Anda di halaman 1dari 29

Pembuat Keputusan

Secara Etis
Etika Kepribadian

Dosen Pengampu: Fidiana K., S.Kep., Ns., M.Kep

Arisna Yuda Wati (01.1.21.00892)


Nova Rahmadhani Adilia (01.1.21.00899)
Cempaka Inggrid (01.1.22.00921)
Daftar Isi

Pengertian Teori Dasar


1 Pengambilan
Keputusan Etis
2 Pembuatan
Keputusan Etis

Faktor yang
3 Kerangka
Pembuat 4 Berpengaruh dalam
Pengambilan
Keputusan Etis Keputusan Etis
Pengertian Pengambilan
Keputusan Etis
Pengertian Pengambilan Keputusan

Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010)


pengambilan keputusan adalah proses membuat
pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai
hasil yang diinginkan dimana melibatkan tujuan
atau target yang dihasilkan dari aktivitas bahwa
pembuat keputusan terlibat dalam mencapai
keputusan akhir
Teori Dasar Pembuatan
Keputusan etis
Teori Dasar Pembuatan Keputusan
etis
Teori dasar/prinsip etika merupakan penuntun
untuk membuat ke putusan etis praktik
profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan
dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik
antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara
garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori
Teleologi dan Deontologi
Teori Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir).
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end
justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh
hasil akhir yang terjadi.

Teori teleologi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu


 Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu
tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut
memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia.
Contoh : Pemberian terapi untuk penyandang cacat fisik yang
bermanfaat untuk kesembuhan sipenyandang.
Teori Teleologi
 Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan
umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu
dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat
memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan
sekecil-kecilnya pada individu.
Contoh: Pengambilan keputusan dalam memilih proses lahiran
Caesar agar terhindar dari resiko kematian, jika pasien tidak
memungkinkan untuk lahiran normal
Roadmap
Zaman
Zaman Purba Pertengahan Zaman Modern
1 3 5

2 4 6

Zaman Zaman
Zaman Yunani Renaissance Kontemporer

9
Teori Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani,
deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi
atau tindakan. Menurut Kant, benar atau
salah bukan ditentukan oleh hasil akhir
atau konsekuensi dari suatu tindakan
melainkan oleh nilai moralnya. Contoh :
seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan
membunuh.
Kerangka Pembuat
Keputusan Etis
Kerangka Pembuat Keputusan
Dalam membuat keputusan etis, ada
Kemampuan membuat beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu
keputusan masalah etis
merupakan salah satu
persyaratan bagi perawat
untuk menjalankan
praktik keperawatan
profesiolan (Fry, 1989).
Kerangka Pembuat Keputusan
Unsur-unsur utama yang terlibat dalanm pembuatan keputusan dan
tindakan moral dalam praktik keperawatan (Diadaptasi dari Fry,1981)
Pengenalan dilemma etika keperawatan

Mengumpulkan data actual yang releven


Menganalisis dan mencari kejelasan individu yang terlibat
Mengonsep dan mengevaluasi argumentasi untuk setiap isu dan
membuat alternatif
Mengambil tindakan
Model 1 KerangkaPengambilan Keputusan
Tahap Keterangan
1. Identifikasi maslah. ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati
Nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang
timbul dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap
ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan “Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar?” nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat
dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.

2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpulkan dalam


tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien yang terlibat dalam membuat
keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam
pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi.
3. Perawat harus mengidentifikai semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada
pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk
hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban
atas pernyataan , “jenis tindakan apa yang benar”
Model 1 KerangkaPengambilan Keputusan
Tahap Keterangan
4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti
perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai
dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan
dengan masalah. Tahap ini menjawab pernyataan, “Bagaimana aturan tertentu
diterapkan pada situasi tertentu?”
5. Pembuatan keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan
keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap
ini menjawab pertanyaan etka, “Apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu”

6. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil
Model 2 KerangkaPengambilan Keputusan
Tahap Keterangan
1. Identifikasi maslah. ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati
Nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang
timbul dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap
ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan “Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar?” nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat
dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.

2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpulkan dalam


tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien yang terlibat dalam membuat
keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam
pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi.
3. Perawat harus mengidentifikai semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada
pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk
hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban
atas pernyataan , “jenis tindakan apa yang benar”
Model 2 KerangkaPengambilan Keputusan
Tahap Keterangan
4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini
berarti perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi
individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan prinsip etis
yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pernyataan,
“Bagaimana aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?”

5. Pembuatan keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa


pembuatan keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka
paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etka, “Apa yang harus
dilakukan pada situasi tertentu”
6. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil
Model 3 KerangkaPengambilan Keputusan

1. Tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatan,


keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.
2. Kumpulan informasi tambahan untuk memperjelas situasi
3. Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi
4. Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral professional
5. Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan
6. Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada
7. Gali siapa yang harus membuat keputusan
8. Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan
9. Tentukan tindakan dan laksanakan
10 Evaluasi hasil dari keputusan atau tindakan
.
Faktor yang Berpengaruh
Dalam Pengambilan
Keputusan Etis
Faktor Agama dan adat istiadat
Agama adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan me mahami nilai yang diyakini maupun kaidah agama
yang dianutnya. Misalnya, sebelum keluarga berencana (KB) dijadikan program
nasional, pihak pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode kontrasepsi
yang tidak bertentangan dengan agama dengan para pemuka agama. Dengan
adanya kejelasan tentang program kesehatan nasional (misalnya, KB) dengan
ketentuan agama maka perawat tidak ragu-ragu lagi dalam mempromosikan
program tersebut dan dapat memberi informasi yang tidak bertentangan dengan
agama yang dianut pasien.
Faktor Agama dan adat istiadat
Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembuatan keputusan etis. Contoh masalah praktik adat istiadat misalnya
dalam budaya Jawa dan daerah lain dikenal falsafah tradisional "mangan ora
mangan anggere kumpul (makan tidak makan asalkan tetap bersama). Falsafah ini
sampai sekarang masih banyak memengaruhi sistem kekerabatan orang Jawa. Jika
ada anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit, biasanya ada salah
satu keluarga yang ingin selalu menungguinya. Setiap rumah sakit di Indonesia
mempunyai aturan menunggu dan persyaratan klien yang boleh ditunggu. Namun,
hal ini sering tidak dihiraukan oleh keluarga pasien, misalkan dengan lasan rumah
jauh, klien tidak tenang bila tidak ditunggu keluarga, dan lain-lain. Ini sering
menimbulkan masalah etis bagi perawat antara membolehkan dan tidak
membolehkan.
Faktor Sosial
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem
kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang awalnya berorientasi pada
program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan
pendekatan tim kesehatan. Ini menyebabkan beberapa perubahan dalam
berbagai kebijakan pemerintah. Berbagai kebijakan dirumuskan dengan
melibatkan tim kesehatan. Namun, untuk menentukan kebijaksanaan dan
peraturan tidak mudah. Oleh karena cukup luasnya wilayah Indonesia
maka kita ketahui adanya berbagai peraturan yang bersifat regional,
misalnya peraturan daerah.
Faktor Sosial
Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap
keperawatan. Sebagai contoh dapat dilihat pada kasus di bawah ini.
Seorang klien yang menderita penyakit kronis dan dirawat di rumah sakit,
sudah beberapa bulan dalam keadaan lemah. Oleh karena itu, pasien atau
keluarganya mungkin memilih untuk membawa klien. pulang agar dapat
dipersiapkan agar meninggal dunia dengan tenang. Selain dengan
petimbangan faktor biaya, adat, hal ini juga karena adanya anggapan/nilai
di masyarakat bahwa "orang yang etikanya tidak baik selama hidup maka
sulit meninggal dunia," klien kemudian dibawa pulang, atas permintaan
sendiri (APS).
Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad ke-20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup
serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin
mekanik kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/ obatan baru.
Misalnya, klien dengan gangguan ginjal yang dapat diperpanjang usianya
berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang mengalami kesulitan
hamil dapat dibantu dengan berbagai inseminasi. Kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang
yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik
(Ellis, Hartley, 1990). Aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis
tentang masalah etika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak
dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan
perundang undangan baru yang banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang undang
praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan.
Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Contoh, Pemberian izin praktik bagi perawat merupakan manifestasi dari
UU Kes. RI No. 23 tahun 1992 pasal 53 ayat 1, tentang hak memperoleh
perlindungan hukum, yaitu "Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya, dan ayat 2 tentang perlindungan/melindungi hak klien. yaitu
"Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak klien."
Faktor Dana/ Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masya rakat, pemerintah telah
banyak dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
Walaupun pemerintah telah mengalokasikan dana yang besar untuk pembangunan
kesehatan, dana ini belum seluruhnya dapat mengatasi berbagai masalah
kesehatan sehingga partisipasi swasta dan masyarakat banyak digalakkan.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering
menerima keluhan klien mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis
keperawatan tidak ada pernyataan yang menyatakan ketidakcukupan dana, tetapi
hal ini dapat menjadi etiologi bagi berbagai diagnosis keperawatan, antara lain
ansietas dan ketidak patuhan. Masalah ketidakcukupan dana dapat menimbulkan
konflik, terutama bila tidak dapat dipecahkan
Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbang kan posisi
pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik
sendiri, tetapi bekerja di rumah sakit, dokter praktik swasta, atau institusi
kesehatan lainnya. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan;
namun harus disesuaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pem
bangkang. Sebagai konsekuensinya, ia dapat mendapat sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
Thanks!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai