Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN ANALISIS TINDAKAN

Pemberian Imunisasi

Neng Syifa Nurul I


220112200609
KELOMPOK 4

Departemen Keperawatan Anak


Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas yang dikumpulkan
adalah hasil karya saya sendiri, bukan contekan, dan belum pernah diserahkan untuk
penugasan mata kuliah lain. Jika saya terlambat mengumpulkan tugas, maka saya
bersedia diberi penalti sesuai dengan lama keterlambatan yang tertera pada rubrik
penilaian di buku panduan, kecuali sudah mendapatkan persetujuan koordinator.

Tanggal : 28 Mei 2021


Nama Lengkap : Neng Syifa Nurul I
Tanda tangan :
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar 1
BAB II ANALISA TINDAKAN 4
BAB III PEMBAHASAN 6
3.1 Hubungan Tindakan Pemberian Imunisasi Dengan EBP 6
3.2 Peran Perawat Dalam Pemberian Imunisasi 7
3.3 SOP Tindakan Pemberian Imunisasi 8
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 9
4.1 Simpulan 11
4.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN__________________________________________________________13
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Terdiri atas polio,
pentabio (DPT, hepatitis B, HIB) campak, dan BCG. Imunisasi ini bertujuan untuk
imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertussis,
tetanus, pneumonia dan meningitis, dan campak (Kemenkes RI, 2017). Imunisasi tahap
kedua yaitu imunisasi DPT- HB- Hib diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap pertama
sebanyak 3 kali (Imunisasi Dasar) dan dilanjutkan tahap kedua pada usia 15- 18 bulan yang
berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan titer antibodi pada anak yang menurun
pada kasus penyakit DPT di usia 15- 18 bulan(Fanny, 2019).
1.2 Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi Dasar menurut Kemenkes tahun 2017 :
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium
bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris. Indikasinya
yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis. Dosis yang diberikan
yaitu 0,05 ml, sebanyak 1 kali. . Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
Efek sampingnya yaitu 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut dengan diameter 2–10 mm.
2. Imunisasi pentabio (DPT – HB – HIB)
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara
simultan. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha
atas. Satu dosis anak adalah 0,5 ml. Kontra indikasinya yaitu kejang atau gejala
kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius.
3. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg. Dosis yang diberikan 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara
intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis,
dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).
Kontra indikasinya yaitu penderita infeksi berat yang disertai kejang.
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
4. Imunisasi Polio oral
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan. Indikasinya untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap poliomielitis. Pemberian secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasinya pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
5. Imunisasi Inactive Polio Vaccine
Berbentuk suspensi injeksi untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada individu di mana
vaksin polio oral menjadi kontra indikasi. Cara pemberian disuntikkan secara intra
muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3
suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan.
IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari
WHO.
6. Imunisasi campak
Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Cara pemberian dan dosisnya yaitu 0,5 ml disuntikkan secara subkutan
pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan. Kontra
indikasinya individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Imunisasi Anjuran menurut Kemenkes tahun 2017 :
1. Imunisasi Hepatitis A
Vaksin anak hepatitis A diberikan dalam 2 dosis pada periode usia 2-18 tahun.
Dosis kedua diberikan dalam interval 6-12 bulan setelah dosis pertama. Sedangkan
orang yang hendak pergi ke wilayah endemis hepatitis A sebaiknya menjalani
imunisasi 2-4 pekan sebelum berangkat.
2. Imunisasi Hepatitis B
Pada bayi, vaksin hepatitis B diberikan 4 kali, yaitu 12 jam setelah bayi lahir.
Kemudian, vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4
bulan. Pemberian vaksin hepatitis B wajib dilakukan pada tiap anak dan remaja di
bawah usia 19 tahun, yang belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B. Dosis
vaksin yang diberikan adalah 0,5 ml.
3. Imunisasi HIB
Vaksin Hib dapat melindungi tubuh dari infeksi bakteri Haemophilus
influenzae tipe B (Hib). Bakteri Hib adalah bakteri yang berbahaya karena
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
bisa menyebabkan infeksi berat, seperti radang otak (meningitis), infeksi paru-paru,
dan sepsis, terutama pada anak-anak. Pemberian vaksin Hib pada anak sudah harus
dilakukan saat ia berusia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian pemberian vaksin Hib ulang
perlu diulang ketika anak sudah memasuki usia 18 bulan.
4. Imunisasi MMR
Vaksin MMR adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari tiga jenis
penyakit, yaitu campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella. Dosis pertama
vaksin MMR sebaiknya diterima saat anak berusia 12–15 bulan, sedangkan dosis
kedua diterima saat anak berusia 4–6 tahun.
5. Imunisasi Thypii/Parathpii
Imunisasi thypii/parathpii berfungsi mencegah demam tifoid.
 Vaksin konjugat tifoid (TCV)
Vaksin TCV diberikan melalui suntikan pada otot sebanyak satu kali, untuk
rentang usia 6 bulan hingga 45 tahun. Satu dosisnya berisi 0,5 ml vaksin yang
akan disuntikan secara intramuskular (tegak lurus kulit).
 Vaksin polisakarida Vi (ViPS)
Pemberian vaksin ViPS dilakukan dengan penyuntikan ke otot atau di bawah
kulit, minimal dua minggu sebelum risiko paparan.Vaksin ini aman diberikan
untuk anak di atas dua tahun dan dapat diulang setiap dua tahun. Satu dosisnya
berisi 0,5 ml
 Vaksin Ty21a
Vaksin Ty21a berbentuk kapsul dan diberikan sebanyak empat dosis, yakni
pada hari ke 0, 2, 4, dan 6. Tiap kapsul harus diminum dengan air dingin
bersuhu tidak lebih dari 370C, dan satu jam sebelum makan.Semua dosis vaksin
Ty21a harus selesai dalam waktu satu minggu sebelum risiko paparan. Vaksin
ini mengandung bakteri Salmonella yang telah dilemahkan, sehingga tidak
dianjurkan untuk anak di bawah enam tahun. Dosisnya dapat diulang setiap
lima tahun.
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
BAB II

ANALISIS TINDAKAN

Pada video yang berjudul video imunisasi lengkap berdurasi 28 menit 22 detik,
secara keseluruhan telah memaparkan dengan jelas bagaimana pelaksanaan imunisasi
sesuai SOP, dimulai dari perawat mempersiapkan alat dan bahan dalam yang akan
digunakan video tidak ditayangkan bagaimana cara mempersiapkan obat ampul, vial dan
obat yang sudah larut dalam vial. Pada video perawat sudah tepat menggunakan APD
dalam pemberian imunisasi, tapi dalam video tidak tampak perawat mencuci tangan
sebelum tindakan. Perawat masih belum menunjukkan secara rinci mengenai penerapan
dari prinsip pemberian obat (vaksin) yaitu 6 BENAR, meliputi:

1. Benar pasien
Perawat dalam video tidak terlihat memastikan identitas pasien dan memaparkan
tujuan dari tindakan yang akan dilakukan kepada orangtua anak. Perawat tidak
menerapkan komunikasi terapetik dengan orangtua anak dan hanya terfokus dalam
pemberian tindakan. Sehingga kurang memberikan edukasi kepada orangtua anak.
2. Benar obat (vaksin)
Perawat dalam video sudah memastikan vaksin yang diberikan sesuai jenis
imunisasi. Tapi dalam video perawat tidak mengecek tanggal kadaluarsa vaksin.
3. Benar dosis
Perawat dalam video sudah memastikan dosis yang akan diberikan pada pasien
untuk mencegah kesalahan pemberian dosis vaksin
4. Benar cara/rute
Perawat dalam video mepraktekan cara pemberian imunisasi dengan tepat sesuai
jenis imunisasi dan menerapkan sesuai SOP
5. Benar waktu
Perawat dalam video melaksanakan pemberian imunisasi sesuai waktu pemberian
imunisasi dan menganjurkan ibu untuk datang kembali pemberian imunisasi
selanjutnya
6. Benar dokumentasi.
Perawat dalam video tidak melakukan dokumentasi di akhir tindakan.
Pada tahap pelaksanaan perawat sudah tepat dalam pemberian imunisasi sesuai
jenis imunisasi yang akan diberikan sesuai SOP. Namun Perawat tidak menerapkan
komunikasi terapetik dengan orangtua anak dan hanya terfokus dalam pemberian tindakan.
Sehingga kurang memberikan edukasi kepada orangtua anak. Perawat tidak memasang
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

