PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup akan mengalami proses kematian, terlepas dari
apakah proses tersebut berlangsung wajar atau tidak (Staerkeby, 2004).
Terkait dengan masalah hukum maka pemeriksaan terhadap peristiwa
kematian dapat membantu terangnya suatu perkara (Dahlan, 2000).
Pemeriksaan sebab kematian juga dapat memperkirakan lama waktu kematian
yang menjadi sangat penting untuk menilai alibi seseorang pada kasus
pembunuhan. Kematian sel terjadi menyusul kematian somatis. Perubahan
morfologi
sel
mati
dapat
dipergunakan
sebagai
alternatif
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DEKOMPOSISI
Dekomposisi atau pembusukan adalah proses degradasi pada jaringan
tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan kerja bakteri.
Autolisis adalah proses perlunakan dan pencairan jaringan dalam keadaan
steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif dari enzim yang dilepaskan sel
pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. (Wujoso,
2009).
C. PROSES DEKOMPOSISI
Secara kimia proses dekomposisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Degradasi jaringan oleh bakteri H2S, HCN, AA, asam lemak
2. H2S + Hb HbS (hijau kehitaman)
Dekomposisi terbentuk oleh dua proses yaitu autolisis dan
putrefaction. Autolisis menghancurkan sel-sel dan organ-organ melalui proses
kimia aseptik yang disebabkan oleh enzim intraselular. Proses kimia ini,
jam) diikuti oleh formasi vesikel, kulit menjadi licin, dan rambut menjadi
licin. Pada saat itu, tubuh mayat yang pucat kehijauan menjadi warna hijau
kehitaman.
Penggelembungan pada tubuh mayat sering terlihat pertama kali pada
wajah, dimana bagian-bagian dari wajah membengkak, mata menjadi
menonjol dan lidah menjulur keluar antara gigi dan bibir. Wajah berwarna
pucat kehijauan, berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi hitam.
Cairan dekomposisi (cairan purge) akan keluar dari mulut dan hidung.
Dekomposisi berlanjut, darah yang terhemolisis merembes keluar ke jaringan.
Dekomposisi terjadi cepat pada obesitas, pakaian yang tebal, dan
sepsis, semua yang mempertahankan tubuh tetap hangat. Dekomposisi
diperlambat oleh pakaian yang tipis atau oleh tubuh yang berbaring pada
permukaan yang terbuat dari besi atau batu yang mana lebih cepat menjadi
dingin karena terjadi konduksi. Tubuh mayat yang membeku tidak akan
mengalami dekomposisi sampai di keluarkandari lemari es.
Untuk lebih jelasnya, pembusukan adalah proses penghancuran
jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang
berasal dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium
Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti
Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus, jamur dan enzim-enzim seluler
juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan pada
fase akhir dari pembusukan. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem
pertahanan tubuh akan hilang, bakteri yang secara normal dihambat oleh
jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah,
dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang
biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi
sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan
jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering
menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling
utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali
pertama kali pada hati. Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat
dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini
disebut skin slippage. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui
sidik jari sulit dilakukan.
Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis
mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi
cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak
mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya
menyerupai pendulum yang berukuran 5
yang
terjadi
didalam
cavum
abdominal
menyebabkan
pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan
bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar
tetapi
berhubungan
dengan
meraka
juga
kematian.
memberi
Insekta
informasi
dapat
penting
dipergunakan
yang
untuk
Perbedaan
Bulla pembusukan
Warna kulit ari
Kuning
Kadar albumin & klor Rendah atau tidak ada
Hiperemis
Intraepidermal
bulla
Dasar bulla
Jaringan yang terangkat
Ada
dermis
Reaksi jaringan & respon Tidak ada
Merah pembusukan
Antara epidermis
darah
&
Setelah
beberapa
hari
konsistensinya
melunak
dan
terdisintegrasi.
k. Pembuluh darah. Pembuluh darah cukup lama bertahan walaupun dari
dalam sudah tercampur dengan sel darah dan terpapar ke sekitar.
l. Vesika urinaria. Secara keseluruhan, kandung kemih (vesika urinaria) dapat
bertahan lebih lama terhadap dekomposisi dari organ lain. Infeksi pada
kandung kemih dan kandung kemih yang penuh akan terdekomposisi lebih
cepat.
m. Prostat/Uterus.Organ-organ kelamin seperti prostat dan uterus adalah yang
terlama dalam urutan organ terdekomposisi. Pada prostat yang besar dan
berpenyakit, laju dekomposisi akan makin cepat. Pada uterus yang gravid
akan lebih cepat terdekomposisi daripada uterus non-gravid dan uterus
nullipara.
Wujoso
(2009)
dalam
bukunya
thanatologi
membagi
proses
kental, dan kuku mulai akan terlepas. Pada tahap ini biasanya larva lalat telah
berubah menjadi pupa.
4. Butyric Fermentation Stage (advance decay). Berlangsung selama 20-25
hari pasca kematian dan terus berlangsung sampai 50 hari setelah kematian.
Pada tahap ini mayat terlihat lebih kering dari sebelumnya.Terjadi fermentasi
menghasilkan gas asam butirat (berbau seperti keju) yang menarik berbagai
organism pemakan bangkai. Bila mayat berada di tempat yang basah atau
lembab, mungkin family kumbang tidak akan muncul, dan larva lalat dapat
bertahan lebih lama. Pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah dapat
muncul jamur.
5. Dry or Remains Decay. Dapat berlangsung selama 25-50 hari pasca
kematian dan dapat berlangsung samapi tahunan. Pada tahap ini mayat
menjadi sangat kering, tertinggal kulit yang mengering, rambut dan tulang
(skeletonisasi). Serta lalat atau larva sudah tidak nampak pada mayat.
Kecepatan masing-masing tahap pembusukan sangat bervariasi karena
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti temperatur udara, iklim, penyebab
kematian, pakaian, obat-obatan, kandungan lemak dan ukuran tubuh mayat.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dekomposisi atau pembusukan adalah proses degradasi pada jaringan
tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan kerja bakteri.
Banyak hal dapat mempengaruhi kecepatan proses dekomposisi, tergantung
dari factor lingkungan dan tubuh yang mengalami kematian itu sendiri. Proses
dekomposisi dibagi menjadi 5 fase dengan berbagai manifestasi klinis dan
rentang waktu yang berbeda yaitu Initial Decay (fresh stage), Putrefaction
(bloat stage), Black Putrefaction (active decay), Butyric Fermentation Stage
(advance decay), Dry or Remains Decay. Berbagai tanda tanda pembusukan
seperti : wajah / bibir bengkak, bola mata menonjol, lidah terjulur, lubang
hidung / mulut keluar darah, dari lubang tubuh keluar isinya, badan gembung,
bulla/kulit ari terkelupas, arborescent pattern / marbling, dinding perut pecah,
scrotum / vulva bengkak, kuku/ rambut terlepas, organ dalam membusuk.
DAFTAR PUSTAKA