Alangkah baiknya Sebelum kita mulai pbl skenario 3 langkah 1 mari kita ucapkan basmallah dan
dilanjuti membaca surat pendek surat an nas bersama-sama
KATA SULIT
1. Imunisasi : Suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
2. Tuberkulosis : penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis.
3. Difteri : infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria pada hidung dan
tenggorokan yang menular.
4. Pertusis : batuk rejan, penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
5. Campak : infeksi virus yang menyebabkan munculnya ruam kemerahan di seluruh
tubuh.
6. Polio : penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen akibat
infeksi virus dan sangat menular.
7. Hepatitis B : infeksi virus menular yang menyebabkan peradangan organ hati.
8. Riskesdas : Salah satu riset skala nasional yang berbasis komunitas dan telah
dilaksanakan secara berkala oleh Badan Litbangkes (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan) Kemenkes RI, yang hasilnya dimanfaatkan untuk tujuan
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan kesehatan baik di tingkat
nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
9. Status gizi : keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari
makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
10. KEK : Kekurangan energi kronis (KEK), kelelahan luar biasa yang
menyebabkan penderitanya merasa tidak sehat dan tetap merasa lelah meski sudah
beristirahat.
BRAINSTORMING
1. Kapan dilaksanakannya imunisasi dasar lengkap dan terdiri dari apa saja?
- Imunisasi dasar lengkap dimulai dari saat bayi berusia kurang dari 24 jam dengan
diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1),
usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-
HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau
Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
o *Vaksin BCG untuk mencegah TBC atau tuberkulosis.
o *Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1
kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
o *Vaksin DPT-HB-HIB diberikan untuk mencegah 6 penyakit, yakni Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis
(radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.
o *Vaksin MR, Measles and Rubella adalah vaksin untuk mencegah measles
(campak) dan rubella (campak Jerman). Perbedaan vaksin MR & MMR:
kandungan mumps untuk melawangan gondongan tidak dimasukkan dalam
vaksin MR.
- Imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi
(DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan
Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
o *Vaksin DT diberikan kepada anak-anak usia di bawah 7 tahun untuk
mencegah difteri dan tetanus.
o *Vaksin Td diberikan kepada anak usia 7 tahun keatas. Biasanya, imunisasi
ini diberikan pada anak yang berusia 11 tahun. Kemudian diberikan lagi
ketika dewasa yaitu pada usia 19-64 tahun.
3. Apa saja permasalahan gizi yang dapat terjadi pada ibu hamil?
Masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK),
Anemia, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium.
6. Apa fungsi mengikur LiLa dan berapa ukuran normalnya ibu hamil?
Fungsi pengukuran LiLa adalah untuk identifikasi apakah ibu hamil mengalami kurang
energi kronik KEK atau tidak. Batas nilai normal pengukuran LiLA yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan RI yaitu 23,5 cm. Jika seorang wanita atau ibu
hamil memiliki LiLA kurang dari 23,5 cm dianggap status gizinya kurang dan mengalami
KEK.
7. Berapa banyak energi kalori yang dibutuhkan ibu hamil?
SASARAN BELAJAR
1. Riskesdas
2. Status gizi ibu hamil
3. Imunisasi dasar anak
4. Cakupan dan mutu pelayanan kesehatan indonesia
5. Pencegahan penyakit menurut pandangan Islam
Mari kita tutup skenario 3 langkah 1 ini dengan membaca Doa penutup kafaratul majelis bersama
Subhanakaahumma wa bihamdika asyhadu alailaha ila anta astagfiruka wa atubbu ilaihi.
082123725918 dr endah WA ss
endah.purnamasari@yarsi.ac.id
SASARAN BELAJAR
LO 1. RISKESDAS 2018
Pemilihan indikator dalam Riskesdas 2018, dilakukan dengan mempertimbangkan SDGs,
RPJMN, Renstra, Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM), Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas), serta masukan berbagai pihak. Pelaksanaan Riskesdas 2018
terintegrasi dengan Susenas Maret 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dalam hal metode dan kerangka sampel. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan.
Secara umum laporan Riskesdas 2018 memberikan gambaran kesehatan di Indonesia
mengenai indikator yang terkait dengan status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku
kesehatan, dan kesehatan lingkungan.
Indikator kesehatan utama yang diukur dalam Riskesdas 2018 antara lain morbiditas
(Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Menular), disabilitas, cedera, kesehatan lingkungan
(higienis, sanitasi, jamban, air dan perumahan), pengetahuan dan sikap terhadap HIV, perilaku
kesehatan (pencarian pengobatan, penggunaan tembakau, minum alkohol, aktivitas fisik,
perilaku konsumsi makanan berisiko), berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan (akses dan
cakupan kesehatan) dan status gizi, serta status kesehatan gigi dan mulut.
Manfaat Riskesdas 2018:
Pemegang Program
1. Pusat
i. Evaluasi capaian program yang telah dijalankan
ii. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan strategis
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data
2. Provinsi
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat provinsi
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat provinsi
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di tingkat provinsi
3. Kabupaten/Kota
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat kab/ kota
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat kab/ kota
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di tingkat kab/ kota
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
a. Sebagai dasar penyusun Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
b. Sebagai dasar penentuan masalah yang akan diteliti lebih mendalam
Akademisi/Institusi Pendidikan
Mendukung menghasilkan sumber daya kesehatan melalui pemanfaatan data oleh institusi
pendidikan
Luaran penelitian
Tersedianya data kesehatan berdasarkan karakteristik masyarakat sebagai berikut:
a. Status kesehatan: prevalensi penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit jiwa,
cacat bawaan, cedera, status disabilitas, gigi dan mulut, kesehatan reproduksi, kesehatan
bayi dan balita, status gizi, hematologi dan kimia darah.
b. Pengetahuan dan perilaku kesehatan: pengetahuan komprehensif dan stigma HIV/AIDS,
perilaku higienis, penggunaan tembakau, alkohol, frekuensi makan makanan berisiko,
aktivitas fisik, konsumsi buah-sayur, perilaku penggunaan obat-obat, penggunaan
tembakau dan minuman beralkohol.
c. Status sanitasi lingkungan perumahan
d. Upaya pelayanan kesehatan: akses dan pelayanan kesehatan, cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
Tujuan Riskesdas
Tujuan umum:
Menyediakan informasi derajat kesehatan yang telah dicapai selama kurun waktu 5 tahun
terakhir dan informasi besaran masalah faktor risiko terkait derajat kesehatan yang diukur,
sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Tujuan khusus:
1. Menyediakan informasi terkait indikator morbiditas, disabilitas, dan status gizi yang
dicapai dari hasil pelaksanaan program selama kurun waktu 5 tahun terakhir pada tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.
2. Menyediakan informasi besaran masalah berdasarkan faktor risiko dari indikator
morbiditas, disabilitas, dan status gizi pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota.
3. Memberikan gambaran permasalahan morbiditas dan faktor risiko pada tingkat nasional
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pencapaian status kesehatan masyarakat pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota?
Bagaimana gambaran karakteristik status kesehatan masyarakat pada tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota?
Bagaimana gambaran faktor risiko yang terkait dengan status kesehatan masyarakat pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten/kota?
Sasaran imunisasi
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit: hepatitis B; poliomyelitis; tuberkulosis; difteri; pertusis; tetanus; pneumonia
dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan campak.
Sasaran imunisasi pada bayi
Secara oral.
Vaksin Dosis: 0,5 ml. Dari usia Reaksi lokal pada tempat Sedang demam,
Inactive Polio 2 bulan, 3x suntikan penyuntikan: nyeri, ada penyakit
(IPV) berturut-turut interval kemerahan, indurasi, dan akut / kronis
1/2 bulan. bengkak bisa terjadi dalam progresif:
IPV dapat diberikan waktu 48 jam setelah tunggu sampai
setelah usia bayi 6, 10, penyuntikan dan bisa sembuh.
dan 14, sesuai WHO. bertahan selama satu atau Hipersensitif
Suntik IM / subkutan dua hari. saat pemberian
dalam, vaksin ini
sebelumnya.
Alergi
Streptomycin.
Vaksin Dosis: 0,5 ml Setelah 8–12 hari 15% Individu immune
Campak pasien demam ringan dan deficiency atau
Suntik subkutan pada kemerahan selama 3 hari diduga menderita
lengan kiri atas atau terjadi gangguan respon
anterolateral paha, pada imun (leukemia,
usia 9–11 bulan. limfoma)
Jadwal imunisasi lanjutan pada balita
Ambang Batas
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm dan ambang
batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari
23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
bayi dengan BBLR. BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang
kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot
lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik
dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.
Konsumsi makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, dengan konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan
seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan
yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama
hamil, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan gizi
ibu hamil dan janinnya. Selain itu, gizi juga diperlukan untuk persiapan memproduksi ASI. Bila makanan
ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin akan mengambil
persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak sebagai sumber kalori dan zat besi sebagai
sumber zat besi. Oleh karena itu, ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan
mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya (Kemenkes RI, 2014).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 75 T ahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia memberi panduan tentang angka kebutuhan gizi berdasarkan jenis
kelamin dan umur. Kebutuhan zat gizi yang akan meningkat selama kehamilan diantaranya adalah
kebutuhan energi. Pertambahan kebutuhan energi utamanya terjadi pada trimester II dan III. Penambahan
konsumsi energi pada trimester II diperlukan untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti penambahan
volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Adapun penambahan
konsumsi energi sepanjang trimester III digunakanuntuk pertumbuhan janin dan plasenta
Angka kecukupan gizi (AKG) beberapa Zat Gizi untuk Wanita Tidak Hamil dan
Tambahan Gizi yang Dibutuhkan Ketika Hamil (per orang per hari).
Jika kebutuhan gizi ibu hamil tidak terpenuhi, maka dapat terjadi masalah gizi pada ibu hamil
seperti, kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI).
Masalah gizi yang dialami ibu hamil dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin, sehingga pemenuhan
gizi pada ibu hamil menjadi penting.
a) Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu. Kondisi tersebut akan menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau kurus
(wasting) pada saat dewasa.
Ukuran LIL A menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi dan protein
dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai
cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan ibu dan janin karena ada perubahan
hormon dan meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin. Sebagai akibatnya, suplai zat
gizi pada janin berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat juga lahir bayi
dengan berat yang rendah. Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari bayi yang lahir
normal. BBLR dapat menurunkan kualitas generasi yang akan datang karena memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta menyebabkan penurunan kecerdasan (IQ).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur susunan syaraf pusat terutama pada tahap
pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang terjadi selama dalam kandungan. Masa rawan
pertumbuhan sel-sel saraf terjadi pada trimester 3 kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir.
Kekurangan gizi pada masa dini perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA
yang dapat mengganggu pertumbuhan otak terganggu sehingga sel-sel otak yang berukuran normal
lebih sedikit. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak di masa mendatang yang
berpengaruh pada intelektual anak.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK adalah kurangnya asupan makanan, penyakit infeksi,
tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang, pendapatan keluarga
yang tidak memadahi, usia ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,serta jarak
kelahiran yang terlalu dekat.
b) Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada
trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama
kehamilan memerlukan perhatian serius karena berpotensi membahayakan ibu dan anak. Wanita
hamil rentan mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan oksigen pada ibu hamil lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksieritopoitin. V olume plasma bertambah dan sel darah
merah meningkat. Peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit sehingga
menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin.
Anemia selama kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif pada kapasitas kerja,
motorik dan perkembangan mental pada bayi, anak- anak, dan remaja. Pada ibu hamil, anemia
dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran, partus lama, atonia uteri dan
menyebabkan perdarahan serta syok.
Penyebab utama anemia kurang besi adalah makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat
besi terutama dalam bentuk besi-hem. Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap terjadinya
anemia pada kehamilan.
- Bermutu (quality)
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Dimensi Mutu pelayanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain meliputi: (1) dimensi
kompetensi teknis; (2) dimensi keterjangkauan atau akses; (3) dimensi efektivitas; (4) dimensi
efisiensi; (5) dimensi kesinambungan; (6) dimensi keamanan; (7) dimensi kenyamanan; (8)
dimensi informasi; (9) dimensi ketepatan waktu; dan (10) dimensi hubungan antar manusia.
Dimensi mutu layanan kesehatan dilihat dari berbagai stake holder.
a. Pemakai jasa pelayanan kesehatan
Pemakai jasa layananan kesehatan khususnya pasien (sebagai konsumen) melihat layanan
kesehatan yang bermutu adalah sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu,
tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya
penyakit yang dideritanya.
b. Pemberi layanan kesehatan.
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam
melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan
bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut.
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan
dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan
dapat menjadi efisien.
d. Pemilik sarana layanan kesehatan.
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu
merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi
biaya operasional dan pemeliharaan tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan
masyarakat.
e. Administrator layanan kesehatan.
Administrator, walaupun tidak memberikan layanan kesehatan pada masyarakat secara
langsung, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Administrator
berpandanan bahwa layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan yang dapat
menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien
serta pemberi layanan kesehatan
Mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan ditetapkan dalam
standar teknis yang terdiri atas:
1. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan; dan
3. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
Pelayanan kesehatan di monitor dan evaluasi serta dibina dan diawasi secara berjenajang oleh
menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangan
masing-masing.
Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah
1. Provinsi terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana provinsi;
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa.
Dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana, memerlukan dukungan logistik kesehatan, seperti
Obat-obatan dan bahan medis habis pakai, untuk mendukung pelayanan
kesehatan
Makanan Tambahan/Pendamping untuk Kelompok Rentan (MP ASI, MP
ibu Hamil, Pemberian Makanan untuk Bayi dan anak (PMBA) dll), untuk
penambah daya tahan tubuh
Kelengkapan Pendukung Kesehatan Perorangan (Hyegiene Kit dan Family
Kit), untuk pendukung PHBS selama bencana
o Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia Kesehatan
Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24 jam
di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak terdiri dari dokter, perawat, dan
bidan.
Pengiriman tim penanggulangan krisis kesehatan (dokter, perawat, bidan,
tenaga kesehatan masyarakat terlatih, apoteker, dan tenaga penyuluh).
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi.
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
APD sesuai dengan jenis penyakit, untuk melindungi petugas dan kontak
kasus dari penularan penyakit
Profilaksis/ vit./ obat/ vaksin, untuk pencegahan dan pemutusan rantai
penyakit
Alat pemeriksaan fisik, untuk membantu menegakan diagnosis
Alat dan bahan pengambilan sample, untuk membantu menegakan diagnosis
berdasarkan lab.
Wadah pengiriman spesimen, tempat sampah biologis, dan formulir
2. Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
o Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
Vaksin Tetanus Difteri (Td), untuk cegah tetantus pada ibu dan bayi saat
persalinan
Tablet tambah darah, untuk cegah anemia defisiensi besi dan asam folat
Alat deteksi risiko ibu hamil seperti tes kehamilan, pemeriksaan Hb,
golongan darah, glukoprotein urin
Kartu ibu/rekam medis ibu
Buku KIA, untuk pencatatan kesehatan ibu dan anak sampai umur 6 tahun;
media KIE untuk ibu dan keluarga
o Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia Kesehatan
Tenaga kesehatan meliputi dokter/ dokter spesialis kebidananan, bidan, atau
perawat.
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
Pelayanan antenatal sesuai standar yang meliputi:
Standar kuantitas: Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan
ketentuan:
Satu kali pada trimester pertama.
Satu kali pada trimester kedua.
Dua kali pada trimester ketiga.
Standar kualitas: pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
Pengukuran berat badan.
Pengukuran tekanan darah.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
Tes Laboratorium.
Tatalaksana/penanganan kasus.
Temu wicara (konseling).
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
o Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
Vaksin hepatitis B0, Vitamin K1 injeksi, Salep/tetes mata antibiotik,
formulir MTBMM, buku KIA.
o Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
Mekanisme pelayanan
Standar kuantitas: kunjungan minimal 3x selamat periode neonatal:
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari.
Standar kualitas:
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam), meliputi:
(1) Pemotongan dan perawatan tali pusat; (2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
(3) Injeksi vitamin K1; (4) Pemberian salep/tetes mata antibiotic; (5)
Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan meliputi:
1. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan; dan
3. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar,
untuk setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan, baik di tingkat Pemerintah
Daerah Provinsi, maupun di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
LO 5. Pencegahan Penyakit Menurut Islam
Daftar Pustaka
Gizi
Ernawati, A. (2017). Masalah Gizi Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang. 13(1).
https://doi.org/10.33658/jl.v13i1.93
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2985/3/BAB%20II.pdf