sampiran untuk menjaga privasi klien. Serta tidak memasang alas perlak pada anak. Secara
keseluruhan tindakan perawat sudah sesuai SOP dan menerapkan atraumatic care.

Pada tahap akhir tindakan tidak terlihat perawat mencuci tangan. Pada tahap
evaluasi dan dokumentasi, dalam video perawat tidak terlihat mengevaluasi kondisi anak dan
menanyakan perasaan ibu anak setelah dilakukan tindakan. Kemudian untuk dokumentasi,
perawat tidak memperlihatkan apa saja yang harus didokumentasikan pada rekam medis
pasien.

Link video: https://youtu.be/SGO1fYn44YU


PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Tindakan Pemberian Imunisasi Dengan EBP


Penelitian di Amerika menunjukan tentang keamanan pemberian vaksin kombinasi
vaksin DTaP-IPV / Hib pada bayi terbukti efektif dan aman tidak menimbulkan
efeksamping yang berat (Hansen et al., 2016). Hanya vaksin berbasis DTaP 5 valen yang
dilisensikan di AS. Area yang tercakup: Vaksin kombinasi baru - DTaP5-IPV-Hib-HepB -
dijelaskan, yang menginduksi respons antibodi pada bayi (diberikan dalam jadwal berbeda,
termasuk 2, 4, dan jadwal 6 bulan) yang serupa dengan vaksin komponen masing-masing.
Vaksin tersebut aman dan diharapkan dapat melindungi dari enam penyakit: difteri,
tetanus, pertusis, hepatitis B, H influenzae tipe b, dan polio. Pemberian obat dikaitkan
dengan tingkat demam ringan yang lebih tinggi, tetapi tanpa sinyal keamanan yang
signifikan (Lee et all, 2017).
Peneliian yang dilakukan di Indonesia sebelumnya menggambarkan pengaruh
imunisasi dasar lengkap dengan kejadian ISPA. Dalam penelitian tersebut menggambarkan
distribusi balita yang datang ke Puskesmas Sekip yang memiliki riwayat imunisasi dasar
lengkap sebesar 129 balita (71,7%) dan balita di Puskesmas Sekip yang memiliki riwayat
imunisasi dasar tidak lengkap sebesar 51 balita (28,3%). Terdapat perbedaan yang
bermakna antara riwayat imuniasi dasar dan frekuensi ISPA pada balita yang datang ke
Puskesmas Sekip Palembang tahun 2014 dengan nilai p value sebesar 0,037 dan balita
dengan riwayat imunisasi dasar tidak lengkap memiliki kecenderungan untuk sering
terkena ISPA 2,161 kali lebih besar dibanding balita dengan riwayat imunisasi dasar
lengkap (Hidayatullah et all, 2016).
Penelitian lain juga mendukung tentang keefektifan imunisasi dasar lengkap terhadap
angka kejadian pneumonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunisasi dasar lengkap
(p: 0,000, α: 0,05), umur (p: 0,002, α: 0,05), dan status gizi (p: 0,043, α: 0,05) memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia pada anak balita. Pendidikan
kesehatan tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap dan gizi seimbang perlu diberikan
kepada orang tua balita (Setiyowati & Nurhaeni, 2019).
Penelitian lainnya menyatakan prevalensi pemberian imunisasi dasar pada bayi di
Puskesmas Kembes Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa sebagian besar sudah
lengkap. Prevalensi pertumbuhan bayi berdasarkan status gizi bayi (BB/U) sebagian besar
dalam kategori gizi baik. Prevalensi perkembangan bayi di sebagian besar sesuai
perkembangan. Terdapat hubungan signifikan antara pertumbuhan dan perkembangan bayi
di Puskesmas Kembes Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa (Melisa et all, 2016)
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
Penelitian tentang campak juga menjelaskan campak merupakan penyakit menular
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Perilaku kesehatan seseorang sangat berpengaruh
berpengaruh terhadap kejadian campak akibat status imunisasi campak. Adapun perilaku
kesehatan tersebut terdiri dari beberapa faktor seperti faktor pemudah yang paling penting
