal pemberian imunisasi DPTHb-Hib pertama harus diberikan setelah bayi berusia 2 bulan dan untuk
imunisasi berikutnya diberi jarak 1 bulan atau 4 minggu. Menurut Achmadi, pemberian imunisasi pertama
kali harus menunggu bayi berusia 2 bulan, karena bayi masih punya sisa kekebalan yang diperoleh dari ibu
ketika dalam kandungan (maternal antibodi), selain itu pemberian menunggu bayi berumur 2 bulan karen
areaktogenitas pertusis bayi kecil. Jadwal DPT-HbHib yang tidak diikuti akan memberikan tingkat
kekebalan yang 16 berbeda.
c. Polio. Menurut Depkes RI, imunisasi Polio diberikan melalui mulut pada bayi umur 0-11 bulan sebanyak 4
kali dengan jarak pemberian 4 minggu. Jadwal pemberian imunisasi polio tersebut sejalan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan yang menyatakan bahwa pemberian imunisasi polio pertama bisa
dilaksanakan sejak bayi baru lahir dan untuk imunisasi polio yang berikutnya diberi jarak 1 bulan atau 4
minggu. Jadwal pemberian imunisasi tersebut sesuai rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa
pemberian vaksin polio dianjurkan semuda mungkin. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi polio
sesuai jadwal yang telah ditentukan terutama pada daerah endemik polio dan negara yang dikategorikan
sebagai recently polio endemic seperti Indonesia.
d. Campak Menurut Depkes RI dinegara berkembang imunisasi camapak dianjurkan diberikan lebih awal
dengan maksud memberikan kekbalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami.
Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu
(maternal antibodi), karena dapat menghambat terbentuknya zat kebal 17 campak dalam tubuh anak.
Imunisasi campak di Indonesia diberikan pada anak umur 9-11 bulan.
Ika
Jut, Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan
interval 2 bulan dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih
dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup satu kali.
a. Vaksin Rotavirus.Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan pada usia 6-14
minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval
minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis
kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
b. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk
imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan
interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih,
dosis 0,5 mL. SUMBER : PENJADWALAN IMUNISASI ANAK USIA 0 – 18 TAHUN
MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Yana Adharani , Popy Meilina2 Universitas
Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Vol. 2, 2017 ISSN No. 2502-8782
Syifa,
Wulan
6. Komplikasi imunisasi dan vaksin
Nurul, 1. Difteri
2. Pertusis
Komplikasi: pneumonia
3. Tetanus
• Pneumonia
4. Tuberculosis (TBC)
5. Campak
• Peradanganpada telinga
6. Poliomielitis
Komplikasi: Bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
7. Hepatitis B
• Gangguan perut
Artinya
“Disunnahkan meningkatkan imunitas tubuh/daya tahan tubuh dengan menggunakan obat-obatan yang
boleh dikonsumsi dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan medis dan disertahi dengan tujuan
yang baik, seperti menjaga kehormatan dari perbuatan hina (iffah), dan memperbaiki keturunan. Karena
meningkatkan imunitas tubuh/daya tahan tubuh (al-Taqawwi) menjadi sarana (wasilah) untuk tercapainya
hal-hal yang terpuji, maka hukum meningkatkan daya tahan tubuh (taqawwi) termasuk perbuatan yang
terpuji”.
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami, bahwa mengikuti program vaksinasi dan imunisasi yang
bertujuan untuk menjaga kekebalan tubuh termasuk perbuatan yang dibenarkan dalam islam.