Anda di halaman 1dari 15

MACAM MACAM VAKSIN PADA ANAK

(PCV, ROTAVIRUS, INFLUENZA, MR/ MMR, JE)


Mata Kuliah Keperawatan Anak 1

Dosen Pembimbing: Ns. Zubaidah, M.Kep., Sp.Kep.An.

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Dini Alviolita (22020120130092)
2. Fitri Handayani (22020120130084)
3. Ilham Unggul Pambudi (22020120130114)
4. Dewi Septya Rahayu (22020120140158)
5. Devani Fitriana Faizah (22020120120026)
6. Muta’azziyah Faqiyatul Lestari (22020120140124)
7. Oktavina Putri Kustanti (22020120140128)

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
A. PCV
Deskripsi Vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari infeksi
bakteri pneumokokus.

Indikasi Vaksin pneumokokus yang tidak terkonjugasi (PPSV23)


diindikasikan untuk anak dengan usia di atas 2 tahun yang
memiliki risiko mengalami penyakit invasif akibat pneumokokus.
Vaksin pneumokokus terkonjugasi (PCV10 atau PCV13)
memiliki indikasi yang hampir serupa dengan vaksin PPSV23,
yaitu untuk semua anak sehat yang berusia antara 6 minggu
sampai 5 tahun, atau anak di atas usia 5 tahun yang memiliki
risiko mengalami penyakit invasif pneumokokus.

Cara Pemberian Cara Pemberian :


dan Dosis Vaksin PCV diberikan pada bayi berumur minimal 6 minggu.
Biasanya diberikan pada umur 2, 3 bulan dan 12 bulan. Vaksin
booster pada umur 12- 15 bulan.
Dosis :
Interval antara dosis pertama dan kedua 4 minggu. Jika belum
diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan
jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan
dari dosis sebelumnya.

Kontraindikasi Kotraindikasi pemberian vaksin pneumokokus adalah adanya


riwayat hipersensitivitas yang berat pada pemberian vaksin
sebelumnya. Perhatian khusus perlu diberikan pada anak yang
sedang sakit dengan derajat sedang atau berat, pasien
imunosupresi, pasien dengan risiko perdarahan, dan pasien
dengan penyakit jantung atau paru kronik.

Efek Samping dan Efek samping vaksin pneumokokus yang paling sering ditemukan
Penanganan adalah efek samping lokal seperti eritema, edema, indurasi, atau
nyeri. Efek samping sistemik lebih jarang ditemukan. Vaksin
pneumokokus memiliki interaksi dengan vaksin zoster hidup,
obat kemoterapi, interferon, dan kortikosteroid. Apabila ada
keluhan pusing maka lebih baik berbaring selama kurang lebih 15
menit.

B. ROTAVIRUS

Deskripsi Vaksin atau imunisasi untuk mencegah infeksi rotavirus yang bisa
menyebabkan muntaber atau gastroenteritis

Indikasi Vaksin rotavirus tidak termasuk di dalam program imunisasi


kebangsaan. Vaksin ini boleh diberikan kepada bayi berusia 6
minggu dan ke atas bagi mencegah cirit-birit dan muntah yang
disebabkan oleh jangkitan rotavirus dan boleh diberikan daripada
usia 6 minggu hingga 32 minggu bergantung kepada jenis vaksin
yang diberikan. Walau bagaimanapun, vaksin ini tidak boleh
diberikan jika:

- Bayi pernah mengalami reaksi alahan yang teruk terhadap


vaksin rotavirus atau alahan kepada mana-mana komponen
dalam vaksin.
- Bayi menghidap penyakit gangguan genetik yang jarang
berlaku yang boleh menjejaskan sistem pertahanan badan
dan dikenali sebagai Severe Combined Immunodeficiency
(SCID).
- Bayi mengalami sejenis penyumbatan usus (teleskopi pada
bahagian usus atau intussusception).
- Bayi dengan kecacatan dalam usus yang boleh menyebabkan
penyumbatan usus.

Vaksinasi perlu ditangguhkan sekiranya bayi mengalami


jangkitan yang teruk dan demam dengan suhu yang tinggi, cirit-
birit dan/atau muntah.