dimiliki seseorang yaitu pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka dalam
pelaksanaan imunisasi campak terlaksanakan dengan baik dan tepat (Meronica et al.,
2018).
Secara keseluruhan dari reverensi jurnal dari Amerika tentang keamanaan pemberian
vaksin pada bayi dan balita menyatakan vaksin kombinasi vaksin DTaP-IPV / Hib pada
bayi terbukti efektif dan aman tidak menimbulkan efeksamping yang berat. Hanya vaksin
berbasis DTaP 5 valen yang dilisensikan di AS. Area yang tercakup: Vaksin kombinasi
baru - DTaP5-IPV-Hib-HepB. Vaksin tersebut dapat melindungi dari enam penyakit:
difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, H influenzae tipe b, dan polio. Penelitian di Indonesia
menjelaskan tentang efektivitas pemberian imunisasi dasar lengkap hasilnya riwayat
imunisasi dasar tidak lengkap memiliki kecenderungan untuk sering terkena ISPA 2,161
kali lebih besar dibanding balita dengan riwayat imunisasi dasar lengkap. Serta imunisasi
dasar lengkap terbukti efektif mencegah angka kejadian pneumonia. Selain itu, pemberian
imunisasi dasar lengkap memiliki hubungan signifikan antara pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka dalam pelaksanaan imunisasi
terlaksanakan dengan baik dan tepat. Pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi
dasar lengkap dan gizi seimbang perlu diberikan kepada orang tua balita
3.2 Peran Perawat Dalam Pemberian Imunisasi
Perawat memiliki peran penting dalam pelaksanaan imunisasi. Perawat bertanggung
jawab dalam mempersiapkan vaksin , melakukan tindakan pemberian imunisasi, dan,
pencatatan tindakan. Perawat pun berperan dalam melakukan observasi untuk
mengevaluasi efek imunisasi dan keamanan pemberian imunisasi dan harus melakukan
edukasi tentang imunisasi kepada kelarga anak. Hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dalam prosedur pemberian imunisasi kepada pasien yaitu pengetahuan yang baik,
mengenai jenis imunisasi, waktu pemberian, dan efek samping yang mungkin muncul dari
pemberian imunisasi terserbut. Membangun sistem yang baik, menghindari terjadinya
medication error, dan melakukan edukasi dan komunikasi yang baik tentang tindakan
imunisasi yang akan dilaksanakan.
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
3.1 SOP Pemberian Imunisasi
No. Prosedur
1. PENGKAJIAN
1.1 Melakukan anamnesa
1.2 Mengkaji ulang perencanaan keperawatan imunisasi
1.3 Memberi salam kepada klien dan keluarga
1.4 Melakukan pengkajian langsung dan menentukan area penyuntikan
2. PERENCANAAN
2.1 Menyiapkan alat injeksi sesuai kebutuhan
 Kapas air dalam tempat tertutup
 Alas perlak
 Bak spuit
 Bengkok
 Sarung tangan bersih
 Vaksin imunisasi yang akan diberikan baik dalam sediaan ampul maupun
vial
2.2 Mempersiapkan obat dari ampul atau vial
 Ampul
a. Pastikan isi cairan obat berada di badan ampul (bagian ampul yang
bawah)
b. Pastikan batang ampul sebelah atas (langsung patahkan atau gergaji
setengah bagian batang ampul terlebih dahuludan patahkan,
gunakan kassa untuk melindungi tangan dari serpihan kaca bekas
patahan ampul)
c. Posisikan bagian ampul yang terbuka dibawah dan ambil obat sesuai
dengan volume yang dibutuhkan
d. Keluarkan udara dari dalam spuit dengan cara menarik plunger dan
mengetuk spuit dengan jari kemudian dorong sampai tidak ada udara
didalam spuit
e. Tutup kembali jarum
f. Simpan dalam bak instrumen
 Vial
a. Melarutkan sediaan obat dengan cara : ambil sejumlah aquabidest
sesuai kebutuhan dan masukkan ke dalam vial lalu kocok/goyangkan
vial dengan cara memutar diatas telapak tangan
b. Hapus tutup karet vial dengan kapas air
c. Ambil sejumlah obat sesuai dosis (volume) yang dibutuhkan
d. Ganti jarum spuit dengan yang baru
e. Keluarkan udara dari dalam spuit dengan cara menarik plunger dan
mengetuk spuit dengan jari kemudian dorong sampai tidak ada udara
didalam spuit
f. Tutup kembali jarum
g. Simpan didalam bak instrumen
 Obat yang sudah larut dalam vial
a. Ambil sejumlah obat sesuai dosis (volume) yang dibutuhkan
b. Ganti jarum spuit dengan yang baru
c. Keluarkan udara dari dalam spuit dengan cara menarik plunger dan
mengetuk spuit dengan jari kemudian dorong sampai tidak ada udara
di dalam spuit
d. Tutup kembali jarum
e. Simpan dalam bak instrumen
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
3. PELAKSANAAN
3.1 Mendekatkan alat-alat ke sisi klien
3.2 Memberikan penjelasan tentang obat dan tindakan injeksi serta tujuan dan
kerjasama yang diharapkan
3.3 Memasang sampiran (untuk memberikan perlindungan privasi klien)
3.4 Menyalakan lampu ruangan sesuai kebutuhan
3.5 Mencuci tangan
3.6 Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan (nyaman untuk klien dan
memudahkan perawat melakukan tindakan)
3.7 Pilih area tubuh yang akan diinjeksi dengan tepat :
 Intramuskuler : faktus lateralis
 Intradermal/ intrakutan : lengan bagian atas
 Subkutan : deltoid
3.8 Memasang perlak
3.9 Memakai sarung tangan
3.10 Melakukan disinfeksi area penyuntikan dengan menghapus area
penusukan menggunakan kapas air secara sirkuler atau sekali hapus
3.11 Mengecek kembali volume obat dan ada tidaknya udara dalam spuit
3.12 Menginsersikan jarum spuit
 Intramuskuler : retraksikan area dan suntikan dengan sudut antara jarum
dan kulit sebesar 90o (sesuai ketebalan otot klien dan ukuran jarum)
 Intradermal/ intrakutan : retraksikan kulit dan suntikan dengan sudut 15o
 Subkutan : cubit dengan hati-hati kulit pada area yang telah ditentukan
dan suntikan obat dengan sudut 45o (sesuai ketebalan otot klien dan
ukuran jarum)
3.13 Injeksikan obat dengan tepat kemudian injeksikan obat secara perlahan
3.14 Massagel tekan daerah penyuntikan (kecuali untuk injeksi intradermal
3.15 Memasang kembali tutup jarum dan buang spuit ke bengkok kemudian
buka sarung tangan
3.16 Memberitahu klien tindakan sudah selesai
3.17 Membereskan alat
3.18 Membantu klien mendapatkan posisis secara tepat dan nyaman
3.19 Mencuci tangan
4. EVALUASI
4.1 Mengevaluasi respon klien selama tindakan (nyeri, pendarahan , kejadian
lain)
4.2 Mengevaluasi respon klien sesudah tindakan (alergi, nyeri diarea
penyuntikan, pendarahan)
5. DOKUMENTASI
5.1 Mencatat respon klien selama dan sesudah tindakan
5.2 Mencatat waktu, jenis obat, nama obat, dosis , dan cara
pemberian (IM, SC, Intracutan, atau IV)
5.3 Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditanda tangani dan disertai
nama jelas serta bila ada tulisan yang salah tidak dihapus/ditype-x tetapi
dicoret, dibenarkan dan disertai paraf
5.4 Catatan ditulis menggunakan tinta dan ballpoint
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Terdiri atas polio,
pentabio (DPT, hepatitis B, HIB) campak, dan BCG. Imunisasi ini bertujuan untuk
imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertussis,
tetanus, pneumonia dan meningitis, dan campak. Pada penelitian di Amerika
menyatakan vaksin yang digunakan dalam imunisasi dasar terbukti aman dan tidak
menimbulkan efek samping yang berat. Sehingga perlu dilakukanemakin tinggi
pengetahuan ibu, maka dalam pelaksanaan imunisasi terlaksanakan dengan baik dan
tepat. Pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap dan gizi
seimbang perlu diberikan kepada orang tua balita karena semakin tinggi pengetahuan
ibu, maka dalam pelaksanaan imunisasi terlaksanakan dengan baik dan tepat.

