Anda di halaman 1dari 9

Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan kondisi medik atau penyakit yang tidak
bersifat infektif. Biasanya memiliki durasi yang panjang dan perkembangan yang relatif
berkembang lambat. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia,
termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol sehingga penderita penyakit degeneratif
(penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan mengancam
kehidupan
Promosi kesehatan dan pencegahan serta kebijakan sistem kesehatan nasional dalam
mengatasi penyakit tidak menular
Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
merupakan penyebab kematian yang  merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
Upaya Promotif dan preventif
Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak
Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab
Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya
merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan
buah serta tidak merokok. 
Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya promotif
preventif PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM
sudah membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat melalui website dan media
sosial secara masif dan berkesinambungan.
Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak,
blogger, bioskop, kereta api, media televisi serta internet.
Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
 Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat
maupun Propinsi dan Kabupaten.
 Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu :
rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
 Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
 Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah
terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
 Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT)
PTM.
 Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun
local spesifik.
Pencegahan serta kebijakan sistem kesehatan nasional dalam mengatasi kesehatan
Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular didasari
oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan,
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat
memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang dimaksud
antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok,
konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang
berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :
1.Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
2.Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan
masyarakat
3.Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan
profesional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan utama


dari program pengendalian PTM Indonesia.
Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk,
program pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan
berkoordinasi dengan masyarakat sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan
dengan rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu Kardiovaskular, Diabetes
Melitus, Kanker dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Dan pada pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu diet tidak sehat (diet gizi tidak
seimbang, kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak); kurang
aktivitas fisik; merokok serta mengkonsumsi alkohol.

 Pos Pembinaan Terpadu TPM (POSBINDU)


POSBINDU merupakan bentuk intervensi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang
telah digagas oleh Kementerian Kesehatan. Posbindu PTM pengembangannya berbasis
wilayah, disetiap desa atau kelurahan diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk
menjangkau seluruh penduduk
Peran dari Posbindu ini adalah:
1. Melakukan Basic Health Screening, yang terdiri dari: Tes gula darah, tes kolesterol,
pengukuran tekanan darah, pengukuran Body Mass Index (BMI), dan tes kejiwaan.
2. Melakukan Rujukan dan Konseling. Jika hasil health screening menunjukkan kondisi
diabetes dan hipertensi akan dirujuk ke faskes untuk mendapatkan penanganan. Jika masih
dalam kondisi risiko tinggi akan diberikan konseling untuk pencegahan.
3. Melakukan Kegiatan Perubahan Perilaku, seperti kegiatan olah raga secara rutin,
kegiatan/penyuluhan kesehatan, dan kegiatan demo memasak dan mengolah makanan secara
sehat termasuk penggunaan minyak goreng secara sehat.
4. Melakukan Edukasi dan Promosi, melalui penyediaan dan penyebaran materi komunikasi,
informasi dan edukasi kesehatan kepada masyarakat sekitar
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
-Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku berisiko,
-Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak menjadi onset
PTM serta
-Menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP(Faskes Tingkat
Pertama) dan ditangani sesuai standar.
Sasaran : Warga negara berusia 15 tahun ke atas.
 Program Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS)
Kegiatan GENTAS adalah suatu gerakan yang melibatkan masyarakat dalam rangka
pencegahan obesitas sebagai faktor risiko PTM
Sasaran : warga negara berusia 15 tahun keatas
Kegiatan :
- Pengukuran Indeks Massa Tubuh (BB, Lingkar perut dan tinggi badan)
- Wawancara Perilaku berisiko
- Edukasi perilaku gaya hidup sehat seperti pola makan sehat. Dianjurkan konsumsi
Gula, Garam, Lemak (GGL) per hari tidak lebih dari 4 sendok makan gula, 1 sendok
teh garam, dan 5 sendok makan lemak. Pola makan tidak sehat berkontribusi pada
terjadinya PTM. Makanan tinggi gula, garam, dan lemak dan rendah serat merupakan
kontributor terjadinya PTM
Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM. Dimana prevalensi perokok
pada remaja (usia 10-18 tahun) telah naik dari 7,2% pada tahun 2013 (Riskesdas
2013) menjadi 9,1% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Angka ini semakin menjauh
dari target RPJMN 2029 yakni sebesar 5,4%. Sebagai upaya menurunkan prevalensi
perokok, termasuk perokok pemula (remaja), perlu dilakukan upaya

 Program Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM


Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus PTM dan
manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu
Sasaran : Setiap warga negara yang menyandang dan memiliki faktor risiko PTM yang
berkunjung ke FKTP
Kegiatan :
- Pengukuran berat badan
- Pengukuran lingkar perut
- Pekuran tekanan darah, gula darah sewaktu dan kolesterol
- Dan pap smear pada wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernh berhubungan
seksual
 Program Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Kegiatan penerapan KTR di sekolah adalah suatu kegiatan pencegahan perilaku merokok
pada warga sekolah
Sasaran : setiap warga yang berada di sekolah (siswa, guru, penjaga sekolah, penjaja
makanan dan pengunjung lainnya) di SD, SMP, SMA, dan sederajat di suatu wilayah
Kegiatan :
- Penetapan KTR
- Pembentukan satgas
- Memenuhi 8 indikator penerapan KTR
 Program Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)
Kegiatan Layanan UBM adalah pemberian konseling kepada perokok untuk berhenti
merokok di FKTP dan di sekolah
Sasaran : setiap warga negara perokok yang berkunjung ke klinik UBM
Kegiatan :
- Identifkasi klien.
- Evaluasi dan motivasi .
- Penentuan pilihan terapi yang akan diberikan.
- Penyusunan rencana untuk menindaklanjuti/follow up yang sudah dilakukan
 Program Deteksi Dini Kanker
Kegiatan Deteksi Dini Kanker adalah kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim pada wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan seksual, yang
dilakukan di FKTP
Sasaran : setiap warga negara wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan
seksual
Kegiatan :
- Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
- Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
 Program Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Katarak
Kegiatan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Katarak adalah kegiatan pengukuran gangguan
tajam penglihatan di UKBM dan FKTP
Sasaran : setiap warga negara berusia 40 tahun keatas di suatu wilayah
Kegiatan :
- Metode hitung jari.
- Pemeriksaan Tumbling-E di UKBM
- Pemeriksaan gangguan tajam penglihatan di FKTP
 Standar Pelayanan Minimal
Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi hipertensi dan
diabetes mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar Minimum Layanan
Kesehatan bagi semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan memaksa otoritas kabupaten untuk
memastikan bahwa sistem layanan kesehatan akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua
indikator, dan menyediakan anggaran yang cukup.
Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi
pemerintah daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
- Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia 15-
59 tahun mendapatkan skrining  kesehatan sesuai standar 
- Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia 60
tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 
- Skrining kesehatan sesuai  standar dapat dilakukan  di puskesmas dan jaringannya  termasuk
Posbindu PTM.
Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak terdiagnosa akan
dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus segera dirawat di Puskesmas yang
dirujuk.
 Kemitraan & Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor risiko


dengan menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan diperluas hingga
meliputi 34 provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir, pemerintah Indonesia telah
memperkuat kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta melalui program tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR), guna melengkapi keterlibatan organisasi profesional dalam
kampanye promosi kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan
memperkuat sistem mentoring layanan PTM.
Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh skema asuransi kesehatan nasional di
fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk fasilitas swasta yang
berpartisipasi. Indonesia telah mencapai sebagian besar target yang telah diberlakukan selama
tahun 2013.
Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara berkala pada
tahun 2007 dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun 2018, dimasukkan ke
dalam kesiapan fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan dan Kesiapan Penilaian atau
Service Availability and Readiness Assessment (SARA) pada tahun 2010 dan 2014,
membangun sistem pengawasan PTM online, dan memperluas layanan PTM untuk
masyarakat lewat Puskesmas dan Posbindu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk
menjadikan program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas. Kebijakan dan
sejumlah strategi telah dikembangkan guna menciptakan program dan kegiatan yang tepat
untuk mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan telah diberikan oleh sektor pemerintah
tingkat atas dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait dari pihak pemerintah
maupun swasta.
Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui intervensi dan
pendidikan berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan manajemen layanan
kesehatan.
Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dalam mencapai target indikator adalah :
1.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga dapat terhindar
dari faktor risiko.
2.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui
penguatan sumber daya , dan standardisasi pelayanan,
3.Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan pemangku kepentingan
terkait,
4.Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam sistem surveilans penyakit
tidak menular diFasilitas Pelayanan Kesehatan dan masyarakat.
5.Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan pemangku
kepentingan terkait.
Peran menejemen kesehatan
Peran manajemen kesehatan ialah.sebagai acuan penyelenggaraan program yang
berkesinambungan sehingga upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan
berhasil guna meskipun pejabat pengelola program yang ditunjuk nantinya juga akan
berganti. Salah satunya dengan Pendekatan Keluarga sebagai cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan
kesehatan dengan mendatangi keluarga. Di lapangan, pelaksanaan pendekatan keluarga
dilakukan dengan pelatihan yang diikuti oleh tenaga Pembina keluarga, tenaga teknis, tenaga
pengolah data dan tenaga manajemen Puskesmas. Dan beberapa diantaranya juga:
- Peningkatan upaya deteksi dini penyakit tidak menular
- Pengembangan Posbindu PTM
- Pengembangan kawasan tanpa rokok
- Peningkatan data untuk manajemen program (perencanaan dan evaluasi) dengan
meningkatkan surveilans manajemen pelaporan.
Epidemiologi
Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh
kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh
PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian.
Dilihat dari beban penyakit (diseases burden) yang diukur dengan Disability Adjusted
Life Years (DALYs), telah terjadi transisi epidemiologi dalam tiga dekade terakhir dimana
penyakit tidak menular (PTM) naik dari 39,8% pada tahun 1990 menjadi 69,9% pada tahun
2017.
Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di Indoesia tahun 2008
terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi
epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan
kematian karena penyakit menular semakin menurun.
Tiga PTM tertinggi penyebab kematian dan berkontribusi terhadap tingginya
DALYs1 PTM tahun 2017 adalah stroke (penyakit pembuluh otak), penyakit jantung iskemik
(PJK), dan diabetes.
Penduduk usia kerja berisiko terkena penyakit tidak menular seperti stroke dan
diabetes sebagai akibat dari perubahan gaya hidup.
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 95,5%
masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kemudian 33,5% masyarakat
kurang aktivitas fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok setiap hari, 31% mengalami
obesitas sentral serta 21,8% terjadi obesitas pada dewasa.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi
di negaranegara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global
akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per
tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi
lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya
akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.4 Pada
negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari
tahun hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir
lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Yang dapat kita lakukan sebagai anggota masyarakat untuk menyikapi masalah ini
diantaranya yaitu
- Meningkatkan pengetahuan, dengan tidak menolak edukasi kesehatan
- Meningkatkan sikap mawas diri
- Meningkatkan status kesehatan masyarakat terhadap faktor resiko PTM sehingga
peningkatan kasus dapat dicegah
- Kemauan berperilaku sehat
Hambatan yang dihadapi pemerintah dalam menangani kasus penyakit tidak
menular
- Kurangnya kesadaran masyarakat.
- Terbatasnya tenaga terlatih serta fasilitas penunjang deteksi dini
- Sarana dan prasarana yang kurang memadai
- Sumber dana yang sedikit sehingga berpengaruh pada pelaksanaan program yang
kurang optimal
- Kurangnya pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta konsep diri kader
kesehatan setempat
Peran sebagai dokter layanan primer untuk menangani Penyakit tidak menular
- Mengobati pasien, mendampingi pasien, memberikan edukasi, menjelaskan
dengan detil apa yang dilakukan oleh dokter kepada pasien sampai pasien paham,
memberikan support, memberdayakan pasien, mengajari problem solving skills,
mendekatkan kpada pasien, keluarga pasien dan komunitasnya
- Tidak hanya memeriksa, memberikan resep dan memberi obat, tetapi juga
berinteraksi berbagai faktor munculnya penyakit, dampak penyakit bagi pasien
dan keluarganya.
- Mampu secara holistik melihat pasien secara keseluruhan
biopsikososialculturalspiritual.
- Mengumpulkan, menganalisi dan menginterpretasikan data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi
dan evalusi upaya kesehatan masyarakat.
- Dokter tersebut juga mampu menangani pasien secara komprehensif
yaitu promotive, preventive, curative, rehabilitative dan palliative care. lliative
care untuk pasien terminal (yang tidak bisa disembuhkan) bertujuan untuk
mempertahankan kualitas hidup dan mencapai good death, hingga memberikan
konseling duka cita. 

Sumber:
1. Kementrian Kesehatan RI. 2019. STRATEGI PENCEGAHAN dan
PENGENDALIAN PTM di INDONESIA. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/strategi-
pencegahan-dan-pengendalian-ptm-di-indonesia
2. Kementrian Kesehatan RI. 2017. PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR di INDONESIA. Jakarta: Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz0
9/2017/10/PTM_Pencegahan_dan_Pengendalian_Penyakit_Tidak_Menular_di
_Indonesia_2017_01_16.pdf
3. Universitas Indonesia..2019. Peluncuran Komunitas Sehat: Menggiatkan
Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Kampus UI Salemba. http://padanglawaskab.go.id/wp-
content/uploads/2019/10/Fact-Sheet-Narasi-Tunggal-Posbindu.pdf
4. Kementrian Kesehatan RI.Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2020-2024.
Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. https://e-
renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-465827-3tahunan-684.pdf
5. Sekeon, Sekplin. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2018-04-
30berkas19750921200501100219.pdf
6. Dinas Kesehatan Kediri. 2019. RENCANA AKSI NASIONAL
PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2015-
2019. Kediri.
https://dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/79950PMK_5_2017_ttg_Rencana_A
ksi_Nasional_Penanggulangan_PTM_2015-2019_.pdf
7. Dinas Kesehatan Kediri. 2019. RENCANA AKSI NASIONAL
PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2015-
2019. Kediri https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-
tidak-menular-kini-ancam-usia-muda.html
8. Kementerian PPN/Bappenas.2019. TRANSISI DEMOGRAFI DAN
EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN di
INDONESIA. Jakarta.
https://www.bappenas.go.id/files/8515/9339/1872/FA_Preview_HSR_Book01
.pdf
9. Nugraheni, Wahyu. dan Hartono, Risky. 2018. STRATEGI PENGUATAN
PROGRAM POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA
BOGOR. Palembang: Universitas Sriwijaya.
file:///C:/Users/Windows10/Downloads/312-Article%20Text-482-1-10-
20181211%20(1).pdf
10. Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. 2017.PENYAKIT TIDAK MENULAR.
Bandung.https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1380

Anda mungkin juga menyukai