Cara Pemberian Cara Pemberian :


dan Dosis Vaksin Rotavirus akan diberikan langsung oleh dokter atau
petugas medis di bawah pengawasan dokter di tempat layanan
vaksinasi. Sebelum pemberian vaksin, dokter atau petugas medis
akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan anak dalam
kondisi sehat dan siap untuk divaksin.
Jika anak demam saat pemeriksaan, vaksinasi dapat ditunda
hingga kondisi membaik. Sementara bila anak hanya mengalami
penyakit ringan, seperti pilek, vaksinasi tetap dapat dilakukan.
Vaksin Rotavirus diberikan dengan cara diteteskan secara
perlahan ke dalam mulut anak. Hal ini untuk mencegah vaksin
dimuntahkan kembali. Untuk mengurangi resiko vaksin
dimuntahkan kembali, pemberian vaksin sebaiknya dilakukan
sebelum bayi menyusu.
Rotavirus bisa ditemukan pada tinja anak yang baru saja
menjalani vaksinasi Rotavirus. Guna mencegah penularan virus
melalui tinja anak, selalu cuci tangan setelah memegang popok
anak. Sebisa mungkin hindari anak berdekatan atau menyentuh
orang yang sedang sakit, hingga 15 hari setelah menerima vaksin.
Pastikan anak mendapatkan seluruh dosis vaksin yang sudah
ditentukan. Jika anak melewatkan salah satu dosis, segera ke
dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk menerima dosis
yang terlewat.
Dosis :
Vaksin Rotavirus merupakan salah satu vaksin yang termasuk
dalam program imunisasi pilihan. Sesuai dengan jadwal imunisasi
yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
vaksin Rotavirus bisa diberikan kepada bayi sejak usia 6 minggu
sampai maksimal usia 6–8 bulan, tergantung jenis vaksin yang
diberikan.
Dosis dan jadwal pemberian vaksin Rotavirus yang dibagi
berdasarkan jenis vaksinnya :
1. Vaksin Rotavirus monovalen
Vaksin Rotavirus monovalen diberikan sebanyak 2 kali. Dosis
pertama diberikan saat anak berusia 6–14 minggu dan dosis kedua
diberikan setidaknya 4 minggu berikutnya. Dosis kedua juga bisa
diberikan saat anak berusia 16 minggu atau paling lambat ketika
usianya 24 minggu.
Vaksin Rotavirus monovalen diberikan secara oral atau melalui
mulut. Dosis yang diberikan dalam sekali pemberian adalah
sebanyak 1,5 ml.
2. Vaksin Rotavirus pentavalen
Vaksin Rotavirus pentavalen diberikan sebanyak 3 kali. Dosis
pertama pada saat anak berusia 6–14 minggu. Dosis kedua dan
ketiga diberikan dengan jarak 4–8 minggu setelah vaksin
sebelumnya. Batas akhir pemberian dosis ketiga adalah ketika
usia anak mencapai 32 minggu.
Vaksin Rotavirus pentavalen juga diberikan melalui mulut. Dosis
yang diberikan dalam sekali pemberian adalah sebanyak 2 ml.

Kontraindikasi - Bayi telah menerima pemindahan darah atau produk darah


termasuk immunoglobulin (sejenis antibodi) dalam tempoh
6 minggu.
- Bayi mempunyai sebarang penyakit gastrousus yang kronik.
- Bayi berhubungan rapat contohnya, dengan ahli keluarga
yang mempunyai sistem pertahanan badan yang lemah.
- Bayi mempunyai masalah pertumbuhan.

- Bayi mempunyai sebarang penyakit atau mengambil obat-


obatan yang melemahkan sistem pertahanan badan.

Efek Samping dan Vaksin Rotavirus aman untuk anak dan jarang menimbulkan efek
Penanganan samping. Efek samping wajar yang dapat terjadi setelah
pemberian vaksin berupa rewel, gelisah, muntah, dan diare. Efek
samping tersebut umumnya bersifat ringan dan bisa sembuh tanpa
diobati.
Pemberian vaksin Rotavirus pada anak dapat berisiko
menimbulkan efek samping yang lebih serius, seperti intususepsi,
BAB berdarah, muntah-muntah. Lakukan pemeriksaan ke dokter
jika efek samping tersebut tidak kunjung mereda atau semakin
memburuk dan terjadi reaksi alergi setelah penggunaan vaksin
rotavirus.