4.2 SARAN
Plaksanaan pemberian imunisasi tenaga kesehatan khususnya perawat harus selalu
memperhatikan prinsip 6 BENAR. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
medication error pada pasien, terutama pada pasien bayi dan anak yang masih masuk
ke dalam kelompok rentan. Serta dalam melakukan tindakan harus selalu mengikuti
SOP yang berlaku dan selalu mencuci tngan sebelum dan sesudah tindakan untuk
menghindari infeksi. Serta harus menerapkan perinsip etika keperawatan seperti
menjaga privasi klien dan beneficience seperti selalu memberikan edukasi pada klien.
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
DAFTAR PUSTAKA

Administrasi, B., & Masyarakat, F. K. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi Dpt- Hb- Hib
Pentavalen Booster Pada Baduta Di Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus Pada Puskesmas
Halmahera). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 48–56.
Hansen, J., et all. (2016). Safety of DTaP-IPV / Hib vaccine administered routinely to infants and
toddlers. Vaccine. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2016.06.062
Hidayatullah, L. M., Helmi, Y., & Aulia, H. (2016). Hubungan Antara Kelengkapan Imunisasi Dasar
dan Frekuensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) pada Balita yang Datang Berkunjung ke
Puskesmas Sekip Palembang 2014 Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau pemerintah Indonesia
yang dalam hal ini adalah Dep. 3(3), 182–193.
Melisa, et all (2016). HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DENGAN
PUSKESMASKEMBES KECAMATAN TOMBULU KABUPATEN MINAHASA. 4.
KemenkesRI, 2017. Permenkes No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Lee, A. W., Jordanov, E., Boisnard, F., & Marshall, G. S. (2017). DTaP5-IPV-Hib-HepB, a hexavalent
vaccine for infants and toddlers. Expert Review of Vaccines, 16(2), 85–92.
https://doi.org/10.1080/14760584.2017.1268920
Meronica, A., et all . (2018). Pengetahuan Ibu Terhadap Kasus Campak Akibat Imunisasi Lanjutan
Campak Mother ’ s knowledge about Measles Cases Due to Advanced Measles Immunization. 7,
245–248.
Setiyowati, W., & Nurhaeni, N. (2019). Does Complete Basic Immunization Correlate with
Pneumonia Incidents in Children under Five Years in Depok , Indonesia ? 42, 291–299.
Standar Operasional Prosedur : Imunisasi. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

LAMPIRAN JURNAL
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai