Anda di halaman 1dari 49

TANATOLOGI

Riza Rivani Machfudz


rizarm87@gmail.com
Hp.081 2223 9 162
PENDAHULUAN

Kematian
Wajar atau tidak wajar
DOKTER
Perkiraan Usia Kematian

Pembusukan

Thanatologi Thanato = berkaitan dengan kematian


logos = ilmu/mempeajari
DEFINISI

• Ilmu  tanda kematian & perubahan yang terjadi


setelah seseorang mati serta faktor yang
mempengaruhinya

• ilmu paling dasar dan paling penting


Waktu
kematian

Sebab
Transplantasi KEGUNAAN kematian

Cara
kematian
DEFINISI MATI

Kematian metabolisme sel berhenti

MATI
SOMATIS/KLI
NIS

MATI MATI
CELULAR/MOL BATANG OTAK
EKULER

MATI
SEREBRAL
• MATI SOMATIS/KLINIS:
FUNGSI SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT, SISITEM
KARDIOVASKULAR, SISTEM PERNAFASAN
TERHENTI (IRREVERSIBLE)
• MATI SELLULER/ MOLEKULER:
KEMATIAN ORGAN ATAU JARINGAN TUBUH YG TIMBUL
BBRP SAAT SETELAH KEMATIAN SOMATIS
• MATI SEREBRAL:
KERUSAKAN KEDUA HEMISFER OTAK IRREVERSIBLE
KECUALI BATANG OTAK DAN SEREBELUM, SISTEM
PERNAFASAN DAN KARDIOVASKULAR MASIH
BERFUNGSI DG BANTUAN ALAT
• MATI BATANG OTAK:
TERJADI KERUSAKAN ISI NEURONAL INTRAKRANIAL
IRREVERSIBLE, TERMASUK BATANG OTAK DAN
SEREBELUM
• MATI SURI (SUSPENDED ANIMATION, APPARENT
DEATH)
TERHENTINYA 3 SISTEM KEHIDUPAN DG ALAT
SEDERHANA, DG PERALATAN CANGGIH MASIH DAPAT
DIBUKTIKAN BAHWA 3 SISTEM TERSEBUT
BERFUNGSI, CONTOH PD KASUS KERACUNAN OBAT
TIDUR, TERSENGAT ALIRAN LISTRIK, TENGGELAM
SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988
disusul SK PB IDI No.231/ PB.A.4/07/90.

Seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan jantung


telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah
terjadi kematian batang otak
MATI BATANG OTAK

REFLEKS BATANG OTAK (-)


Lanjutan …..

• Sebagai manifestasi kematian batang otak adalah apnea


dan hilangnya seluruh refleks batang otak. Penilaian klinis
terhadap refleks batang otak dikerjakan secara
menyeluruh.
• Hilangnya refleks batang otak, dinilai dari:
– Hilangnya refleks cahaya, dimana pupil tidak bereaksi
terhadap rangsangan cahaya (n.II dan n.III),
– Hilangnya refleks kornea terhadap rangsang sentuhan tepi
kornea mata (n.V dan n.VII),
Lanjutan…..
– Hilangnya refleks oculovestibular ketika air es dimasukkan
ke liang telinga (n.III dan n.VIII dan n.VI),
– Hilangnya respon motorik pada daerah yang mendapat
persarafan nervus kranialis, contohnya respon menyeringai
atau mata tidak membuka terhadap rangsang tekanan dalam
pada kedua condyles setinggi temporomandiular joint (aferen
n.V dan eferen n.VII)
– Hilangnya refleks batuk terhadap rangsangan pengisapan
yang dalam pada trakea (n.IX dan n.X).
Lanjutan….
– Hilangnya refleks muntah ketika adanya rangsangan pada
faring menggunakan spatula,
– Tidak ada napas spontan ketika bantuan ventilator
dilepaskan (test apnu), dimana pada pemeriksaaan analisa
gas darah didapatkan peningkatan PaCO2 0,5kPa diatas level
awal.
TANDA KEMATIAN PASTI

a. Algor Mortis
b. Livor Mortis
c. Rigor Mortis
d. Pembusukan, Mumifikasi,
Adiposera
ALGOR MORTIS
• Proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yg
lebih dingin melalui cara Radiasi, Konduksi, evaporasi
dan konveksi.
• Marshall dan Hoare (1962)
- Dg suhu lingkungan 15,5 oC, penurunan suhu dg
kecepatan:
- 0.55 o C / jam pada 3 jam pertama
- 1,1 oC / jam pada 6 jam berikutnya
- 0,8 o C/ jam pada periode selanjutnya.
- Dengan suhu saat mati dianggap 37 o C
ALGOR MORTIS
Moritz’s formula :
Lama kematian (Jam) = (98,4°F- suhu rektal jenazah °F)
1,5
Dipercepat Diperlambat

 Perbedaan suhu lingkungan-jenazah besar kecil

 Pakaian tipis tebal

 Keadaan tubuh kurus gemuk, berotot

 Aliran udara dan kelembaban √

 Aktivitas √
1. Sel eritrosit menempati
LIVOR MORTIS daerah terbawah
(gravitasi) mengisi vena
dan venula membentuk
bercak warna merah ungu
(livide) pd bagian
terbawah, kecuali pada
bagian tubuh yg tertekan.
2. Hemolisis o.k aktifitas
< 8-12 jam Fibrinolisin yg berasal dr
Endotel Vasa

1. Sel darah tertimbun, sulit


> 8-12 jam berpindah >>>
2. Kekakuan otot dinding
pembuluh darah.
Hemolisis darah (eritrosit : HbO2)
( (Lebam kemerahan)

Terpisah Hb-O2 menjadi deoxyhaemoglobin


(Lebam biru-ungu)

Lebam Mayat :
 keracunan CO cherry pink
 keracunan sianida dark red atau brick red.
 nitro benzene,potassium chlorat chocolate brown
 Clostridium perfringens perunggu (bronze)
 asfiksia kebiruan
Aspek medikolegal Lebam
mayat
• Dapat memperkirakan saat kematian.
• Dapat memperkirakan posisi kematian.
• Tanda pasti kematian seluler.
• Mengetahui adanya manipulasi.
• Dapat mengetahui penyebab kematian.
RIGOR MORTIS

O2 Pemecahan Serabut Aktin-


Cadangan Glikogen Miosin
Otot Energi. lentur
Anaerob ADP energiATP (+)

Cadangan Glikogen
otot (-) Energi (-) Aktin-Miosin Kaku Otot/
ADP (-) ATP (-) Menggumpal Kraniocaudal
Kaku Mayat diBuktikan

Pemeriksaan pada persendiaan:


1. Primary flaccidity (2-3 jam) :
Otot lemas & dapat dirangsang (mekanik, elektrik).
2. Rigor mortis : Kontraksi otot (-)
a. belum lengkap pada wajah kira-kira 1- 4 jam,
mencapai daerah tungkai dalam 4-6 jam. (1-12 jam)
b. Lengkap 12 jam, dipertahankan selama 12 jam. (12-24 jam)
c. Kaku mulai menghilang. (> 24 jam)
3. Secondary flaccidity
Dipercepat Diperlambat

 Suhu lingkungan tinggi rendah

 Keadaan otot saat meninggal otot konvulsi/ lelah otot relaks

 Umur anak-anak

 Gizi buruk
Aspek Medikolegal Kaku Mayat

• Tanda pasti kematian


• Dapat memperkirakan waktu / saat kematian
• Dapat memperkirakan / melihat adanya manipulasi
• Dapat memperkirakan penyebab
• Dapat memperkirakan posisi
Bentuk Kaku menyerupai Rigor Mortis

• Heat stiffening
Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat
Fahrenheit atau 65 derajat celcius.
Pada otopsi, otot dapat tampak menciut dan tampak karbonisasi ke permukaan.
Dibawahnya terdapat daerah pink kecoklatan (“cooked meat”), dan jika
proses tidak berlanjut sampai bagian bawahnya, tampak otot merah normal.
Pugilistic attitude pada tubuh yang terbakar, disebabkan karena besarnya
daerah otot fleksor dibanding otot ekstensor, yang mana terjadi pemaksaan
daerah anggota badan ke dalam posisi fleksi dan tulang belakang ke dalam
posisi opisthotonus
• Cold stiffening
• Penurunan temperatur pada mayat dibawah 3,5 derajat celcius atau 40 derajat Fahrenheit akan
menghasilkan memadatnya lemak subkutan dan otot. Saat tubuh dibawa untuk dihangatkan, akan
timbul true rigor mortis. Pada lingkungan bersuhu dingin ekstrim, cairan tubuh juga akan membeku
termasuk persendian, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga
sendi. Pada temperatur yang ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang palsu. Pada udara yang
sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras karena cairan tubuh menjadi beku dan
memadat, seperti pada daging yang disimpan pada freezer.
• Membedakan orang mati karena kedinginan dengan orang yang telah mati sebelum kedinginan :
• Bila orang mati di kutub -> kematian terjadi karena kedinginan. Dingin membuat suhu tubuhnya
menjadi kaku, belum terjadi rigor mortis / kaku mayat. Sehingga apabila nanti dihangatkan,
tubuh mayat akan lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
• Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang dingin -> tubuh mayat yang
dibuang akan tetap kaku karena udara dingin, tetapi setelah dihangatkan tubuh mayat akan
tetap lemas. Tidak akan terjadi rigor mortis.
• Cadaveric spasm
Penyebabnya adakah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat
setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat
sebelum meninggal.
Rigor mortis Cadaveric spasm

