FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
INDIRA DEVI F. C111 12 159
SIMON JONATAN C111 12 165
MIFTAHUL JANNAH C111 12 172
ABDUL FUAD HADI C111 12 280
AMALIA NURUL H. C111 12 285
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang
artinya keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan
terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja
merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak ada yang
menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.1
Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3 masih
belum terlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul berdasarkan data dari PT
Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan
sedikitnya 35 orang per 100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.1
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja, salah satunya pekerja
bengkel mobil. Pekerja bengkel mempunyai risiko terbesar terpajan bahan kimia berbahaya
yang berasal dari zat ataupun larutan untuk memperbaiki mesin dan lainnya.Selain itu,
pekerja juga mempunyai risiko terhadap bahaya fisik seperti kalor, dan bising. Untuk itu
dibutuhkan upaya K3 untuk mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja di bengkel.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada pekerja bengkel mobil.
2. Tujuan Khusus:
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja bengkel mobil
c. Untuk mengetahui tentang bahan-bahan yang digunakan yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja bengkel mobil
d. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerja bengkel
mobil
e. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja bengkel mobil
maka kita tinggalmenyetel celah busi, dikerenakan celah busi akan membesar bila
elektroda busimelenting. Kita harus menggunakan alat yang bernama feelergauge
disesuaikan dengan ukuran ketebalan busi sesuai dengan spesifikasi. Celah busi biasanya
berukuran antara 0,6-0,8 mm, adapun kendaraan yang memiliki celah 1,0 mm.
Memeriksa kabel busi, karena kabel busi bisa terjadi retak, rusak, atau bocor. Periksa
pula setiap tahanan kabel busi. Harga tahanan : 18k ohm/m denganovometer atau
multi-tester.
3. Memeriksa elemen penyaring udara
Saringan udara adalah suatu komponen yang berfungsi menahan debu atau menyaring
debu yang ada diudara bebas, dan menyuplai udara bersih ke mesin untuk proses
pembakaran. Elemen saringan udara yang kotor akan membuat mesin sulit distater.
Daya mesin kurang, dan bahan bakar kosong, akhirnya umur mesin menjadi pendek
membersihkan saringan udara, maka secara umum dapat dilakukan dengan
meniupkan udara bertekanan dari arah dalam saringan. Sebagaian besar saringan
udara dapat dibersihkan, jenis yang lain perlu dicuci sebelum ditiup,sebagian hanya
ditutup saja. Bila saringan udara sudah tidak mungkin lagi dibersihkan, kerena sobek
atau rusak , maka saringan udara harus diganti.
Tutup distributor diperiksa pada saat tertentu, apakah tutup itu cacat,berkarat. Bila
demikian maka sebaiknya tutup distributor itu diganti. Bila lubang kabel kotor cukup
dibersihkan dengan menggunakan obeng negatif, sampai warna putihnya hilang pada
elektroda. Jangan lupa memperhatikan pegas tengah distributor. Bila pegas
lemah,maka arus listrik tidak dapat mengalir dengan baik dari ignition-coil
padadistributor. Pegas yang lemah harus diganti dengan yang baru.
Rotor distributor membagi arus tegangan tinggi dari distributor ke setiapkabel busi.
Karena selalu berputar terus menerus bisa terjadi keretakan, terbakar,kotor dan
berkarat. Retak pada rotor amat berbahaya, karena ada kebocoran arus listrik dari
distributor. Bila ini terjadi sebaiknya rotor distributor diganti dengan yang baru.
Kalau hanya terbakar, atau kotor dan berkarat, maka cukup dibersihkan.
Membersihkan rotor cukup gampang, kotoran dibersihkan dengan kertas ampelas,
dan bila sudah bersih dapat dipakai kembali. Lihat gambar 2.5 Memeriksa dan
membersihkan rotor di bawah ini.
Platina adalah suatu komponen distributor yang terdapat pada system pengapian,
yang berfungsi memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari
ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder
dengan cara induksi magnetlistrik (electonmagneticinduction).
a. Memeriksa Platina
Ujung platina akan rusak atau terbakar, karena platina berhubungan dengan arus
tegangan tinggi dan bekerja dengan cepat. Apabila ujung platina rusak,
sebaiknya diganti dengan platina baru. Kalau permukaannya kasar, maka
gunakanlah kikir khusus platina diantara celah platina, lalu gosoklah beberapa
kali sampai permukaannya halus kembali, gunakan lap bersih kalau ujungnya
sudah halus. Tetapi kalau permukaannya sangat kasar sebaiknya platina diganti
yang baru.
b. Menyetel Platina
1 Putar poros engkol hingga celah platina maksimum dan gunakan alatuntuk
mengukurnya (bilah). Biasanya celah platina adalah ukuran diameter 0,35 mm
Lepaskan sekrup pelat dasar sehingga dapat disetel.
Sisipkan bilah ukur di antara celah platina.
Pertahankan setelan tersebut dengan obeng dan ketatkan sekrup pelat dasar,
kemudian periksa lagi celah platina.
Masukkan kertas putih yang lebarnya 8-10 mm ke dalam celah,bersihkan
permukaan ujung dari minyak dengan cara menggerakkan kertas tersebut.
7. Memeriksa dan menyetel celah katup
Celah katup adalah toleransi antara ujung batang katup dengan rocker arm(lengkap
dorong) pada saat katup dalam keadaan tertutup. Celah katup hanya terdapat pada
mesin yang menggunakan mekanisme OHV (overhead- value =katup di kepala).
Celah katup harus disetel dengan spesifikasi mesin yang bersangkutan, manfaatnya
adalah untuk mempertahankan efisiensi pemasukan atau pengeluaran sebaik mungkin
dengan asumsi katup membuka dan menutupsesuai dengan waktu yang diinginkan.
Manfaat lainnya memberikan ruangpemuaian katup maupun lengan dorong (rocker
arm) menerima panas. Umumnyacelah katup berkisar antara 0,15 - 0,76 mm
tergantung dari spesifikasi pabrik. Celah katup perlu disetel bila terjadi celah katup
yang terlalu rapat atau celah katup yang terlalu renggang. Cara menyetel celah katup
dengan melakukan, langkah-langkah sebagai berikut
Administrasi
(Ruang Administrasi)
Pengecekan Kerusakan
(Ruang Garasi)
Penyerahan Barang
(Ruang Penyerahan
Barang)
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
- Alat tulis menulis: berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survei jalan
sepintas.
- Kamera digital: berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan lingkungan
Bengkel BTP, Makassar.
c. Cara pemantauan
a. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja kami jalankan adalah mengevaluasi
faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja karyawan Bengkel
BTP, Makaasar, Sulawesi Selatan.
b. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal 13 17
Maret 2017. Rincian kegiatan sebagai berikut.
BAB IV
Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Registrasi
2. Pengecekan kerusakan
3. Perhitungan biaya
6. Pengambilan sparepart
HASIL SURVEI
2. Ruang Garasi
1. Fisik: suhu yang agak panas karena ruangan terbuka dengan atap seng dan paparan panas dari
mesin mobil yang diperiksa
2. Kimia: debu dan asap kendaraan yang diperiksa
3. Biologik : -
4. Ergonomik: pekerja lebih sering berdiri karena tidak disediakan kursi
5. Psikososial: -
3. Ruang kerja
1. Fisik: pencahayaan kurang, paparan panas saat pengerjaan ketok dan pengelasan, bising dari
mesin yang digunakan, getaran dari penggunaan mesin gurinda dan mesin poles, ada sumber
listrik bertegangan tinggi yang membahayakan
2. Kimia : debu dan asap kendaraan, remover cat, acetylene, polyester putih
3. Biologik : -
4. Ergonomik: proses pengerjaan satu mobil memerlukan waktu lama, posisi yang salah selama
pengerjaan mobil dan mengangkat beban, kegiatan mengamplas berulang-ulang
5. Psikososial: tidak ada shift kerja, perselisihan antar pekerja
4. Ruang Pengecatan
1. Fisik: suhu yang agak panas karena ruangan terbuka dengan atap seng, paparan panas dari
mesin pengering, getaran dari mesin pemoles, bising dari mesin kompresor
2. Kimia: polyester putih, cat, tiner
3. Biologik : -
4. Ergonomik: kegiatan mengamplas berulang-ulang Psikososial: jadwal kerja yang padat, beban
kerja yang banyak, gaji bulanan yang sedikit, pekerjaan berulang.
5. Psikososial: tidak ada shift kerja, perselisihan antar pekerja
5. Ruang Pencucian
1. Fisik: suhu yang agak panas karena ruangan terbuka dengan atap seng, bising dari
mesin kompresor, sumber listrik bertegangan tinggi dari mesin kompresor dan
hidrolik
2. Kimia: sabun, debu dari mobil
3. Biologik : -
4. Ergonomik: gerakan berulang-ulang saat mencuci dan mengeringkan mobil
5. Psikososial: tidak ada shift kerja, perselisihan antar pekerja
6. Gudang (Sparepart)
1. Fisik: pencahayaan kurang, suhu yang agak panas karena ventilasi kurang
2. Kimia: debu karena ventilasi kurang dan jarang dibersihkan
3. Biologik : -
4. Ergonomik: ruangan sempit dan tatanan barang yang kurang baik sehingga sulit dijangkau
5. Psikososial: -
1. Ruang registrasi : kursi kerja yang kurang nyaman, layar computer yang terlalu dekat
jaraknya dengan pekerja, kipas angin yang berdebu
2. Ruang pemeriksaan (Garasi) : alat pengukur kadar minyak rem
3. Ruang kerja : mesin las, mesin gurinda, mesin poles, mesin pemanas
4. Ruang pengecatan : mesin poles, kertas amplas
5. Ruang pencucian : mesin hidrolik, mesin kompresor
6. Gudang (ruang sparepart) : -
2 Pembahasan
Faktor kimia berupa acetylene, polyester putty, cat, thinner, dan detergent yang
mengandung zat kimia sehingga bisa membahayakan bagi pekerja bengkel. Selain itu,
pekerja juga terpapar dengan asap dan debu kendaraan.
Detergen yang secara umum mengandung surfaktan dan builders, surfaktan beresiko
pada pekerja karena dapat menyebabkan gangguan iritasi pada kulit, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan
luar sedangkan builders salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam
Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan
cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Bahan kimia yang terkandung dalam
pemutih adalah klorin, dimana zat tersebut bisa menyebabkan iritasi saluran nafas,
wheezing / mengi, kesulitan bernafas, suara serak, batuk,, iritasi mata, iritasi kulit
Polyester putty atau polystyrene repair paste melalui inhalasi dapat menyebabkan
ngantuk, dan iritasi saluran napas, kontak dengan kulit dapat menyebabkan
kemerahan, jika tertelan dapat menyebabkan iritasi mulut, gastritis, mual dan muntah
Thinner yang mengandung toluene, xylene, asam nitrat dan asam sulfat, zat ini
berbahaya dan mudah terbakar. Penggunaan jangka pendek dapat menyebabkan iritasi
mata, apabila terjadi aspirasi dapat menyebabkan pneumonitis, penurunan kesadaran,
dan aritmia. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis, gangguan
system saraf pusat, gangguan hepar dan ginjal, serta gangguan reproduksi.
Paparan terhadap acetylene melalui inhalasi dapat menyebabkan sakit kepala, pusing,
bahkan pingsan. Pada penggunaan yang lama dan kadar yang tinggi dapat
menurunkan kadar oksigen di udara sehingga menyebabkan asfiksia bahkan kematian.
Paint remover mengandung berbagai zat kimia, salah satunya methylene chloride
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernapasan, edema paru
(apabila dihirup dalam jumlah besar) bahkan dapat menimbulkan serangan jantung
karena hasil metabolism methylene yang dapat ditemukan di pembuluh darah berupa
karbon monoksida.
Cat mobil atau solvent based paint yang mengandung toluene, xylene, ethanol. Dan
aceton dapat menyebabkan iritasi kulit, dan apabila dihirup dapat menyebabkan iritasi
saluran napas, nyeri kepala, pusing, mual dan muntah.
Asap kendaraan banyak mengandung karbon monoksida yang dalam keadaan toksik di
darah dapat menyebabkan asfiksia. Kandung sulfur dioksida dapat menyebabkan iritasi
saluran napas. Selain itu, kandung timah hitam dapat menyebabkan keracunan, dan
anemia.
Faktor ergonomi, posisi kerja sebagian besar dilakukan dengan berdiri karena tidak
memungkinkan petugas untuk duduk dan cara kerja berupa mengangkat, mendorong dan
menarik. Dengan cara kerja yang tidak dilakukan dengan benar oleh pekerja dan posisi
kerja yang demikian mengakibatkan sebagian petugas mengeluh terkadang merasakan
nyeri punggung bawah/low back pain. Sebaliknya pada petugas registrasi yang harus
bekerja dalam posisi duduk yang lama juga turut menimbulkan keluhan back pain. Selain
itu, pembagian tugas pekerja yang banyak melakukan gerakan berulang seperti
menggosok dan membersihkan dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri pada sendi
pergelangan tangan.
Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara kompressor, mesin, dan gurinda
yang beroperasi terus menerus di tempat kerja cukup mengganggu bagi pekerja. Hal ini
bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Sebaiknya petugas menggunakan alat
pelindung diri berupa ear plug/ ear muff. Faktor fisik lainnya berupa getaran yang
dirasakan oleh operator mesin gurinda dan mesin pemoles juga dapat menyebabkan
keluhan seperti myalgia. Kurangnya pencahayaan dan suhu ruangan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pekerja, dan dapat membahayakan pada penggunaan alat yang
membutuhkan pencahayaan maksimal. Suhu ruangan yang panas adalah akibat dari
kurangnya ventilasi, ruangan yang hanya beratapkan seng, kurangnya kipas angin, dan
paparan panas dari alat dan mesin. Percikan api yang ditimbulkan pada proses
pengelasan juga dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, selain itu pekerja juga
dapat terpapar dengan suhu yang tinggi pada proses pengelasan dan ketok. Di ruangan
juga banyak terdapat sumber listrik bertegangan tinggi untuk menyalakan compressor
yang berpotensi menyebabkan kebakaran, ledakan, ataupun luka bakar listrik pada
pekerja.
Faktor psikososial, yang ditemukan pada pekerja adalah beban kerja yang berat karena
tidak adanya sistem pergantian pekerja, dan pembagian kerja didasarkan atas sistem
proyek sehingga terkadang terjadi perselisihan diantara pekerja. Pekerja kadang
merasakan kelelahan walaupun jadwal kerja telah dibatasi dari pukul 8 pagi hingga 5
sore.
Alat kerja yang digunakan seperti mesin poles, dan gurinda dapat menimbulkan faktor
bahaya fisik berupa getaran dan kebisingan. Alat las dan mesin pemanas untuk proses ketok
menyebabkan bahaya fisik berupa paparan suhu yang tinggi dan percikan api. Mesin
compressor yang digunakan juga turut menyebabkan kebisingan dan sumber daya yang
digunakan berupa listrik bertegangan tinggi berpotensi menyebabkan ledakan, kebakaran, dan
luka bakar listrik pada pekerja. Penggunaan mesin hidrolik pada pencucian mobil yang juga
menggunakan sumber listrik tegangan tinggi juga berpotensi menyebabkan luka bakar listrik
jika terjadi korslet dan bahaya mobil jatuh dan menimpa pekerja. Pada petugas registrasi,
pemilihan jenis kursi pekerja kurang tepat dan pengaturan layar computer yang terlalu dekat
dengan petugas registrasi.
4.2.3 Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pekerja bengkel hanya rutin menggunakan masker,
sarung tangan dan kacamata. Masker yang digunakan belum sesuai standar K3 karena hanya
menggunakan surgical mask dimana seharusnya pekerja menggunakan dust mask, tapi sarung
angan dan kacamata yang digunakan sudah sesuai dengan standar K3. Penggunaan
apron/clemek dan sepatu kadang digunakan tetapi lebih sering tidak digunakan.
Dari hasil survey didapatkan pekerja bengkel tidak melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala atau pemeriksaan khusus. Ini tidak sesuai dengan standar pelayanan K3, dan ini
menunjukkan kurangnya upaya tertentu dari pihak rumah sakit untuk menjalankan program
K3 secara keseluruhan.
4.2.5 Survey tentang keluhan yang dialami pekerja bengkel akibat petugasannya.
Penyedian APAR (alat pemadam api ringan) pada ruang kerja bengkel sebagai salah
satu upaya K3 untuk menanggulangi bahaya kebakaran di ruang kerja. APAR juga terdapat di
beberapa titik di bengkel sehingga mudah dijangkau jika terjadi kejadian yang tidak
diharapkan. Kotak P3K juga tersedia di beberapa tempat.
DAFTAR PUSTAKA