C. INFLUENZA

Deskripsi Vaksin atau imunisasi untuk salah satu cara menekan risiko dan
tingkat keparahan seseorang yang terkena flu.

Indikasi Orang yang berusia diatas 50tahun, orang yang berusia 6 bulan-
50tahun yang dirawat lama di fasilitas kesehatan, orang yang
bekerja atau tinggal dengan orang yang berisiko selama lebih dari
6 bulan, wanita hamil yang memiliki masalah kesehatan, wanita
hamil yang akan memasuki musim influenza, semua petugas
kesehatan, orang yang akan bepergian ke daerah kejadian
influenza

Cara Pemberian Cara Pemberian :


dan Dosis Vaksin flu (split virion) sangat bergantung kepada bentuk sediaan
vaksin. Vaksin ini tersedia dalam dua bentuk yakni semprot ke
hidung serta suntikan.

1. Vaksin semprot hanya diberikan kepada orang yang sedang


sehat di rentang usia dua hingga 49 tahun. Pemberian
vaksin baik vaksin semprot dan suntikan harus dilakukan
oleh tenaga medis profesional.
2. Vaksin suntik biasanya diberikan di bagian lengan atas di
bagian otot deltoideus. Otot ini adalah otot di bagian lengan
atas yang memiliki bentuk membulat di bahu manusia.
Vaksin ini harus segera diberikan ketika kontainer dibuka.
Penggunaan vaksin mengikuti masa berlaku yang ada pada
label sehingga tidak boleh diberikan apabila melebihi
waktu tersebut.
Dosis :
- Dosis untuk anak usia kurang dari 2 tahun adalah 0,25 ml.
Sementara, anak usia >2 tahun dan orang dewasa adalah 0,5
ml.
- Untuk anak yang pertama kali mendapat vaksin influenza
pada usia 6 bulan sampai 8 tahun, vaksin diberikan 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu, kemudian vaksinasi
diulang setiap tahun.
- Untuk anak usia di atas 9 tahun dan orang dewasa, vaksin
influenza cukup diberikan 1 kali tiap tahun.
- Pada anak atau orang dewasa yang memiliki gangguan
sistem imun, vaksin influenza diberikan 2 dosis dengan jarak
interval minimal 4 minggu, agar antibodi terbentuk dengan
baik.

Kontraindikasi Reaksi alergi serius pada pemberian vaksin sebelumnya atau


alergi terhadap komponen protein telur, individu dengan penyakit
kronik.

Efek Samping dan


Ada beberapa efek samping yang bisa muncul setelah mendapat
Penanganan
suntikan vaksin influenza, antara lain:

● Sakit kepala atau pusing


● Demam ringan
● Nyeri atau kemerahan di area penyuntikan
● Nyeri otot, lelah, dan lemas
● Pingsan

Periksakan diri ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung


mereda atau justru semakin parah. Selain itu, segera temui dokter
jika Anda mengalami reaksi alergi setelah penyuntikan vaksin
influenza.
D. MR/MMR

Deskripsi Vaksin MR merupakan kombinasi campak atau Measles (M) dan


Rubella (R). Adapun vaksin MMR merupakan vaksin yang terdiri
dari 3 komponen vaksin, yaitu Mumps (gondongan), Measles
(campak), dan Rubella.

Vaksin Measles Rubella (MR) merupakan vaksinasi yang


digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit
campak (measles) dan campak Jerman (rubella) (Najah, 2017).

Campak dan rubella sendiri adalah penyakit infeksi menular yang


terjadi melalui saluran napas yang disebabkan oleh virus campak
dan rubella (Marlinta, 2018). Virus ini cara penularannya melalui
batuk dan bersin (WHO, 2017). Campak dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan demam, ruam, batuk,
pilek, dan mata merah serta berair. Campak juga dapat
menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi telinga, diare,
pneumonia, kerusakan otak, dan kematian. Sementara rubella
atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang menyebabkan
demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata merah, dan
mata gatal. Rubella kerap terjadi pada anak-anak dan remaja.
Gondongan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala,
pembengkakan pada kelenjar yang terletak di bagian bawah
telinga, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan. gondongan juga
dapat menyebabkan komplikasi yang mencakup pembengkakan
testis atau ovarium penyebab kemandulan, tuli, meningitis, dan
bahkan kematian.

