Anda di halaman 1dari 47

THANATOLOGI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN


FORENSIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2005
PENDAHULUAN

Thanatologi adalah salah satu bagian


dari Ilmu Kedokteran Forensik yang
mempelajari kematian serta perubahan
yang terjadi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Thanatologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu thanatos =
sesuatu yang berkaitan dengan
kematian dan logos = ilmu
STADIUM KEMATIAN
1. Somatic death/Clinical/Systemic
Terhentinya Sistem pernapasan, Cardiovaskuler,
dan Saraf secara irreversibel
2. Cellular death/moleculer death
Pada stadium ini aktivitas pada tingkat sel/jaringan
telah terhenti. Dalam hal ini jaringan yang paling cepat
mati adalah otak.
Penting pada transplantasi
Mati Suri

Suatu keadaan yang ditandai dengan


menurunnya proses vital sedemikian rupa
sampai taraf minimal untuk kehidupan
sehingga secara klinis mirip dengan orang
mati
Mati Cerebral

Terhentinya sistem SSP sedangkan


kedua sistem lainnya dipertahankan
dgn alat.
Penentuan kematian
Sistem saraf
- refleks (-) dan relaksasi
- sensorik dan motorik (-)
- EEG mendatar
Sistem kardiovaskular
- nadi berhenti (palpasi)
- detak berhenti (auskultasi)
- EKG mendatar
- Tes magnus (-), Tes icard (-), incisi a. radialis
Penentuan kematian

Sistem respirasi
- gerakan napas (inspeksi/palpasi)
- suara napas ( auskultasi)
- Tes winslow (-)
- Cermin di depan hidung/mulut
- Bulu ayam di depan hidung/mulut
Gbr.1. Penyebab koma dapat berupa trauma/benturan pada kepala
FASE AWAL KEMATIAN
Muka pucat
Hilangnya elastisitas kulit
Otot atoni dan relaksasi
Perubahan pada mata :
Kornea akan menjadi keruh karena mengering,
segmentasi pembuluh darah retina refleks
pupil/cornea pupil (-), tonus bola mata menurun ,
bulbar oklusi melunak dan mengkerut
Berhentinya ketiga sistem
Gbr.2. Kornea tampak keruh karena telah mengering
FASE LANJUT KEMATIAN

Penurunan suhu mayat (algor mortis)


Lebam mayat (livor mortis)
Kaku mayat (rigor mortis)
Pembusukan (dekomposisi)
Bentuk lain post mortem
Algor mortis
Algor mortis terhentinya produksi panas, sedangkan
pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya
perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu , a.m.makin lama)
c. Keadaaan fisik tubuh serta pakaian menutupinya
d. Aliran udara, kelembaban udara.
e. Aktivitas sebelum meninggal, Konstitusi tubuh
f. Sebab kematian, Posisi tubuh
Rumus untuk menentukan saat
kematian

Jam setelah kematian adalah:


Suhu tubuh normal (98,4o F)-Suhu rektum
Rata-rata penurunan suhu tubuh/jam(1,5)
Livor mortis
Livor mortis (lebam mayat) akibat peredaran
darah terhenti stagnasi darah menempati
daerah terbawah tampak bintik merah kebiruan
Mulai tampak sekitar 20 -30 menit setelah
kematian somatis
intensitas maksimal 6-10 jam post mortal.
(hilang dengan penekanan)
setelah 6-10 jam lebam mayat tidak hilang
pada penekanan
Faktor yg mempengaruhi lebam
mayat :
Volume darah
Banyak (CHF) : lebam cepat, luas
Kurang (anemia) : lebam lama, terbatas
Lamanya dalam keadaan cair
Warna :
Umumnya : merah ungu
Keracunan gas CO : warna merah bata
Keracunan Sianida : warna merah terang
Keracunan anillin : warna coklat kebiruan
Distribusi lebam

A. Kulit (yg tampak dari luar)


1. Posisi terlentang
- Bgn belakang kepala & leher
- daun telinga
- Bgn ekstensor lengan/fleksor
tungkai & ujung jari bawah kuku
Tdk terdpt pd : daerah gluteus, skapula, bekas
tempat dasi.
2. Posisi tengkurap (prone position)
- bgn ventral tubuh
- bgn dahi,pipi dan dagu
- ekstensor tungkai
3. Posisi tergantung
- ujung ekstremitas
- Genitalia eksterna
B. Organ Dalam
Posisi terlentang :
- bgn posterior otak besar/kecil
- bgn dorsal paru/hepar/ginjal
- bgn posterior dinding lambung
- usus yg dibawah (dlm rongga
panggul
Interprestasi :

Tanda pasti kematian


Menaksir saat/lama kematian
Menaksir sebab kematian
Menentukan apakah posisi jenazah pernah
dirubah atau tidak
Gbr.3. Lebam mayat terlihat pada daerah pundak, punggung
dan tungkai bagian belakang
Rigor mortis
Rigor mortis kekakuan pada otot tanpa
atau disertai pemendekan serabut otot
Mekanisme terjadinya :
1. Cadangan glikogen habis ATP aktin /
miosin menggumpal otot kaku
2. Produk glikolisis anaerob asam sarkolastik
/ fosfor pH otot asam otot kaku
Skala waktu rigor mortis
- 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
- > 6 jam : Kaku lengkap
- > 12 jam : kaku menyeluruh
- > 36 jam : relaksasi sekunder

Interpretasi :
Tanda pasti kematian
Taksir saat/lama kematian
Posisi mayat setelah terjadi rigor
Keadaan yg menyerupai rigor
mortis
Cadaveric spasme / Instantaneous rigor
Kontraksi otot pd std mati klinis
Berhbgan dgn faktor psikis & rasa nyeri yg
hebat
Tdk melewati relaksasi primer berlgsg terus
sampai relaksasi sekunder
Kekakuan bersifat setempat & kelompok otot
tertentu
Mrpkn tanda intravital
Bisa ditemukan pd :
Bunuh diri dgn pistol/ senjata tajam
Tenggelam/ mendaki gunung
Pembunuhan genggam robekan pakaian
pembunuh
Heat stiffening
Akibat koagulasi protein o/k suhu yang tinggi
serat otot memendek lengan/ tungkai flexi
Tdk tjd rigor mortis & lsg tjd pembusukan
Biasa pd mati terbakar
Pd mayat terbakar seluruhnya posisi pugilistic
attitude/boxer houding/coitus houding
Cold Stiffening (Freezing)
Akibat membekunya cairan tubuh t.u pada
sendi (synovial) persendian kaku
Bila digerakkan terdengar krepitasi / ice
cracking
Faktor yang mempengaruhi :

Aktivitas premortal : mempercepat


Suhu tubuh tinggi : mempercepat
Konstitusi tubuh : kurus cepat
Umur : anak, orang tua (cepat)
Gizi jelek mempecepat
Suhu optimal lingkungan
Gbr.4. Kaku mayat yang telah terdapat pada seluruh tubuh
Pembusukan
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik
tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena
adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis.
Skala waktu terjadinya pembusukan
Mulai terjadi setelah kematian seluler
Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut kanan
bawah (caecum)
Mekanisme
Degradasi jaringan oleh bakteri H2S, HCN, AA, asam lemak
H2S + Hb HbS (hijau kehitaman)
Faktor yang mempengaruhi
pembusukan :
1. Mikroorganisme
2. Suhu optimal (21 370C)
3. Kelembaban tinggicepat
4. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)
5. Umur bayi, anak, ortu lambat
6. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)
7. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat),
dehidrasi(lambat)
8. Sebab kematian : radang (cepat)
9. Sex : wanita baru melahirkan (cepat)
Tanda Pembusukan :

Wajah / bibir bengkak, bola mata menonjol


Lidah terjulur, lubang hidung / mulut keluar darah
Dari lubang tubuh keluar isinya
Badan gembung, bulla/kulit ari terkelupas
Arborescent pattern / marbling
Dinding perut pecah
Scrotum / vulva bengkak
Kuku/ rambut terlepas
Organ dalam membusuk
Interpretasi :
Tanda pasti kematian
Taksir saat/lamakematian
Bedakan dgn bulla intravital
Perbedaan
Bulla Intravital Pembusukan
Warna kulit ari Kuning
kecoklatan Rendah/ tak ada
Kadar albumin/ chlor
tinggi Merah pembusukan
Dasar bulla hiperemis Diantara dermis dgn
Jar.yg terangkat epidermis
intraepidermal Tidak ada
Ada rx jaringan/ resapan
darah
Gbr.5. Mayat yang telah mengalami pembusukan terlihat membengkak
dan tampak berwarna hijau kekuningan disertai adanya lepuhan kulit.
Bentuk lain post mortem
Bentuk ini terdiri atas:
Adiposera
Mummifikasi.
ADIPOCERE (saponifikasi)

Prinsip :
Hidrogenasi as.lemak takjenuh menjadi
jenuh berx dgn alkali membtk sabun yg
tak larut
Syarat :
suhu rendah, kelembaban tinggi, aliran
udara rendah, harus ada air & mengandung
alkali (t.u calcium, ammonium)
Gejala :
Tubuh warna putih kekuningan,teraba spt
sabun, bau tengik, pd pemanasan meleleh
Proses tjd bbrp bulan tahun
Manfaat :
Identifikasi korban
Tanda kekerasan dapat dicari
Gbr.6. Tampak adiposera pada mayat yang telah mengalami
pembusukan yaitu pada pipi yang mengandung banyak lemak
MUMMIFIKASI

Prinsip :
Pengeringan dan pengisutan alat tubuh akbt
proses penguapan cairan tubuh
Syarat :
Suhu udara tinggi, kelembaban rendah
(udara kering), aliran udara terus-menerus
Gejala :
Tubuh kurus kering & mengeriput, kulit
kecoklatan & melekat pd jar.dibawahnya,
anatomi organdalam baik, tdk membusuk
Manfaat :
Identifikasi korban
Tanda kekekrasan dpt dicari
Gbr.8. Tampak mayat mengalami pengeringan, menjadi keras
dan menempel pada tulang (mummifikasi)
PERUBAHAN BIOKIMIA

Plasma : peningkatan K, P, CO, as.laktat,


ureum & penurunan pH, glukosa
Humour vitreus : peningkatan K (24-100
jam post mortem)
Bekuan lemak ayam (chicken fat clot)
ditemukan pada jantung mayat dengan
proses kematian yang lama
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

Saat kematian diperkirakan berdasarkan


tiga perubahan post mortem yang pokok,
yaitu: penurunan suhu, lebam mayat dan
kaku mayat; yang dipertegas lagi dengan
keadaan lambung dan pembusukan.
Dapat pula penentuan saat kematian
didasarkan atas pemeriksaan entomologi
pada mayat. Pemerikasaan yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan kutu
maupun larva atau pupa pada tubuh mayat
Thank You
.

Anda mungkin juga menyukai