Anda di halaman 1dari 16

Mekanisme Inflamasi

STEP 1

Learning Objective

1. Definisi Inflamasi
2. Mekanisme inflamasi
3. Berbagai macam mediator inflamasi
4. Tipe inflamasi
5. Tanda dan gejala inflamasi

Tanya Jawab Berdasarkan Skenario

1. Apa dampak tubuh tersengat lebah berkali-kali?


 Merah, bengkak, panas, nyeri, hilangnya fungsi, kulit pucat, pusing. mual dan muntah, diare,
muka bengkak, sulit menelan, sesak napas, hilang kesadaran.

2. Apa yang akan terjadi jika inflamasi tidak kunjung reda?


 Infmalasi kronik, karena rangsangan yang menetap, beberapa minggu atau bulan, berubah
akut menjadi kronik, disebabkan agen inflamasi menetap, dan terjadi gangguan.
 Respon imun terjadi lama dapat merusak tubuh, zat pemicu inflamasi bertahan lama dan
tumbuhnya plak sehingga merusak pembuuluh darah.
 Inflamasi kronik menyebabkan filtrasi sel-sel mokuler, ditandai sel mokuler dan magrofak.
 Respon imun ini jika terjadi dalam waktu yang lama dapat merusak tubuh. Ini karena zat atau
organisme pemicu inflamasi dapat bertahan lama pada pembuluh darah dan mengakibatkan
penumpukan plak. Plak dalam pembuluh darah tersebut justru dianggap sebagai zat
berbahaya dan akibatnya proses inflamasi kembali terjadi. Akhirnya terjadilah kerusakan
pembuluh darah. Kerusakan akibat adanya sel inflamasi dapat terjadi pada pembuluh darah
tubuh, jantung hingga otak.
STEP 2
JAWAB

1. Definisi Inflamasi
 Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang menimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan yang berfungsi menghancurkan mengurangi atau mengurung baik agen
pencedera maupun jaringan yang cedera.
 Respon biologis dari reaksi kimia secara berurutan yang bertugas melindungi tubuh dari
infeksi dan perbaikan jaringan yang rusak akibat trauma.
 Respon komplek biologi terhadap pembuluh darah terhadap stimulus berbahaya seperti
patogen atau iritan.
 Salah satu respon terhadap cedera atau infeksi dan respon alami terhadap homeostasis tubuh
terhadap agen yang masuk
 Radang (Inflamasi) adalah suatu mekanisme proteksi dari dalam tubuh terhadap gangguan
luar atau infeksi (Wibowo &Gofir, 2001).
 Respon tubuh terhadap zat asing dan kerusakan jaringan.
 Tujuan inflmasi menarik protein plasma ke tempat yang terjadi cidera.
 Suatu reaksi vaskuler yang hasilnya berupa pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel
dari sirkulasi kejaringan-jaringan intersitial pada daerah tubuh yang mengalami cedera yang
mana reaksi ini merupakan suatu proses pertahanan tubuh yang hasilnya adalah netralisasi,
penghancuran jaringan nekrosis dan pembuangan agen penyerang sebagai bentuk pemulihan
tubuh (Abrams : 1994)
 Respon fisiologis tubuh terhadap adanya suatu gangguan dari faktor eksternal atau luar tubuh.
Respon tersebut dapat berupa penghancuran agen penyebab yang bertujuan untuk
memperbaiki atau menyembuhkan jaringan yang rusak. ( Kumar et al : 2015)
2. Mekanisme Inflamasi

Inflamasi awal dan Diapedesis


1. Selama tahap awal inflamasi, rangsangan seperti cidera atau infeksi memicu pelepasan
berbagai mediator inflamasi seperti leukotrien, prostaglandin, dan histamin. Pengikatan
mediator ini pada reseptornya pada sel endotel menyebabkan vasodilatasi, kontraksi sel
endotel, dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, membran basal sekitar
kapiler menjadi penataaan ulang sehingga mempromosikan migrasi leukosit dan pergeraka
nmakromolekul plasma dari kapiler ke jaringan sekitarnya.