Program vaksin MR menjadi prioritas pemerintah Indonesia


sebagai wujud pengendalian campak dan rubella karena bahaya
komplikasinya yang berat dan mematikan. Vaksin MR
merupakan salah jenis vaksinasi wajib untuk anak. Oleh sebab itu,
anak yang telah mendapatkan imunisasi vaksin MMR masih perlu
mendapatkan vaksin MR untuk memastikan kekebalan penuh.
Dalam vaksin MR antigen yang dipakai adalah virus campak
strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strai RA 27/3
dan virus gondong (Hidayat, 2018). Vaksin ini diberikan pada
anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun (Kemenkes, 2018),
tetapi bagi anak sebelumnya sudah melakukan vaksin campak
vaksin MR ini tetap diberikan (UNICEF, 2018).

Tujuan pemberian vaksin MR yaitu untuk merangsang


terbentuknya imunitas atau kekebalan terhadap penyakit campak
dan rubella (Wawan, 2011). Manfaat pemberian vaksin MR
adalah untuk memberikan perlindungan terhadap kedua penyakit
tersebut pada saat bersamaan (DepKes RI, 2017).

Indikasi Ada 2 kelompok individu yang dianjurkan untuk mendapatkan


vaksin MR, yaitu:
1. Anak-Anak
Vaksin MMR bisa didapatkan melalui program imunisasi rutin
anak. Dosis pertama vaksin MR diberikan pada anak usia 9
bulan, dosis kedua pada usia 18 bulan, dan dosis ketiga saat
kelas 1 SD/sederajat. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat
status imunisasi maupun riwayat penyakit campak dan rubella
sebelumnya. Jika anak baru mendapatkan satu dosis vaksin
MMR, maka tubuhnya tidak terlindungi sepenuhnya dari risiko
campak, gondongan, dan rubella. Oleh karena itu, harus
diberikan vaksin MR.
2. Remaja dan Dewasa
Orang dewasa yang belum pernah atau baru 1 kali
mendapatkan vaksin MMR, dianjurkan untuk menerima dua
suntikan vaksin MMR dengan jeda waktu 1 bulan. Orang
dewasa yang dianjurkan untuk mendapatkan vaksin MMR
adalah:
- Wanita yang berencana hamil
- Orang yang akan berkunjung ke daerah yang sedang atau
pernah mengalami wabah campak
- Petugas kesehatan

Cara Pemberian Sesuai anjuran imunisasi yang dikeluarkan oleh IDAI (Ikatan
dan Dosis Dokter Anak Indonesia), imunisasi MR diberikan untuk semua
anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun selama kampanye
imunisasi MR. Selanjutnya, imunisasi MR masuk dalam jadwal
imunisasi rutin dan diberikan pada anak usia 9 bulan (vaksin MR
dosis pertama), 18 bulan (vaksin MR dosis kedua), dan kelas 1
SD/sederajat (vaksin MR dosis ketiga). Imunisasi MR diberikan
tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat penyakit campak
dan rubella sebelumnya. Untuk mencegah campak dan rubella,
dosis vaksin MR untuk anak dan orang dewasa adalah 0,5 ml.
Obat diberikan melalui suntikan ke kulit (suntikan subkutan) atau
suntikan ke otot (suntikan intramuskular).

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan penyuntikan


vaksin MR:

1. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik


sekali pakai (autodisable syringe/ADS) 0,5 ml.
Penggunaan alat suntik sekali pakai tersebut dimaksudkan
untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis
B dan C.
2. Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan
dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan
pastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan
larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke
dalam spuit.
3. Tarik torak perlahan agar larutan vaksin masuk ke dalam
spuit dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara
mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada
skala 0,5 cc kemudian cabut jarum dari vial.
4. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas
kering sekali pakai atau kapas yang dibasahi dengan air
matang dan tunggu hingga kering. Apabila lengan anak
tampak kotor diminta untuk dibersihkan terlebih dahulu.
5. Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri
atas.
6. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan
(sudut kemiringan penyuntikan 45°).
7. Setelah vaksin disuntikkan, tarik jarum keluar, kemudian
ambil kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan.
Jika ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi
suntikan hingga darah berhenti.

Vaksin MR akan diberikan oleh dokter atau petugas medis di


bawah pengawasan dokter. Penyuntikan dilakukan di lengan atas.
Sesudah menerima vaksin MR, anak atau orang yang divaksinasi
harus menunggu selama 30 menit di tempat pelayanan vaksinasi.
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI). KIPI adalah semua keluhan atau kondisi
medis yang mungkin berkaitan dengan vaksinasi, termasuk reaksi
alergi terhadap kandungan vaksin dan efek samping vaksin.

Penyimpanan vaksin MR dilakukan oleh petugas vaksin sesuai


standar prosedur operasional. Vaksin dan pelarut vaksin perlu
disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8° dan terhindari
dari paparan sinar matahari langsung.

Kontraindikasi • Vaksin MR tidak boleh diberikan kepada individu dengan


riwayat reaksi anafilaksis atau reaksi alergi berat terhadap
komponen vaksin (misal neomisin atau gelatin) atau keadaan
imunosupresi berat seperti mendapatkan pengobatan
imunosupresif atau mendapat steroid dosis tinggi (setara
dengan prednisolone 2 mg/kgbb/hari) atau sedang menderita
keganasan.
• Vaksin MR tidak boleh diberikan saat hamil, dianjurkan
diberikan 2 bulan sebelum hamil. Pemberian vaksin MR
secara tidak sengaja pada ibu hamil, bukan indikasi untuk
menghentikan kehamilan.
• Vaksin MR tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia,
limfoma.
• Pemberian imunisasi vaksin MR ditunda jika balita dan anak
sedang mengalami demam, batuk dan pilek, serta diare
(Kemenkes RI, 2017).

Efek Samping dan Vaksin MR tidak memiliki efek samping yang berarti. Sekalipun
Penanganan ada, efek samping yang ditimbulkan cenderung umum dan ringan,
seperti demam, ruam kulit, atau nyeri di bagian kulit bekas
suntikan. Ini merupakan reaksi yang normal dan akan menghilang
dengan sendirinya atau dalam kurun waktu 2‐3 hari. Jika keluhan
tidak kunjung membaik atau semakin memburuk lakukan
pemeriksaan ke dokter. Selain itu, pemeriksaan ke dokter harus
segera dilakukan jika mengalami reaksi alergi obat yang ditandai
dengan bengkak di bibir atau kelopak mata, ruam yang gatal dan
meluas, atau sulit bernapas.

E. JE

Deskripsi Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus sistem susunan


saraf pusat yang ditularkan oleh nyamuk Culex. Infeksi ini lebih
sering mengenai anak di bawah usia 15 tahun. Seluruh wilayah di
Indonesia merupakan daerah berisiko, terbanyak di Bali,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian dan kecacatan. Vaksinasi JE bertujuan
memberikan kekebalan pada anak-anak dari bahaya penyakit
Japanese Enchapilitis (JE) serta menjadi strategi yang baik untuk
mengurangi angka kematian serta kecacatan pada anak-anak.

Indikasi Imunisasi JE diberikan pada anak umur 9 bulan sampai dengan


kurang dari 15 tahun selama masa kampanye imunisasi JE.
Selanjutnya imunisasi JE termasuk dalam jadwal imunisasi rutin
dan diberikan pada anak umur 10 bulan.

Cara Pemberian Dalam pelaksanaannya, anak-anak akan diberikan 1 dosis (0,5


dan Dosis mL) secara suntikan subkutan. Pada anak usia 9-12 bulan,
penyuntikan dilakukan pada paha lateral kanan sedangkan pada
anak usia >12 bulan, penyuntikan dilakukan pada area deltoid di
lengan kanan.
Vaksin live attenuated chimeric vaccine (IMOJEV)
direkomendasikan untuk anak lebih dari 9 bulan. Pada usia 9
bulan hingga kurang dari 18 tahun diberikan 1 dosis dan perlu
booster pada 1 sampai 2 tahun kemudian (bila tinggal di daerah
endemis). Pada usia lebih dari 18 tahun cukup 1 dosis; tidak perlu
booster pada orang dewasa, karena titer proteksi tetap tinggi
hingga 5 tahun setelah pemberian dosis tunggal.

Kontraindikasi Vaksin IMOJEV merupakan vaksin hidup yang dilemahkan


sehingga tidak boleh diberikan kepada ibu hamil ataupun pasien
immunocompromised. Kehamilan harus ditunda paling tidak 28
hari setelah mendapat vaksin IMOJEV. Tidak ada data virus
vaksin disalurkan melalui ASI sehingga tidak direkomendasikan
pada ibu menyusui. Kontraindikasi meliputi riwayat anafilaksis
pada pemberian vaksin JE apapun sebelumnya dan sebaiknya
tidak diberikan saat demam akut.

Efek Samping dan Efek samping berupa reaksi lokal seperti nyeri tempat
Penanganan penyuntikaan, pegal, kemrahan, bengkak dan reaksi sistemik
ringan seperti demam, sakit kepala, lemah, hilang nafsu makan,
gelisah, mmenangis abnormal/tanpa sebab. Efek ini bersifat
sementara dan ringan. Sebagian besar reaksi sistemik ringan dan
sedang muncul setelah vaksinasi dan berlangsung selama tiga
hari. Untuk penanganan reaksi tersebut dapat melakukan istirahat
secara cukup setelah vaksinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Archiando D.(2020). Inactivated Influenza Vaccine (Split Virion)/Vaksin Influenza. Diakses


pada tanggal 16 Mei 2022 dari https://lifepack.id/vaksin-influenza-split-virion/
Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. (tanpa tahun). Vaksin MR dan Vaksin MMR: Ini
Bedanya!. Diakses pada 16 Mei 2022 dari https://dinkes.palangkaraya.go.id/vaksin-mr-
dan-vaksin-mmr-ini-bedanya/
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2017.
Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR). Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2018). Pediatric Practice for Millennial Generation
Parents. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kurniawan, Ruby. 2018. Vaksin Japanese Encephalitis: Manfaat dan Komplikasi. CDK-271.
45: 12
Kemenkes. 2018. Kemenkes Canangkan Imunisasi Cegah Radang Otak Japanese Enchepalitis
(JE). Diakses pada 13 Mei 2022 dari
https://www.kemkes.go.id/article/print/18030500003/kemenkes-canangkan-imunisasi-
cegah-radang-otak-japanese-enchepalitis-je-.html
Putri, A., Aslinar, & Desiana. (2020). Hubungan pengetahuan tentang vaksin MR (Measles
Rubella) dan tingkat pendidikan orang tua terhadap keikutsertaan imunisasi MR di Desa
Lam Bheu, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmu Kedokteran
dan Kesehatan, 7(1): 334-2-341.
Ratnasari, D. (2021). Gambaran Efek Samping Pemberian Vaksin MR (Measles Rubella) pada
Balita di Posyandu Desa Bulakparen. Politeknik Harapan Bersama
Saragih, R. H., & Siregar, J. H. Imunisasi Pada Orang Dewasa. Diakses pada 15 Mei 2022 dari
https://www.researchgate.net/profile/Restuti-Saragih/publication/315487667_IMUNIS
ASI_PADA_ORANG_DEWASA/links/58d22bf7a6fdcc3fe7852ede/IMUNISASI-PA
DA-ORANG-DEWASA.pdf
Pane, M. (2021). Vaksin MR. Diakses pada 15 Mei 2022 dari https://www.alodokter.com/
vaksin-mr
Susmarini, D. (2018). Tata Kelola Vaksin, Tata Laksana Penyuntikan, dan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi Measles Rubella pada Anak Usia 9-18 Bulan [Studi di Puskesmas
Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang]. Universitas Muhamadiyah
Semarang Repository. http://repository.unimus.ac.id/2472/

Anda mungkin juga menyukai