Onset Perubahan otot sesudah kematian Keadaan lanjut dari kontraksi otot,
seluler, diawali dengan primary otot dalam kondisi mati seketika
flaccidity
Otot Semua otot dalam tubuh Otot tertentu sesuai kontraksi

Intensitas 12 – 24 jam Beberapa jam

Predisposisi Tidak ada Rangsangan, ketakutan, kelelahan

Mekanisme Penurunan ATP dibawah ambang Tidak diketahui

Medikolegal Mengetahui waktu kematian Mengetahui cara kematian


PEMBUSUKAN
/decomposition/ putrefaction;
Degradasi jaringan yg terjadi akibat
Autolisis dan Bakteri

Bakteri Normalke jaringan (Darah media terbaik)


Bakteri usus Clostridium Welchiiterbentuk gas Elkana,
H2S,HCN, Asam Amino, asam lemak.24 jam: kehijauan
(Sulf-met-Hb) pd perut ka bwh (sekum)-perut-dada-
Bau Busuk, Vasa subcutis melebar, hijau kehitaman
Autolisis: kulit ari terkelupas/gelembung isi cairan ,
-Pelunakan/pencairan jaringan gas terbentuk lambung-usus, perut tegang, keluar cairan
dlm keadaan steril merah dr mulut hidungGas dlm jaringan dinding
- Terjadi o.k. kerja digestif tubuh (derik), pugilistic attitude, ok gas dlm rongga sendi,
oleh enzim lisosom yg dilepaskan rambut mudah dicabut, kuku mudah lepas, Lidah
sel pascamati Membengkak dan terjulur,bengkak seluruh tubuh
Daerah Caecum kehijauan
(Hb + H2S Sulf-met haemoglobin)

bakteri menyebar ke jaringan tubuh


(wajah dan leher kemerahan dan membengkak)

bakteri masuk ke pembuluh darah Kulit melepuh


(pemecahan haemoglobin marbling) (skinslippage)

gas pembusukan

Skrotum, penis dan vulva pelunakan jaringan (akibat proses


distensi abdomen
membengkak, wajah dan leher hemolisis) dan gas pembusukan
keluarnya feses, urine
menggembung, bola mata dan Keluarnya cairan yang
dan isi lambung dari
lidah menonjol - tidak dapat bercampur darah dari mulut,
mulut dan lubang
diidentifikasi secara visual hidung, rektum dan vagina dapat
hidung.
terjadi, Tahap ini dapat terjadi
hingga 2-3minggu sejak kematian.
Faktor yang Mempengaruhi Pembusukan :
Dipercepat Diperlambat

1. Faktor Eksternal
sterilitas √
suhu sekitar optimal : 21°C- suhu rendah, tinggi
kelembaban 38°C
2. Faktor internal tinggi
Umur Bayi, anak, lansia
Keadaan tubuh saat gemuk, oedema
meninggal
sebab kematian peradangan,mutilasi
kelamin keracunan arsen
Mummifikasi
proses pengeringan alat-alat tubuh akibat penguapan cairan
dan dehidrasi jaringan yg cepat  pengeringan jaringan yg
dapat menghentikan pembusukan

Jaringan  keras dan kering, gelap, berkriput, tidak membusuk

Suhu hangat, kelembaman rendah, aliran udara baik

Waktu lama (12-14 minggu)


Syarat mummifikasi :
- Suhu udara harus kering
- Udara harus kering
- Harus ada aliran udara yang terus menerus.

Tanda-tanda pada mummifikasi :


a. tubuh menjadi kurus kering dan mengkerut
b. warna coklat muda s/d coklat kehitaman
c. kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya
d. susunan anatomi tubuh masih baik
ADIPOSERA

Proses hidrogenisasi asam lemak tak jenuh asam lemak jenuh

bereaksi dengan alkali membentuk sabun yang tidak larut

zat lilin: kuman tidak dapat masuk (pembusukan tertahan)


.

Syarat adiposera :
tempat harus basah (harus mengandung air)
tempat harus mengandung alkali.
Tanda-tanda pada adiposera :
a. Tubuh berwarna putih sampai kekuningan
b. Bila diraba terasa seperti sabun
c. Pada pemanasan akan meleleh
d. Berbau tengik (rancid odour).
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

1. Penurunan suhu mayat


Henssge's Normogram (akurat 95%)

3 variabel: - suhu tubuh


- suhu lingkungan
- BB
2. Lebam Mayat
Peneliti Onset Msksimum (jam)

Adelson 30 menit- 4 jam 8-12

Polson, Gee, Knight 30 menit – 2 jam 6-12

Spitz dan Fisher 2-4 jam 8-12

Taylor (ed. Simpson) 0 jam 12

Taylor (ed. Mant) 1 jam 12

Gradwohl (ed. Camps) 20-30 menit 6-12

Glaister, Brash - 8-12

DiMaio 30 menit-2 jam 8-12

Sydney Smith 0 jam 12

Mant 0 jam 12

Gordon dan Saphiro “few hour” 12


3. Kaku Mayat

- hangat dan lembek (flaccid) : < 3 jam


- hangat dan kaku : 3-8 jam
- dingin dan kaku : 8-36 jam
- dingin dan flaccid :> 36 jam,
4.PEMBUSUKAN
• Pembusukan baru tampak 24 jam PM, kehijauan pd
perut kanan bawah,warna menyebar pembuluh darah
melebar, kulit ari mengelupas, membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan.
• Pembentukan gas di dalam tubuh dimulai di lambung dan
usus, perut tegang, keluar cairan kemerahan di mulut dan
hidung, krepitasi kulit.
• Pugilitic Attitude (sikap setengah fleksi gas berada di
rongga sendi).
• Rambut mudah dicabut, kuku mudah lepas, bengkak
menyeluruh36-48 jam PM terdapat telur Lalat  24 jam
kmd menetas menjadi larva
5. Hal lain yang ditemukan pada pemeriksaan
di TKP/ otopsi.

TKP : surat kabar (tanggal surat kabar),


keadaan sisa makanan (busuk/ -)
keadaan parasit pada tubuh korban seperti kutu.
6. Mata
- Sklera di kiri kanan kornea kecoklatan membentuk
segitiga dg dasar ditepi kornea (taches noires sclerotique)
- Kornea keruh lapis demi lapis, bila ditetes air masih
keruh terjadi 6 jam post mortem
- Mata tertutup terbuka, Kornea menjadi keruh 10-12 jam.
- Perubahan pada retina  15 jam post mortem
- Makula keruh 1 jam post mortem
7. Reaksi Supravital, yi reaksi jaringan tubuh sesaat post
mortem klinis yg masih sama seperti reaksi jaringan tubuh
pada seseorang yg hidup.
-Uji pd jenazah yg masih segar
-Rangsangan listrik masih dapat menimbulkan kontraksi
otot hingga 90 – 120 menit dan mengakibatkan sekresi
keringat sampai 60 – 90 menit post mortem.
-Trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit
sampai 1 jam post mortem
Otopsi :
 larva lalat
Telur (8-14 jam) larva (9-12hari) kepompong (12hari)
lalat dewasa.
- akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan (36-48
jam)
- telur, bbrp jam post mortem di alis, sudut mata, lubang
hidung, an bibir menetas 24 (larva)
 Proses pencernaan makanan dalam lambung ( jumlah, sifat
makanan)
 Rambut dan jenggot0,4 mm/hari
 keadaan kuku 0,1 mm/hari
PERUBAHAN KIMIA SETELAH KEMATIAN

identifikasi kematian akibat gangguan metabolik & biokimia.

Urea
(N: 4,9-5,5 mmol/l)

Darah

Kreatinin
(N: 70,7-212,2 µmol/l)

“konsentrasi berbagai substansi kimia cepat berubah


akibat proses autolisis post mortem.”
Klorida (↓ min 1 mmol/l/jam)

Vitreous Kalium (Rumus Sturner) :


Humour Interval PM = 7,14 x kadar Kalium (mEq/l) – 39,1
Estimasi
kematian
24- 100
jam
Natrium (↓ 0,9 mmol/l/jam)

Post mortem kadar natrium & klorida ↓


kadar kalium ↑
Perubahan dalam cairan serebrospinal

• Kadar Nitrogen Asam Amino:


< 14 mg%  kematian < 10 jam
• Kadar Nitrogen Non Protein:
< 80 mg%  kematian < 24 jam
• Kadar kreatin
< 5 mg% dan 10 mg% kematian < 10 – 30 jam
Kesimpulan
Proses
Perubahan

Metabolisme
Tanatologi Kematian
sel terhenti

Faktor yang
mempengaruh
i
Perkiraan saat Tanda pasti
kematian kematian

Anda mungkin juga menyukai