Anda di halaman 1dari 14

ANTIINFLAMASI, ANTIHISTAMIN

Sri Tasminatun,M.Si.,Apt

Referensi : antara lain

 Bertram G Katzung, Basic & Clinical Pharmacology

 Goodman & Gillman’S, The Pharmacological Basis of Therapeutics

INFLAMASI

Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh kerusakan pada
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologik.
Inflamasi berfungsi untuk menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik
agen yang merusak maupun jaringan yang rusak.

ANTIIMFLAMASI

Agen antiinflamasi adalah senyawa atau obat yang digunakan untuk menangani penyakit yang
diakibatkan inflamasi. Beberapa dari obat golongan ini memiliki mekanisme aksi yang berbeda. Obat
antiinflamasi yang paling banyak dipakai adalah antiinflamasi golongan NSAID (non steroidal anti-
inflammatory drug), obat ini memiliki tiga aksi utama yaitu sebagai antiinflamasi, antipiretik, dan
analgesik bekerja dengan cara menghambat pembentukan enzim COX yang kemudian menghambat
terbentuknya prostaglandin.

MEKANISME INFLAMASI
A. ASPEK PSIKOLOGIS NYERI
 Menyebabkan gangguan sosial, pekerjaan, dan fungsi lain
 Gangguan mood, ansietas
 Gangguan mental

1. Tanda-tanda utama inflamasi :


 Rubor/Eritema (kemerahan)
 Tumor/Edema (pembengkakan)
 Kalor (rasa panas)
 Dolor (rasa nyeri)
 Fungsio laesa (Perubahan/hilangnya fungsi)

2. Penggolongan analgetika
 analgesik opioid / Narkotika  SSP
 NSAIDs (Non narkotika)  COX inhibitor

B. ANALGESIK OPIOID
 Getah Papaver somniverum
 Opium mengandung alkaloida : morphin (10%), codein (0.5%), thebain dan
papaverin
 Mekanisme kerja :mengikat reseptor di otak (µ, delta, kappa)
 Efek :

a. sistem saraf pusat perifer

C. PENGGUNAAN KLINISOPIOID
 Analgesi / menghilangkan nyeri
 edema paru akut
 Batuk
 Diare
 Aplikasi dalam anestesi (premedikasi anestesi)
D. NARKOTIKA
 Analgesik kuat / menghilangkan nyeri
 Edema paru akut
 Batuk
 Diare
 Aplikasi dalam anestesi (premedikasi anestesi)
1. Gejala Kelebihan Dosis

Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga gejala klasik).
Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual).
Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah).

2. Gejala–gejala Lepas Obat

Agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak
(dosis sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata (lakrimasi), keluar
air dari hidung( rhinorhea), berkeringat banyak, pupil dilatasi, tekanan darah meninggi, nadi
bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-
kadang psikosis toksik.
E. NSAIDs / AINS
 Nonsteroidal anti-inflammatory drug’s
 Anti Inflamasi Non Steroid
 Penghambat COX (enzim siklooksigenase)
 Punya Efek Analgesik dan antiinflamasi
 Bekerja di perifer, tidak bersifat adiktif dan kurang kuat dibanding narkotika
F. OBAT AINS
AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid) 

AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga
memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam pengobatan
rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak, fenilbutazon dan
piroxicam. 

1. ASAM KARBOKSILAT

 DERIVAT ASAM SALISILAT : ASPIRIN

 DERIVAT ASAM PROPIONAT : IBUPROFEN

 DERIVAT ASAM FENAMAT : ASAM MEFENAMAT

 DERIVAT ASAM FENILASETAT : DIKLOFENAK

2. ASAM ENOLAT

 DERIVAT PIRAZOLON : DIPIRON

 DERIVAT OKSIKAM : PIROKSIKAM

3. SALISILAT
 Prototipe obat AINS
 Obat : aspirin (asam asetilsalisilat)
 Efek analgesik, antipiretik, antiinflamasi
 Efek antiinflamasi, urikosurik (dosis tinggi :2-4 gram)
 Efek antiagregasi trombosit (dosis rendah), sehingga digunakan untuk
antitrombosit
 Efek keratolitik, astringent (topikal)
 REYE Sindrome : berupa hepatopatia dan encephalopatia
 Absorbsi sempurna di lambung
 Lama kerja 4 jam (4-6x/hari)
 Ekskresi meningkat dengan alkalinisasi urin
 Iritasi saluran cerna (ulkus, perdarahan)
 Pseudoalergi (Bronkokonstriksi)
 Analgesik & antipiretik (300-600 mg 3x sehari)
 Nyeri disertai inflamasi (penyakit inflamasi sendi/rheumatik), 3 – 6 gram/hari
 Inflamasi sendi akut, 5 – 8 gram/hari
4. ASAM MEFENAMAT

 Derivat asam fenamat


 Efek analgesik kuat
 Efek antiinflamasi lebih lemah dibandingkan aspirin
 Diberikan bersama dengan makanan
 Lama pemberian tidak lebih dari 7 hari
 MENGHAMBAT COX1 DAN COX2
 KI pada kehamilan
 Penggunaan pada anak-anak, data belum lengkap
 ESO : iritasi lambung, udema, pusing,tinnitus dan pruritus

5. IBUPROFEN

 Derivat asam propionate


 Efek analgesik sama dg aspirin
 Efek antiinflamasi lebih lemah dibandingkan aspirin
 Metabolisme di liver
 Waktu paruh 2,5 jam, ikatan protein plasma 99 %
 Efek samping di lambung lebih jarang
 Efek samping : retensi cairan dan alergi
 Pada penderita asma bronkial dapat menimbulkan bronkokonstriksi
6. DIKLOFENAK

 Efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasi


 Inhibitor sintesis prostaglandin yang potensial
 Absorpsi per oral baik
 Kadar puncak 1-2 jam
 Untuk penyakit inflamasi sendi kronis
 Efek samping : gangguan lambung
 Natrium diklofenak dan Kalium diklofenak
7. KETOROLAC

 Waktu paruh 4-6 jam


 Terutama sebagai analgesik
 Untuk nyeri ringan dan sedang sesudah operasi
 Dosis 0,5 mg/kgBB atau 1 mg/kgBB/6 jam (bolus injeksi). Ketorolak juga bisa
diberikan secara infusi dengan dosis 0,17 mg/kgBB/jam. Dosis maksimal
ketorolak untuk anak adalah 90 mg dalam 48 jam pemberian.
 Kombinasi dengan opioid, bisa menurunkan kebutuhan opioid sebesar 25-50 %
8. ESO KETOROLAC
 Sistem Syaraf (23% dari pemberian IV) : Sakit kepala, pusing, cemas, depresi,
sulit berkonsentrasi, nervous, kejang , tremor  bermimpi, halusinasi, insomnia
vertigo, psikosis.
 Gastro Intestin : (12-13% ) Mual, diare, konstipasi, sakit lambung, perasaan
kenyang, muntah, kembung, luka lambung, tidak ada nafsu makan, sampai
pendarahan lambung & saluran pembuangan
 Kulit : (2-4% dari pemberian IV) Sakit di daerah tmp. Penyuntikan (IM),
kemerahan, hematoma gatal, berkeringat,
 Reaksi sensitifitas : Syok anafilaksis Ginjal, elektrolit & efek genitourinari :
Kerusakan fungsi ginjal pada pemberian jangka panjang (2-3%)
 Efek pada hati : Kenaikan konsentrasi SGOT & SGPT dalam serum Efek ke
Jantung & saluran darah : (4% dari pemberian IV) hipertensi, hipotensi,
pembengkakan.
 Efek pada darah : meningkatkan risiko pendarahan, trombositopenia,
 Efek pada mata & telinga : Gangguan penglihatan & pendengaran Sindrom
Stevens-Johnson
9. OKSIKAM
 Piroksikam
 Untuk arthritis yang lama seperti rematoid dan osteoarthritis
 Waktu paruh panjang, memungkinkan digunakan 1 x sehari
 ESO : tidak enak pada saluran cerna, tukak lambung
10.DERIVAT PIRAZOLON
 Efek analgesik & antipiretik
 Efek antiinflamasi lemah
 Efek diskrasia darah (agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia)
 Efek iritasi lambung
 Efek hipersensitifitas
 dipiron, metampiron /antalgin
11.DIPIRON
 Efek 30 menit, Kadar puncak 2 jam, Lama kerja 2-4 jam
 Frekuensi pemberian 4-6x/hari
 Dosis 500 -1000 mg/x
12.PENGHAMBAT SIKLOOKSIGENASE-2
(COX-2 INHIBITOR)
 Selektif menghambat siklooksigenase 2
 Efek terapi, efek samping saluran cerna dan ginjal minimal
 Efek samping lain? (Cardiovaskular)
 MELOXICAM, CELECOXIB

a. MELOXICAM
 Selektif thd COX-2 (kurang)
 T1/2 20 jam
 Dosis 7,5-15 mg/ hari

b. CELECOXIB
 PENGHAMBAT COX-2 SELEKTIF
 T1/2 11 jam
 Sangat terikat protein dan dimetabolisme dengan CYP2C9
 Dosis 100-200 mg 2 x sehari
G. Beberapa pedoman praktis penggunaan NSAIDs :
 NSAIDs seyogyanya hanya diberikan atas indikasi yang tepat
 Jika memungkinkan sebaiknya digunakan NSAIDs yang ESO nya minimal
 Jika penggunaan NSAIDs tidak dapat dihindari, sebaiknya disertai dengan obat
profilaksis seperti omeprazol
 Resiko efek samping gastrointestinal meningkat pada usia lanjut, penderita
dengan riwayat ulkus atau perdarahan gastrointestinal, pemberian pada dosis
besar, perokok dan terdapat riwayat penyakit kardiovaskuler
 NSAIDs sebaiknya dimulai dari dosis kecil
 Tidak dianjurkan meresepkan secara bersamaan 2 NSAIDs sekaligus ataupun
NSAIDs dan sediaan kortikosteroid
H. ANALGESIK LAIN : DERIVAT PARAAMINOFENOL

asetaminofen/ parasetamol

 Efek sentral dan perifer (lebih dominan perifer)  diduga melalui penghambatan
COX-3

 Efek analgesik & antipiretik


 Efek antiinflamasi lemah

 Efek iritasi lambung minimal

 Absorpsi lebih baik saat lambung kosong

 Dosis maksimal penggunaan parasetamol 4 g/hari

 Dosis tinggi  Hepatotoksis, NABQI (suatu radikal bebas)

 NABQI akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul protein sel hati,
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel

 dosis tinggi : 10-12 gram  bisa menyebabkan kematian

I. OBAT ANTI HISTAMIN


a. HISTAMIN
Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal,
pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter.
1. Reseptor Histamin H1
 di jaringan otot, endotelium, kulit dan sistem syaraf pusat.
 vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal
 bertanggungjawab terhadap gejala alergi.
2. Reseptor Histamin H2
Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi
asam lambung
b. PENYEBAB ALERGI
 Makanan
 Senyawa kimia
 hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur
kapuk).
 Obat-obatan (antibiotik, AINS, anestesi lokal, dll)
c. PEMICU ALERGI
 INFEKSI (panas, batuk, pilek)
 AKTIFITAS MENINGKAT (menangis, berlari,  tertawa keras)
 UDARA DINGIN
 UDARA PANAS
 MINUMAN  DINGIN
 STRES
 GANGGUAN HORMONAL: (kehamilan, menstruasi)
d. Antihistamin H1
 Inhibitor kompetitif terhadap histamin
 Blockade reseptor H1 / sebagai antagonis
 sebagai inverse agonist yang dapat menurunkan aktivitas konstitutif
reseptor H1 atau menurunkan aktivitas reseptor H1 yang diinduksi agonis
1. Generasi pertama
 Alkylamines  Chlorpheniramine maleate/CTM
 EthanolaminesDiphenhydramine HCl
 Piperazines Hydroxyzine HCl
 Phenothiazines Promethazine HCl
 Piperadines Azatadine
2. Generasi kedua
 Terfenadin
 Fexofenadin
 Loratadin
 Cetirizin
e. Efek toksik & efek samping Antihistamin H1
 Depresi SSP (terutama pada generasi pertama agen).
 Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, sembelit atau diare.
 Insomnia, tremor, gugup, iritabilitas, takikardia, mulut kering, penglihatan
kabur, retensi urin, sembelit (generasi ke-1).
 Stimulasi CNS dengan halusinasi, gangguan motorik (tremor dan kejang), dan
kematian.
 Diseberangkan dalam ASI dan dapat menyeberangi plasenta.

Anda mungkin juga menyukai