Sel mast dalam jaringan ikat, juga basofil, neutrofil, dan trombosit meninggalkan darah dari
kapiler yang cidera, melepaskan atau merangsang sintesis vasodilator seperti histamin,
leukotrien, kinin, dan prostaglandin. Produk tertentu dari jalur komplemen (C5a dan C3a)
dapat mengikat sel-sel mast dan memicu rilis agen vaso aktifnya. Selain itu, kerusakan
jaringan mengaktifkan kaskade koagulasi dan produksi mediator inflamasi seperti bradikinin.
2. Pengikatan histamin pada reseptor histamin pada sel endotel memicu upregulasi molekul
P-selectin dan platelet-activating factor (PAF) pada sel endotel yang melapisi venula.

3. P-selectin kemudian dapat reversibel mengikat P-selectin glycoprotein ligand-1 (PSGL-1)


pada leukosit. Ikatan reversibel ini memungkinkan leukosit sekarang bergulir sepanjang
dinding bagian venule.

4. Pengikatan PAF ke reseptor PAF-R yang sesuai pada leukosit meng-upregulasi ekspresi
integrin disebut leukocyte function-associated molecule-1 (LFA-1) pada permukaan leukosit.
5. Molekul LFA-1 molekul pada guliran leukosit sekarang dapat mengikat kuat ke suatu
molekul adhesi disebut intacellular adhesion molecul-1 (ICAM-1) yang ditemukan pada
permukaan sel-se lendotel membentuk dinding bagian dalam di pembuluh darah.

6. Leukosit “rata” (flatten out), menerobos (squeeze) antara sel-sel endotel, dan bergerak
melintasi membran basement karena mereka tertarik terhadap agen kemotaktik seperti protein
komplemen C5a dan leukotrien B4 yang dihasilkan oleh sel-sel di lokasi infeksi atau cidera.
Inflamasi akhir dan Diapedesis
1. Biasanya dalam waktu dua sampai empat jam dari tahap awal inflamasi,
makrofagdiaktifkan dan sel endotel vaskular melepaskan sitokin inflamasi seperti TNF dan
IL-1 ketika TLR mengikat PAMP. Hal ini memungkinkan sel-sel endotel vaskular terdekat
venula untuk meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti P-selectins, E-selectins, ICAM,
dan kemokin.
2. Pengikatan TNF dan IL-1 dengan reseptornya pada sel endotel memicu suatu penjagaan
respon inflamasi oleh upregulasi produks imolekul adhesi E-selectin dan penjagaan ekspresi
P-selectin pada sel-sel endotel yang melapisi venula.

3. E-selectin pada permukaan bagian dalam dari sel-sel endotel sekarang dapat mengikatkuat
integrin terkait, E-selectin ligand-1 (ESL-1) pada leukosit.

4. Leukosit flatten out, squeeze antara sel-sel endotel, dan bergerak melintasi membran
basement karena mereka tertarik terhadap kemokin seperti IL-8 dan monocyte chemotactic
protein-1 (MCP-1) yang dihasilkan oleh sel pada tempat infeksi atau cidera. Kebocoran
fibrinogen dan fibronektin plasma kemudian membentuk sebuah molekular scaffold yang
meningkatkan migrasi dan retensileukosit di situs yang terinfeksi.
 Dimulai dari kerusakan jaringan menyebabkan bakteri masuk ke tubuh, respon bagi bakteri
makrofak bergerak dan memakan bakteri, makrofak menghasilkan stikosin, dan
menghasilkan stilesin, (salsa) yang membatasi inflamasi kortisol
 Inflamasi fasodilatasi, permeabilitas inflitasi seluler, trombosit, stimulasi ujung saraf (tiana)
 COX merupakan enzim yang terdapat pada jalur
COX 1 : Haos caping
COX 2 : bertanggung jawab terhadap inflamasi dan rasa nyeri, menghasilkan PGE2 (fina)
 Terdiri dari 4 kejadian
a. Otot-otot polos pembuluh darah jadi besar
b. Sel penyusun pembuluh darah jadi kecil
c. Molekul adesi
d. Aktifasi jalur koagulasi menyebabkan fibrin secara fisik menyebab mikroba
 Terdapat 3 hal penting
a. Peningkatan suplai aliran darah
b. Peningkatan permaibiltas kapiler
c. Fagosit keluar dari pembuluh darah

3. Berbagai macam mediator inflamasi


1. Fasodilatasi
2. Peningkatan permaibilitas vaskular
3. Fermotasis
4. Demam
5. Nyeri
6. Kerusakan Jaringan

Inflamasi disebabkan berbagai mediator

1. Prostag landing dan No


Menyebabkan fasodilatasi pembuiluh darah
2. Histamin, serotonin, anafilaktosit
3. C5A, leukotrien B, kemokin
4. Bradikinin

Mediator berasal dari sel


1. Anin faso aktif : menghasilkan histamin
2. Metabolit dari asal arakidonat
3. Limfokin
4. Nitrogen Monoksida (NO)

Dari plasma ( dihasilkan oleh hepar )

1. Sistem komplemen
2. Sistem timin
3. Sistem koagulasi
4. Sistem fibrinolitik

A.    Mediator yang berasal dari sel:


Sumbernya adalah trombosit, netrofil, monosit/makrofag dan sel mast dan dijumpai dalam
dua bentuk, yaitu :

1. Bentuk yang siap pakai (disekresikan saat aktivasi) yaitu sebagai granula intrasel (granul
dalam sel) misalnya histamine dalam sel mast
2. Bentuk yang harus disintesis terlebih dahulu bila ada stimulus/rangsang (disintesis secara de
novo) misalnya prostaglandin.

Mediator yang berasal dari sel ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :
1. Amin Vasoaktif ( vasoactive amine ):
-          Histamin: tersebar luas terutama dalam sel mast yang berdekatan dengan pembuluh darah,
basofil dan trombosit sirkulasi. Tersimpan dalam sel mast granula sel mast dan dilepaskan
apabila terjadi cedera fisik (trauma/panas), reaksi imunologik, reaksi anafilaksis dan lain
sebagainya. Zat ini terutama berperan pada saat permulaan proses radang dan menyebabkan
dilatasi arteriol, serta peningkatan permeabilitas kapiler fase cepat, yang menginduksi
kontraksi endotel venula dan interendotelial gap.
-          Serotonin: berefek sama dengan histamin. Ditemukan teruama dalam granula trombosit,
dilepaskan bila terjadi agregasi trombosit.(kemampuan darah untuk menggumpal)

2. Metabolit yang berasal dari asam arakidonat.


Zat  yang berasal dari asam arakidonat misalnya prostaglandin, lekotren, zat lipid yang
bersifat kemitaktik. Pembentukan  asam arakidonat akan dihambat oleh obat–obat golongan
steroid. Pembentukan prostaglandin akan dihambat oleh obat–obat aspirin dan indomethacin.
Prinsip kerja zat – zat ini juga seperti zat lainnya yaitu: Vasokonstiksi, vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas, kemotaksis.

Jenis Reseptor Fungsi


   vasodilasi
PGI 2 IP    menghambat agregasi platelet
   bronchodilatation
   bronkokonstriksi
EP 1
   GI saluran otot polos kontraksi
   bronchodilatation
EP 2    GI saluran otot polos relaksasi
   vasodilatasi
  ↓ lambung sekresi asam

PGE 2   ↑ lambung lendir sekresi
   rahim kontraksi (bila hamil)
EP 3    GI saluran otot polos kontraksi
   lipolisis inhibisi
  ↑ otonom neurotransmitter 
   Platelet ↑ tanggapan terhadap agonis mereka ↑ atherothrombosis dan in vivo

   rahim kontraksi
PGF 2α FP
§   bronkokonstriksi

3. Limfokin merupakan zat aktif hasil sel T akibat reaksi imunologik.


Termasuk kelompok ini ialah interferon dan interleukin. Interferon mempunyai kemampuan
antiviral dan anti tumor.
4. Nitrogen monoksida (NO) merupakan mediator yang baru ditemukan, mengakibatkan
vasodilatasi pembuluh darah, dihasilkan oleh sel endotel dan makrofag. NO dengan cepat
akan terdifusi keluar ke dalam peri plasma dan memasuki sel darah merah untuk dikonversi
menjadi asamnitrat melalui reaksi dengan oksihemoglobin ->kompensasi hyper globulinemia
->kelelahan, mengurangi kekuatan otot (Di paru-paru konsentrasi oksigen lebih tinggi
sehingga konsentrasi oksihemoglobin lebih tinggi. Dalam jaringan perifer situasi sebaliknya,
konsentrasi oksigen rendah sehingga ada hemoglobin lebih bebas. Pada daerah dengan
ketinggian lebih tinggi memiliki konsentrasi oksigen rendah dari pada di ketinggian rendah.
Dalam situasi ini efisiensi sistem pernapasan harus lebih besar dan dengan demikian
organisme mensintesis lebih hemoglobin berusaha untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.
Fenomena ini dikenal sebagai kompensasi hyper globulinemia.

5. Radikal bebas yang berasal dari oksigen. (ROS)


Zat – zat ini cenderung menimbulkan kerusakan pada jaringan karena zat – zat ini dapat
menyebabkan:
-           Kerusakan sel endotel yang secara tidak langsung akan menyebabkan meningkatnya
permeabilitas
-           Tidak  aktifnya antiprotease sehingga kerusakan jaringan akan makin luas.

B.     Mediator asal plasma:


Ada dalam bentuk prekursor dan perlu diaktifkan untuk dapat berfungsi. ada 2 sistem yaitu
sistem kinin dan sistem komplemen.

1.      Sistem kinin
Akan menghasilkan bradikinin dan proses fibrinolisis / koagulasi.
-             Bila plasma mengenai kolagen atau endotoksin, maka faktor hageman (disintesis oleh
hati)  akan diaktifkan. Rangkaian akhir ialah terbentuknya bradikinin. Bradikinin berperan
mirip histamin. Yaitu  meningkatkan permeabilitas kapiler  vaskular, vasokonstriksi otot
polos (bronkus) dan vasodilatasi arteriol . Nyeri terutama diakibatkan oleh bradikinin.

-            Faktor Hageman(faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan


kaca atau permukaan asing lainnya ) akan mengaktifkan sistem pembekuan darah, yang
menyebabkan aktifasi troombin, yang selanjutnya memecah fibrinogen terlarut dlam sirkulasi
untuk menghasilkan bekuan fibrin yang tidak mudah larut.  Pada proses ini terbentuk
fibrinogen fibrinopeptida(Fibrinopeptida adalah protein yang berperan dalam pembekuan
darah. Protein ini membutuhkan asam amino arginin dan membutuhkan habitat yang asam.)
yang mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah meningkat dan aktifitas kemotaktik
lekosit(fenomena saat leukosit mengarahkan gerakan nya ke benda asing yg berada
dilingkungan nya) Proses fibrinolisis akan menyebabkan pembekuan yang bermanfaat bisa
juga untuk menjerat kuman.

2.      Sistem Pembekuan
Saat faktor Hageman teraktivasi sedang menginduksi pembekuan, secara bersamaan
juga mengaktifkan sistem fibrinolisis( merupakan kondisi pecahnya fibrin (salah satu agen
pembeku darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi). Mekanisme ini
sebagai kontra regulasi proses pembekuan dengan memecah fibrin sehingga dapat melarutkan
bekuan fibrin. Tanpa mekanisme ini pembekuan akan terus berlanjut dan tidak dapat
dihentikan di seluruh pembuluh darah bahkan oleh cedera ringan. Akan menyebabkan
thrombus yg bila sudah membesar akan masuk ke pembuluh darah dan menyumbat nya lalu
menyebabkannekrosis.

3.         Sistem komplementer
Terdiri atas protein plasma yang berperan penting, baik dalam imunitas maupun
inflamasi. Pada imunitas fungsinya untuk membentuk MAC (Membran Attack Complex)
untuk membuat lubang pada membran mikroba yang menginvasi. (kompleks protein
polimerik yang dapat menembus membran sel mikroba, lalu membentuk lubang-lubang
sehingga air dan ion akan masuk lalu menyebabkan membran bocor, sel membengkak dan
pecah .dan mengakibatkan kematian mikroba) Sistem komplemen akan membentuk C3a dan
C5a serta C5b yang mempunyai efek kemotaktik pada netrofil, monosit, eosinofil, dan
basofil.

Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan


dengan fagosit (melalui reseptor C3b pada fagosit). Kedua, hasil pemecahan komplemen
bersifat kemoatraktan untuk neutrofil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi di tempat
aktivasi komplemen.
Efek lain ialah meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi (menginduksi
sel mast untuk melepaskan histamin)  serta mempunyai peranan dalam fagositosis (oleh
neutrofil dan makrofag) berupa opsonisasi.->Opsonisasi adalah proses melapisi partikel
antigen oleh antibodi dan/atau oleh komponen komplemen lebih mudah dan cepat dimakan
fagosit.
4.Tipe inflamasi

1. Inflamasi akut
Berlangsung singkat jam atau beberapa hari, ditandani ekstresi cairan dan plasma. Hanya
terbatas pada tempat yang ada inflamasi, respon langsung terhadap agen inflamasi.
2. Inflamasi kronik
Waktu lama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun ditandai makrofag, ditentukan jumlah
limfosit dan makrofag yang berhubungan dengan poliferasi vaskuler dan fibrosis.

5. Tanda dan gejala inflamasi


1. Rubor ( kemerahan )
Terjadi tahap pertama inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat
pelepasan meiator kimia tubuh.
2. Tumor ( Pembengkakan )
Merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma masuk ke dalam jaringan intestinal pada
tempat cidera. Kinin menjadi asteriol, meningkatnya permeabilitas dinding kapiler. Dinding
kapiler menjadi permeabel
3. Color ( panas )
Disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau mungkin
4. Dolor ( Nyeri )
5. Functio Laesa ( hilangnya fungsi )

Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah:

1. Kemerahan (rubor)

Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah tersebut
berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera (Corwin, 2008).

2. Rasa panas (kalor)

Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas disebabkan
karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar radang.
Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di
dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan (Wilmana, 2007).

3. Rasa sakit (dolor)

Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:

Adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan
lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri,

Adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin,
bradikinin yang dapat merangsang saraf – saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan
nyeri (Wilmana, 2007).

4. Pembengkakan (tumor)

Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya
peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan
yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang
interstitium (Corwin, 2008).

5. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan sekitarnya
akibat proses inflamasi. (Wilmana, 2007).

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang dihasilkan dari
metabolisme asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh
ganda dengan 20 atom karbon. Asam arakhidonat dilepaskan oleh fosfolipid melalui
fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses
metabolisme asam arakhidonat terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan
menyintesis prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien
dan lipoksin.

Jalur utama metabolisme asam arakhidonat, yaitu:

a.Jalur siklooksigenase:

produk yang dihasilkan oleh jalur ini adalah prostaglandin E2 (PGE2), PGD2, prostasiklin
(PGI2), dan tromboksan A2 (TXA2). TXA2 adalah pengagregasi trombosit dan
vasokonstriktor, merupakan produk utama prostaglandin dalam trombosit. PGI2 adalah suatu
vasodilator dan inhibitor agregasi trombosit. PGD2 merupakan metabolit utama jalur
siklooksigenase dalam sel mast, bersama dengan PGE2 menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatkan pembentukan edema.

b.Jalur lipooksigenase, merupakan enzim yang memetabolisme asam arakhidonat yang


menonjol dalam neutrofil. Enzim ini menghasilkan leukotrien. Leukotrien pertama yang
dihasilkan disebut leukotrien A4 (LTA4) yang selanjutnya akan menjadi LTB4 melalui
hidrolisis enzimatik. LTB4 merupakan agen kemotaksis dan menyebabkan agregasi neutrofil.
LTC4 dan metabolit berikutnya, LTD4 dan LTE4 menyebabkan vasokonstriksi,
bronkospasme, dan meningkatkan permeabilitas vaskular.
Mekanisme terjadinya gejala-gejala inflamasi:

REFERENSI

Abrams, G.D. 1995.Respon tubuhterhadapcedera. Jakarta: EGC (Bukuasliditerbitkan 1992)

Mitchell, R.N. &Cotran, R.S. 2003. Acute and chronic inflammation (7th ed.). Philadelphia:
Elsevier Saunders

Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern untukPerawat. Jakarta:


PenerbitBukuKedokteran

Tambayong, dr. Jan.2000.Patofisiologi untukkeperawatan.

Anda mungkin juga menyukai