Anda di halaman 1dari 27

Bismillah, assalamualikum wr wb

Alangkah baiknya Sebelum kita mulai pbl skenario 3 langkah 1 mari kita ucapkan basmallah dan
dilanjuti membaca surat pendek surat an nas bersama-sama

Baik selanjutnya saya akan bacakan skenario kita hari ini


Riskesdas 2018, Imunisasi Dasar Lengkap, Status Gizi Ibu Hamil
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaksanakan imunisasi pada anak
dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Tahun 2018, pemerintah
melalui Kemenkes RI melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Kemenkes RI menemukan
bahwa 9,2 persen anak 12-23 bulan tidak pernah mendapatkan imunisasi. Hal ini menjadi
evaluasi terhadap cakupan dan mutu layanan kesehatan Indonesia.
Selain imunisasi dasar, survai juga dilakukan terhadap masalah gizi pada wanita hamil. Status
gizi wanita hamil yang berumur 15-49 tahun diukur berdasarkan indikator Lingkar Lengan Atas
(LiLA) dan digunakan ambang batas nilai rerata LiLA <23,5 cm. Hasilnya adalah prevalensi
risiko KEK wanita hamil umur 15–49 tahun, secara nasional sebanyak 17,3 persen.
Islam telah mengatur bagaimana konsep pencegahan penyakit yang telah diajarkan Rasulullah.

KATA SULIT
1. Imunisasi : Suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
2. Tuberkulosis : penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis.
3. Difteri : infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria pada hidung dan
tenggorokan yang menular.
4. Pertusis : batuk rejan, penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
5. Campak : infeksi virus yang menyebabkan munculnya ruam kemerahan di seluruh
tubuh.
6. Polio : penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen akibat
infeksi virus dan sangat menular.
7. Hepatitis B : infeksi virus menular yang menyebabkan peradangan organ hati.
8. Riskesdas : Salah satu riset skala nasional yang berbasis komunitas dan telah
dilaksanakan secara berkala oleh Badan Litbangkes (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan) Kemenkes RI, yang hasilnya dimanfaatkan untuk tujuan
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan kesehatan baik di tingkat
nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
9. Status gizi : keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari
makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
10. KEK : Kekurangan energi kronis (KEK), kelelahan luar biasa yang
menyebabkan penderitanya merasa tidak sehat dan tetap merasa lelah meski sudah
beristirahat.

BRAINSTORMING
1. Kapan dilaksanakannya imunisasi dasar lengkap dan terdiri dari apa saja?
- Imunisasi dasar lengkap dimulai dari saat bayi berusia kurang dari 24 jam dengan
diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1),
usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-
HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau
Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
o *Vaksin BCG untuk mencegah TBC atau tuberkulosis.
o *Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1
kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
o *Vaksin DPT-HB-HIB diberikan untuk mencegah 6 penyakit, yakni Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis
(radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.
o *Vaksin MR, Measles and Rubella adalah vaksin untuk mencegah measles
(campak) dan rubella (campak Jerman). Perbedaan vaksin MR & MMR:
kandungan mumps untuk melawangan gondongan tidak dimasukkan dalam
vaksin MR.
- Imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi
(DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan
Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
o *Vaksin DT diberikan kepada anak-anak usia di bawah 7 tahun untuk
mencegah difteri dan tetanus.
o *Vaksin Td diberikan kepada anak usia 7 tahun keatas. Biasanya, imunisasi
ini diberikan pada anak yang berusia 11 tahun. Kemudian diberikan lagi
ketika dewasa yaitu pada usia 19-64 tahun.

2. Mengapa masih ada anak yang belum mendapatkan imunisasi?

3. Apa saja permasalahan gizi yang dapat terjadi pada ibu hamil?
Masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK),
Anemia, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium.

4. Bagaimana cara agar gizi ibu hamil dapat terpenuhi?

5. Apa dampaknya jika ibu hamil tidak terpenuhi gizinya?


Mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum
(mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Hal ini dikaitkan dengan kurangnya asupan asam folat selama kehamilan yang
menyebabkan perkembangan janin dalam kandungan terganggu, sehingga janin
mengalami kecacatan.

6. Apa fungsi mengikur LiLa dan berapa ukuran normalnya ibu hamil?
Fungsi pengukuran LiLa adalah untuk identifikasi apakah ibu hamil mengalami kurang
energi kronik KEK atau tidak. Batas nilai normal pengukuran LiLA yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan RI yaitu 23,5 cm. Jika seorang wanita atau ibu
hamil memiliki LiLA kurang dari 23,5 cm dianggap status gizinya kurang dan mengalami
KEK.
7. Berapa banyak energi kalori yang dibutuhkan ibu hamil?

8. Apa penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil?


Ketidakseimbangan asupan zat gizi, penyakit infeksi, dan perdarahan

9. Bagaimana cara pencegahan penyakit dalam Islam?

SASARAN BELAJAR
1. Riskesdas
2. Status gizi ibu hamil
3. Imunisasi dasar anak
4. Cakupan dan mutu pelayanan kesehatan indonesia
5. Pencegahan penyakit menurut pandangan Islam

Mari kita tutup skenario 3 langkah 1 ini dengan membaca Doa penutup kafaratul majelis bersama
Subhanakaahumma wa bihamdika asyhadu alailaha ila anta astagfiruka wa atubbu ilaihi.

082123725918 dr endah WA ss
endah.purnamasari@yarsi.ac.id
SASARAN BELAJAR

LO 1. RISKESDAS 2018
Pemilihan indikator dalam Riskesdas 2018, dilakukan dengan mempertimbangkan SDGs,
RPJMN, Renstra, Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM), Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas), serta masukan berbagai pihak. Pelaksanaan Riskesdas 2018
terintegrasi dengan Susenas Maret 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dalam hal metode dan kerangka sampel. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan.
Secara umum laporan Riskesdas 2018 memberikan gambaran kesehatan di Indonesia
mengenai indikator yang terkait dengan status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku
kesehatan, dan kesehatan lingkungan.
Indikator kesehatan utama yang diukur dalam Riskesdas 2018 antara lain morbiditas
(Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Menular), disabilitas, cedera, kesehatan lingkungan
(higienis, sanitasi, jamban, air dan perumahan), pengetahuan dan sikap terhadap HIV, perilaku
kesehatan (pencarian pengobatan, penggunaan tembakau, minum alkohol, aktivitas fisik,
perilaku konsumsi makanan berisiko), berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan (akses dan
cakupan kesehatan) dan status gizi, serta status kesehatan gigi dan mulut.
Manfaat Riskesdas 2018:
Pemegang Program
1. Pusat
i. Evaluasi capaian program yang telah dijalankan
ii. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan strategis
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data
2. Provinsi
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat provinsi
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat provinsi
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di tingkat provinsi
3. Kabupaten/Kota
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat kab/ kota
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat kab/ kota
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di tingkat kab/ kota
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
a. Sebagai dasar penyusun Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
b. Sebagai dasar penentuan masalah yang akan diteliti lebih mendalam
Akademisi/Institusi Pendidikan
Mendukung menghasilkan sumber daya kesehatan melalui pemanfaatan data oleh institusi
pendidikan

Luaran penelitian
Tersedianya data kesehatan berdasarkan karakteristik masyarakat sebagai berikut:
a. Status kesehatan: prevalensi penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit jiwa,
cacat bawaan, cedera, status disabilitas, gigi dan mulut, kesehatan reproduksi, kesehatan
bayi dan balita, status gizi, hematologi dan kimia darah.
b. Pengetahuan dan perilaku kesehatan: pengetahuan komprehensif dan stigma HIV/AIDS,
perilaku higienis, penggunaan tembakau, alkohol, frekuensi makan makanan berisiko,
aktivitas fisik, konsumsi buah-sayur, perilaku penggunaan obat-obat, penggunaan
tembakau dan minuman beralkohol.
c. Status sanitasi lingkungan perumahan
d. Upaya pelayanan kesehatan: akses dan pelayanan kesehatan, cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan anak.

Tujuan Riskesdas
Tujuan umum:
Menyediakan informasi derajat kesehatan yang telah dicapai selama kurun waktu 5 tahun
terakhir dan informasi besaran masalah faktor risiko terkait derajat kesehatan yang diukur,
sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Tujuan khusus:
1. Menyediakan informasi terkait indikator morbiditas, disabilitas, dan status gizi yang
dicapai dari hasil pelaksanaan program selama kurun waktu 5 tahun terakhir pada tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.
2. Menyediakan informasi besaran masalah berdasarkan faktor risiko dari indikator
morbiditas, disabilitas, dan status gizi pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota.
3. Memberikan gambaran permasalahan morbiditas dan faktor risiko pada tingkat nasional
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

Akses Fasilitas Kesehatan


Pada Riskesdas 2018 ini, ada 3 (tiga) jenis akses pelayanan kesehatan yang dihitung yaitu: (1)
Akses ke fasilitas Rumah Sakit; (2) Akses ke fasilitas Puskesmas; (3) Akses ke fasilitas
Klinik/Praktek Mandiri.

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pencapaian status kesehatan masyarakat pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota?
Bagaimana gambaran karakteristik status kesehatan masyarakat pada tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota?
Bagaimana gambaran faktor risiko yang terkait dengan status kesehatan masyarakat pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten/kota?

LO 2. Imunisasi Dasar Pada Anak


Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan. Imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada
setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 12 Tahun 2017 yang diundangkan tanggal 11 April 2017.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi


imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang
telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

Tujuan pemberian Imunisasi


Tujuan umum:
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I).
Tujuan khusus:
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap
minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000
kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis (safety
injection practise and waste disposal management).

Sasaran imunisasi
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit: hepatitis B; poliomyelitis; tuberkulosis; difteri; pertusis; tetanus; pneumonia
dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan campak.
Sasaran imunisasi pada bayi

Sasaran imunisasi pada balita

Sasaran imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)


Skema jenis imunisasi berdasarkan sifat penyelenggaraan
1. Imunisasi wajib
Imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk seseorang sesuai kebutuhannya dalam
rangka melindungi diri dan sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri
atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
a. Imunisasi rutin
Kegiatan yang dilaksanakan sesuai jadwal terdiri atas imunisasi dasar dan lanjutan
1. Imunisasi dasar

Jadwal imunisasi dasar (untuk bayi usia 0-11 bulan)

Jenis Vaksin Cara pemberian & dosis Efek samping Kontraindikasi


Vaksin BCG Dosis pemberian: 0,05 2-6 minggu setelah
ml, 1 kali. imunisasi daerah bekas
suntikan timbul bisul kecil
Suntik intrakutan (papula) yang semakin
daerah lengan kanan membesar dan dapat terjadi
atas (insertio musculus ulserasi dalam 2–4 bulan,
deltoideus), dengan kemudian menyembuh
ADS 0,05 ml. perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2–10 mm.
Vaksin DPT- Dosis anak: 0,5 ml. Reaksi lokal sementara Kejang atau gejala
HB-HiB (bengkak, nyeri, dan kelainan otak pada
Suntik IM, anterolateral kemerahan) dilokasi bayi baru lahir atau
paha atas. suntikan, disertai demam. kelainan saraf
serius
Reaksi berat (demam tinggi,
irritabilitas (rewel), dan
menangis nada tinggi) dapat
terjadi dalam 24 jam setelah
pemberian.
Vaksin Dosis: 0,5 ml atau 1 HB Reaksi lokal (sakit, Penderita infeksi
Hepatitis B PID. Pemberian kemerahan dan berat disertai
sebanyak 3 dosis. Dosis pembengkakan) di sekitar kejang.
pertama usia 0–7 hari, tempat penyuntikan.
dosis berikutnya
interval min. 4 minggu Reaksi ringan dan hilang
(1 bln). setelah 2 hari.

Suntik IM, sebaiknya


pada anterolateral paha.
Vaksin Polio Dosis: 2 tetes sebanyak Jarang terjadi reaksi.
Oral (OPV) 4 kali pemberian, Apabila muntah dalam 30
dengan interval setiap menit segera diberi dosis
dosis minimal 4 ulang.
minggu.

Secara oral.
Vaksin Dosis: 0,5 ml. Dari usia Reaksi lokal pada tempat  Sedang demam,
Inactive Polio 2 bulan, 3x suntikan penyuntikan: nyeri, ada penyakit
(IPV) berturut-turut interval kemerahan, indurasi, dan akut / kronis
1/2 bulan. bengkak bisa terjadi dalam progresif:
IPV dapat diberikan waktu 48 jam setelah tunggu sampai
setelah usia bayi 6, 10, penyuntikan dan bisa sembuh.
dan 14, sesuai WHO. bertahan selama satu atau  Hipersensitif
Suntik IM / subkutan dua hari. saat pemberian
dalam, vaksin ini
sebelumnya.
 Alergi
Streptomycin.
Vaksin Dosis: 0,5 ml Setelah 8–12 hari 15% Individu immune
Campak pasien demam ringan dan deficiency atau
Suntik subkutan pada kemerahan selama 3 hari diduga menderita
lengan kiri atas atau terjadi gangguan respon
anterolateral paha, pada imun (leukemia,
usia 9–11 bulan. limfoma)
Jadwal imunisasi lanjutan pada balita

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah


Jadwal imunisasi lanjutan tetanus neonatorum

LO 3. Status Gizi Ibu Hamil


Penilaian status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui pemantauan yang meliputi:
1. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran LILA yang dilakukan pada kelompok wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil
adalah salah satu cara deteksi dini mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK). KEK merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan
energi dan protein dalam waktu yang lama (menahun). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA
dapat dilakukan oleh masyarakat awam karena pengukurannya sangat mudah dan dapat
dilakukan oleh siapa saja. Tujuan pengukuran LILA mencakup masalah WUS baik ibu
hamil maupun calon ibu dan masyarakat umum. Tujuan tersebut adalah :
a. Mengetahui risiko KEK pada ibu hamil maupun calon ibu untuk menapis wanita
yang berisiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).

b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam


penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkanperanpetugaslintassektoraldalamupayaperbaikangizi WUS yang
menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita
KEK.

Ambang Batas
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm dan ambang
batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari
23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
bayi dengan BBLR. BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia


Cara Pengukuran LiLa
Pengukuran LILA dilakukan dengan urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan
pengukuran LILA, yaitu :
1) Tetapkan posisi bahu dan siku

2) Letakkan pita antara bahu dan siku


3) Tentukan titik tengah lengan
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
5) Pita jangan terlalu ketat
6) Pita jangan terlalu longgar
7) Cara pembacaan skala yang benar

Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang
kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot
lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik
dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.

2. Penambahan Berat Badan Selama Hamil


Seorang ibu hamil mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan sebanyak 10 – 12
kg. Pada trimester I pertambahan berat badan ibu tidak mencapai 1 kg tapi tetap harus ada
kenaikan berat badan. Setelah mencapai trimester II pertambahan berat badan semakin
banyak yaitu sekitar 3 kg dan pada trimester III sekitar 6 kg. Penambahan berat badan
tersebut terjadi disebabkan karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban.
Kenaikan berat badan yang ideal untuk seorang ibu yang gemuk yaitu 7 kg dan 12,5 kg
untuk ibu yang tidak gemuk. Jika berat badan ibu tidak normal maka akan memungkinkan
terjadinya keguguran, bayi besar, lahir premature, BBLR, gangguan kekuatan rahim saat
kelahiran (kontraksi) dan perdarahan setelah kelahiran.

3. Kadar Hemoglobin (Hb)


Parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb
merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas
pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi dengan kadar Hb merupakan penilaian
status gizi secara biokimia. Fungsinya untuk mengetahui satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan yaitu anemia gizi.
Kadar Hb yang dibawah normal dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Anemia
pada ibu hamil adalah kondisi dimana kadar hemoglobin berada di bawah 11 g/dl pada
trimester I dan III atau di bawah 10,5 g/dl pada trimester II

Konsumsi makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, dengan konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan
seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan
yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama
hamil, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan gizi
ibu hamil dan janinnya. Selain itu, gizi juga diperlukan untuk persiapan memproduksi ASI. Bila makanan
ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin akan mengambil
persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak sebagai sumber kalori dan zat besi sebagai
sumber zat besi. Oleh karena itu, ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan
mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya (Kemenkes RI, 2014).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 75 T ahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia memberi panduan tentang angka kebutuhan gizi berdasarkan jenis
kelamin dan umur. Kebutuhan zat gizi yang akan meningkat selama kehamilan diantaranya adalah
kebutuhan energi. Pertambahan kebutuhan energi utamanya terjadi pada trimester II dan III. Penambahan
konsumsi energi pada trimester II diperlukan untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti penambahan
volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Adapun penambahan
konsumsi energi sepanjang trimester III digunakanuntuk pertumbuhan janin dan plasenta

Angka kecukupan gizi (AKG) beberapa Zat Gizi untuk Wanita Tidak Hamil dan
Tambahan Gizi yang Dibutuhkan Ketika Hamil (per orang per hari).
Jika kebutuhan gizi ibu hamil tidak terpenuhi, maka dapat terjadi masalah gizi pada ibu hamil
seperti, kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI).
Masalah gizi yang dialami ibu hamil dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin, sehingga pemenuhan
gizi pada ibu hamil menjadi penting.
a) Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu. Kondisi tersebut akan menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau kurus
(wasting) pada saat dewasa.
Ukuran LIL A menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi dan protein
dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai
cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan ibu dan janin karena ada perubahan
hormon dan meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin. Sebagai akibatnya, suplai zat
gizi pada janin berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat juga lahir bayi
dengan berat yang rendah. Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari bayi yang lahir
normal. BBLR dapat menurunkan kualitas generasi yang akan datang karena memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta menyebabkan penurunan kecerdasan (IQ).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur susunan syaraf pusat terutama pada tahap
pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang terjadi selama dalam kandungan. Masa rawan
pertumbuhan sel-sel saraf terjadi pada trimester 3 kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir.
Kekurangan gizi pada masa dini perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA
yang dapat mengganggu pertumbuhan otak terganggu sehingga sel-sel otak yang berukuran normal
lebih sedikit. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak di masa mendatang yang
berpengaruh pada intelektual anak.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK adalah kurangnya asupan makanan, penyakit infeksi,
tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang, pendapatan keluarga
yang tidak memadahi, usia ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,serta jarak
kelahiran yang terlalu dekat.

b) Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada
trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama
kehamilan memerlukan perhatian serius karena berpotensi membahayakan ibu dan anak. Wanita
hamil rentan mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan oksigen pada ibu hamil lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksieritopoitin. V olume plasma bertambah dan sel darah
merah meningkat. Peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit sehingga
menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin.
Anemia selama kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif pada kapasitas kerja,
motorik dan perkembangan mental pada bayi, anak- anak, dan remaja. Pada ibu hamil, anemia
dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran, partus lama, atonia uteri dan
menyebabkan perdarahan serta syok.
Penyebab utama anemia kurang besi adalah makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat
besi terutama dalam bentuk besi-hem. Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap terjadinya
anemia pada kehamilan.

c) Gangguan Akibat Kekurangan Yodium


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah setiap kelainan yang ditemukan akibat
defisiensi yodium. Yodium merupakan salah satu mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah
kecil tetapi mempunyai fungsi penting untuk kehidupan. Y odium yang ada di kelenjar tiroid
digunakan untuk menyintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).
Hormon tersebut diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik, dan mental manusia
Kekurangan yodium pada ibu hamil menyebabkan abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada
bayi, meningkatnya angka kematian perinatal dan melahirkan bayi kretin. Perkembangan otak
terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia 2 tahun. Karena itu ibu hamil penderita
GAKY meskipun masih pada tahap ringan dapat berdampak buruk pada perkembangan kecerdasan
anak. Perkembangan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil yang kekurangan yodium mengalami
keterlambatansampai usia 2 tahun. Keterlambatannya meliputi perkembangan motorik kasar
maupun halus, personal-sosial, adaptasi, serta komunikasi. Kekurangan yodium banyak terjadi di
daerah pegunungan karena tanahnya kurang mengandung yodium. Upaya penanggulangannya
melalui fortifikasi garam dengan yodium

Tanda Kecukupan Gizi Pada Ibu Hamil


Status Tanda Kecukupan Gizi
Berat badan Normal (berat badan sesuai dengan tinggi badan)
Bibir Warna tidak pucat, lembab, dan tidak bengkak
Gusi Merah normal dan tidak ada perdarahan
Gigi Bersih, mengkilap, tidak berlubang, dan tidak ada perdarahan
Jantung Detak dan irama jantung normal, dan tekanan darah normal
Keadaan umum Gesit dan responsif
Leher Warna sama dengan muka, cukup lembab, tampak segar dan sehat
Kuku Keras dan warnanya kemerahan
Kulit Tidak kusam, cukup lembab, dan tidak kering
Kelenjar Tidak ada pembesaran
Kaki Tidak bengkak
Muka Warna sama dengan leher, cukup lembab, tampak segar dan sehat
Mulut Tidak ada luka
Mata Bersih, bersinar, dan tidak ada perdarahan
Otot Kuat, kenyal, dan dibawah kulit sedikit lemaknya
Postur tubuh Tegak, lengan, dan tungkai lurus
Pencernaan Nafsu makan baik
Rambut Mengkilap, tidak rontok, dan kulit kepala bersih
Saraf Reflex normal dan mental stabil
Vasilitas umum Daya tahan tubuh baik, semangat, cukup tidur, dan energik

LO 4. Cakupan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia


Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi.
Persayaratan pokok pelayanan kesehatan:
- Tersedia (available) dan Berkesinambungan (continuous)
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan,
serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap saat yang dibutuhkan.

- Dapat Diterima (acceptable) dan Wajar (appropriate)


Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan,
keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu
pelayanan kesehatan yang baik.

- Mudah Dicapai (accessible)


Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan
demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

- Mudah Dijangkau (affordable)


Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut biaya. Untuk
dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

- Bermutu (quality)
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Dimensi Mutu pelayanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain meliputi: (1) dimensi
kompetensi teknis; (2) dimensi keterjangkauan atau akses; (3) dimensi efektivitas; (4) dimensi
efisiensi; (5) dimensi kesinambungan; (6) dimensi keamanan; (7) dimensi kenyamanan; (8)
dimensi informasi; (9) dimensi ketepatan waktu; dan (10) dimensi hubungan antar manusia.
Dimensi mutu layanan kesehatan dilihat dari berbagai stake holder.
a. Pemakai jasa pelayanan kesehatan
Pemakai jasa layananan kesehatan khususnya pasien (sebagai konsumen) melihat layanan
kesehatan yang bermutu adalah sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu,
tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya
penyakit yang dideritanya.
b. Pemberi layanan kesehatan.
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam
melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan
bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut.
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan
dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan
dapat menjadi efisien.
d. Pemilik sarana layanan kesehatan.
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu
merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi
biaya operasional dan pemeliharaan tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan
masyarakat.
e. Administrator layanan kesehatan.
Administrator, walaupun tidak memberikan layanan kesehatan pada masyarakat secara
langsung, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Administrator
berpandanan bahwa layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan yang dapat
menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien
serta pemberi layanan kesehatan

Mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan ditetapkan dalam
standar teknis yang terdiri atas:
1. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan; dan
3. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.

Pelayanan kesehatan di monitor dan evaluasi serta dibina dan diawasi secara berjenajang oleh
menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangan
masing-masing.
Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah
1. Provinsi terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana provinsi;
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa.
Dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana, memerlukan dukungan logistik kesehatan, seperti
 Obat-obatan dan bahan medis habis pakai, untuk mendukung pelayanan
kesehatan
 Makanan Tambahan/Pendamping untuk Kelompok Rentan (MP ASI, MP
ibu Hamil, Pemberian Makanan untuk Bayi dan anak (PMBA) dll), untuk
penambah daya tahan tubuh
 Kelengkapan Pendukung Kesehatan Perorangan (Hyegiene Kit dan Family
Kit), untuk pendukung PHBS selama bencana
o Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia Kesehatan
 Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24 jam
di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak terdiri dari dokter, perawat, dan
bidan.
 Pengiriman tim penanggulangan krisis kesehatan (dokter, perawat, bidan,
tenaga kesehatan masyarakat terlatih, apoteker, dan tenaga penyuluh).
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi.
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
 APD sesuai dengan jenis penyakit, untuk melindungi petugas dan kontak
kasus dari penularan penyakit
 Profilaksis/ vit./ obat/ vaksin, untuk pencegahan dan pemutusan rantai
penyakit
 Alat pemeriksaan fisik, untuk membantu menegakan diagnosis
 Alat dan bahan pengambilan sample, untuk membantu menegakan diagnosis
berdasarkan lab.
 Wadah pengiriman spesimen, tempat sampah biologis, dan formulir
2. Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
o Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
 Vaksin Tetanus Difteri (Td), untuk cegah tetantus pada ibu dan bayi saat
persalinan
 Tablet tambah darah, untuk cegah anemia defisiensi besi dan asam folat
 Alat deteksi risiko ibu hamil seperti tes kehamilan, pemeriksaan Hb,
golongan darah, glukoprotein urin
 Kartu ibu/rekam medis ibu
 Buku KIA, untuk pencatatan kesehatan ibu dan anak sampai umur 6 tahun;
media KIE untuk ibu dan keluarga
o Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia Kesehatan
 Tenaga kesehatan meliputi dokter/ dokter spesialis kebidananan, bidan, atau
perawat.
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
 Pelayanan antenatal sesuai standar yang meliputi:
 Standar kuantitas: Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan
ketentuan:
 Satu kali pada trimester pertama.
 Satu kali pada trimester kedua.
 Dua kali pada trimester ketiga.
 Standar kualitas: pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
 Pengukuran berat badan.
 Pengukuran tekanan darah.
 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
 Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
 Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
 Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
 Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
 Tes Laboratorium.
 Tatalaksana/penanganan kasus.
 Temu wicara (konseling).
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
 Vaksin hepatitis B0, Vitamin K1 injeksi, Salep/tetes mata antibiotik,
formulir MTBMM, buku KIA.
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
Mekanisme pelayanan
 Standar kuantitas: kunjungan minimal 3x selamat periode neonatal:
 Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
 Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
 Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari.
 Standar kualitas:
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam), meliputi:
(1) Pemotongan dan perawatan tali pusat; (2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
(3) Injeksi vitamin K1; (4) Pemberian salep/tetes mata antibiotic; (5)
Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).

Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari), meliputi:


(1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif; (2) Memeriksa
kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM; (3) Pemberian vitamin
K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum
mendapatkan injeksi vitamin K1; (4) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk
bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan; (5)
Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi.

d. Pelayanan kesehatan balita;


e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;
k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan
l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya
tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus).
yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/ preventif.

Pelayanan yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) mencakup:
a. peningkatan kesehatan;
b. perlindungan spesifik;
c. diagnosis dini dan pengobatan tepat;
d. pencegahan kecacatan; dan
e. rehabilitasi.
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia tidak
sama dalam melaksanakan ke enam urusan tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut diatur
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan layanan tersebut bagi
seluruh warga negara. SPM sekurang-kurangnya mempunyai dua fungsi yaitu (i) memfasilitasi
Pemerintah Daerah untuk melakukan pelayanan publik yang tepat bagi masyarakat dan (ii)
sebagai instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah dalam
pelayanan publik bidang kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar
minimal yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
Kebijakan mengenai SPM mengalami perubahan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
Standar Teknis ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah
dalam penyusunan perencanaan untuk pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Sasaran dari Standar Teknis ini adalah untuk memberikan pedoman kepada pemerintah
daerah terkait penerapan SPM Bidang Kesehatan dan kebijakan pelaksanaan urusan
pemerintahan bidang kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah serta peraturan pelaksanaannya.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah merupakan ketentuan
mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang kesehatan yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.

Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan meliputi:
1. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan; dan
3. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar,
untuk setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan, baik di tingkat Pemerintah
Daerah Provinsi, maupun di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
LO 5. Pencegahan Penyakit Menurut Islam

Daftar Pustaka

Gizi
Ernawati, A. (2017). Masalah Gizi Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang. 13(1).
https://doi.org/10.33658/jl.v13i1.93
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2985/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai