Kelas : TK.1B
NIM : 2021.01.15401.060
Prodi : D3 Kebidanan
Mata Kuliah : Farmakologi
Dosen Pengajar : Apt. Rezqi Handayani,M.P.H
Semester : Genap
Jumat, 01 April 2022
POLIO
Vaksin poliomyelitis oral bivalen vaksin bivalen yang merupakan cairan bening
berwarna kuning muda sampai merah muda.
Dikemas dalam vial gelas yang mengandung suspense.
Vaksin polio ada 2 macam, yaitu vaksin polio oral atau oral polio vaccine (OPV) dan
vaksin polio tidak aktif atau inactivated polio vaccine (IPV).
Pemberian vaksin polio jenis OPV ditetes melalui mulut. Sementara itu, jenis IPV
diberikan melalui suntikan di lengan atas atau paha.
Bayi/balita : Vaksin polio biasanya akan diberikan sejak bayi lahir. Setelahnya,
pemberian vaksin akan dilakukan kembali pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Dewasa : Tiga dosis vaksin polio dapat diperoleh dengan jarak antara dosis pertama
dan kedua sekitar 1–2 bulan, sedangkan jarak dosis kedua dan ketiga antara 6–12
bulan.
Vaksin polio booster diberikan saat anak berusia 18 bulan.
Efak samping : Kemerahan, nyeri di lokasi penyuntikan, dan demam.
Kontraindikasi : Diare, muntah-muntah, demam, dan alergi.
Penggunaan : vaksin dapat disimpan dan digunakan sampai 1 (satu) bulan apabila
disimpan dengan benar (dalam suhu 2-80C) setelah dibuka.
TETANUS
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas.
Mengandung toksoid tetanus murni.
Vaksin ini diberikan ketika bayi berusia 2, 3 dan 4 bulan.
Pemberian vaksin ulangan atau booster pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
Efek samping : Kemerahan, bengkak, nyeri di lokasi suntikan, Muntah, demam,
menangis tanpa henti selama 3 jam atau lebih, demam lebih dari 40 derajat Celcius,
kejang (menyentak, menggerakkan otot, atau menatap), kehilangan nafsu makan,
gelisah, dan sulit tdiur.
Kontraindikasi : Hipersensitif dan demam.
Penggunaan : Vaksin TT yang telah dibuka digunakan paling lama 4 minggu dengan
ketentuan: Vaksin blm kedaluwarsa. Vaksin disimpan dalam suhu 2°- 8° C setelah
dibuka.
DPT
Vaksin DTP merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas.
Mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri pertusis yang
diinaktivasi, yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
Vaksin DPT primer akan diberikan sebanyak 3 kali dan vaksin booster sebanyak 2
kali.
Dosis 1–3 sebagai imunisasi primer, yaitu 0,5 ml diberikan ketika anak berusia 2, 3,
dan 4 bulan atau 2, 4, dan 6 bulan dengan rentang waktu antar pemberian adalah 4–6
minggu.Dosis keempat atau booster pertama sebanyak 0,5 ml, diberikan saat anak
berusia 15–20 atau 18 bulan, setidaknya 6 bulan setelah dosis ketiga.Dosis kelima
atau booster kedua sebanyak 0,5 ml diberikan ketika anak berusia 5–7 tahun.Dosis
booster selanjutnya diberikan usia 10–18 tahun.
Efek samping : Demam, rewel atau anak terlihat lelah, nafsu makan berkurang,
muntah, dan merah atau bengkak di area penyuntikan.
Kontraindikasi : Riwayat alergi atau hipersensitivitas, riwayat ensefalopati akibat
vaksin pertusis dalam 7 hari terakhir, dan riwayat kelainan neurologis progresif
(epilepsi, spasme infantil).
Penggunaan : vaksin dapat disimpan dan digunakan sampai 1 (satu) bulan apabila
disimpan dengan benar (dalam suhu 2-80C) setelah dibuka
HEPATESIS B
Yang membutuhkan vaksin hepetisis B adalah : Bayi (0-18 bulan), Anak remaja
yang belum menerima vaksin (2-18 tahun), dan orang dewasa.
Vaksin ini diberikan ketika bayi berusia 2, 3 dan 4 bulan.
Pemberian vaksin ulangan atau booster pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
Diberikan 3 dosis (dewasa 1 mL, anak 0.5 mL) pada bulan ke 0, 1 dan 6. Booster
dapat diberikan setiap 5 tahun.
Jadwal pemberian vaksin HB monovalen yakni di usia 0, 1, dan 6 bulan.Bayi yang
lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B
(HBIg) pada bagian tubuh yang berbeda.Bila pemberian vaksin HB kombinasi
dengan DTPw, jadwal pemberian vaksin pada usia 2, 3, dan 4 bulan.Sementara itu,
kalau vaksin HB kombinasi dengan DTPa, jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6
bulan.
Efak samping : Luka pada bagian tubuh yang disuntik, demam, nyeri pada sekitar
tubuh yang disuntik, dan alergi.
Kontraindikasi : Reaksi lokal: eritema, sakit, bengkak yang hilang dalam 2 hari.
Penggunaan : Vaksin hepatitis B segera setelah lahir, paling lama 24 jam sesudah
kelahiran.
BCG
vaksin BCG ini dilarutkan dengan pelarut Sauton 1,0 mL
Dewasa: 0,2–0,3 ml diberikan melalui suntikan ke kulit.
Anak usia >1 bulan: 0,2–0,3 ml obat dicampurkan dengan 1 ml air steril yang
selanjutnya disuntikan ke kulit.
Anak usia <1 bulan: 0,2–0,3 ml obat dicampurkan dengan 2 ml cairan steril yang
selanjutnya disuntikan ke kulit.
Efak samping : Muncul nanah, borok, atau abses di area kulit yang disuntik, area
suntikan masih bengkak setelah 2–3 hari, kelenjar getah bening bengkak, demam
tinggi (suhu ≥39° Celsius), tidak nafsu makan, berat badan turun, nyeri sampai ke
tulang, dan tubuh terasa sangat lelah.
Vaksin BCG dalam bentuk beku kering di dalam ampul.
Kontraindikasi : orang dengan riwayat anafilaksis setelah pemberian vaksin
sebelumnya, hipersensitif, orang yang HIV, wanita yang sedang hamil dan wanita
yang memberi ASI pada anak, dan memiliki penyakit serius.
Penggunaan : Vaksin DPT yang disimpan pada suhu di bawah 2°C akan cepat rusak
dan bila disimpan pada suhu diatas 8°C masih bisa bertahan sampai 14 hari. Jika
disimpan pada suhu 2°C sampai 8°C vaksin DPT dapat bertahan sampai 18–24
bulan.
COVID 19
Vaksin dikemas dalam kemasan dus sekunder berisi 10 vial ukuran 5 ml, di mana
setiap vial berisi vaksin 10 dosis (tutup vial berwarna dark navy). Vaksin ini
didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Efek samping : Nyeri pada lengan di tempat suntikan, sakit kepala atau nyeri otot,
nyeri sendi, menggigil, mual atau muntah, rasa lelah, dan demam (ditandai dengan
suhu di atas 37,8° C).
Vaksin covid-19 (Sinovac, Biofarma, Sinopharm, Novavax, AstraZeneca) stabil pada
suhu 2ºC sampai dengan 8ºC dikategorikan pada kelas C. Untuk vaksin kelas A,
penyimpanannya lebih dekat dengan sumber dingin.
Vaksin booster, yakni CoronaVac / Vaksin COVID-19 Bio Farma (Homolog),
Vaksin Pfizer (Homolog), Vaksin AstraZeneca (Homolog), Vaksin Moderna
(Homolog/Heterolog), dan Vaksin Zifivax (Heterolog).
Kontraindikasi : Vaksin Sinovac atau CoronaVac adalah untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap komponen dari vaksin ini dan pasien dengan
imunodefisiensi primer. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit akut dan/atau
serangan akut dari penyakit kronik, vaksinasi harus ditunda.
Penggunaan : Kontraindikasi vaksin Sinovac atau CoronaVac adalah untuk pasien
yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap komponen dari vaksin ini dan
pasien dengan imunodefisiensi primer. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit
akut dan/atau serangan akut dari penyakit kronik, vaksinasi harus ditunda.