Anda di halaman 1dari 7

4.

Antivaksin

- Pencegahan dan promosi kesehatan

 Komunikasi Informasi Edukasi terus menerus Melalui berbagai cara :


 tatap muka individual, kelompok,
 media masa, jejaring sosial
 Bekerja sama dengan :
 pemerintah daerah, dinas kesehatan
 organisasi
 tokoh agama
Tujuan :
– merubah pengetahuan
– mempengaruhi individu / kelompok
– supaya pemahaman sama
– tindak lanjut ! sesuai pemahaman tersebut
Hal-hal yamg perlu di bicarakan dalan merubah pemahaman seorang antivaksin
1. Semua negara (dengan berbagai tingkat sosial ekonomi dan agama) melakukan
imunisasi, karena imunisasi terbukti bermanfaat mencegah penyakit berbahaya d a n
aman untuk bayi dan anak
2. Manfaat dan keamanan vaksin diawasi, diteliti, dibuktikan dan dipublikasi di media
ilmiah oleh para ahli di lembaga penelitian b e r b a g a i negara
3. Imunisasi terbukti merangsang peningkatan kekebalan spesifik, bukan menekan
kekebalan
4. ASI hanya memberikan perlindungan non-spesifik, maka bayi yang mendapat ASI
tetap perlu diberikan imunisasi untuk perlindungan spesifik
5. Bayi dan anak yang imunisasinya tidak lengkap atau tidak pernah, bila terserang
penyakit akan sakit berat, cacat atau meninggal, karena tidak punya kekebalan spesifik
6. Oleh karena itu setiap anak berhak mendapat imunisasi, dan pemerintah wajib
memberikan imunisasi untuk mencegah penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi,
berdasarkan Konvensi Hak Anak, UU Kesehatan no 36 tahun 2006 dan UU Perlindungan
Anak no 23 tahun 2002
7. Isu-isu menolak imunisasi bukan bersumber dari para ahli peneliti imunisasi
8. Isu-isu untuk menolak imunisasi, dapat mengakibatkan wabah / KLB sehingga banyak
bayi & anak sakit berat, cacat dan meninggal
9. Tidak benar vaksin lebih berbahaya daripada penyakitnya
10.Bahaya karena tertular penyakit jauh lebih besar daripada risiko KIPI vaksin
11. Tidak benar vaksin teknologi terbaru mengandung zat berbahaya, terbuat dari darah,
nanah, janin yang digugurkan, organ binatang atau manusia
12.Tidak benar vaksin teknologi terbaru dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya
13.Majelis Ulama Indonesia tidak pernah melarang imunisasi
14.Vaksin untuk program pemerintah buatan Pt Biofarma, bukan buatan negara lain, dan
diekspor ke 120 negara termasuk 36 negara berpenduduk mayoritas muslim,
15.Pemerintah Indonesia baru mampu menyediakan vaksin gratis : Hepatitis B, Polio,
BCG, Pentavalen (DPT-HepB-Hib), Campak, DT dan TT
16.Vaksin-vaksin diluar program pemerintah sama pentingnya untuk mencegah penyakit
berbahaya, tetapi belum disediakan gratis oleh pemerintah karena belum tersedia biaya .
17.Harga vaksin-vaksin tersebut lebih ekonomis daripada biaya pengobatan dan
perawatan penyakitnya kalau tertular penyakit-panyakit tersebut.

Contoh Pster Untuk Promosi Kesehatan


- Bagaimana system kesehatan nasional untuk mengatasi masalah kesehatan nasional

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Imunisasi


Bab III Penyelenggaraan Imunisasi. Pasal 33
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan tindakan menghalang-halangi
penyelenggaraan Imunisasi Program dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2021


Pasal 13 A
(1) Kementerian Kesehatan melakukan pendataan dan menetapkan sasaran penerima
vaksin Covid-19.
(2) Setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-l9
berdasarkan pendataan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib mengikuti vaksinasi
Covid- 1 9
(3) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) bagi sasaran
penerima vaksin Covid-19 yang tidak memenuhi kriteria penerima vaksin Covid-19
sesuai dengan indikasi vaksin Covid-19 yang tersedia.
(4) Setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima baksin Covid- 19 yang
tidak mengikuti vaksinasi Covid-19 sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dapat dikenai
sanksi administratif berupa:a. penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau
bantuan sosial;b. penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan;
dan/atau denda.
(5) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) dilakukan oleh
kementerian, lembaga, pemerintah daerah, atau badan sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 13 B
Setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid- 19, yang
tidak mengikuti vaksinasi Covid-19 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Ayat (2)
dan menyebabkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan penyebaran COVID-19,
selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A ayat a dapat dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Wabah Penyakit Menular.

- Apa peran menejemen kesehatan terhadap permasalahan ini

1. Bekerja dengan orang lain, atau pendekatan tim kesehatan


2. Mengelola sumber daya
3. Mengelola Pelayanan kesehatan
- Merencanakan kegiatan kesehatan
- Menerapkan kegiatan kesehatan
- Mengevaluasi kegiatan kesehatan

- Apa yang dapat menyebabkan seseorang antivaksin

1. Ketidak tahuan / kurang informasi mengenai berbagai aspek imunisasi : – bahaya


penyakit, manfaat imunisasi, isi vaksin, jadwal imunisasi, risiko KIPI
2. Pengalaman atau berita berlebihan tentang KIPI
3. Informasi tidak benar yang sengaja disebar luaskan kelompok anti vaksin, terapi alternatif
dan herbalis
4. Keyakinan agama.

- Epidemiologi yang terbaru tentang masalah ini

 WHO melaporkan kejadian penolakan vaksin hingga 30% di seluruh dunia.


 Menurut pemaparan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Juru bicara vaksinasi Covid-19
Kemenkes RI). Jumlah penolakan vaksin di Indonesia cukup signifikan antara 16% - 40%

- Apa yang dapat kita lakukan sebagai anggota masyarakat untuk menyikapi masalah yang
ada

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Imunisasi


BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT. Pasal 44
(1) Masyarakat termasuk swasta dapat berperan serta dalam pelaksanaan Imunisasi
bekerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan
melalui:
a. penggerakkan masyarakat;
b. sosialisasi Imunisasi;
c. dukungan fasilitasi penyelenggaraan Imunisasi;d. keikutsertaan sebagai kader; dan/atau
e. turut serta melakukan pemantauan
penyelenggaraan Imunisasi.

- Apa saja hambatan yang dihadapi pemerintah dalam menagani kasus ini

PEMEHAMAN BAHWA :
 Imunisasi tidak bermanfaat, setelah imunisasi masih bisa tertular penyakit
 Penyakitnya jarang, tidak berbahaya, cukup dengan ASI & herbal
 Kekebalan karena infeksi alamiah lebih baik daripada imunisasi
 Banyak imunisasi justru melemahkan kekebalan tubuh
 Anak yang tidak diimunisasi malah jarang sakit
 Vaksin berbahaya bisa kejang, lumpuh, merusak otak, sebabkan autis, cacat, mati
 Vaksin mengandung bahan berbahaya : merkuri, aluminium, formaldehyde,
 Vaksin haram karena mengandung lemak babi, terbuat dari janin abortus, darah, nanah,
organ binatang dan manusia
 Sakit dan mati adalah cobaan dari Tuhan, vaksinasi sama dengan tidak tawakal
 Program imunisasi adalah konspirasi Yahudi dan Amerika untuk melemahkan anak-anak
muslim di seluruh dunia
 Penyakit sengaja disebarkan untuk kepentingan bisnis vaksin
 Pemerintah zalim memaksa semua bayi balita
 Vaksin program imunisasi di Indonesia buatan Amerika untuk membuat anak muslim
Indonesia bodoh
 Harga vaksin non-program mahal menguntungkan konspirasi kapitalis
 Metode tahnik, bekam, herbal lebih murah dan efektif daripada imunisasi

- Apa peran sebagai dokter layanan primer untuk menangani kasus ini

Tugas tenaga kesehatan-khususnya Dokter, tidak hanya mengobati, tetapi bertugas


sebagai advokat di bidang kesehatan bagi pasien. Dokter menjadi pendamping bagi
pasien, memberikan edukasi, menjelaskan dengan detil apa saja yang akan dilakukan oleh
dokter terhadap pasien sampai pasien paham, memberikan informasi, memberikan
support, memberdayakan pasien, mengajari problem solving skills, pendekatan kepada
pasien, keluarga pasien, dan komunitasnya. Selain itu, mampu secara holistik melihat
pasien secara keseluruhan biopsikososialculturalspiritual. Tidak hanya memeriksa,
memberikan resep dan memberi obat, tetapi juga berinteraksi berbagai faktor munculnya
penyakit, dampak penyakit bagi pasien dan keluarganya. Dokter tersebut juga mampu
menangani pasien secara komprehensif yaitu promotive, preventive, curative,
rehabilitative dan palliative care.

Daftar Pustaka :

1. Miskonsepsi dalan imunisasi dan peran komunikasi untuk mengubah


miskonsepsi. Satuan tugas imunisasi. IDAI. fkuii.ac.id. 2015.
https://fk.uii.ac.id/swim2017/5_6273667276252119062-dr-piprim-2-3/.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Imunisasi
3. Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2021 Pasal 13 A dan B
4. Administrasi dan manajemen kesehatan. pspk.fkunissula.ac.id. 2019.
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/ADMINISTRASI%20DAN
%20MANAJEMEN%20KESEHATAN%20NEW.pdf.
5. F. K. Ito. Peran dokter layanan primer menyehatkan penduduk indonesia. 2017
Fkugm.ac.id. https://fk.ugm.ac.id/peran-dokter-layanan-primer-menyehatkan-
penduduk-indonesia/.

Anda mungkin juga menyukai