Anda di halaman 1dari 28

PEMBUSUKAN & PERUBAHAN BIOKIMIA

Nama : Flonschy Tamaka


Nri : 18011101007
PERUBAHAN BIOKIMIA
Analisis konstituen fisiologis kimia dari tubuh, sebagai lawan dari
zat beracun, sering berguna dalam menyelidiki kematian akibat
gangguan metabolisme dan biokimia. Sayangnya, konsentrasi
bahan kimia alami yang banyak di dalam mayat terdistorsi
dengan cepat oleh autolisis post-mortem. Membran sel menjadi
permeabel terhadap molekul kecil segera setelah sel menderita
iskemik atau kerusakan anoksik, dan perubahan agonal itu
sendiri mungkin sangat parah sehingga mengubah lingkungan
biokimia, bahkan dalam beberapa menit dari proses sekarat.
 Dalam plasma
Peningkatan kadar K+, asam laktat, P, CO dan
penurunan kadar glukosa dan pH darah
 Dalam Vitreus Humour
Peningkatan kadar K+
PEMBUSUKAN
Dekomposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah
meninggal. Dekomposisi merupakan suatu hal yang
wajar pada tubuh yang sakit. Bagaimanapun, dibawah
kondisi lingkungan spesifik tertentu, modifikasi
dekomposisi tubuh yang mati terjadi dan kasus tersebut
tidak mudah. Modifikasi dekomposisi tersebut boleh ada
jika terjadi pembentukan mumifikasi dan adipocere.
PEMBUSUKAN
Mekanisme Dekomposisi

Dekomposisi mengikuti perkembangan proses biokimia,


mempertahankan dan menjaga integritas elemen seluler.
Selama dekomposisi, komponen jaringan bocor dan hancur
melepaskan enzim hidrolitik. Jaringan tubuh organik kompleks
terurai menjadi komponen sederhana. Bakteri dan
mikroorganisme lain berkembang pada komponen organik
yang tidak terlindung dari tubuh.
PEMBUSUKAN
a. Autolisis.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril
yang diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel
setelah kematian dan dapat dihindari dengan membekukan jaringan.
Perubahan autolisis awal dapat diketahui pada organ parenkim dan
kelenjar. Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat
terjadi karena adanya asam lambung pada bayi baru lahir setelah
kematian. Pada dewasa juga dapat terlihat.
PEMBUSUKAN
b. Proses Pembusukan Bakteri.
Merupakan proses dominan pada proses pembusukan dengan
adanya mikroorganisme, baik aerobik maupun anaerobik. Bakteri
pada umumnya terdapat dalam tubuh, akan memasuki jaringan
setelah kematian. Kebanyakan bakteri terdapat pada usus,
terutama Clostridium welchii. Bakteri lainnya dapat ditemukan
pada saluran nafas dan luka terbuka. Pada kasus kematian akibat
penyakit infeksi, pembusukan berlangsung lebih cepat.
PEMBUSUKAN
c. Perubahan Warna.

Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit
dan dinding perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan fossa
iliaca, dimana daerah tersebut merupakan daerah colon yang
mengandung banyak bakteri dan cairan. Warna ini terbentuk karena
perubahan hemoglobin menjadi sulpmethaemoglobin karena masuknya
H2S dari usus ke jaringan. Warna ini biasanya muncul antara 12 – 18 jam
pada keadaan panas dan 1 – 2 hari pada keadaan dingin dan lebih
tampak pada kulit cerah.
PEMBUSUKAN
d. Pembentukan Gas Pembusukan.
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai
membentuk gas yang terdiri dari campuran gas tergantung dari
waktu kematian dan lingkungan. Gas ini akan terkumpul pada
usus dalam 12 – 24 jam setelah kematian dan mengakibatkan
perut membengkak. Dari 24 – 48 jam setelah kematian, gas
terkumpul dalam jaringan dan cavitas sehingga tampak
mengubah bentuk dan membengkak.
PEMBUSUKAN
d. Pembentukan Gas Pembusukan.
Jaringan subkutan menjadi emphysematous, dada, skrotum, dan
penis, menjadi teregang. Mata dapat keluar dari kantungnya,
lidah terjulur diantara gigi dan bibir menjadi bengkak. Cairan
berbusa atau mukus berwarna kemerahan dapat keluar dari
mulut dan hidung. Perut menjadi sangat teregang dan isi perut
dapat keluar dari mulut. Sphincter relaksasi dan urine serta
feses dapat keluar. Anus dan uterus prolaps setelah 2 – 3 hari.
PEMBUSUKAN
e. Skeletonisasi.
Skeletonisasi berlangsung tergantung faktor intrinsik dan
ekstrinsik dan lingkungan dari mayat tersebut, apakah terdapat
di udara, air, atau terkubur. Pada umumnya tubuh yang terkena
udara mengalami skeletonisasi sekitar 2 – 4 minggu tetapi dapat
berlangsung lebih cepat bila terdapat binatang seperti semut
dan lalat, dapat pula lebih lama bila tubuh terlindungi contohnya
terlindung daun dan disimpan dalam semak.
PEMBUSUKAN
f. Pembusukan Organ Dalam.

Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun
prosesnya lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan
banyak vascular maka akan membusuk lebih cepat. Warna merah
kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul
pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai
sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi
hitam. Organ menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian menjadi
masa semiliquid.
Awal Akhir
Laring dan trakhea Paru – paru
Lambung dan usus Jantung
Limpa Ginjal
Omentum dan mesenterium Oesofagus dan diafragma
Hati Kandung kencing
Otak Pembuluh darah
Uterus gravid Prostat dan uterus
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :

A. Faktor Eksogen
1. Temperatur atmosfer.
Temperatur atmosfer lingkungan yang tinggi akan
mempercepat pembusukan. Pada umumnya, proses
pembusukan berlangsung optimal pada suhu 70 sampai 100
derajat Fahrenheit dan bila temperatur dibawah 70 derajat
Fahrenheit, proses menjadi lebih lambat.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :

A. Faktor Eksogen
2. Adanya udara dan cahaya.
Udara sangat mempengaruhi temperatur dan kelembapan
dalam suatu pembusukan. Secara tidak langsung, lalat dan
serangga biasanya menghindari bagian tubuh yang terekspos
sinar, cenderung meletakan telurnya pada kelopak mata,
lubang hidung, dan sebagainya.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :

A. Faktor Eksogen
3. Terbenam dalam air.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses dekomposisi.
Air yang diam atau mengalir, air laut atau air berpolusi,
suhu air, kedalaman air dan lainnya dapat mempengaruhi
pembusukan.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :
A. Faktor Eksogen
4. Mengapung diatas air.
Biasanya tergantung dari produksi dan akumulasi gas di
jaringan dan rongga tubuh. Gaya gravitasi cadaver lebih
besar dari air maka tubuh akan cenderung tenggelam sampai
adanya cukup gas sehingga membuat tubuh mengapung.
Maka dari itu, pembentukan gas akan membantu tubuh untuk
naik ke permukaan air.
Dekomposisi dalam air Dekomposisi pada udara
Wajah dan leher Perut
Dada Dada
Bahu Wajah
Lengan Tungkai
Perut Bahu
Tungkai Lengan
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :

A. Faktor Eksogen
5. Terkubur dalam tanah.
Pada umumnya tubuh yang terkubur dalam tanah yang
dalam akan membusuk lebih lama daripada tubuh yang
terkubur dalam tanah yang dangkal. Pada tubuh yang
terkubur pada tempat yang basah, daerah rawa, tanah liat,
maka pembusukan akan lebih cepat.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :
B. Faktor Endogen
1. Sebab kematian.
Jika seseorang meninggal karena kecelakaan, pembusukan akan
berlangsung lebih lama daripada orang yang meninggal karena sakit.
Kematian karena gas gangren, sumbatan usus, bakteriemia /
septikemia, aborsi akan menunjukkan proses pembusukan yang lebih
cepat. Racun yang dapat memperlambat pembusukan yaitu
potassium sianida, barbiturat, fosfor, dhatura, strychnine, dan
sebagainya.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :
B. Faktor Endogen
2. Kondisi tubuh.
Kelembapan pada tubuh akan menunjang pembusukan. Cairan pada
tubuh manusia kira – kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu
pada tubuh yang mengandung sedikit cairan seperti rambut, gigi,
tulang akan memperlambat pembusukan. Pada kasus dehidrasi akan
memperlambat pembusukan. Tubuh yang sangat kurus akan lebih
lambat membusuk dibandingkan dengan tubuh yang gemuk karena
jumlah cairan pada orang yang kurus lebih sedikit.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :

B. Faktor Endogen
3. Pakaian pada tubuh.
Pada tubuh yang terpapar udara, pakaian dapat
mempercepat pembusukan dengan menjaga suhu tubuh
tetap hangat. Pakaian yang ketat dapat memperlambat
pembusukan karena menekan bagian tubuh sehingga darah
sedikit yang terkumpul pada daerah yang tertekan.
KEADAAN YANG MEMPENGARUHI ONSET DAN
LAMA PEMBUSUKAN :
B. Faktor Endogen
4. Umur dan jenis kelamin.
Tubuh bayi yang baru lahir akan membusuk lebih lambat karena
masih steril. Jika bayi baru lahir tersebut mengalami trauma selama
atau setelah lahir atau sudah mendapat makanan setelah lahir, maka
akan membusuk lebih awal. Tubuh anak – anak membusuk lebih
cepat daripada orang tua, dimana pada orang tua akan membusuk
lebih lama karena mengandung cairan lebih sedikit.
ADIPOCERE

Adipocere adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin


yang secara harfiah berarti "lemak" (adipo) "Lilin" (cera).
Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras yang
terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan yang
jarang terjadi, terutama terkubur selama waktu dingin,
lingkungan yang lembab dan paling sering terlihat setelah
mayat telah terendam air selama musim dingin.
ADIPOCERE

Mekanisme
- Asam lemak tak jenuh dari tubuh diubah
menjadi asam lemak jenuh dengan proses
hidrolisis dan hidrogenasi.
- Dalam adipocere, ada hidrogenasi lemak
tubuh tak jenuh menjadi aneh, keras,
berwarna putih kekuningan, lilin lemak asam
jenuh
MUMMIFIKASI

Mumifikasi terjadi di lingkungan kering panas di mana tubuh


mampu dehidrasi dan proliferasi bakteri minimal. Kulit
menjadi gelap, kering dan kasar. Organ internal mengering
dan menyusut. Kebanyakan mumifikasi terjadi pada bulan-
bulan musim panas, tetapi juga dapat terjadi selama musim
dingin jika suhu cukup hangat. Seluruh tubuh dapat terjadi
mumifikasi dalam beberapa hari sampai minggu. Sebagian
kulit mengering dan mengeras, jaringan lunak membusuk.
MUMMIFIKASI
Mekanisme
- Mummifikasi berlangsung di mana tubuh
kehilangan cairan ke lingkungan melalui
penguapan.
- Karena tidak adanya kelembaban dan suhu
panas, yg menyebabkan perbusukan bakteri
tidak dapat berkembang biak di lingkungan
yang tidak bersahabat seperti itu.
SUMBER
 Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in
Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th
editon. Elsivier. Page 101-133
 Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s
Forensic Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
 Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available
from :
http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.
 Payne, J. Simpson’s Forensic medicine 13th edition. London : Hodder Arnold
An Hachette UK Company; 2011. P 46.
 Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi:
Jaypee Brother Medical Publisher

Anda mungkin juga menyukai